DI RSUD CAMPURDARAT
PROFESI NERS
STIKES GANESHA HUSADA
KEDIRI TAHUN AKAFDEMIK
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
(ANIK NURHIDAYATI
S.Kep.Ns.M.Kep)
( …………………….)
(Sumsi Dwi Herlina)
Pembimbing Akademik
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses
patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ
tertentu. (Potter & Perry, 2006). Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian
jaringan tubuh yang bisa disbabkan oleh trauma benda tajam atau tumpu,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan
(sjamsuhidajat & wim de jong, 2005).
Klasifikasi luka memberikan gambaran tentang status integritas kulit,
penyebab luka, keparahan, luasnya cedera atau kerusakan jaringan, kebersihan
luka, atau gambaran kualitas luka, misalnya warna. Luka penetrasi akibat pisau
di sebut luka terbuka, dan luka kontusi disebut luka tertutup. Luka terbuka
menimbulkan resiko infeksi yang lebih besar dari pada luka tertutup.
2. Penyembuhan luka
a. Fase inflamasi
Fase inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka yang dimulai setelah
beberapa menit dan berlangsung selama sekitar 3 hari setelah cidera. Proses
perbaikan terdiri dari mengontrol perdarahan (hemostasis), mengirim darah dan
sel ke arah yang mengalami cidera, dan membentuk sel-sel epitel pada tempat
cedera (epitelialisasi). Selama proses hemostasis, pembuluh darah yang cedera
akan mengalami kontraksi dan trombosit berkumpul untuk menghentikan
perdarahan.
Bekuan–bekuan darah membentuk matriks fibrin yang nantinya akan
menjadi kerangka untuk perbaikan sel. Jaringan yang rusak menyekresi
histamin, yang menyebabkan vasodilatasi kapiler di sekitarnya dan
mengeluarkan serum dan sel-sel darah putih ke dalam jaringan yang rusak. Hal
ini menimbulkan reaksi kemerahan, edema, hangat, dan nyeri lokal. Respon
inflamasi merupaka respon yag menguntungkan dan tidak perlu mendinginkan
area inflamasi atau mengurangi bengkak kecuali jika bengkak terjadi dalam
ruang tertutup. Leukosit (sel darah putih) akan mencapai luka dalam beberapa
jam. Leukosit utama yang bekerja pada luka adalah neutrofil, yang mulai
memakan bakteri dan debris yang kecil. Neutrofil mati dalam beberapa hari dan
meninggalkan eksudat enzim yang akan menyerang bakteri atau membantu
perbaikan jaringan.pada inflamasi kronik, neutrofil yang mati akan membentuk
pus.
Leukosit penting yang ke dua adalah monosit yang akan berubah menjadi
makrofag (sel kantong sampah) yang akan membersihkan luka dari bakteri, sel-
sel mati dan debris dengan cara fagositosis. Makrofag juga mencerna dan
mendaur ulang zat- zat tertentu, seperti asam amino dan gula yang dapat
membantu dalam perbaikan luka. Makrofag akan melanjutkan proses
pembersihan debris luka, menarik lebih bnayak makrofag dan menstimulasi
pembentukan fibriblas, yaitu sel yang mensintesis kolagen. Kolagen dapat di
temukan paling cepat pada hari kedua dan menjadi komponen utama jaringan
parut.
Setelah makrofag membersihkan luka dan menyiapkannya untuk perbaikan
jaringan, sel epitel bergerak dari bagian tepi luka di bawah dasar bekuan darah.
Sel epitel berkumpul di bawah rongga luka selama sekitar 48 jam, lalu di atas
luka akan terbentuk lapisan tipis dari jaringan epitel dan menjadi barier
terhadap organisme penyebab infeksi.
Terlalu sedikit proses inflamasi yang terjadi akan menyebabkan fase
inflamasi berlangsung lama dan proses perbaikan menjadi lambat, seperti yang
terjadi pada penyakit yang terlalu banyak inflamasi juga dapat memperpanjang
masa penyembuhan luka karena sel yang tiba pada luka akan bersaing untuk
mendapatkan nutrisi yang memadai.
c. Maturasi (remodeling)
a. Hemoragi
Hemoragi atau perdarahan dari daerah luka merupakan hal yang normal
terjadi selama dan sesaat setelah trauma. Semostasis terjadi dalam beberapa
menit kecual jika luka mengenai pembuluh darah besar atau fungsi pembekuan
darah klien buruk. Perdarahan terjadi serelah hemostasis menunjukkan
lepasnya jahitan operasi, keluarnya bekuan darah, infeksi, atau erosi pembuluh
darah oleh benda asing (contoh, selang drainase). Perdarahan dapat terjadi
secara eksternal atau internal. Contohnya jika jahitan operasi merobek
pembuluh darah, maka pendarahan terjadi di dalam jaringan dan tidak terlihat
tanda-tanda perdarahan kecuali jika klien terpasang drain setelah pembedahan,
yang berguna untuk membuang cairan yang terkumpul di dalam jaringan di
bawah luka.
Hematoma adalah pengumpalan darah lokal di bawah jaringan. Hematoma
terlihat seperti bengkak adalah massa yang sering berwarna kebiruan hematoma
yang terjadi didekat anteri atau vena yang besar berbahaya karena tekanan
akibat hematoma dapat menghambat aliran darah. Perdarahan eksternal lebih
jelas terlihat Perawat dalam mengobservasi adanya drainase darah pada balutan
yang menutupi luka. Jika perdarahan terjadi secara luas, maka balutan cepat
basah dan darah keluar dari tepi balutan luka secara terus menerus dan
berkumpul di bawah tubuh klien. Luka operasi beresiko mengalami perdarahan
selama 24 sampai 48 jam pertama setelah operasi (Potter & Perry, 2006).
b. Infeksi
Jika luka tidak sembuh dengan baik maka lapisan kulit dan jaringan akan
terpisah. Terpisahnya lapisan kulit dan jaringan paling sering terjadi sebelum
pembentukan kolagen (3-11 hari setelah cedera). Dehisens adalah terpisahnya
lapisan luka secara persial atau total. Klien dengan obesitas juga beresiko tinggi
mengalami dehisens karena adanya regangan yang konstan pada luka dan
buruknya kualitas penyembuhan luka pada jaringan lemak. Dehisens sering
terjadi pada luka pembedahan abdomen dan terjadi setelah regangan mendadak,
misalnya batuk, muntah atau duduk tegag di tempat tidur. Klien sering
melaporkan rasa seakan akan ada sesuatu yang terlepas.
ii. Eviserasi
Istilah gizi berasal dari bahasa arab gizawi yang berarti nutrisi. Gizi
merupakan substansi organik dan non-organik yang ditemukan dari makanan
yang dibutuhkan oleh tubuh agar bisa berfungsi dengan baik. (Kozier, 2004).
Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
konsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat–zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-
organ. (Supariasa, Bakri, & Fajar, Penilaian Status Gizi, 2002). Nutrisi
berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh , mengatur proses-
proses dalam tubuh, serta sebagai sumber tenaga. Penyembuhan luka secara
normal memerlukan nutrisi yang tepat. Secara fisiologis pada pasien post
operasi terjadi peningkatan metabolik ekspenditur untuk energi dan perbaikan,
meningkatnya kebutuhan nutrien untuk homeostasis, pemulihan, kembali pada
kesadaran penuh, dan rehabilitasi ke kondisi normal (Torosian, 2004).
Prosedur operasi tidak hanya menyebabkan terjadinya katabolisme tetapi juga
mempengaruhi digestif, absorpsi, dan prosedur asimilasi di saat kebutuhan
nutrisi juga meningkat (Ward, 2003).
Proses fisiologi penyembuhan luka bergantung pada tersedianya
protein, vitamin terutama A dan C serta mineral renik zink dan tembaga.
Kolagen adalah protein yang terbentuk dari asam amino yang di peroleh
fibroblas dari protein yang di makan.
Vitamin A terdapat di minyak ikan, hati, mentega, susu, keju, telur, serta
minyak nabati. Sedangkan sumber Vitamin A yang utama adalah hati, wortel,
mentega, susu, dan margarin. Lalu selanjutnya ada vitamin C yang merupakan
senyawa berwarna putih, berbentuk kristal, dan sangat larut dalam air. Vitamin
ini banyak terdapat di hampir semua bahan pangan nabati seperti sayuran dan
buah-buahan segar. Selain itu vitamin C terdapat di pangan hewani seperti hati,
ginjal mentah, susu segar. Vitamin C berfungsi mendukung pembentukan
semua jaringan tubuh, terutama jaringan ikat. (Mubarak,& Chayatin, 2008).
Jaringan ikat dibutuhkan untuk mensitesis kolagen.
Terapi nutrisi salah satu komponen sangat penting untuk klien dalam
proses penyebuhan akibat penyakit. Klien yang telah melakukan operasi
membutuhkan setidaknya 1500 Kkal/hari. (Potter& Perry, 2006). Menurut
(Rustiyanto, 2009) dalam (Hasmanidar, 2015) Nutrisi mempengaruhi
kecepatan penyembuhan luka, nutrisi yang buruk mempengaruhi sistem
kekebalan tubuh yang memberi perlindungan terhadap penyakit infeksi, seperti
penurunan sekretori imuno globulin A (AIgA) yang dapat membe rikan
kekebalan permukaan membren mukosa, gangguan sistem fagositosis,
ganguan pembentukan kekebalan humoral tertentu, berkurangnya sebagian
komplemen dan berkurangnya thymus sel T. Studi observasional yang menilai
status gizi dan dampaknya pada pasien bedah yang dilakukan oleh
(Sulistyaningrum & Puruhita 2007) menemukan semakin baik IMT , semakin
cepat penyembuhan luka operasi dan semakin tinggi albumin, semakin cepat
penyembuhan luka operasi. Sementara penelitian yang dilakukan oleh (Ijah
2009) menunjukkan adanya pengaruh status gizi secara signifikan terhadap
penyembuhan luka dan lama rawat inap.
b. Usia
c. Mobilisasi
f. Obat-obatan
Obat-obatan yang dapat mempengaruhi penyembuha luka post operasi adalah jenis
obat obatan yang mengandung Steroid. Steroid menurunkan respon imflamasi dari
memperlambat sintesis kolagen, obat obatan anti inflamasi menekan sintesis protein,
kontraksi luka, epitalisasi dan imflamasi. Penggunaan antibiotik dalam waktu lama dapat
meningkatkan resiko terjadinya superinfeksi. Obat-obatan kemoterapi dapat menekan
fungsi sum-sum tulang, menurunkkan jumlah leukosit, dan mengganggu respon
imflamasi.
g. Stres luka
Muntah distensi abdomen dan usaha pernafasan dapat menimbulkan stres,pada jahitan
operasi dan merusak lapisan luka. Tekanan mendadak yang tidak terduga pada luka insisi
akan menghambat pembentukan sel endotel dan jaringan kolagen
DAFTAR PASIEN RAWAT LUKA
3 An R 7 Luka Babras