Anda di halaman 1dari 7

KONSEP DASAR LUKA

Tugas Mata Kuliah KKPK

Dosen pengajar :

Andri Tri Kusumaningrum, SSiT.,M.Kes

Nama:

Nur Hayati (2002021799)

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

TAHUN 2021
TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Luka

Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang
berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu. (Potter & Perry, 2006).
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang bisa disebabkan oleh trauma
benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan
hewan (sjamsuhidajat & wim de jong, 2005).
Klasifikasi luka memberikan gambaran tentang status integritas kulit, penyebab luka,
keparahan, luasnya cedera atau kerusakan jaringan, kebersihan luka, atau gambaran kualitas
luka, misalnya warna. Luka penetrasi akibat pisau di sebut luka terbuka, dan luka kontusi
disebut luka tertutup. Luka terbuka menimbulkan resiko infeksi yang lebih besar dari pada
luka tertutup.
Luka jahitan post sectio caesarea merupakan hilangnya kontinuitas jaringan atau kulit
yang disebabkan oleh trauma atau prosedur pembedahan. Menurut teori tepi luka bagian
luka secara normal terlihat mengalami imflamasi pada hari ke-2 sampai hari ke-3, tetapi
lama kelamaan imflamasi ini akan menghilang dalam waktu 7-10 hari luka dengan
penyembuhan normal akan terisi sel epitel dan bagian pinggirnya akan menutup. Apabila
terjadi infeksi tepi luka akan terlihat bengkak dan meradang (Kozier, 2012).

2. Macam-Macam Luka dan Penyebabnya


Berdasarkan penyebabnya, luka dibagi menjadi :
1. Erosi, Abrasi, Excoriasi :
Erosi: Luka hanya sampai stratum corneum
Abrasi: Luka sampai stratum spinosum
Excoriasi: Luka sampai stratum basale
- Merupakan kerusakan epitel permukaan akibat trauma gesek pada epidermis.
- Abrasi luas dapat mengakibatkan kehilangan cairan tubuh.
- Luka harus segera dicuci, benda asing dalam luka harus dibersihkan dengan
seksama untuk meminimalkan risiko infeksi dan mencegah “tattooing” (luka
kedalamannya sampai stratum papilare dermis).

2. Kontusio :
- Biasanya disebabkan oleh trauma tumpul atau ledakan.
- Dapat mengakibatkan kerusakan jaringan yang luas.
- Pada awalnya, lapisan kulit di atasnya bisa jadi intak, tapi pada akhirnya dapat
menjadi non-viable.
- Hematoma berukuran besar yang terletak di bawah kulit atau atau di dalam
otot dapat menetap.
- Kontusio luas dapat mengakibatkan infeksi dan compartment syndromes.

3. Laserasi :
 Laserasi terjadi jika kekuatan trauma melebihi kekuatan regang jaringan,
misalnya robekan kulit kepala akibat trauma tumpul pada kepala.
 Laserasi diklasifikasikan berdasarkan mekanisme terjadinya, yaitu :
1. Insisi :
- Luka sayatan, disebabkan oleh benda tajam.
- Kerusakan jaringan sangat minimal.
- Contoh : luka tusuk, luka pembedahan, terkena pecahan kacminima
Ditutup dengan bantuan jahitan, klip, staples, adhesive strips
(plester) atau lem. Luka pembedahan dapat terbuka kembali
secara spontan (dehisensi) atau dibuka kembali karena terbentuk
timbunan cairan, darah (hematoma) atau infeksi.
2. Tension laceration :
- Disebabkan oleh trauma tumpul, biasanya karena tangential force
yang kekuatannya melebihi daya regang jaringan.
- Akibatnya adalah terjadinya robekan kulit dengan tepi tidak
teratur disertai kontusio jaringan di sekitarnya.
- Contoh : benturan dengan aspal pada kecepatan tinggi, laserasi
kulit karena pukulan tongkat dengan kekuatan tinggi.
3. Crush laceration atau compression laceration :
- Laserasi kulit terjadi karena kulit tertekan di antara objek dan tulang di
bawahnya.
- Laserasi tipe ini biasanya berbentuk stellate dengan kerusakan sedang
dari jaringan di sekitarnya.

- Kejadian infeksi lebih tinggi. - Hasil kosmetik kurang baik.


- Contoh : laserasi kulit di atas alis seorang anak karena terjatuh dari meja.
4. Kombinasi dari mekanisme di atas.

4. Kombinasi dari mekanisme di atas.

3. Tahap Penyembuhan Luka


Secara umum proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase penyembuhan dimana
dibagi dalam tiga fase utama yaitu (1) Fase inflamasi: (2) Fase proliferative: (3) Fase
maturasi. Fase-fase penyembuhan luka dapat dijabarkan sebagai berikut:
 Fase Inflamasi
Fase inflamasi terjadi pada awal kejadian atau pada saat luka terjadi hari ke-0
sampai hari ke-3 atau hari ke-5. Terdapat dua kegiatan utama pada fase ini, yaitu
respon vaskuler dan respon inflamasi. Respon vaskuler diawali dengan respon
hemostatic tubuh selama 5 detik pasca luka. Sekitar jaringan yang luka mengalami
iskemia yang merangsang pelapisan histamine dan vasoaktif yang menyebabkan
vasodilatasi, pelepasan trombosit, reaksi vasodilatasi dan vasokontriksi, dan
pembentukan lapisan fibrin.
Respon inflamasi adalah reaksi non spesifik tubuh dalam mempertahankan
atau memberi perlindungan terhadap benda asing yang masuk kedalam tubuh
(Arisanty, 2013). Fase inflamasi ditandai dengan adanya nyeri, bengkak, panas,
kemerahan dan hilangnya fungsi jaringan (Hess, 2008). Tubuh mengalami aktifitas
biokimia dan bioseluler, dimana reaksi tubuh memperbaiki kerusakan sel kulit,
leukosit memberikan perlindungan dan membersihkan makrofag (Arisanty, 2013).

 Fase Proliferative
Fase proliferasi terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-7 setelah 3 hari penutupan luka
sayat. Fase ini ditandai dengan pengeluaran makrofak dan neutrofil sehingga area
luka dapat melakukan sintesis dan remodelling pada mariks sel ekstraselular
(Hubrecht & Kirkwood, 2010). Pada fase proliferasi makrofak berfungsi menstimulasi
fibroblas untuk menghasilkan kolagen dan elastin kemudian terjadi prose
angiogenesis.
Pada proses granulasi kolagen dan elastin yang dihasilkan menutupi luka dan
membentuk matriks jaringan baru. Epitelasi terjadi setelah tumbuh jaringan
granulasi dan dimulai dari tepi luka yang mengalami proses migrasi membentuk
lapisan tipis yang menutupi luka dan membentuk matriks jaringan baru.

 Fase Maturasi
Fase remodeling terjadi pada hari ke-8 hingga satu sampai dua tahun. Padafase ini
terbentuknya jaringan kolagen pada kulit untuk penyembuhan luka (Hubrecht &
Kirkwood, 2010). Jaringan kolagen ini akan membentuk jaringan fibrosis atau bekas
luka dan terbentuknya jaringan baru. Sitokin pada sel endothelial mengaktifkan
aktorr pertumbuhan sel dan vaskularisasi pada daerah luka sehingga bekas luka
dapat diminimalkan (Piraino & Selemovic, 2015).

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka


Menurut Potter & Perry 2006 faktor faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka ialah :
a. Nutrisi

Istilah gizi berasal dari bahasa arab gizawi yang berarti nutrisi. Gizi merupakan
substansi organik dan non-organik yang ditemukan dari makanan yang dibutuhkan oleh
tubuh agar bisa berfungsi dengan baik (Kozier, 2004). Gizi (Nutrition) adalah suatu
proses organisme menggunakan makanan yang konsumsi secara normal melalui proses
digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat–zat
yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ-organ. (Supariasa, Bakri, & Fajar, Penilaian Status Gizi, 2002). Nutrisi
berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh , mengatur proses-proses
dalam tubuh, serta sebagai sumber tenaga. Penyembuhan luka secara normal
memerlukan nutrisi yang tepat. Secara fisiologis pada pasien post operasi terjadi
peningkatan metabolik ekspenditur untuk energi dan perbaikan, meningkatnya
kebutuhan nutrien untuk homeostasis, pemulihan, kembali pada kesadaran penuh, dan
rehabilitasi ke kondisi normal (Torosian, 2004).

Proses fisiologi penyembuhan luka bergantung pada tersedianya protein, vitamin


terutama A dan C serta mineral renik zink dan tembaga. Kolagen adalah protein yang
terbentuk dari asam amino yang di peroleh fibroblas dari protein yang di makan.

Vitamin A terdapat di minyak ikan, hati, mentega, susu, keju, telur, serta minyak
nabati. Sedangkan sumber Vitamin A yang utama adalah hati, wortel, mentega, susu,
dan margarin. Lalu selanjutnya ada vitamin C yang merupakan senyawa berwarna putih,
berbentuk kristal, dan sangat larut dalam air. Vitamin ini banyak terdapat di hampir
semua bahan pangan nabati seperti sayuran dan buah-buahan segar. Selain itu vitamin C
terdapat di pangan hewani seperti hati, ginjal mentah, susu segar. Vitamin C berfungsi
mendukung pembentukan semua jaringan tubuh, terutama jaringan ikat. (Mubarak,&
Chayatin, 2008). Jaringan ikat dibutuhkan untuk mensitesis kolagen.

Terapi nutrisi salah satu komponen sangat penting untuk klien dalam proses
penyebuhan akibat penyakit. Klien yang telah melakukan operasi membutuhkan
setidaknya 1500 Kkal/hari. (Potter& Perry, 2006). Menurut Rusjiyanto (2009) dalam
Hasmanidar (2015) Nutrisi mempengaruhi kecepatan penyembuhan luka, nutrisi yang
buruk mempengaruhi sistem kekebalan tubuh yang memberi perlindungan terhadap
penyakit infeksi, seperti penurunan sekretori imuno globulin A (AIgA) yang dapat
memberikan kekebalan permukaan membran mukosa, gangguan sistem fagositosis,
ganguan pembentukan kekebalan humoral tertentu, berkurangnya sebagian komplemen
dan berkurangnya thymus sel T.

b. Usia
Biasanya penyembuhan luka pada lansia cenderung lebih lambat, aspek fisiologi
penyembuhan luka tidak bebeda dengan klien yang berusia muda. Masalah yang
terjadi selama proses penyembuhan sulit ditentukan penyebabnya, karena proses
penuaan atau karena penyebab lainnya. Usia dapat menggangu semua tahap
penyembuhan luka perubahan vaskuler, mengganggu sirkulasi ke daerah luka.
Penuaan fungsi hati mengganggu sintesis pembekuan darah maka respon imflamasi
menjadi lambat, pembentukan antibodi dan limfosit menurun, jaringan kolagen
kurang lunak, dan jaringan parut kurang elastis (Potter & Perry, 2006). Menurut
Jhonson (2011) dalam Hasmanidar (2015) bahwa penambahan usia berpengaruh
terhadap semua penyembuhan luka sehubungan dengan adanya gangguan sirkulasi
dan keogulasi, respon imflamasi yang lebih lambat dan penuruna aktifitas fibroblas.
Kulit utuh yang sehat pada orang dewasa muda merupakan suatu barier yang baik
terhadap trauma mekanis dan infeksi. Begitu pula dengan efisiensi sistem imun,
sistem kardiovaskuler, dan sistem respirasi, yang memungkinkan penyembuhan luka
terjadi cepat. Menurut Bartini, 2013 usia dewasa muda antara 20 – 35 tahun, kulit
utuh pada dewasa muda yang sehat merupakan suatu barier yang baik terhadap
trberlaku pada efisiensi sistem imun, sistem kardiovaskuler, dan respirasi yang
memungkinkan penyembuhan luka lebih cepat yang memungkinkan penyembuhan
luka lebih cepat.

c. Mobilisasi
Mobilisasi ialah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan
teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. (Mubarak &
Cahyatin, 2008). Mobilisasi berpengaruh pada proses penyembuhan luka, karena
dengan mobilisasi dini dapat memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi
sendiri memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mungkin meningkatkan masa otot
pada sistem toleransi otot, membantu proses penyembuhan ibu yang telah
melahirkan secara sectio caesarae. (Lahal, Muzakkir & Muhtar, 2018). Mobilisasi
ialah kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,mudah, serta teratur yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatannya. Mobilisasi dini merupakan faktor yang mendukung proses
penyembuhan atau pemulihan pasca bedah dengan cepat. Dengan mobilisasi dini
maka vaskularisasi menjadi semakin baik sehingga akan mempengaruhi proses
penyembuhan luka post operasi karena luka membutuhkan peredaran darah yang
baik untuk pertumbuhan atau perbaikan sel (Sumarah, 2013).

d. Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketiadaan
absolut insulin atau penurunan relatif insensititas sel terhadap insulin. Berdasarkan
bukti epidemiologi terkini jumlah penderita diabetes di seluruh dunia saat ini
mencapai 200 juta dan diperkirakan meningkat lebih dari 330 juta pada tahun 2025.
Alasan peningkatan ini termasuk meningkatkan angka harapan hidup dan
pertumbuhan populasi yang tinggi dua kali lipat disertai peningkatan angka obesitas
yang dikaitkan dengan urbanisasi dan ketergantungan terhadap makanan olahan.
Diabetes melitus berpengaruh besar dalam penyembuhan luka, salah satu tanda
DM ialah tingginya kadar gula darah yang biasa di sebut hiperglikemi. Hiperglikemi
dapat menghambat leukosit melakukan fagositosis sehingga rentan terhadap infeksi
maka orang yang mengalami hiperglikemi akan mengalami penyembuhan luka yang
sulit dan berlangsung lama. (Puspitasari, Ummah, & Sumarsih, 2011).

e. Anemia
Anemia adalah suatu kondisi medis di mana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normai. (Proverawati, 2011). Kadar hemogiobin normal
umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pría, anemia biasanya
didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada
wanita sebagai hemoglobin kurang dari 120 gram/100ml. Anemia adalah gejala
kekurangan (defisuisiensi) sel darah merah karena kadar hemoglobin yang rendah,
atau dalam medis bisa di artikan kadar hemoglobin atau sel darah merah dalam
tubuh rendah.anemia dapat digolongkan sebagai berikut :
 Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
 Hb 7-8 gr : Anemia sedang
 Hb <7 gr% : Anemia berat

f. Obesitas
Obesitas memiliki resiko kesehatan yang serius kelebihan berat badan termasuk
dalam obesitas mengalami peningkatan penyakit jantung, hipertensi, Diabetes
Melitus tipe 2. (Black, & Hawks, 2014). Obesitas juga menyebabkan jaringan lemak
kekurangan suplai darah untuk melawan infeksi bakteri dan untuk mengirimkan
nutrisi serta elemen seluler yang berguna dalam penyembuhan luka. (Potter, &
Perry, 2006).

g. Obat-obatan
Obat-obatan yang dapat mempengaruhi penyembuha luka post operasi adalah jenis
obat obatan yang mengandung Steroid. Steroid menurunkan respon imflamasi dari
memperlambat sintesis kolagen, obat obatan anti inflamasi menekan sintesis
protein, kontraksi luka, epitalisasi dan imflamasi.

h. Stress Luka
Muntah distensi abdomen dan usaha pernafasan dapat menimbulkan stres,pada
jahitan operasi dan merusak lapisan luka. Tekanan mendadak yang tidak terduga
pada luka insisi akan menghambat pembentukan sel endotel dan jaringan kolagen.

Anda mungkin juga menyukai