Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TUGAS ENTERPRENEUR RAWAT LUKA

DI RSUD CAMPURDARAT

NAMA : SUMSI DWIHERLINA


NIM : 21.09.3.055.3

PROFESI NERS
STIKES GANESHA HUSADA
KEDIRI TAHUN AKAFDEMIK
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS ENTERPRENEUR RAWAT LUKA


DI RUANG BEDAH RSUD CAMPURDARAT

Pembimbing Tulungagung 13 Juli 2022


Pembimbing Klinik
Klinik
Mahasiswa

(ANIK NURHIDAYATI
S.Kep.Ns.M.Kep)
( …………………….)
(Sumsi Dwi Herlina)

Pembimbing Akademik

(ANIK NURHIDAYATI S.Kep.Ns.M.Kep)


LAPORAN PENDAHULUAN
LUKA
1 . Pengertian luka

Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses
patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ
tertentu. (Potter & Perry, 2006). Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian
jaringan tubuh yang bisa disbabkan oleh trauma benda tajam atau tumpu,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan
(sjamsuhidajat & wim de jong, 2005).
Klasifikasi luka memberikan gambaran tentang status integritas kulit,
penyebab luka, keparahan, luasnya cedera atau kerusakan jaringan, kebersihan
luka, atau gambaran kualitas luka, misalnya warna. Luka penetrasi akibat pisau
di sebut luka terbuka, dan luka kontusi disebut luka tertutup. Luka terbuka
menimbulkan resiko infeksi yang lebih besar dari pada luka tertutup.

2. Penyembuhan luka

Penyembuhan luka melibatkan integrasi proses fisiologis. Sifat


penyembuhan pada semua luka sama, dengan variasinya bergantung pada
lokasi keparahan dan luasnya cedera. Kemampuan sel dan jaringan melakukan
regenerasi atau kembali ke struktur normal melalui pertumbuhan sel sel juga
mempengaruhi penyembuhan luka. Sel hati,tubulus ginjal dan neuron pada
sistem saraf pusat mengalami regenerasi yang lambat atau tidak beregenerasi
sama sekali, ada dua jenis luka, yaitu luka dengan jaringan yang hilang dan
luka tanpa jaringan yang hilang.
Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan fungsi
jaringan yang sudah rusak. Penyembuhan luka melibatkan integrasi proses
fsilologis (Potter & Perry,2006). Insisi bedah yang bersih merupakan contoh
luka dengan sedikit jaringan yang hilang, luka bedah akan mengalami
penyembuha primer. Tepi tepi kulit merapat atau saling berdekatan sehingga
mempunyai resiko infeksi yang rendah serta penyembuhan cenderung terjadi
dengan cepat. Penyembuhan luka primer proses penyembuhan luka normal
adalah perbaikan luka bedah yang bersih. Penyembuhan terjadi dalam
beberapa tahap, yang di gambarkan oleh (Doughty 1992) terdiri dari fase
inflamasi, poliferasi, dan maturasi. Penyembuhan luka didefinisikan oleh
Wound Healing Society (WHS) sebagai suatu yang kompleks dan dinamis
sebagai akibat dari pengembalian kontinuitas dan fungsi anatomi.
3. Proses Penyembuhan Luka

a. Fase inflamasi

Fase inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka yang dimulai setelah
beberapa menit dan berlangsung selama sekitar 3 hari setelah cidera. Proses
perbaikan terdiri dari mengontrol perdarahan (hemostasis), mengirim darah dan
sel ke arah yang mengalami cidera, dan membentuk sel-sel epitel pada tempat
cedera (epitelialisasi). Selama proses hemostasis, pembuluh darah yang cedera
akan mengalami kontraksi dan trombosit berkumpul untuk menghentikan
perdarahan.
Bekuan–bekuan darah membentuk matriks fibrin yang nantinya akan
menjadi kerangka untuk perbaikan sel. Jaringan yang rusak menyekresi
histamin, yang menyebabkan vasodilatasi kapiler di sekitarnya dan
mengeluarkan serum dan sel-sel darah putih ke dalam jaringan yang rusak. Hal
ini menimbulkan reaksi kemerahan, edema, hangat, dan nyeri lokal. Respon
inflamasi merupaka respon yag menguntungkan dan tidak perlu mendinginkan
area inflamasi atau mengurangi bengkak kecuali jika bengkak terjadi dalam
ruang tertutup. Leukosit (sel darah putih) akan mencapai luka dalam beberapa
jam. Leukosit utama yang bekerja pada luka adalah neutrofil, yang mulai
memakan bakteri dan debris yang kecil. Neutrofil mati dalam beberapa hari dan
meninggalkan eksudat enzim yang akan menyerang bakteri atau membantu
perbaikan jaringan.pada inflamasi kronik, neutrofil yang mati akan membentuk
pus.

Leukosit penting yang ke dua adalah monosit yang akan berubah menjadi
makrofag (sel kantong sampah) yang akan membersihkan luka dari bakteri, sel-
sel mati dan debris dengan cara fagositosis. Makrofag juga mencerna dan
mendaur ulang zat- zat tertentu, seperti asam amino dan gula yang dapat
membantu dalam perbaikan luka. Makrofag akan melanjutkan proses
pembersihan debris luka, menarik lebih bnayak makrofag dan menstimulasi
pembentukan fibriblas, yaitu sel yang mensintesis kolagen. Kolagen dapat di
temukan paling cepat pada hari kedua dan menjadi komponen utama jaringan
parut.
Setelah makrofag membersihkan luka dan menyiapkannya untuk perbaikan
jaringan, sel epitel bergerak dari bagian tepi luka di bawah dasar bekuan darah.
Sel epitel berkumpul di bawah rongga luka selama sekitar 48 jam, lalu di atas
luka akan terbentuk lapisan tipis dari jaringan epitel dan menjadi barier
terhadap organisme penyebab infeksi.
Terlalu sedikit proses inflamasi yang terjadi akan menyebabkan fase
inflamasi berlangsung lama dan proses perbaikan menjadi lambat, seperti yang
terjadi pada penyakit yang terlalu banyak inflamasi juga dapat memperpanjang
masa penyembuhan luka karena sel yang tiba pada luka akan bersaing untuk
mendapatkan nutrisi yang memadai.

b. Fase ploliferasi (regenerasi)

Dengan munculnya pembuluh darah baru sebagai hasil rekonstruksi, fase


proliferasi terjadi dalam waktu 3-24 hari. Aktivitas utama selama fase
regenarasi ini adalah mengisi luka dengan jaringan penyambung atau jaringan
gramlasi yang baru dan menutup bagian atas luka dengan epitelisasi. Fibroblast
adalah sel- sel yang mensintesis kolagen yang akan menutup defek luka.
Fibroblas membatuhkan vitamin E dan C, oksigen, dan asam amino agar dapat
berfungsi dengan baik. Kolagen memberikan kekuatan dan integritas struktur
pada luka.
Selama periode ini luka mulai tertutup oleh jaringan yang baru. Bersamaan
dengan proses rekonstruksi yang terus berlangsung, daya elastisitas luka
meningkat dan risiko terpisah atau ruptur luka akan menurun. Tingkat tekanan
pada luka mempengaruhi jumlah jaringan parut yang terbertuk. Contohnya
jaringan parut lebih banyak terbentuk pada luka diekstremitas dibandingkan
dengan luka pada daerah yang pergerakannya sedikit, seperti di kulit kepala
atau dada. Gengguan proses penyembuhan selama fase ini biasanya disebabkan
oleh faktor, seperti usia, anemia, hipo proteinemia dan defisiensi zat besi.

c. Maturasi (remodeling)

Maturasi, yang merupakan tahap akhir proses penyembuhan luka, dapat


memerlukan waktu lebih dari 1 tahun. Bergantung pada kedalaman dan
keluasan luka, jaringan parut kolagen terus melakukan reorganisasi dan akan
menguat setelah beberapa bulan. Namun, luka yang telah sembuh biasanya
tidak memiliki daya elastisitas yang sama dengan jaringan yang digantikannya.
Serat kolagen mengalami remodeling atau reorganisasi sebelum mencapai
bentuk normal. Biasanya jaringan parut mengandung lebih sedikit sel-sel
pigmentasi (melanosit) dan memiliki warna yang lebih terang dari pada warna
kulit normal.

4. Komplikasi penyembuhan luka

a. Hemoragi

Hemoragi atau perdarahan dari daerah luka merupakan hal yang normal
terjadi selama dan sesaat setelah trauma. Semostasis terjadi dalam beberapa
menit kecual jika luka mengenai pembuluh darah besar atau fungsi pembekuan
darah klien buruk. Perdarahan terjadi serelah hemostasis menunjukkan
lepasnya jahitan operasi, keluarnya bekuan darah, infeksi, atau erosi pembuluh
darah oleh benda asing (contoh, selang drainase). Perdarahan dapat terjadi
secara eksternal atau internal. Contohnya jika jahitan operasi merobek
pembuluh darah, maka pendarahan terjadi di dalam jaringan dan tidak terlihat
tanda-tanda perdarahan kecuali jika klien terpasang drain setelah pembedahan,
yang berguna untuk membuang cairan yang terkumpul di dalam jaringan di
bawah luka.
Hematoma adalah pengumpalan darah lokal di bawah jaringan. Hematoma
terlihat seperti bengkak adalah massa yang sering berwarna kebiruan hematoma
yang terjadi didekat anteri atau vena yang besar berbahaya karena tekanan
akibat hematoma dapat menghambat aliran darah. Perdarahan eksternal lebih
jelas terlihat Perawat dalam mengobservasi adanya drainase darah pada balutan
yang menutupi luka. Jika perdarahan terjadi secara luas, maka balutan cepat
basah dan darah keluar dari tepi balutan luka secara terus menerus dan
berkumpul di bawah tubuh klien. Luka operasi beresiko mengalami perdarahan
selama 24 sampai 48 jam pertama setelah operasi (Potter & Perry, 2006).
b. Infeksi

Infeksi merupakan invasi tubuh oleh pathogen atau mikroorganisme yang


mampu menyebabkan sakit. (Potter & Perry, 2005). Infeksi merupakan invasi
dan proliferasi mikroorganisme pada jaringan tubuh. Mikroorganisme yang
menginvasi dan berproliferasi pada jaringan tubuh disebut agen infeksi.
Apabila mikroorganisme tidak menimbulkan tanda klinis penyakit, infeksi yang
ditimbulkan disebut infeksi asimptomatik atau subklinis. (Kozier, 2011). Infeksi
luka merupakan infeksi nosokomial (infeksi yang berhubungan dengan rumah
sakit). Menurut centers for disease control (CDC) luka mengalami infeksi jika
terdapat drainase purulen pada luka, yang membedakan antara luka
terkontaminasi dan terinfeksi adalah jumlah bakteri yang ada di dalamnya,
menurut kesepakatan luka yang mengandung bakteri jenis ini dalam jumlah
yang kurang dari 100.000/ml sudah di anggap terinfeksi. Luka terkontaminasi
atau luka traumatik akan menujukan tanda tanda infeksi lebih awal yaitu dalam
waktu 2-3 hari. Infeksi luka operasi biasanya tidak terjadi sampai hari ke 4 atau
ke 5 setelah operasi pasien mengalami demam,nyeri tekan,dan nyeri pada
daerah luka serta jumlah sel darah putih klien meningkat (Potter & Perry,
2006).

1) Tanda dan gejala infeksi


a. Rubor / Kemerahan lokal
b. Tumor / Pembengkakan lokal
c. Kalor Teraba panas pada area yang terinfeksi
d. Dolor / Nyeri atau nyeri tekan saat palpasi atau saat digerakkan
e. Fungsio Laesa / Kehilangan fungsi pada bagian tubuh yang
terkena, tergantung pada area dan perluasan area yang terkena
Selain itu, luka terbuka dapat menghasilkan eksudat dengan berbagai
warna. Infeksi sistemik memiliki tanda dan gejala mencakup:
a) Demam

b) Peningkatan frekuensi napas, jika demam tinggi


c) Malaise dan kehilangan energy
d) Anoreksia, dan pada bebrapa situasi, mual dan muntah

e) Pembesaran dan nyeri tekan kelenjar limfe yang mengalir ke area


infeksi
f) Peningkatan hitung leukosit (normal 4500 sampai 11.000/ml)

g) Peningkatan laju endap darah (LED).

h) Kultur urine, darah, sputum, atau drainase lain yang


mengindikasikan adanya mikroorganisme pathogen tidak normal dalam tubuh.
(Kozier, 2004)
i. Dehisens

Jika luka tidak sembuh dengan baik maka lapisan kulit dan jaringan akan
terpisah. Terpisahnya lapisan kulit dan jaringan paling sering terjadi sebelum
pembentukan kolagen (3-11 hari setelah cedera). Dehisens adalah terpisahnya
lapisan luka secara persial atau total. Klien dengan obesitas juga beresiko tinggi
mengalami dehisens karena adanya regangan yang konstan pada luka dan
buruknya kualitas penyembuhan luka pada jaringan lemak. Dehisens sering
terjadi pada luka pembedahan abdomen dan terjadi setelah regangan mendadak,
misalnya batuk, muntah atau duduk tegag di tempat tidur. Klien sering
melaporkan rasa seakan akan ada sesuatu yang terlepas.
ii. Eviserasi

Terpisahnya lapisan luka secara total dapat menimbulkan evisersi atau


keluarnya organ viseral melaiui luka yang terbuka. Kondisi ini merupakan
darurat medis yang perlu diperbaiki melalui pembedahan. Bila terjadi
eviserasi, perawat melakukan handuk steril yang dibasahi dengan salin
normal steril di atas jaringan yang keluar untuk mencegah masuknya bakteri
dan kekeringan pada jaringan tersebut. Keluarnya organ melalui luka dapat
membahayakan suplai darah ke jaringan tersebut, klien harus tetap puasa, dan
terus diobservasi adanya tanda dan gejala syok serta segera siapkan
pembedahan darurat.
iii. Fistula

Fistula adalah saluran abrormal yang berada di antara 2 buah organ di


antara organ dan bagian luar tubuh. Dokter bedah membuat fistula untuk
kepentingan terapi, misalnya, pembuatan saluran antara lambung dengan
dinding abdomen luar untuk memasukkan selang gastrostomi yang berguna
untuk memasukkan makanan. Namun, sebagian besar fistula terbentuk karena
penyembuhan luka akan yang buruk atau karena komplikasi suatu penyakit,
seperti penyakit Chron atau enteritis regional. Trauma, infeksi, terpapar radiasi
serta penyakit seperti kanker akan menyebabkan lapisan jaringan tidak
menutup dengan baik dan membentuk saluran fistula. Fistula meningkatkan
resiko terjadinya infeksi dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit akibat
kehilangan cairan.
iv. Penundaan penutupan luka

Peyembuhan luka tersier atau penundaan penutupan luka adalah tindakan


yang sengaja dilakukan oleh dokter bedah agar terjadi drainase yang efektif
dari luka yang bersih atau yang terkontaminasi. Luka tidak ditutup hingga
semua tanda edema dan debris luka hilang. Balutan oklusit digunakan untuk
mencegah kontaminasi pada luka. Kemudian luka ditutup seperti pada
penutupan penyembuhan primer, melalui percobaan yang telah dilakukan
diketahui bahwa pada teknik ini pembentukan parut atau penundaan secara
signifikan (Coper, 1992 dalam Potter, & perry, 2006).

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

Menurut Potter & Perry 2006 faktor faktor yang mempengaruhi


penyembuhan luka ialah :
a. Nutrisi

Istilah gizi berasal dari bahasa arab gizawi yang berarti nutrisi. Gizi
merupakan substansi organik dan non-organik yang ditemukan dari makanan
yang dibutuhkan oleh tubuh agar bisa berfungsi dengan baik. (Kozier, 2004).
Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
konsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat–zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-
organ. (Supariasa, Bakri, & Fajar, Penilaian Status Gizi, 2002). Nutrisi
berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh , mengatur proses-
proses dalam tubuh, serta sebagai sumber tenaga. Penyembuhan luka secara
normal memerlukan nutrisi yang tepat. Secara fisiologis pada pasien post
operasi terjadi peningkatan metabolik ekspenditur untuk energi dan perbaikan,
meningkatnya kebutuhan nutrien untuk homeostasis, pemulihan, kembali pada
kesadaran penuh, dan rehabilitasi ke kondisi normal (Torosian, 2004).
Prosedur operasi tidak hanya menyebabkan terjadinya katabolisme tetapi juga
mempengaruhi digestif, absorpsi, dan prosedur asimilasi di saat kebutuhan
nutrisi juga meningkat (Ward, 2003).
Proses fisiologi penyembuhan luka bergantung pada tersedianya

protein, vitamin terutama A dan C serta mineral renik zink dan tembaga.
Kolagen adalah protein yang terbentuk dari asam amino yang di peroleh
fibroblas dari protein yang di makan.
Vitamin A terdapat di minyak ikan, hati, mentega, susu, keju, telur, serta
minyak nabati. Sedangkan sumber Vitamin A yang utama adalah hati, wortel,
mentega, susu, dan margarin. Lalu selanjutnya ada vitamin C yang merupakan
senyawa berwarna putih, berbentuk kristal, dan sangat larut dalam air. Vitamin
ini banyak terdapat di hampir semua bahan pangan nabati seperti sayuran dan
buah-buahan segar. Selain itu vitamin C terdapat di pangan hewani seperti hati,
ginjal mentah, susu segar. Vitamin C berfungsi mendukung pembentukan
semua jaringan tubuh, terutama jaringan ikat. (Mubarak,& Chayatin, 2008).
Jaringan ikat dibutuhkan untuk mensitesis kolagen.

Terapi nutrisi salah satu komponen sangat penting untuk klien dalam
proses penyebuhan akibat penyakit. Klien yang telah melakukan operasi
membutuhkan setidaknya 1500 Kkal/hari. (Potter& Perry, 2006). Menurut
(Rustiyanto, 2009) dalam (Hasmanidar, 2015) Nutrisi mempengaruhi
kecepatan penyembuhan luka, nutrisi yang buruk mempengaruhi sistem
kekebalan tubuh yang memberi perlindungan terhadap penyakit infeksi, seperti
penurunan sekretori imuno globulin A (AIgA) yang dapat membe rikan
kekebalan permukaan membren mukosa, gangguan sistem fagositosis,
ganguan pembentukan kekebalan humoral tertentu, berkurangnya sebagian
komplemen dan berkurangnya thymus sel T. Studi observasional yang menilai
status gizi dan dampaknya pada pasien bedah yang dilakukan oleh
(Sulistyaningrum & Puruhita 2007) menemukan semakin baik IMT , semakin
cepat penyembuhan luka operasi dan semakin tinggi albumin, semakin cepat
penyembuhan luka operasi. Sementara penelitian yang dilakukan oleh (Ijah
2009) menunjukkan adanya pengaruh status gizi secara signifikan terhadap
penyembuhan luka dan lama rawat inap.

b. Usia

Biasanya penyembuhan luka pada lansia cenderung lebih lambat, aspek


fisiologi penyembuhan luka tidak bebeda dengan klien yang berusia muda.
Masalah yang terjadi selama proses penyembuhan sulit ditentukan
penyebabnya, karena proses penuaan atau karena penyebab lainnya. Usia
dapat menggangu semua tahap penyembuhan luka perubahan vaskuler,
mengganggu sirkulasi ke daerah luka. Penuaan fungsi hati mengganggu
sintesis pembekuan darah maka respon imflamasi menjadi lambat,
pembentukan antibodi dan limfosit menurun, jaringan kolagen kurang lunak,
dan jaringan parut kurang elastis. (Potter & Perry, 2006)
Menurut (Jhonson 2011) dalam (Hasmanidar 2015) bahwa penambahan usia
berpengaruh terhadap semua penyembuhan luka sehubungan dengan adanya
gangguan sirkulasi dan keogulasi, respon imflamasi yang lebih lambat dan
penuruna aktifitas fibroblas. Kulit utuh yang sehat pada orang dewasa muda
merupakan suatu barier yang baik terhadap trauma mekanis dan infeksi.
Begitu pula dengan efisiensi sistem imun, sistem kardiovaskuler, dan sistem
respirasi, yang memungkinkan penyembuhan luka terjadi cepat. Menurut
(Bartini, 2013) usia dewasa muda antara 20 – 35 tahun, kulit utuh pada
dewasa muda yang sehat merupakan suatu barier yang baik terhadap trauma
mekanis dan juga infeksi, begitu juga yang berlaku pada efisiensi sistem
imun, sistem kardiovaskuler, dan respirasi yang memungkinkan
penyembuhan luka lebih cepat.

c. Mobilisasi

Mobilisasi ialah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,


mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
(Mubarak & Cahyatin, 2008). Mobilisasi berpengaruh pada proses
penyembuhan luka, karena dengan mobilisasi dini dapat memperbaiki tonus
otot, meningkatkan mobilisasi sendiri memperbaiki toleransi otot untuk
latihan, mungkin meningkatkan masa otot pada sistem toleransi otot,
membantu proses penyembuhan. (Lahal, Muzakkir & Muhtar, 2018).
Mobilisasi ialah kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,mudah,
serta teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya. Mobilisasi dini merupakan faktor yang
mendukung proses penyembuhan atau pemulihan pasca bedah dengan cepat.
Dengan mobilisasi dini maka vaskularisasi menjadi semakin baik sehingga
akan mempengaruhi proses penyembuhan luka post operasi karena luka
membutuhkan peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan atau perbaikan
sel (Sumarah, 2013)
Menurut (Sihotang & Yulianti 2018) mobilisasi dini berpengaruh
terhadap penyembuhan luka karena dengan melakukan mobilisasi dini
peredaran darah menjadi lancar sehingga darah dapat menyalurkan oksigen ke
jaringan yang mengalami luka.
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi
a) Gaya hidup
Latar belakang budaya, nilai-nilai yang dianut, serta lingkungan
tempat tinggal dapat mempengaruhi mobilitas seseorang.
b) Ketidakmampuan

Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk


melakukan aktivitas. Secara umum ketidakmampuan ada dua macam,
yakni ketidakmampuan primer dan ketidakmampuan sekunder.
Ketidakmampuan primer ialah disebabkan oleh penyakit atau trauma,
sedangkan ketidakmampuan sekunder terjadi akibat dampak dari
ketidakmampuan primer yang mengakibatkan Kelemahan otot dan
tirah baring.
c) Tingkat energi

Mobilisasi sangat membutuhkan energi dalam hal ini, cadangan energi


yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.
d) Usia

Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan


mobilisasi, pada lansia kemampuan untuk melakukan aktivitas dan
mobilisasi sudah berkurang sejalan dengan penuaan.
e) Diabetes Melitus

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti "mengalirkan atau


mengalihkan" (siphon). Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yang ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau
penurunan relatif insensititas sel terhadap insulin. Berdasarkan bukti
epidemiologi terkin jumlah penderita diabetes di seluruh dunia saat ini
mencapai 200 juta dan diperkirakan meningkat lebih dari 330 juta
pada tahun 2025. Alasan peningkatan ini termasuk meningkatkan
angka harapan hidup dan pertumbuhan populasi yang tinggi dua kali
lipat disertai peningkatan angka obesitas yang dikaitkan dengan
urbanisasi dan ketergantungan terhadap makanan olahan. Di Amerika
Serikat, 18,2 juta individu pengidap diabetes (6,3% dari populasi),
hampir satu per tiga tidak menyadari bahwa mereka memiliki diabetes.
(Corwin, 2009).
Diabetes melitus berpengaruh besar dalam penyembuhan luka,
salah satu tanda DM ialah tingginya kadar gula darah yang biasa di
sebut hiperglikemi. Hiperglikemi dapat menghambat leukosit
melakukan fagositosis sehingga rentan terhadap infeksi maka orang
yang mengalami hiperglikemi akan mengalami penyembuhan luka
yang sulit dan berlangsung lama. (Puspitasari, Ummah, & Sumarsih,
2011)

Penyakit kronik menimbulkan penyakit pembuluh darah kecil


yang dapat mengganggu perfusi jaringan. Diabetes menyebabkan
hemoglobin memiliki afinitas yang lebih besar untuk oksigen,sehingga
hemoglobin gagal melepaskan oksigen ke jaringan. Hiperglikemia
mengganggu kemampuan leukosit untuk melakukan fagositosis dan
juga mendorong pertumbuhan infeksi jamur dan ragi yang berlebih.
Tipe diabetes Melitus menurut dokumen konsensus tahun 1997
oleh American Diabetes Association's expert Commit teeon the
Diagnosis and Class ification of Diabetes mellitus menjabarkan empat
kategori utama diabetes: tipe 1, dengan karakteristik ketiadaan insulin
absolut; tipe 2, ditandai dengan sistensi insulin disertai defek sekresi
insulir; tipe 3, tipe spesifik nya. (Corwin, 2009).
d. Anemia

Anemia adalah suatu kondisi medis di mana jumlah sel darah


merah atau hemoglobin kurang dari normai. (Proverawati, 2011).
Kadar hemogiobin normal umumnya berbeda pada laki-laki dan
perempuan Untuk pría, anemia biasanya didefinisikan sebagai kadar
hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita sebagai
hemoglobin kurang dari 120 gram/100ml. Anemia adalah gejala
kekurangan (defisuisiensi) sel darah merah karena kadar hemoglobin
yang rendah, atau dalam medis bisa di artika kadar hemoglobin atau
sel darah merah dalam tubuh rendah.anemia dapat digolongkan
sebagaiberikut:
1). Hb 9-10 gr% : Anemia ringan 2). Hb 7-8 gr :
Anemia sedang 3).
Hb <7 gr% : Anemia berat
e. Obesitas
Obesitas memiliki resiko kesehatan yang serius kelebihan berat badan termasuk dalam

obesitas mengalami peningkatan penyakit jantung, hipertensi, Diabetes Melitus tipe 2.


(Black, & Hawks, 2014). Obesitas juga menyebabkan jaringan lemak kekurangan suplai
darah untuk melawan infeksi bakteri dan untuk mengirimkan nutrisi serta elemen seluler
yang berguna dalam penyembuhan luka. (Potter, &Perry, 2006).

f. Obat-obatan

Obat-obatan yang dapat mempengaruhi penyembuha luka post operasi adalah jenis
obat obatan yang mengandung Steroid. Steroid menurunkan respon imflamasi dari
memperlambat sintesis kolagen, obat obatan anti inflamasi menekan sintesis protein,
kontraksi luka, epitalisasi dan imflamasi. Penggunaan antibiotik dalam waktu lama dapat
meningkatkan resiko terjadinya superinfeksi. Obat-obatan kemoterapi dapat menekan
fungsi sum-sum tulang, menurunkkan jumlah leukosit, dan mengganggu respon
imflamasi.

g. Stres luka
Muntah distensi abdomen dan usaha pernafasan dapat menimbulkan stres,pada jahitan

operasi dan merusak lapisan luka. Tekanan mendadak yang tidak terduga pada luka insisi
akan menghambat pembentukan sel endotel dan jaringan kolagen
DAFTAR PASIEN RAWAT LUKA

NO NAMA UMUR DIAGNOSA LAMPIRAN


1. Ny. Ndjumi 62 Decubitus

2. Ny. Eni 60 Luka Kecelakaan

3 An R 7 Luka Babras

Anda mungkin juga menyukai