Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

DOPS INTEGRITAS KULIT

Disusun oleh :

1. Dewi Evita Sari (2001048)


2. Fadillah Azizah Nur R (2001052)

Dosen Pembimbing
Setianingsih,S.Kep.,Ns.,M.PH

Program Studi S1 Keperawatan


Stikes Muhammadiyah Klaten
Tahun Ajaran 2020/2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kulit merupakan sistem organ tubuh yang paling luas. Kulit menjadi pemisah
organorgan internal dengan lingkungan luar, dan turut berpartisipasi dalam banyak
fungsi tubuh yang vital. Smeltzer & Bare (2009) berpendapat kulit merupakan
cerminan dari keadaan umum pasien, banyak kondisi sistemik dapat disertai dengan
manifestasi dermatologic. Corwin (2009) mengemukakan gangguan integritas kulis
akibat kontak merupakan inflamasi non infeksi kulit yang diakibatkan oleh senyawa
yang mengalami kontak dengan kulit tersebut. Ciri umum dari dermatitis kontak ini
adalah adanya eritema (kemerahan), edema (bengkak), papul (tonjolan padat diameter
< 5mm), vesikel berisi cairan diameter < 5mm, crust/krusta.
Williams & Wilkins (2011) menyatakan penyakit kulit akibat kerja adalah
proses patologis kulit yang timbul pada waktu melakukan pekerjaan dan pengaruh
lingkungan kerja. Kerusakan integritas kulit akibat kerja akan mengurangi
kenyamanan dalam melakukan tugas dan akhirnya akan mempengaruhi proses
produksi secara keseluruhan. Integritas kulit akibat kerja merupakan salah satu
kelompok utama penyakit akibat kerja dalam hal prevalensi. Meskipun integritas kulit
akibat kerja tidak mengancam jiwa, dampak ekonominya sangat besar.
B. Tujuan
1. Mengetahuipengertiantentangintegritaskulit
2. MengetahuitentangFaktor Risiko Berkembangnya Ulkus Tekan
3. MengetahuitentangFaktor yang Mempengaruhi Pembentukan Ulkus Tekan
4. MengetahuitentangIndikasiIntegritasKulit
5. MengetahuitentangCara Pemberian Balutan Kering dan Lembab
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Integritas Kulit


1. Kulit
Kulit memiliki dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis. Dua lapisan tersebut
dibatasi oleh membran yang sering disebut sebagal penghubung dermal-epidermal.
Epidermis, atau lapisan paliag atas, memiliki beberapalapisan Stratum korncum
merupakan lapisan terluar epidermis yang tipis. Stratum korneum ini terdiri atas sel
datar, sel mati, dan sel yang mengandung keratin. Sel ini terbentuk dari lapisan
epidermis yatg paling dalam, yang biasanya disebut lapisan basal.Sel pada lapisan
basal membagi,mengembangbiakkan,dan bermigrasi menuju permukaan epidermis.
Setelah sel mencapai stratum korneum, sel menjadi datar dan mati. Gerakan konstan
ini memastikan bahwa sel di permukaan terkelupas melalui proses deskuamasi atau
pengelupasan. Stratum korneum yang tipis ini melindungi sel dan jaringan yang
berada di bawahnya darl dehidrasi dan mencegah masuknya agen kimia tertentu.
Dermis, lapisan kulit yang paling dalam, memiliki daya renlang, pendukung
mekanik, dan memberikanperlindungan pada tulang, otot, dan organ yang beradad
bawahnya. Detmis berbeda dari epidermis yang sebagian besarterdiri atas jaringan
penghubung dan beberapa s kulit. Kolagen (protein fibrosa yang keras), pembuluh
darah, dan saraf yang berada dilapisan dermal. Fibroblas, yang bertanggung jawab
untuk pembentukan kolagen, adalah jenis sel yang khusus di antara dermis.
Pemahaman tentang struktur kulit membantu Andamempertahankan integritas
kulit dan mendukung penyembuhan luka.Saat kulit cedera. epidermis berfungsi
memberikan permukaan pada luka dan mengembalikan sawar untuk melawan
organisme sementara dermis berfungsi mengembalikan integritas struktural (kolagen)
dan bagian fisik kulit. Usia membedakan karakteristik kulit dan membuat kulit lebih
rentan menghadapi kerusakan.
2. Ulkus Tekan
Ulkus tekan, nyeri tekan, ulkus dekubitus, dan luka baringadalah istilah yang
digunakan untuk menjelaskan gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan
tekanan yang lama dan tidak diatasi. Terminologi yang paling sering digunakan
adalah ulkus tekan (pressure ulcer) , yang sesuai dergan rekomendasi petunjuk ulkus
tekan yang ditulis Wound, Ostomy, and Continence Nurses Society (WOCN) (2003).
Ulkus tekan adalah cedera pada kulit dan jaringan lain yang berada di bawahnya,
biasanya di atas penonjolan tulang akibat tekanan atau tekanan akibat gaya gesek
dan/atau pencukuran. Sejumlah faktor yang berkontribusi jugi berhubungan dengan
ulkus tekan; meskipun belum ada teori yang mendukung faktor tersebut (National
Pressure Ulcer Advisory Panel [NPUAP], 2007a). Klien yang mobilisasinya
berkurang, persepsi sensoriknya berkurang, inkontinensia feses atau urine, dan/atau
memiliki nutrisi yang buruk memiliki risiko mengalami ulkus tekan.

B. Faktor Risiko Berkembangnya Ulkus Tekan


Banyak faktor predisposisi menyebabkan pembentukan ulkus tekan pada klien. Faktor
ini sering dihubungkan dengan penyakit, misalnya menurunnya tingkat kesadaran
yang berhubungan dengan efek setelah trauma terjadi, tekanan pada gips, atau akıbat
penyakit seperti menurunnya sensasi yang berhubungan dengan cedera
serebrovaskular.
1. Gangguan Persepsi Sensorik
Klien dengan gangguan persepsi sensorik terhadap nyeri dan tekanan
lebih berisiko mengalami gangguan integritas kulit daripada klien dengan
sensasi normal. Klien dengan gangguan persepsi sensorik terhadap nyeri dan
tekanan adalah klien yang tidak mampu merasakan kapan sensasi pada bagian
tubuh mereka meningkat, adanya tekanan yang lama, atau nyeri. Oleh karena
itu, klien tanpa kemampuan untuk merasakan bahwa terdapat nyeri atau
tekanan akan menyebabkan risiko berkembangnya ulkus tekan.
2. Gangguan Mobilisasi
Klien yang tidak mampu mengubah posisi secara mandiri memiliki
risiko mengalami ulkus tekan.Misalnya klien dengan cidera tulang belakang
mengalami penurunan atau tidak memiliki sensasi motorik dan sesorik.Serta
tidak mampu memposisikan posisi pada penonjolan tulang.
3. Perubahan Tingkat Kesadaran
Klien yang bingung atau disorientasi atau yang memiliki perubahan
tingkat kesadaran, tidak mampu melindungi diri sendiri dari berkembangnya
ulkus tekan. Klien yang bingung atau disorientasi kadang mampu merasakan
tekanan tetapi tidak selalu mampu untuk memahami bagaimana melepaskan
tekanan atau mengomunikasikan ketidaknyamanan mereka. Klien yang koma
tidak dapat mempersepsikan tekanan dan tidak mampu bergerak secara
volunter untuk melepaskan tekanan.
4. Gaya Geser
Gaya geser adalah peningkatan yang kulitnya ditarik, buk tekanan yang
sejajar pada kulit yang berasal dari tempat tidur selama peru gaya gravitasi,
yang menekan tubuh dan tahanan Kelembapan. A di antara klien dan
permukaan. Misalnya, gaya gesek terjadi saat kepala tempat pembentukan
ulkus. Kelen tidur dielevasikan dan penurunan rangka terjadi tetapi kulit pada
faktor fisik se kulit tetap berada di tempat karena gesekan dengan geser.
Kondisi lembap ya tempat tidur. Gaya geser juga terjadi akan melembutkan
kulit saat memindahkan klien dari tempat tidur ke usungan terhadap bahaya.
Klien dan kulit klien ditarik melalui tempat tidur. Saat geseran tidak mampu
melakukam terjadi, kulit dan lapisan subkutan yang melekat pada bergantung
sepenuhny permukaan tempat tidur serta lapisan otot dan tulang menjaga kulit
tetap kerin meluncur searah dengan pergerakan tubuh. Kapiler berasal dari
drainase luk yang berada di bawah jaringan teregang dan terjepit serta
inkontinensia fekal oleh gaya geser. Akibatnya, nekrosis terjadi di antara
jaringan. Kerusakan jaringan terjadi di jaringan dalam Klasifikasi Ulkus Tek
sehingga menyebabkan kerusakan dermis.
5. Gaya Gesek
Tekanan pada dua permukaan Anda perlu mengkaji ull bergerak
melintasi satu dan yang lainnya seperti reguler menggunakan tekanan mekanik
yang digunakan saat kulit ditarik mengevaluasi penyemE melintasi permukaan
kasar seperti linen tempat intervensi yang tepat, di tidur, disebut dengan friksi
(WOCN, 2003). Tidak Pengkajian meliputi dala seperti cedera akibat geseran,
cedera akibat gesekan (tahap), jenis dan persenta memengaruhi epidermis atau
lapisan kulit yang dimensi luka, eksudat, se- Salah satu metode p paling atas.
Kulit yang gundul tampak merah dan nyeri dan terkadang disebut sebagai
"bagian yang penggunaan sistem taha tekan didasarkan pada da terbakar".
Cedera akibat gaya gesek terjadi pada klien yang gelisah, yang memiliki
pergerakan yang tidak Pengklasifikasian tahap terkontrol, seperti keadaan
spasme, dan pada mereka pengetahuan tentang la terbesar sistem tahap
memberikan tahap pad iaringan pekrotik karena

C. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Ulkus Tekan


1. Nutrisi
Untuk klien yang melemah dan kekurangan tenaga akibat penyakit,
terapi nutrisi harus dilakukan. Klien yang menjalani pembedahan dan kulitnya
ternutrisi dengan baik, membutuhkan sedikitnya 1.500 kkal/hari untuk
mempertahankan nutrisi. Alternatif seperti makanan enteral dan nutrisi
parenteral tersedia untuk klien yang tidak mampu mempertahankan asupan
makanan normal. Penyembuhan luka yang normal membutuhkan nutrisi yang
tepat. Defisiensi beberapa nutrisi menyebabkan gangguan atau terhambatnya
penyembuhan (Stotts, 2007a). Proses fisiologis penyembuhan luka bergantung
pada ketersediaan protein, vitamin (khususnya A dan C), mineral, seng. dan
tembaga. Kolagen adalah protein yang terbentuk dari asam amino yang
dibutuhkan oleh fibroblas dari protein yang berasal dari makanan. VitaminC
dibutuhkan untuk sintesis kolagen.Vitamin A menurunkan efek negatif steroid
pada penyembuhan luka Elemen mineral jugs diperlukan seng untuk
epitelisasi dan sintesis kolagen, dan tembaga untuk penghubung serat kolagen.
2. Perfusi Jaringan
Oksigen memberikan bahan bakar bagi fungsi sel yang penting dalam
proses penyembuhan, oleh karena itu, kemampuan untuk menyalurkan perfusi
jaringan dengan jumlah darah yang mengandung oksigen sangat penting untuk
penyembuhan luka (Doughty dan Sparks-Defriese, 2007). Klien dengan syok
atau penyakit vaskular perifer, seperti diabetes, memiliki risiko buruknya
perfusi jaringan karena sirkulasi yang buruk Kebutuhan oksigen bergantung
pada fase penyembuhan luka, misalnya hipokaia kronis pada jaringan yang
dihubungkan dengan gangguan sintesis kolagen dan penurunan resistensi
jaringan terhadap infeksi.
3. Infeksi
4. Infeksi luka memperpanjang fase imflamasi memperlambat sintesis kolagen,
mencegah epitelisasi. dan meningkatnya produksi sitokin proinflamatoriyang
menyebabkan kerusakan jaringan tambahan. Indikasi bahwa Iuka terjadi
infeksi adalah adanya pus; perubahan bau, volume, dan karakter drainase luka;
kemerahan pada jaringan sekitar; demam; atau nyeri.
5. Usia
Meningkatnya usia memengaruhi semua fase penyembuhan luka.
Menurunnya fungsi makrofag menyebabkan terhambatnya respons inflamasi,
terlambatnya sintesis kolagen, dan melambatnya epitelisasi.
6. Dampak Psikososial Luka
Dampak psikososial luka pada proses fisiologis penyembuhan luka
tidak diketahui. Respons psikososial klien pada luka merupakan bagian dari
pengkajian keperawatan. Perubahan citra tubuh memengaruhi konsep diri dan
seksualitas. Memastikan adanya sumber personal dan sosial klien terhadap
adaptasi adalah bagian dari pengkajian keperawatan. yang memengaruhi
persepsi klien pada luka meliputi adanya bekas luka, drain (drain biasanya
digunakan beberapa minggu atau bulan setelah prosedur tertentu), bau dari
drainase, dan alat prostetik Faktor permanen atau temporer.
D. Cara Pemberian Balutan Kering dan Lembab
1. Peralatan pemberian balutan kering dan lembut
 Sarung tangan steril
 Berbagai jenis kasa balutan atau bantalan
 Perlengkapan irigasi
 Larutan pembersih
 Larutan steril
 Sarung tangan bersih, sekali pakai
 Plester, tali, atau pembalut jika dibutuhkan
 Perlak atau kantung sekali pakai
 Balutan kasa tambahan, atau penutup balutan (ABD pads)
 Tali Montgomery; jaring elastis
2. Langkah-langkah pemberian balutan kering dan lembut
 Cuci tangan. Kumpulkan informasi tentang ukuran dan lokasi luka.
 Kaji tingkat kenyamanan klien.
 Tinjau ulang instruksi penggantian balutan.
 Jelaskan prosedur pada klien, dan instruksikan klien untuk tidak
menyentuh area luka atau peralatan steril.
 Tutup ruangan atau tirai dan jendela
 Posisikan kllen di tempat yang nyaman, dan tutupi dengan selimut
khusus untuk memaparkan area luka.
 Letakan kantung sekali pakai di antara area kerja. Lipat ujungnya
untuk membuat mangkuk (lihat gambar).
 Gunakan masker dan pelindung mata jika kemungkinan terjadi
cipratan.
 Pakai sarung tangan sekali pakai, dan singkirkan selang. balutan, atau
tali.
 Angkat plester; tarik balutan searah pararel pada kulit menuju balutan;
angkat plester yang masih melekat pada kulit.
 Dengan tangan yang telah terpasang sarung tangan, buang semua kasa
balutan dalam satu waktu, hati-hati agar tidak menarik drainase atau
selang.
a. Jika balutan menempel pada balutan basah kering, jangan
melembapkan balutan; tarik balutan dengan perlahan dan
ingatkan klien atas ketidaknyaman yang mungkin akan
dirasakan.
b. Jika balutan menempel di balutan kering, lembapkan dengan
laritan saline lalu angkat.

E. IndikasiIntegritasKulit
MenurutPerrydan Potter (2005), terdapatbeberapafaktor yang
mempengaruhiintegritaskulit, yaitusebagaiberikut:
 Citra tubuh.
Penampilanumumpasiendapatmenggambarkanpentingnya hygiene pada orang
tersebut. Citra
tubuhmerupakankonsepsubjektifseseorangtentangpenampilanfisiknya. Citra
tubuhinidapatseringberubah. Citra tubuhmempengaruhicaramempertahankan
hygiene. Citra
tubuhdapatberubahakibatadanyapembedahanataupenyakitfisikmakaharusmembua
tsuatuusahaekstrauntukmeningkatkan hygiene. 
 Praktiksosial.
Kelompok-
kelompoksosialwadahseseorangpasienberhubungandapatmempengaruhipraktik
hygiene pribadi. Selamamasakanak-kanak, kanak-kanakmendapatkanpraktik
hygiene dari orang tuamereka. Kebiasaankeluarga, jumlah orang dirumah,
danketersediaan air panasdanatau air mengalirhanyamerupakanbeberapafaktor
yang mempengaruhiperawatankebersihan.
 Status sosioekonomi.
Sumberdayaekonomiseseorangmempengaruhijenisdantingkatpraktikkebersihan
yang dilakukan. Apakahdapatmenyediakanbahan-bahan yang
pentingsepertideodoran, sampo, pasta gigi, dankosmestik (alat-alat yang
membantudalammemelihara hygiene dalamlingkunganrumah). 
 Pengetahuan.
Pengetahuantentangpentingnya
hygiene danimplikasinyabagikesehatanmempengaruhipraktik hygiene.
Kendatidemikian, pengetahuanitusendiritidakcukup,
harustermotivasiuntukmemeliharaperawatandiri.
 Kebudayaan.
Kepercayaankebudayaanpasiendannilaipribadimempengaruhiperawatanhygiene.
Orang darilatarkebudayaan yang berbedamengikutipraktekperawatandiri yang
berbeda. 
 Pilihanpribadi.
Kebebasanindividuuntukmemilihwaktuuntukperawatandiri, memilihproduk yang
ingindigunakan, danmemilihbagaimanacaramelakukan hygiene. Kondisifisik.
Padakeadaansakittertentukemampuanuntukmerawatdiriberkurangsehinggaperluba
ntuanuntukmelakukanperawatandiri.

F. Evaluasi
Perawat mengevaluasi tindakan keperawatan untuk mengurangi dan
menangani tekanan pada luka dengan menentukan respons klien terhadap terapi
keperawatan dan dengan menentukan apakah klien mencapai setiap tujuan. Untuk
mengevaluasi kriteria hasil dan respons terhadap perawatan, perawat mengukur
keefektifan intervensi yang diberikan. Kriteria hasil yang optimal adalah untuk
mencegah cedera pada kulit dan jaringan, mengurangi cedera pada kulit dan jaringan
dasar, serta memperbaiki integritas kulit.
Klien dengan kerusakan mobilitas yang minimal atau keadaan kesehatan yang
relatif stabil hanya memerlukan beberapa pemeriksaan. Perawat mengevaluasi
tindakan keperawatan untuk mengurangi dan menangani luka tekan dengan
menentukan respons klien terhadap terapi keperawatan dan apakah klien mencapai
setiap tujuan.Tentukan apa yang mereka ketahui tentang kerusakan integritas kulit,
dan buat rencana perawatan untuk memberikan edukasi/pendidikan.
BAB 3
PENUTUP

A. Kesumpulan
Kulit memiliki dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis. Dua lapisan tersebut dibatasi
oleh membran yang sering disebut sebagal penghubung dermal-epidermal. Epidermis,
atau lapisan paliag atas, memiliki beberapalapisan Stratum korncum merupakan
lapisan terluar epidermis yang tipis. Ulkus tekan, nyeri tekan, ulkus dekubitus, dan
luka baringadalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan gangguan integritas kulit
yang berhubungan dengan tekanan yang lama dan tidak diatasi. faktor predisposisi
menyebabkan pembentukan ulkus tekan pada klien. Faktor ini sering dihubungkan
dengan penyakit, misalnya menurunnya tingkat kesadaran yang berhubungan dengan
efek setelah trauma terjadi, tekanan pada gips, atau akıbat penyakit seperti
menurunnya sensasi yang berhubungan dengan cedera serebrovaskular.

B. Saran
Diharapkan mahasiswa perawat setelah membaca makalah ini dapat
memahami dan mendalami tentangintegritaskulityang merupakan kebutuhan dasar
manusia.

Anda mungkin juga menyukai