Anda di halaman 1dari 14

“LI LBM 2 4.

4 SURYA”

1. Bagaimana proses penyembuhan luka pada proses pencabutan gigi?


JAWAB :
Proses penyembuhan luka pencabutan gigi pada dasarnya tidak berbeda dengan
penyembuhan luka pada bagian tubuh lainnya.Berikut ini merupakan tahapan penyembuhan
luka pasca pencabutan gigi yang kesemua tahapan saling overlapping.Adapun prosesnya
berlangsung sebagai berikut :
a. Pada tahap pertama, bekuan darah terbentuk dan terdiri dari sel darah merah dan sel darah
putih dengan rasio yang sama seperti yang ada dalam sirkulasi darah. Bekuan darah tersebut
disertai dengan pengendapan benang-benang fibrin.
b. Pada tahap kedua, pada hari ke-4 sampai 5 terjadi penggantian bekuan darah oleh jaringan
granulasi yang sehat.
c. Pada tahap ketiga, jaringan ikat secara bertahap menggantikan jaringan granulasi pada hari
ke-14 sampai 16.
d. Pada tahap keempat, mulai terjadi pembentukan tulang pada hari ke-7 dengan terbentuknya
fibrillar, poorly calcified osteoid pada dasar dan tepian soket. Serta pengisian 2/3 soket gigi
oleh trabekula pada hari ke-38.
e. Pada tahap kelima, epitel mulai tumbuh atau ber-regenerasi pada hari ke-4 dan akan
menutupi soket secara sempurna setelah hari ke 24-35.
Proses penyembuhan luka pada jaringan lunak dapat dibagi dalam tiga fase,
yaitu :

1) Fase inflamasi / fase reaktif


Berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari ke-lima, dan terdiri
atas fase vaskuler dan seluler. Pada fase vaskuler, pembuluh darah yang
ruptur pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan
mencoba menghentikan nya melalui vasokonstriksi, pengerutan ujung
pembuluh darah yang putus, dan reaksi homeostasis. Pada fase ini terjadi
aktivitas seluler yaitu dengan pergerakan leukosit menembus dinding
pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis.
Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri
dan debris pada luka. Beberapa jam setelah luka, terjadi invasi sel
inflamasi pada jaringan luka. Sel polimorfonuklear (PMN) bermigrasi
menuju daerah luka dan setelah 24-48 jam terjadi transisi sel PMN
menjadi sel mononuklear atau makrofag yang merupakan sel paling
dominan pada fase ini selama lima hari dengan jumlah paling tinggi pada
hari kedua sampai hari ke-tiga. Pada fase ini, luka hanya dibentuk oleh
jalinan fibrin yang sangat lemah. Setelah proses inflamasi selesai, maka
akan dimulai fase proliferasi pada proses penyembuhan luka
2) Fase proliferasi

Fase ini disebut juga fase fibroplasia, karena yang menonjol adalah
proses proliferasi fibroblas. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi
sampai kira-kira akhir minggu ke-tiga yang ditandai dengan deposisi
matriks ekstraselular, angiogenesis, dan epitelisasi.
Proses angiogenesis juga terjadi pada fase ini yang ditandai dengan
terbentuknya formasi pembuluh darah baru dan dimulainya pertumbuhan
saraf pada ujung luka. Pada saat ini, keratinosit berproliferasi dan
bermigrasi dari tepi luka untuk melakukan epitelisasi menutup permukaan
luka, menyediakan barier pertahanan alami terhadap kontaminan dan
infeksi dari luar. Dengan tertutupnya permukaan luka dan dengan
pembentukan jaringan granulasi, maka proses fibroplasia akan berhenti
dan dimulailah proses pematangan dalam fase remodeling.
3) Fase remodeling / fase pematangan
Fase ini merupakan fase terakhir dari proses penyembuhan luka pada
jaringan lunak dan kadang-kadang disebut fase pematangan luka. Pada
fase ini terjadi perubahan bentuk, kepadatan, dan kekuatan luka. Selama
proses ini, dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, lemas, dan mudah
digerakkan dari dasarnya. Terlihat pengerutan maksimal dari luka, terjadi
peningkatan kekuatan luka, dan berkurangnya jumlah makrofag dan
fibroblas yang berakibat terhadap penurunan jumlah kolagen. Fase ini
dapat berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir apabila semua
tanda radang sudah hilang. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua
yang abnormal karena adanya proses penyembuhan.
Proses Penyembuhan Socket secara Histologis
Apabila diperhatikan terdapat tahap yang bersamaan secara histologis
pada proses penyembuhan socket dari hasil biopsi yang dilakukan pada
luka bekas pencabutan.
- Tahap I Koagulum
Dibentuk ketika terjadi hemostatis, terdiri dari eritrosit dan leukosit
dengan jumlah yang sama seperti pada peredaran darah.
- Tahap II Jaringan Granulasi
Dibentuk pada dinding socket 2 – 3 hari setelah pencabutan yang
merupakan proliferasi dari sel – sel endothelial, kapiler – kapiler dan
beberapa leukosit dan selama 7 hari jaringan granulasi menggantikan
tempat dari koagulum
- Tahap III Jaringan Konektif
Awalnya pada bagian tepi socket, selama 20 hari setelah pencabutan
menggantikan jaringan granulasi. Jaringan konektif yang baru terdiri
dari sel – sel, kolagen dan serat –serat fiber.
- Tahap IV Pertumbuhan Tulang
Dimulai pada hari ke 7 setelah pencabutan, dimulai dari tepi dasar
socket, pada hari ke 38 setelah pencabutan biasanya sudah terisi
dengan tulang muda, selama 2 – 3 bulan tulang telah menjadi mature
dan terbentuk trabekula, setelah 3 – 4 bulan maturasi tulang telah
lengkap seluruhnya.
- Tahap V Perbaikan epithelial
Dimulai ketika terjadi penutupan luka 4 hari setelah pencabutan dan
biasanya akan selesai setelah 24 hari.
 SUMBER : Luca Ilenia De, et al. 2021 .Nanotechnology
Development for Formulating Essential Oils in Wound Dressing
Materials to Promote the Wound-Healing Process: A Review.
Multidisciplinary DIGITAL publishing institute Journal. 11(4):1713

2. Factor yang mempengaruhi penyembuhan luka ?


JAWAB :
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka :
a. Umur : Proses penyembuhan luka pada orang muda lebih cepat dibandingkan pada orang
tua.
b. Penggunaan pil kontrasepsi : Jika seorang wanita mengkonsumsi pil kontrasepsi dan dia
melakukan pencabutan gigi maka kemungkinan terjadinya dry socket akan meningkat akibat
tingginya level estrogen. Dry socket akan memperlambat proses penyembuhan luka.
c. Merokok : Merokok memperlambat proses penyembuhan luka pasca pencabutan gigi.
Produk-produk toksik yang dihasilkan oleh rokok dapat menurunkan suplai darah pada area
luka sehingga menyebabkan iskemi jaringan.
d. Infeksi bakteri : Pada kasus dimana terjadi infeksi, proses penyembuhan luka akan
terhambat dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk dapat kembali normal. Hal ini
disebabkan karena bakteri dan endotoksinnya dapat menyebabkan pemanjangan peningkatan
sitokin pro-inflamasi, interleukin-1 (IL-1) dan TNF-α, sehingga memperpanjang fase
inflamasi.
e. Kebersihan mulut : Setelah dilakukan pencabutan gigi, area disekitar soket yang luka harus
terjaga kebersihannya. Jika ada makanan yang terselip di sekitar soket tersebut maka dapat
menjadi tempat berkembangnya bakteri patogen sehingga dapat memperpanjang waktu
penyembuhan luka.
f. Obat-obatan : Beberapa obat-obatan seperti kortikosteroid dan obat-obat imunosupresif
lainnya dapat memperlambat proses penyembuhan luka.

 SUMBER : Sumerti Ni Nengah. 2016. Merokok dan Efeknya


Terhadap Kesehatan Gigi dan Rongga Mulut. Jurnal Kesehatan
Gig. 4(2) : 49 - 58
 Kewo Lidia A., Damajanty H. C. Pangemanan, Aurelia Supit.2019.
Perbedaan Penyembuhan Luka Pasca Ekstraksi Gigi Antara
Pasien Perokok Dengan Bukan Perokok Di RSGM Unsrat. Jurnal
e-GiGi (eG). 7(2) : 92 – 97
 Mamoun John. 2018. Dry Socket Etiology, Diagnosis, and Clinical
Treatment Techniques. Journal of the Korean Association of Oral
and Maxillofacial Surgeons. 44:52-58

3. Berapa lama proses penyembuhan luka pada proses pencabutan gigi?

JAWAB : Luka yang diciptakan oleh tindakan pencabutan gigi berbeda dari

luka insisional kulit dalam terjadinya kehilangan yang secara substansial lebih besar. Setelah
gigi dicabut, efeknya adalah respon hemostatik, tempat luka diisi oleh bekuan darah.
Terkadang pembekuan darah dipindah dari tempatnya. Sel-sel epitel yang membatasi soket
mulai berproliferasi dan migrasi sepanjang bekuan, setelah 10 hari terjadi epitelisasi soket.
Dalam bekuan, respon inflamasi berlangsung, melibatkan neutrofil dan kemudian disusul
makrofag. Selain itu, tubuh juga memiliki kemampuan secara seluler dan biokimia untuk
memperbaiki integritas jaringan dan kapasitas fungsional akibat adanya luka yang biasa
disebut proses penyembuhan luka atau wound healing (Nanci& Antonio, 2003).

Proses penyembuhan luka pasca pencabutan gigi terdiri dari 5 tahap yang saling tumpang
tindih, terdiri dari pembentukan blood clot, jaringan granulasi, jaringan preosseous, trabekula
tulang dan epitelisasi. Pada tahap awal proses penyembuhan, terbentuk blood clot yang
mengisi soket yang kosong, blood clot tersebut terbentuk dari sel-sel darah dan jaringan
fibrin.
Kemudian blood clot mengalami maturasi, diikuti oleh pembentukan jaringan granulasi yang
kaya akan pembuluh darah baru dan sel-sel inflamasi seperti neutrofil, makrofag, limfosit,
dan infiltrat fibroblas. Jaringan granulasi terbentuk pada hari kedua dan ketiga pasca
pencabutan gigi dan menggantikan blood clot secara sempurna pada hari ketujuh. Setelah itu
terjadi pergantian secara bertahap jaringan granulasi dengan jaringan ikat sementara atau
jaringan preosseous.
Jaringan preosseous terbentuk dari sel mesenkim, osteoblas, jaringan kolagen serta pembuluh
darah. Osteoblas kemudian akan menghasilkan osteoid atau matriks tulang yang belum
termineralisasi, setelah itu secara bertahap osteoid akan mengalami mineralisasi sehingga
berubah menjadi trabekula tulang. Pada hari ke 38, trabekula tulang telah mengisi dua per
tiga tulang alveolaris. Proses epitelisasi mulai terjadi pada hari keempat dan berlangsung
paralel dengan perbaikan preossesus alveolaris, setelah hari ke 24-35 epitel secara sempurna
menutupi tulang alveolaris.

SUMBER : Retno Septiana Ananda .2016.Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol I. No 1.


Maret 2016 : 21 - 26

4. Bagaimana hubungan nyeri pada pasien dengan adanya demam ?


JAWAB
Nyeri yang dirasakan paska cabut gigi adalah hal yang sangat normal untuk
dirasakan. Nyeri biasanya akan bertambah hebat setelah efek dari obat anestetik
yang diberikan sebelum cabut gigi sudah hilang efeknya. Perdarahan ringan dari
gusi bekas pencabutan adalah normal apabila terjadi pada 12-24 jam pertama
setelah pencabutan gigi. Sedangkan perdarahan yang terjadi dalam waktu yang
berkepanjangan atau lebih dari 24 jam, dapat diakibatkan oleh beberapa hal, antara
lain kesalahan pada saat prosedur pencabutan gigi, pasien yang sedang menjalani
kemoterapi, pasien dengan hipertensi yang tidak terkontrol, pasien yang memiliki
penyakit liver, defisiensi platelet, hemofilia, dan defisiensi vitamin K.
Bila pencabutan gigi dilakukan karena terjadinya lubang pada gigi yang sudah
mencapai pulpa gigi, biasanya risiko infeksi paska tindakan pencabutan gigi
memang akan meningkat. Kemungkinan infeksi ini yang akan menyebabkan
terjadinya demam.
Biasanya paska pencabutan gigi, dokter gigi akan memberikan resep antinyeri dan
antibiotik untuk mengatasi nyeri dan infeksi.
Sebaiknya segera kembali berkonsultasi dengan dokter gigi bila mengalami
kondisi-kondisi berikut ini:
- Nyeri semakin berat meski telah mengkonsumsi obat antinyeri
- Demam tidak membaik setelah 3 hari
- Area sekitar gigi yang dicabut menjadi bengkak atau mengeluarkan nanah atau
berbau busuk
 
Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat anda lakukan untuk mengurangi
rasa nyeri :
-Minum obat yang diberikan oleh dokter gigi anda sesuai dosis anjuran
-Kompres dingin pipi di bagian yang nyeri selama 10-20 menit untuk mengurangi
bengkak dan nyeri
-Menghindari makanan yang keras dan sulit dikunyah setidaknya selama seminggu
-Mengunyah di sisi gigi yang tidak sakit
-Tetap menyikat gigi seperti biasa, hanya saja berhati-hati menyikat gigi di sekitar
gigi yang baru dicabut

 SUMBER : American Dental Association: "Tooth Extractions.”


Available:
http://www.ada.org/en/Home-MouthHealthy/az-topics/e/extractions
 British Dental Association. “Tooth Extraction” Available:
http://www.bdasmile.org/adults/adults.cfm?
contentid=1113&contentparentid=1035

5. pathogenesis dry soket yang ada di skenario, dibuat skema


JAWAB :

Pada AO terjadi peningkatan fibrinolisis lokal yang menyebabkan


disintegrasi bekuan oleh konversi plasminogen menjadi plasmin.
Fibrinolisis adalah hasil dari jalur plasminogen aktivasi, yang dapat melalui
langsung (fisiologis) atau tidak langsung zat aktivator (nonfisiologis).
Aktivator langsung adalah dilepaskan setelah trauma pada sel tulang
alveolar. tidak langsung aktivator dilepaskan oleh bakteri. Aktivitas
fibrinolitik adalah lokal karena penyerapan awal plasminogen ke dalam
bekuan membatasi aktivitas plasmin

 Patogenesis yang tepat mengenai dry socket belum


sepenuhnya diketahui. Patofisologi dry socket terjadi akibat
peningkatan aktivitas lokal fibrinolitik pada alveolus
disebabkan oleh pelepasan mediator selama inflamasi oleh
aktivasi plasminogen direct atau indirect ke dalam darah
(Kolokythas et al, 2010; Cadorso, 2010). 3

 Ketika mediator dilepaskan oleh sel pada tulang alveolar


pasca trauma, plasminogen akan berubah menjadi plasmin
yang menyebabkan pecahnya bekuan darah oleh disintegrasi
fibrin. Perubahan ini terjadi oleh adanya proaktivator selular
atau plasmatik dan aktivator lainnya. Aktivator tersebut
diklasifikasikan menjadi direct (fisiologik) dan indirect
(nonfisiologik) aktivator dan juga telah dibagi ke dalam
subklasifikasi berdasarkan sumbernya, yaitu aktivator
intrinsik dan ekstrinsik (Kolokythas et al, 2010; Cadorso,
2010).

 Aktivator intrinsik berasal dari komponen plasma, seperti


aktivator factor XII- dependent atau factor-Hageman-dependent
dan urokinase. Direct aktivator intrinsik berasal dari luar
plasma dan termasuk aktivator jaringan dan plasminogen
endothelial. Aktivator jaringan plasminogen paling banyak
ditemukan pada mamalia, termasuk pada tulang alveolar.
Indirect aktivator termasuk streptokinase dan stafilokinase.
Substansi dihasilkan dari interaksi antara bakteri dengan
plasminogen dan bentuk aktivator kompleks tersebut yang
mengubah plasminogen menjadi plasmin (Cadorso, 2010;
Sheikh et al, 2010).

 Pasien yang menerima anastesi dengan penggunaan epinefrin


sebagai vasokonstriktor dapat meningkatkan insiden
terjadinya dry socket (Cadorso, 2010, Khitab, 2010). Pengikata
epinefrin pada membran plasma sel hati akan meningkatkan
kosentrasi senyawa adeno monofosfat siklik, yang sering
disingkat AMP siklik atau cAMP. Adenil siklase adalah suatu
enzim yang ada di dalam membran plasma, mengubah ATP
menjadi cAMP sebagai respons terhadap sinyal ekstraseluler,
dalam hal ini epinefrin (Cadorso, 2010; Bassel et al, 2015).

 Pada kaitannya dengan penyembuhan luka, cAMP dalah salau


satu inhibitor terjadinya agregasi trombosit, sehingga dapat
menganggu tahap koagulasi dan tidak dapat terbentuk
bekuan darah. Maka proses penyembuhan luka dapat
terhambat. Begitu pula pada kasus Dry socket yang
menugunakan obat anastesi lokal yang mengandung
vasokonstriktor (epinefrin) maka proses penyembuhan luka
terhambat dan mengakkibatkan soket kering tanpa adanya
bekua darah dan jaringan granulasi (Cadorso, 2010).

 Gowda Girish G. 2013. Dry Socket (Alveolar Osteitis):


Incidence, Pathogenesis, Prevention and Management . Journal
of Indian Academy of Oral Medicine and Radiology. 25(3):196-
199
 Suri Nikita, et al. 2020. A literature review on dry socket.
International Journal of Maxillofacial Imaging . 6(4):97–10

6. prinsip asepsis seperti apa? Metode untuk mobilitas gigi ? medikasi yang tepat untuk
kasus di scenario?
JAWAB : Asepsis Untuk menghindarkan atau memperkecil bahaya inflamasi,
seharusnya bekerja secara asepsis, artinya melakukan pekerjaan dengan
menjauhkan segala kemungkinan kontaminasi dari kuman atau menghindari
organisme patogen. Asepsis secara praktis merupakan suatu teknik yang digunakan
untuk memberantas semua jenis organisme. Tindakan sterilisasi dilakukan pada tim
operator, alat-alat yang dipergunakan, kamar operasi, pasien terutama pada daerah
pembedahan. b. Pembedahan atraumatik Pada saat ekstraksi gigi harus
diperhatikan untuk bekerja secara hati-hati, tidak kasar, tidak ceroboh, dengan
gerakan pasti, sehingga membuat trauma sekecil mungkin. Tindakan yang kasar
menyebabkan trauma jaringan lunak, memudahkan Universitas Sumatera Utara
terjadinya inflamasi dan memperlambat penyembuhan. Peralatan yang digunakan
haruslah tajam karena dengan peralatan yang tumpul akan memperbesar terjadinya
trauma. c. Akses dan lapangan pandang baik Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi akses dan lapangan pandang yang baik selama proses ekstraksi
gigi. 

Asepsis

• Kondisi di mana tidak dijumpainya organisme patogen

• Tindakan asepsis merupakan prosedur klinis yang dilakukan untuk mencegah kontaminasi
dari luka dan bagian tubuh lainnya

Macam – macam asepsis :

1. Asepsis medis
Tehnik bersih, termasuk prosedur yang digunakan untuk mencegah penyebaran
mikroorganisme.
Contoh: mencuci tangan, mengganti linen tempat tidur, dan menggunakan cangkir untuk
obat.
2. Asepsis bedah
Teknik steril, termasuk prosedur yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme dari
suatu daerah.

PRINSIP TINDAKAN ASEPSIS “


- Bagian tubuh yang cedera tidak terbuka lama
- Tindakan cuci tangan
- Penggunaan sarung tangan steril
- Penggunaan apron sekali pakai
-Penggunaan cairan dan instrument steril
- Memastikan alat/instrument yang tidak steril tidak diletakan di daerah yang tidak steril
- Tidak menggunakan bahan yang sekali pakai
- Melakukan prosedur ditempat yang tidak ramai
KAPAN DI PERLUKAN ASEPSI ?
- Saat operasi
-Penanganan dan perawatan luka
-Penggunaan alat-aat steril (jarum suntik,kateter urin dan jarum infus)
- MOBILITAS GIGI
Mobilitas gigi adalah penyakit periodontal disertai hilangnya perlekatan dan kerusakan tulang
infraboni maupun supraboni (Carranza et al., 2018). Penyebab mobilitas gigi terdiri beberapa
faktor seperti trauma, akumulasi plak dan tekanan oklusal yang berlebihan. Kasus mobilitas
gigi mengakibatkan pada ketidakstabilan oklusal, gangguan pengunyahan dan gangguan
kualitas hidup, dengan demikian terdorong untuk melakukan perawatan (Nurcan, 2015).
Salah satu cara untuk mengontrol terjadi mobilitas gigi yaitu dengan perawatan splinting.
Perawatan splinting adalah suatu perawatan periodontal yang mengalami mobilitas gigi
(Rajaram dan Mahendra, 2018). Perawatan splinting memiliki manfaat selain menstabilkan
gigi juga digunakan untuk melindungi pulpa serta perawatan splinting mencegah pergerakan
pada gigi penyangga (Djais, 2016). Namun perawatan splinting mempunyai kerugian pada
pasien seperti adanya penumpukan plak dan gangguan fonetik (Pihut et al., 2018).

Tujuan splinting gigi meliputi:

 Menyebar tekanan yang diterima gigi goyang ke gigi-gigi sehat yang


menyangga agar kondisinya tidak makin parah, terutama jika digunakan
saat mengunyah
 Memberikan waktu untuk jaringan pendukung gigi goyang supaya bisa
sembuh dengan lebih baik karena tekanan yang diterima sudah
berkurang
 Membuat proses mengunyah lebih nyaman dan fungsi rongga mulut lain
tidak terganggu
 Baik untuk kondisi psikologis yang mungkin terganggu jika gigi goyang
bahkan copot
 Mempertahankan lengkung gigi yang ideal

Pemasangan splinting umumnya tidak permanen. Berdasarkan jenis


gangguan dan tingkat keparahannya, splint dapat dipasang selama dua
minggu hingga empat bulan.

Splint akan dilepas jika dokter menganggap bahwa gigi sudah cukup
kuat untuk menahan tekanan akibat pengunyahan maupun fungsi
rongga mulut lainnya.

-MEDIKASI SETELAH PENCABUTAN GIGI


Setelah pencabutan gigi, dokter gigi meresepkan antibiotik jika perlu, salah satunya
adalah amoxicillin. Fungsi antibiotik setelah mencabut gigi ialah mencegah
terjadinya infeksi pada daerah bekas pencabutan gigi, mengingat pencabutan gigi
meninggalkan luka terbuka yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan bakteri.
Minumlah antibiotik sampai habis sesuai dengan petunjuk dokter gigi Anda ya.
Asam mefenamat/mefenamic acid adalah obat golongan antiinflamasi nonsteroid
yang digunakan untuk meredakan peradangan dan nyeri. Setelah cabut gigi, obat ini
berfungsi meredakan nyeri dan peradangan yang terjadi akibat pencabutan gigi.
Minumlah obat ini sehabis makan sesuai petunjuk, tidak perlu dihabiskan, jika sudah
tidak nyeri dan bengkak penggunaan obat ini bisa diberhentikan.
TIPS AGAR CEPAT PULIH SETELAH PENCABUTAN GIGI
1. Istirahat Cukup
Beristirahatlah setidaknya selama 24 jam pertama setelah gigi dicabut. Istirahat dapat
memulihkan tenaga serta membantu tubuh mempercepat proses pemulihan usai cabut gigi.

2. Gunakan Kain Kasa 


Penting untuk meletakan kain kasa di tempat gigi yang dicabut, setidaknya selama beberapa jam
supaya gumpalan darah dapat terbentuk. Ganti kain kasa apabila sudah terlalu basah atau
sesuai keperluan.
3. Jangan Berkumur dan Meludah
Sebisa mungkin hindari berkumur karena dapat mengeluarkan gumpalan darah yang telah
terbentuk dan memperlambat waktu penyembuhan. Sementara itu, meludah juga dapat
mengeluarkan bekuan darah.

4. Hindari Minum Pakai Sedotan 


Jangan menggunakan sedotan untuk minum pascapencabutan gigi. Hal itu dapat memberi
banyak tekanan pada luka bekas cabut gigi.

Gerakan mulut saat menggunakan sedotan juga dapat dengan mudah mengeluarkan bekuan
darah.

5. Hindari Bersin
Bila memungkinkan, hindari bersin setelah cabut gigi bagian atas. Bersin dapat membuat
tekanan di kepala dan berisiko mengeluarkan gumpalan darah yang sedang terbentuk.

6. Berhenti Merokok
Disarankan untuk berhenti merokok pascacabut gigi. Kebiasaan ini dapat menyebabkan tekanan
di mulut seperti penggunaan sedotan.

Merokok juga dapat menyebabkan infeksi dan menghambat proses penyembuhan setelah cabut
gigi.

7. Gunakan Kompres Dingin


Anda bisa memberikan kompres dingin di area pipi, tepatnya di bagian tempat gigi dicabut
menggunakan kantong es atau handuk bersih berisi es batu. Gunakan cara ini selama 10-20
untuk mengurangi rasa nyeri.

8. Pakai Bantal Tambahan Saat Tidur


Ketika tidur, gunakan bantal tambahan untuk membuat posisi kepala Anda lebih tinggi. Berbaring
terlalu datar dapat membuat darah mengumpul di kepala dan memperlama waktu penyembuhan
gusi.

9. Hindari Konsumsi Makanan yang Terlalu Keras


Setelah menjalani tindakan pencabutan gigi, Anda dianjurkan menghindari makanan yang
teksturnya keras, seperti keripik, permen, dan daging.

Disarankan untuk mengonsumsi makanan lunak, seperti bubur, sup hangat, buah, puding, dan
yoghurt.

10. Setelah 24 Jam, Kumur dengan Air Hangat dan Garam


campuran garam dan air hangat membantu membunuh bakteri di mulut dan dapat mencegah
infeksi di mulut. Anda juga dapat menggunakan obat kumur yang direkomendasikan oleh dokter
gigi.

SUMBER : edical News Today. Diakses 2022. Tooth extraction aftercare: A how-to guide

Healthline. Diakses 2022. Tips for Recovering from a Tooth Extraction


WebMD. Diakses 2022. Pulling a Tooth (Tooth Extraction)

7. penyakit systemic yang perlu dipertimbangan apa?

JAWAB : 1. Kontraindikasi Sistemik

Kontraindikasi sistemik menghalangi pencabutan karna keadaan sistemik pasien yang tidak
dapat menahan penyelesaian proses pembedahan.

 Pasien dengan penyakit diabetes

  Penyakit gagal ginjal dengan uremia yang parah


  Pasien dengan penyakit leukimia yang tidak terkontrol dan lymphoma
  Penyakit jantung yang tidak terkontrol
  Pasien dengan kelainan jantung yang parah seperti angina pectoris yangtidak stabil
dan pasien yang baru saja terkena myocardial infarction

 Kehamilan trisemester pertama dan ketiga

 Kelainan darah seperti hemofilia

  Pasien yang menkonsumsi antikoagulan

Beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi terjadinya


perdarahan
1. Penyakit kardiovaskuler
Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat,
tekanan darah pasien naik menyebabkan bekuan darah yang
sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan.
2. Hipertensi
Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung
vasokonstriktor, pembuluh darah akan menyempit
menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil
akan pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita
menggunakan anestesi lokal yang tidak mengandung
vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi
perdarahan pasca ekstraksi. Penting juga ditanyakan kepada
pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat tertentu seperti
obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obat-
obatan lain karena juga dapat menyebabkan perdarahan.
3. Diabetes Mellitus
Bila DM tidak terkontrol, akan terjadi gangguan sirkulasi perifer,
sehingga penyembuhan luka akan berjalan lambat, fagositosis
terganggu, dan kemotaksis juga terganggu karena hiperglikemia
sehingga terjadi infeksi yang memudahkan terjadinya
perdarahan
4. Malfungsi Adrenal
Ditandai dengan pembentukan glukokortikoid berlebihan
(Sindroma Cushing) sehingga menyebabkan diabetes dan
hipertensi.
5. Pemakaian obat antikoagulan
Pada pasien yang mengkonsumsi antikoagulan (heparin dan
walfarin) menyebabkan PT dan APTT memanjang. Perlu
dilakukan konsultasi terlebih ahulu dengan internist untuk
mengatur penghentian obat-obatan sebelum pencabutan gigi.

a. Diabetes
Pasien dengan penyakit diabetes tidak terkontrol cenderung
lebih rentan mengalami infeksi pada luka bekas pencabutan gigi
dan dapat meluas ke jaringan sekitarnya.
b. Hipertensi
Pencabutan gigi dapat dilakukan pada pasien dengan hipertensi
ringan (derajat 1) dan hipertensi sedang (derajat 2), atau ketika
tekanan sistolik kurang dari 200 mmHg dan tekanan diastolik
kurang dari 110 mmHg.
c. Penyakit jantung
Kondisi jantung yang paling sering menyulitkan pencabutan gigi
adalah infark miokard, angina pektoris, dan dekompensasi
jantung.
d. Pasien terapi steroid
Pasien yang menjalani terapi steroid akan terhambat produksi
hormone adrenokortikotropinnya. Bahkan pada pasien yang
sudah satu tahun berhenti terapi menunjukkan sekresi adrenal
tersebut tidak cukup untuk menahan stres pencabutan gigi.
e. Kehamilan
Faktor risiko tinggi yang timbul ketika merawat pasien hamil
adalah menghindari kecacatan genetik pada janin. Selain itu,
perawatan ekstra harus dilakukan selama prosedur radiografi
dental dan pemberian obat.
f. Diskrasia darah
Anemia, penyakit perdarahan seperti hemofilia dan leukemia
adalah diskrasia darah yang menimbulkan banyak masalah
selama pencabutan gigi. Komplikasi pendarahan yang
berlebihan pasca operasi harus ditangani dengan hati-hati.
g. Pasien terapi antikoagulan
Pasien terapi antikoagulan yang menjalani prosedur bedah
mulut dapat mengalami pendarahan yang berkepanjangan
pasca operasi dan/atau kecelakaan tromboembolik yang fatal
h. Gondok beracun
Ekstraksi dapat memicu krisis tiroid. Gejalanya adalah setengah
sadar, gelisah (yang tidak terkendali bahkan dengan sedasi
berat), sianosis dan delirium yang sangat cepat, dll. Pada
kondisi ini, tidak ada prosedur bedah yang dapat dilakukan dan
pasien harus dirujuk ke dokter.
i. Penyakitkuning
Komplikasi postoperative dari keadaan ini adalah pendarahan.
Jika pencabutan gigi sangat dibutuhkan, dosis vitamin K
profilaksis harus diberikan sebelum operasi.

 Kartika Mega Rahman, Darwin Amir, Mustafa Noer. 2017. Efek


Pencabutan Gigi terhadap Peningkatan Tekanan Darah pada
Pasien Hipertensi. Jurnal Kesehatan Andalas. 6(1) : 61 - 64
 Lande Randy, Billy J. Kepel, Krista V. Siagian. 2015.Gambaran
Faktor Risiko dan Komplikasi Pencabutan Gigi di Rsgm Pspdg-
FK Unsrat. Jurnal e-GiGi (eG). 3(2) : 476 - 481

Anda mungkin juga menyukai