Anda di halaman 1dari 40

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Luka dan Penyembuhan Luka


2.1.1 Definisi Luka dan Penyembuhan Luka
Luka adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan,
penyebabnya adalah trauma, operasi, vaskuler dan tekanan (Ekaputra,
2013). Luka adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan
tubuh yang menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga dapat
menggangu aktivitas sehari-hari (Hidayat, 2014). Luka adalah
teraganggunya integritas normal dari kulit dan jaringan bawahnya yang
terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau
terkontaminasi, superficial atau dalam (Maghfuri, 2015).

Ferreira (2006); dalam Maryunani (2015) Penyembuhan luka adalah


suatu proses yang kompleks karena adanya kegiatan bioseluler dan
biokimia yang terjadi secara berkesinambungan. Penggabungan respon
vaskuler, aktivitas seluler dan terbentuknya senyawa kimia sebagai
substansi mediator didaerah luka merupakan komponen yang saling
terkait pada proses penyembuhan luka. Ketika terjadi luka, tubuh
memiliki mekanisme untuk mengembalikan komponen-komponen
jaringan yang rusak dengan membentuk struktur baru dan fungsional.

2.1.2 Klasifikasi Luka


Klasifikasi luka menurut Maryunani (2015):
2.1.2.1 Berdasarkan kedalaman dan luasnya
a. Luka superficial; terbatas pada lapisan dermis.
b. Luka “partial thicness”; hilangnya jaringan kulit pada
lapisan epedermis dan lapisan bagian atas dermis.

8
9

c. Luka “full thicness”: jaringan kulit yang hilang pada lapisan


epedermis, dermis, dan fasia, dan tidak mengenai otot.
d. Luka mengenai otot, tendon dan tulang.
2.1.2.2 Berdasarkan kedalaman dan luasnya dengan pembagian
berdasarkan tingkat keparahannya
a. Tingkat I: Kemerahan (perubahan warna), teraba hangat,
bengkak atau teraba lebih keras.
b. Tingkat II: Luka lebih dalam dan melibatkan sebagian
jaringan.
c. Tingkat III: Luka melibatkan seluruh jaringan kulit & bagian
bawahnya termasuk lemak tetapi tidak menembus fascia.
d. Tingkat IV: Luka lebih dalam melibatkan otot dan tulang dan
jaringan disekitarnya.
Hidayat (2014) menyebutkan berdasarkan sifat kejadian, luka dibagi
menjadi dua, yaitu luka yang disengaja dan luka yang tidak disengaja.
Luka disengaja misalnya luka terkena radiasi atau bedah, sedangkan luka
tidak disengaja contohnya adalah luka terkena trauma. Luka yang tidak
disengaja (trauma) juga dapat dibagi menjadi luka tertutup dan terbuka.
Disebut luka tertutup jika tidak terjadi robekan, sedangkan luka terbuka
jika terjadi robekan dan kelihatan seperti luka abrasion (luka akibat
goresan), luka puncture (luka akibat tusukan), dan luka hautration (luka
akibat alat perawatan luka).

Berdasarkan penyebabnya, luka dibagi menjadi dua, yaitu luka mekanik


dan luka nonmekanik.
2.1.2.3 Luka mekanik terdiri dari:
a. Vulnus scissum atau luka sayat akibat benda tajam. Pinggiran
luka kelihatan rapi.
b. Vulnus contusum, luka memar dikarenakan cedera pada
jaringan bawah kulit akibat benturan benda tumpul.
10

c. Vulnus laceratum, luka robek akibat terkena mesin atau


benda lainnya yang menyebabkan robeknya jaringan rusak
yang dalam.
d. Vulnus seloferadum, luka tembak akibat tembakan peluru.
Bagian tepi luka tampak kehitam-hitaman.
e. Vulnus morcum, luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada
bagian luka.
f. Vulnus punctum, luka tusuk yang kecil dibagian luar (bagian
mulut luka) akan tetapi besar dibagian dalam luka.
g. Vulnus abrasion, luka yang terkikis yang terjadi pada bagian
luka dan tidak sampai kepembuluh darah.
2.1.2.4 Luka nonmekanik terdiri atas luka akibat zat kimia, radiasi atau
sengatan listrik.

2.1.3 Fase Penyembuhan Luka


Ekaputra (2013) menyebutkan fase penyembuhan luka melalui tiga
tahap, yaitu:
2.1.3.1 Fase Inflamasi
Fase ini merupakan fase awal dari proses penyembuhan luka
sampai hari kelima. Proses peradangan akut terjadi dalam 24-48
jam pertama setelah cedera. Proses epitelisasi mulai terbentuk
pada fase ini beberapa jam setelah terjadi luka. Terjadi
reproduksi dan migrasi sel dari tepi luka menuju ketengah luka.
Fase ini mengalami kontriksi dan retraksi disertai reaksi
hemostatis yang melepaskan dan mengaktifkan sitokin yang
berperan untuk terjadinya kemotaksis retrofil, magrofag, mast
sel, fibroblas dan sel endhothelial. Fase ini kemudian terjadi
vasodilatasi dan akumulasi leukosit dan mengeluarkan mediator
inflamasi TGF eta 1 akan mengaktifkan fibroblas untuk
menginsentesis kolagen.
11

2.1.3.2 Fase Proliferasi


Fase ini mengikuti fase inflamasi dan berlangsung selama 2
sampai 3 minggu (Perry dan Potter, 2006). Pada fase ini terjadi
neoangiogenesis membentuk kapiler baru. Fase ini disebut
juga fibroblas menonjolkan perannya. Fibroblas mengalami
proliferasi dan berfungsi dengan bantuan vitamin B dan
vitamin C serta oksigen dalam mensintesis kolagen. Serat
kolagen kekuatan untuk bertautnya tepi luka. Pada fase ini
mulai terjadi granulasi, kontraksi luka dan epitelisasi.
2.1.3.3 Fase Remodelling Atau Maturasi
Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang dalam
proses penyembuhan luka, terjadi proses yang dinamis berupa
remodelling kolagen, kontraksi luka, dan pematangan parut.
Fase ini berlangsung 3 minggu sampai 2 tahun, akhir dari
penyembuhan ini adalah didapatkan parot luka yang matang
yang mempunyai kekuatan 80% dari kulit normal.

Maghfuri (2015) menyebutkan terdapat tiga fase dalam penyembuhan


luka:
2.3.3.4 Inflamasi
Fase inflamasi dimulai sejak terjadi luka hingga hari ke lima.
Ditandai dengan kemerahan, panas, nyeri dan bengkak.
2.3.3.5 Proliferasi
Fase ini dimulai dari akhir fase inflamasi hingga minggu ke
tiga. Pada fase ini terjadi proses angiogenesis dan epitelisasi.
2.3.3.6 Maturasi/Remodelling
Terjadi proses pematangan dimulai minggu ke tiga hingga
bulan ke dua belas. Pada fase ini terjadi penyerapan jaringan
lebih, proses pengerutan dan timbulnya jaringan baru.
12

Fisiologi penyembuhan luka menurut Ekaputra (2013):

Injury jaringan

Haemoragik, aktivitas platelet dan degranulasi, aktivitas


komplemen, pembekuan dan haeomostatis

Rekrut sel melalui kemotaksis, fagositosis dan debriment

Neovaskularisasi, pembentukan jaringan granulasi, kontraksi luka

Pengeluaran sitokain, dan mediator bioaktif lain, pertumbuhan sel


dan aktivasi, reepetilisasi fagositosis dan debriment

Terputusnya jaringan baru, remodelling ekstraseluler matrik dan


penutupan luka

Gambar 1: Fatofisiologi Penyembuhan Luka

2.1.4 Proses-Proses Yang Terjadi Pada Mekanisme Penyembuhan Luka


Mekanisme penyembuhan luka melibatkan tiga proses yang berbeda
tergantung pada tife luka.
2.1.4.1 Epitelisasi adalah proses yang terjadi dimana keranosit
bermigrasi dan kemudian membelah untuk menutup hilangnya
sebagian kulit atau mukosa.
2.1.4.2 Kontraksi adalah proses yang terjadi dimana terjadi penutupan
spontan seluruh ketebalan luka kulit atau kontriksi organ tubuler
seperti duktus koledektus atau esofagus setelah terjadi cedera.
13

2.1.4.3 Deposisi matriks penyangga adalah proses dimana terjadi


pengumpulan fibriblast pada daerah cidera dan menghasilkan
matriks jaringan penyangga yang baru. Ikatan saling silang
kolagen dijaringan penyangga memberikan kekuatan dan
integritas pada semua jaringan.

2.1.5 Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka


Menurut Hartono (2014), proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yaitu:
2.1.5.1 Usia
Usia didefinisikan satuan waktu yang mengukur keberadaan
suatu benda dan makhluk, baik yang hidup maupun yang mati.
Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak
dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Oleh yang demikian,
umur itu diukur dari tarikh ianya lahir sehingga tarikh semasa
(masa kini).
Jenis perhitungan umur/usia:
a. Usia Kronologis
Usia kronologis adalah perhitungan usia yang dimulai dari
saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu
penghitungan usia.
b. Usia Mental
Usia mental adalah perhitungan usia yang didapatkan dari
taraf kemampuan mental seseorang. Misalkan seorang anak
secara kronologis berusia 4 tahun akan tetapi masih
merangkak dan belum dapat bicara dengan kalimat lengkap
dan menunjukkan kemampuan yang setara dengan anak
berusia satu tahun, maka dinyaatakan bahwa usia mental
anak tersebut adalah satu tahun.
14

c. Usia Biologis
Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan
kematangan biologis yang dimiliki oleh seseorang.

Kategori umur menurut Depkes RI (2009)


a. Masa balita : 0-5 tahun
b. Masa kanak-kanak : 5-11 tahun
c. Masa remaja awal : 12-16 tahun
d. Masa remaja akhir : 17-25 tahun
e. Masa dewasa awal : 26-35 tahun
f. Masa dewasa akhir : 36-45 tahun tahun
g. Masa lansia awal : 46-55 tahun tahun
h. Masa lansia akhir : 56-65 tahun
i. Masa manula : 65 sampai tahun

Kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan


pertumbuhan atau kematangan usia seseorang. Namun
selanjutnya, proses penuaan dapat menurunkan sistem
perbaikan sel sehingga dapat memperlambat proses
penyembuhan luka. Maghfuri (2015) mengatakan
penyembuhan pada bayi lebih cepat daripada orang tua,
penurunan fungsi hati pada lanjut usia dapat mengganggu
sintesis dari faktor pembekuan.

Ekaputra (2013) mengemukakan bahwa meningkatnya usia


secara biologi akan mempengaruhi fungsi tubuh seseorang.
Proses penyembuhan pada usia tua terhambat karena terjadinya
penyakit misalnya arthritis atau keganasan dan pemakaian obat-
obatan. Menurunnya aktifitas dan sumber keuangan akan
menyebabkan menurunnya nutrisi. Usia dapat mempengaruhi
penyembuhan luka karena fungsi dan organ tubuh mengalami
15

penurunan sistem imun juga mengalami penurunan dalam tubuh


yang tidak lagi memberikan luka pertahanan dalam tubuh
sehingga tidak tidak mempertahankan bakteri yang yang masuk
kedalam tubuh sehingga dapat menyebabkan infeksi.

Jhonson (2011) bahwa penambahan usia berpengaruh terhadap


semua penyembuhan luka sehubungan dengan dengan adanya
gangguan sirkulasi dan koagulasi, respon inflamasi yang lebih
lambat dan penurunan aktifitas fibroblas. Kulit utuh pada orang
dewasa muda yang sehat merupakan barier yang baik terhadap
trauma mekanis dan infeksi. Begitu juga dengan efesiensi sistem
imun, sistem vaskuler, dan sistem respirasi, yang
memungkinkan penyembuhan luka terjadi lebih cepat. Ketika
usia > 30 tahun mulai terjadi penurunan yang signifikan dalam
beberapa fungsinya, seperti penurunan efesiensi jantung,
kapasitas vital dan juga penurunan efesiensi sistem imun yang
masing-masing masalah tersebut ikut mendukung terjadinya
kelambatan penyembuhan luka seiring dengan penambahan
usia.

Nugroho (2008) menyebutkan penuaan menyebabkan sel kulit


berkurang keelastisannya diakibatkan dari menurunnya cairan
vaskularisasi di kulit dan berkurangnya kelenjar lemak yang
semakin mengurangi keelastisan kulit. Kulit yang tidak elastis
akan mengurangi kemampuan regenerasi sel ketika luka luka
akan dan mulai menutup sehingga dapat memperlambat
penyembuhan luka.
2.1.5.2 Penyakit Penyerta (Diabetes Mellitus)
Diabetes mellitus suatu keadaan dimana terjadi kadar gula darah
melebihi kadar normal, yaitu kadar gula darah puasa > 126
mg/dL, atau dua jam sesudah minum 75 gr glukosa, kadar gula
16

darah > 200 mg/dL. Diabetes mellitus adalah gangguan


metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang
berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitifitas atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,
makrovaskular, dan neuropati (Yuliana, 2009 dalam Nurarif dan
Kusuma, 2015).

Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit


metabolik dengan karakeristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
(PERKENI, 2015). Tjokroprawiro ( 2011) berpendapat gejala
diabetes mellitus pada penderita satu dengan yang lain tidaklah
sama, gejala umum yang biasanya terjadi tidak mengurangi
kemungkinan timbulnya variasi gejala lain. Bahkan ada diabetes
yang tidak menunjukkan gejala apapun pada saat tertentu.
Gejala akut pada diabetes dapat berupa:
a. Pada permulaan gejala yang ditunjukkan dapat meliputi
trias poli, yaitu:
1) Poliflgia (banyak makan)
2) Polidipsia (banyak minum)
3) Poliuria (banyak kencing)
Atau singkatannya: 3P (poliflagia, polidipsia, poliuria).
Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat
badan yang terus bertambah, karena pada saat ini jumlah
insulin masih mencukupi.
b. Bila keadaan tersebut tidak cepat diobati, lama kelamaan
mulai timbul gejala yang disebabkan oleh kurangnya
insulin, dan bukan 3P, melainkan hanya 2P saja (polidipsia
dan poliuria) dan beberapa keluhan lainnya: nafsu makan
17

mulai berkurang bahkan kadang-kadang disusul dengan


mual jika kadar glokusa darah melebihi 500 mg/dl.
Gejalanya:
1) banyak minum
2) banyak kencing
3) berat badan turun dengan cepat (dapat turun 5-10 kg
dalam waktu 2-4 minggu)
4) mulai lelah
5) bila tidak lekas diobati akan timbul rasa mual, bahkan
penderita akan jatuh koma dan disebut koma diabetic.

Kadang-kadang diabetes tidak menunjukkan gejala akut,


tetapi penderita tersebut menunjukkan gejala sesudah
beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap diabetes
mellitus. Gejala ini disebut dengan gejala kronik. Gejala
kronik ini yang paling sering membawa penderita berobat
pertama kali. Gejala kronik yang yang sering timbul ialah:
1) kesemutan (semuten)
2) kulit teras panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum
3) terasa tebal di kulit, sehingga kalau berjalan seperti di
atas bantal atau kasur
4) kram
5) lelah
6) mudah mengantuk
7) mata kabur
8) gatal disekitar kemaluan, terutama wanita
9) gigi mudah goyah dan lepas
10) kemampuan seksual menurun, bahkan impoten, dan
11) para ibu hamil sering mengalami keguguran atau
kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi
berat lahir lebih 4 kg.
18

Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu Dan Puasa


Sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis Diabetes
Mellitus (mg/dl)
Bukan Belum Pasti DM
DM DM
Kadar glukosa Plasma <100 100-199 ≥200
darah sewaktu vena
(mg/dl) Darah <90 90-199 ≥ 200
kapiler
Kadar glukosa Plasma <100 100-125 ≥126
darah puasa vena
(mg/dl) Darah <90 90-99 ≥100
kapiler

Pramudiarja (2010) menjelaskan bahwa diabetes mellitus


menyebabkan peningkatan ikatan antara hemoglobin dan
oksigen sehingga gagal untuk melepaskan oksigen
kejaringan. Salah satu tanda penyakit diabetes adalah kondisi
hiperglikemia yang berlangsung terus menerus.
Hiperglikemia menghambat leukosit melakukan fagositosis
sehingga rentan terhadap infeksi. Jika mengalami luka akan
sulit sembuh karena diabetes mempengaruhi kemampuan
tubuh untuk menyembuhkan diri dan melawan infeksi. Maka
dari itu apabila seseorang tersebut menderita penyakit
diabetes mellitus dengan kadar gula yang sangat tinggi akan
membuat proses penyembuhan luka berjalan lambat.

Pada penderita Diabetes mellitus membutuhkan waktu lebih


lama dalam penyembuhan luka membutuhkan kesabaran
ekstra dalam merawatnya, karena pada penderita diabetes
mellitus luka kecil sekalipun akan sulit untuk disembuhkan.
Hal ini akan terjadi karena pada penderita diabetes mellitus
rentan terhadap infeksi yang terjadi pada luka.
19

Menurut Maghfuri (2013) tidak terkontrolnya kadar gula


darah akan memberikan efek tidak baik. Jumlah makrofage
selama fase inflamatory berkurang. Penyembuhan luka pada
pasie diabetic sering terhambat karena dapat
menimbulkan/berhubungan dengan neuropati, ischemia dan
infeksi. Jika kadar glukosa darah secara menetap berada
diatas 200 mg/dl, luka tidak akan mengikuti fase-fase
penyembuhan biasa.
2.1.5.3 Personal Hygiene
Menurut Yuni (2015) personal hygiene adalah suatu tindakan
yang dilakukan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
jenis-jenis personal hygiene antara lain:
a. Perawatan kulit dan wajah
Pembersihan wajah sangat bermanfaat untuk mencegah
timbulnya jerawat, sebaiknya pembersihan wajah
dilakukan 2 sampai 3 kali sehari.
b. Mandi
Mandi dianjurkan sedikitnya 2 kali sehari untuk menjaga
kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah
dada, daerah genitalia) dengan cara dibersihkan dengan
air dan dikeringkan. Gunakan sabun ringan dan atau sabun
yang mengandung antiseptik secukupnya, spon mandi
dapat digunakan untuk menggosok, atau gunakan
penggosok punggung atau penggosok tumit jika tersedia.
Mandi bermanfaat untuk menghilangkan/membersihakan
bau badan, keringat dan sel yang mati serta merangsang
sirkulasi darah dan membuat rasa nyaman.
c. Perawatan Diri Pada Kaki dan Kuku
Rendam kuku dengan air hangat ± 2 menit beri sabun jika
kotor, lakukan pemotongan kuku perhatikan pemotongan
20

kuku jangan terlalu dekat dengan ujung kulit, kemudian


rapikan permukaan kuku dengan kikir kuku.
d. Perawatan Rambut
Mencuci rambut minimal dua kali seminggu
menggunakan sampo ringan, bilas dengan air bersih.
Lakukan penyisiran rambut 3 sampai 4 kali sehari dengan
sikat rambut berbulu lembut atau sisir bergigi jarang.
e. Perawatan Gigi dan Mulut
Menyikat gigi secara teratur sekurang-kurangnya dua kali
sehari, pagi hari dan malam hari sebelum tidur, termasuk
bagian gusi dan lidah.

Menurut Tarwonto & Wartonah ( 2010) salah satu prinsip


personal hygiene ialah penggunaan handuk. Penggunaan
handuk sebaiknya perorangan dan hindari penggunaan
handuk bersamaan dalam satu keluarga. Penggunaan handuk
berulang diperbolehkan, tetapi yang harus diperhatikan
adalah handuk harus selalu dijemur setiap kali selesai
dipakai. Handuk dijemur agar terkena matahari, sehingga
jasad renik yang ada pada handuk mati dan tidak
menimbulkan infeksi. Sebaiknya handuk tidak digunakan
lebih dari satu minggu atau bila sudah tidak nyaman
dipergunakan.

Menurut Mubarak & Chayatin (2008) terdapat beberapa


prinsip personal hygiene:
a. Kulit
Umumnya, kulit dibersihkan dengan cara mandi. Ketika
mandi kita sebaiknya menggunakan jenis sabun yang
menggunakan jenis sabun yang banyak mengandung
lemak nabati untuk menjaga kelembapan kulit.
21

Cara perawatan kulit ialah sebagai berikut:


1) Biasakan mandi minimal dua kali sehari
2) Gunakan sabun yang bersifat tidak iritatif
3) Sabuni seluruh tubuh, terutamaarea lipatan kulit
seperti sela-sela jari, ketiak, belakang telinga, dll
4) Jangan gunakan sabun mandi untuk wajah
5) Segera keringkan tubuh dengan handuk yang lembut
dari wajah, tangan, badan hingga kaki.
b. Perawatan kuku
Cara merawat kuku antara lain:
1) Kuku jari dapat dipotong dengan pengikir atau
memotongnya dalam bentuk oval dan kuku jari
dipotong secara lurus
2) Jangan memotong kuku terlalu pendek karena bisa
melukai selaput kulit
3) Jangan membersihkan kotoran dibalik kuku dengan
benda tajam
4) Potong kuku seminggu sekali atau sesuai kebutuhan

Johnson (2004) dalam Mukarramah (2013) mengatakan


bahwa Personal Hygiene (kebersihan diri) kurang dapat
memperlambat penyembuhan luka, hal ini dapat
menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman.
Adanya benda asing, pengelupasan jaringan yang luas akan
memperlambat penyembuhan dan kekuatan regangan luka
menjadi tetap rendah. Luka yang kotor harus dicuci bersih,
bila luka kotor, maka penyembuhan sulit terjadi. Kalaupun
sembuh akan memberikan hasil yang buruk. Hapsari (2010)
dalam Tulas et al (2017) mengemukakan melakukan
perawatan atau personal hygiene bertujuan untuk mencegah
terjadinya resiko infeksi.
22

2.1.5.4 Status Nutrisi


Dalam bidang kesehatan istilah gizi atau sering disebut pula
nutrisi diartrikan sebagai sebuah proses dalam tubuh
makhluk hidup untuk memanfaatkan makanan guna
pembentukan energi, tumbuh kembang dan pemeliharaan
tubuh (Hartono, 2006).

Istilah gizi berasal dari bahasa arab gizawi yang berarti


nutrisi. Oleh para ahli istilah tersebut diubah menjadi gizi.
Gizi adalah substansi organik dan non organik yang
ditemukan dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh agar
dapat berfungsi dengan baik (Kozier, 2004 dalam Mubarak
& Mardella 2007).

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan


yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,
absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Status gizi (nutrition status) ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Contoh:
gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya
pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh
Metode penilaian status gizi:
a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
1) Antropometri ditinjau dari sudut pandang gizi,
antropometri gizi berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai macam dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi. Antropometri sebagai
23

indikator status gizi dapat dilakukan dengan


mengukur beberapa parameter.
Parameter disini adalah ukuran tunggal dari tubuh
manusia, seperti umur, berat badan, tinggi atau
panjang tubuh, lingar lengan atas, lingkar kepala,
lingkar dada, lingkar pinggang, tebal lemak bawah
kulit.
2) Pengukuran tinggi badan/panjang badan
Pengukuran tinggi badan dapat menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan
normal, pertumbuhan tinggi badan akan beriringan
bersama dengan pertambahan umur.
3) Pengukuran berat badan
Berat badan dapat memberikan gambaran tentang
masa tubuh (otot dan lemak), karena massa tubuh
sangan sensitif terhadap perubahan keadaan yang
mendadak, misalnya terserang penyakit/infeksi,
menurunnya nafsu makan, menurunnya jumlah
makanan yang dikonsumsi dan oleh karena adanya
bencana alam atau keadaan darurat lainnya. Berat
badan dapat digunakan untuk mengetahui kecepatan
pertumbuhan. Dalam keadaan normal, berat badan
akan berkembang mengikuti pertambahan umur,
sedangkan dalam keadaan abnormal, terdapat 2
kemungkinan dalam perkembangan berat badan,
yaitu dapat berkembang lebih cepat atau dapat
berkembang lebih lambat.
4) Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
Pengukuran LILA dapat dihgunakan untuk
mengetahui status gizi balita, bayi dan bumil, anak
sekolah serta dewasa. Indeks ini dapat digunakan
24

tanpa mengetahui umur. Bersama dengan nilai


trisep skinfold dapat digunakan untuk menentukan
otot lengan. Lingkaran otot lengan merupakan
gambaran dari massa otot tubuh.
5) Pengukuran lingkar dada
Pengukuran lingkar dada biasa digunakan pada anak
2-3 tahun, karena pertumbuhan lingkar dada pesat
sampai anak berumur 3 tahun.
6) Pengukuran lingkar kepala (LIKA)
Lingkar kepala adalah standart prosedur dalam ilmu
kedokteran anak secara praktis, biasanya untuk
memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala
atau peningkatan ukuran kepala, seperti hidrosefalus
daan mikrosefalus.
7) Rasio pinggang-panggul
Banyak lemak dalam perut menentukan adanya
perubahan metabolisme, termasuk terhadap insulin
dan meningkatnya produksi asam lemak bebas,
dibanding dengan banyaknya lemak bawah kulit
pada kaki dan tangan. Perubahan metabolisme
memberikan gambaran tentang pemeriksaan
penyakit yang berhubungan dengan perbedaan
distribusi lemak tubuh. Ukuran yang ymum
digunakan adalah rasio pinggang-panggul.
8) Tinggi lutut
Tinggi lututt berkaitan dengan tinggi badan,
sehingga data tinggi badan didapatkan dari tinggi
lutut bagi orang tidak dapat berdiri atau lansia. Pada
lansia digunakan tinggi lutut oleh karena pada lansia
terjadi penurunan masa tulang (menjadi bungkuk)
25

sehingga sukar untuk mendapatkan data tinggi badan


yang akurat.
9) Tebal lemak bawah kulit (TLBK)
Otot dan lemak merupakan jaringanlunak yang
bervariasi. Antropometri dapat dilakukan pada
jaringan tersebut (lemak subkutan) untuk menilai
status gizi di masyarakat. Penilaian komposisi tubuh
untuk mendapatkan informasi mengenai jumlah dan
distribusi lemak dapat dilakukan dengan beberapa
metode seperti ultrasonik, densitometri, metoda
radiological, total electrical body conduction dan
antropometri.
10) Indeks massa tubuh (IMT)
IMT digunakan berdasarkan rekomendasi
FAO/WHO/UNO tahun 1985 bahwa batasan berat
badan normal orang dwasa ditentukan berdasarkan
Body Mass Index (BMI/IMT). IMT merupakan alat
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa
(usia 18 tahun keatas), khususnya yang berkaitan
dengan kekurangan dan kelebihan BB. IMT tidak
dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil
dan olahragawan. Juga tidak dapat diterpkan pada
keadaan khusus (penyakit) seperti edema, asites dan
hepatomegali. Batas ambang IMT menurut FAO
membedakan antara laki-laki (normal 20,1-25,0) dan
perempuan (normal 18,7-23,8) untuk menentukan
kategori tingkat kurus berat pada laki-laki dan
perempuan juga ditentukan ambang batas. Di
Indonesia, dimodifikasi berdasarkan pengalaman
kinis dan hasil penelitian dibeberapa negara
berkembang.
26

Dibawah ini merupakan rumus baku untuk


menghitung indeks massa tubuh:
𝐵𝐵 (𝑘𝑔)
IMT = 𝑇𝐵² (𝑚)

Tabel 2.2 Kategori batas ambang IMT


Kategori Batas Ambang
Underweight < 17 -1 8.5
Normal 18.5 – 22.9
Overweight ≥ 23.0

11) Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode untuk melihat
status gizi masyarakat berdasarkan atas perubahan-
perubahan yang terjadi dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada
jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan
mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
12) Biokimia
Penilaian gizi dengan status kimia adalah
pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris
yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh, seperti darah, urine, tinja dan beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot.
13) Biofisik
Penenuan status gizi secara biofisik adalah metode
penentuan status gizi dengan memelihara
kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur jaringan
27

b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Lansung


1) Survei konsumsi makanan
Metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis gizi yang
dikonsumsi. Data yang dikumpulkan dapat
memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat
gizi pada masyarakat, keluarga dan individu.
2) Statistik vital
Pengukuran gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti
angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan
dan kematian serta data-data lainnya yang
berhubungan dengan gizi.
3) Faktor ekologi
Dari segi faktor ekologi malnutrisi merupakan
masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa
faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah
makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan
ekologi seperti ikim, tanah, irigasi dan lain-lain.

Status nutrisi merupakan salah satu faktor yang


berpengaruh langsung terhadap keadaan seseorang, dimana
dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan tubuh, baik kualitas maupun
kuantitasnya. Apabila zat-zat gizi yang dibutuhkan kurang
dan keadaan ini berlangsung lama akan mempengaruhi
kepekaan terhadap infeksi dan menyumbang kepekaan
terhadap infeksi dan menyumbang peningkatan insiden
komplikasi dan akan mengakibatkan perawatan lebih lama
(smelzer dan Bare, 2001: Elisa 2014).
28

Status nutrisi sering tercermin dalam penampilan


seseorang. Meskipun tanda klinisnya yang paling jelas
mengenai nutrisi adalah berat badan yang normal sesuai
tinggi tubuh, kerangka tubuh dan usianya, namun jaringan
lainpun juga dapat berperan sebagai indikator status nutrisi
umum dan masukan nutrisi tertentu yang memadai.
Kecukupan masukan makanan harus dimakn agar dapat
diketahui masukan makanan yang baru maupun yang
dahulu (Supariasa 2002: dalam Elisa 2014).

Perry dan Pooter (2005) dalam Darmawati & Sastra (2013)


mengatakan penyembuhan luka secara normal memerlukan
nutrisi yang tepat. Proses penyembuhan luka tergantung
pada tersedianya protein, vitamin, mineral, zink, tembaga,
karbohidrat. Zat-zat makanan tersebut dapat mempercepat
pembentukan jaringan jaringan baru dalam proses
penyembuhan luka.

Ekaputra (2013) menyebutkan kadar serum albumin


rendah akan menurunkan difusi (penyebaran) dan
membatasi kemampuan neutrofil untuk membunuh bakteri.
Oksigen rendah pada tingkat kapiler membatasi profilerasi
jaringan granulasi yang sehat. Defesiensi zat besi dapat
melambatkan kecepatan epetilesasi dan menurunkan
kekuatan luka dan kolagen. Jumlah vitamin A dan C zat besi
dan tembaga yang memadai diperlukan untuk pembentukan
kolagen yang efektif. Sintesis kolagen juga tergantung pada
asupan protein, karbohidrat, dan lemak yang tepat.
Penyembuhan luka membutuhkan dua kali lipat kebutuhan
protein dan karbohidratdari biasanya dari segala usia.
Malnutrisi menyebabkan terhambatnya proses
29

penyembuhan luka dan meningkatkan terjadinya infeksi.


Hal ini dapat timbul karena kurangnya intake nutrisi
(misalnya sindrom malabsorbsi).
2.1.5.5 Vaskularisasi, mempengaruhi luka karena luka membutuhkan
peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan atau perbaikan sel.
2.1.5.6 Anemia, memperlambat proses penyembuhan luka mengingat
perbaikan sel membutuhkan kadar protein yang cukup. Oleh sebab
itu, orang yang mengalami kekurangan kekurangan kadar
hemoglobin dalm darah akan mengalami proses penyembuhan
yang lebih lama.
2.1.5.7 Kegemukan, obat-obatan, merokok dan stress memepengaruhi
proses penyembuhan luka. Orang yang terlalu gemuk banyak
mengkonsumsi obat-obatan, merokok atau stress akan mengalami
penyembuhan luka yang lebih lama.

Menurut Ekaputra (2013) jaringan adiposa merupakan sangat


sedikit mengalami proses vaskularisasi. Hal tersebut dapat
menimbulkan masalah dalam penyembuhan luka pada fase first
intention karena adanya penarikan kuat (tention) pada jahitan luka.
Sehingga dapat menimbulkan gangguan suplai darah yang
menyebabkan terlambatnya penyembuhan atau terjadinya
dehiscence pada pinggir luka. Maghfuri (2015) mengatakan
kegemuukan, kelebihan jaringan lemak menyebabkan
vaskularisasi tidak optimal, fiksasi pada fase epetilesasi kurang
kuat akibat terlalu banyak lemak sehingga mudah sobek.
2.1.5.8 Terapi obat
a. Obat anti-inflamasi non steroid
Terjadinya gangguan pada fase penyembuhan inflamasi di
sebabkan oleh bloking pada sintesis prostaglandin.
30

b. Obat sitotoksik
Obat sitotoksik mempengaruhi proliferasi sel dan mempunyai
kemampuan memperbaiki penyembuhan secara besar dan
mengurangi kekuatan otot pada luka.
c. Steroid
Menekan pusat imun pada saat infeksi, saat kejadian sebelum
injuri mereka mereka melakukan penekanan pada beberapa area
pembentukan fibroblas dan pengaruh ini disebabkan oleh
starvasi atau adanya defesiensi protein pada seorang pasien yang
mengalami status nutrisi buruk.
d. Obat immunosuppressive
Hal ini dapat mengurangi aktifitas sel darah putih sehingga
dapat menyebabkan kegagalan terhadap pembersihan debris.
e. Penicillamine dan penicillin
Penicilline melepaskan penicillamine. Penicillamine
mengurangi kekuatan otot luka dengan mencegah jalur masuk
kolagen.
2.1.5.9 Kemoterapi dan radiasi
Dapat menghancurkan sel kanker, adanya pertumbuhan sel
sehat dan reproduksi. Efek samping pengobatan, diare dan
muntah, yang kemungkinan berdampak pada mal absorpsi
nutrisi yang diperlukan untuk proses penyembuhan luka.
2.1.5.10 Stress fisik dan psikologis
Stress, cemas dan depresi telah dibuktikan dapat mengurangi
efesiensi dari sistem imun sehingga dapat mempengaruhi proses
penyembuhan. Suatu sikap positif untuk memberikan
penyembuhan oleh tiap pasien.
2.1.5.11 Immunosupresi
Bahan-bahan immunosupresi steroid, non steroid, mengalami
lebih banyak kesulitan penyembuhan luka karena fase inflamasi
terganggu.
31

2.1.5.12 Gangguan sensasi atau gerakan


Gangguan aliran darah yang disebabkan oleh tekanan dan
gesekan benda asing pada pembuluh darah kapiler dapat
menyebabkan jaringan mati pada tingkat lokal. Gerakan/
mobilisasi diperlukan untuk membantu sistem sirkulasi,
khususnya pembuluh darah balik (vena) pada ekstremitas
bawah.

2.1.6 Masalah yang Terjadi pada Luka


Hidayat (2014) ada beberapa masalah yang dapat timbul dalam proses
penyembuhan luka, yaitu sebagai berikut:
2.1.6.1 Perdarahan, ditandai dengan adanya perdarahan disertai
perubahan tanda vital seperti kenaikan denyut nadi, kenaikan
pernapasan, penurunan tekanan darah, melemahnya kondisi
tubuh, kehausan, serta keadaan kulit yang dingin dan lembab.
2.1.6.2 Infeksi, terjadia apabila terdapat tanda-tanda seperti kulit
kemerahan, demam atau panas, rasa nyeri dan timbul bengkak,
jaringan disekitar luka mengeras, serta adanya kenaikan
leukosit.
2.1.6.3 Dehiscene, merupakan pecahnya luka sebagian atau seluruhnya
yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kegemukan,
kekurangan nutrisi, terjadi trauma, dan lain-lain. Sering ditandai
dengan kenikan suhu tubuh, takikardi, dan rasa nyeri pada
daerah luka.
2.1.6.4 Evisceration, yaitu menonjolnya organ tubuh bagian dalam
kearah luar melalui luka. Hal ini dapat terjadi jika luka tidak
segera menyatu dengan baik atau akibat proses penyembuhan
yang lambat.
32

2.1.7 Luka Sembuh


Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan
kekuatan jaringan kulit mampu atau tidak mengganggu untuk
melakukan aktivitas yang normal. Meskipun proses penyembuhan
luka sama bagi setiap penderita, namun hasil yang dicapai sangat
tergantung dari kondisi biologik masing-masing individu, lokasi serta
luasnya luka.

Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat


dibandingkan dengan kurang gizi, disertai dengan penyakit sistemik
(diabetes mellitus). Karena pada luka yang mau sembuh terjadi
pertumbuhan kulit baru untuk menutup luka dan akan membentuk
jaringan granulasi (sel tumbuh) yang banyak mengeluarkan histamin
(zat histamin inilah yang membuat gatal, makin dalam dan lebar luka,
maka kejadian gatal akan makin terasa).

Menurut Magfuri (2015) luka dikatakan sembuh jika terciftanya


kontinuitas lapisan kulit serta adanya kekuatan jaringan tanpa/dengan
parut yang melakukan fungsi/aktivitas normal.

2.2 Teori Bekam


2.2.1 Pengertian Bekam
Istilah bekam berasal dari bahasa melayu (yang di adaptasi juga dalam
Bahasa Indonesia), yang berarti melepas (membuang) darah kotor
(toksin) dan / atau angin dari badan. Yasin (2012) mengatakan bekam
merupakan terjemahan dari hijamah, dari kata al-hajmu, yang berarti
pekerjaan membekam. Al-hijmu berarti mengisap atau menyedot,
sehingga hijamah atau bekam diartikan sebagai peristiwa penghisapan
darah dengan menggunakan alat seperti tabung, serta mengeluarkannya
dari permukaan kulit dengan penyayatan yang kemudian ditampung
didalam gelas.
33

Menurut Kasmui (2010) Bekam adalah suatu pengobatan yang di

syariatkan Allah SWT melalui Rasulullah ‫ﷺ‬. Sebagai umatnya maka


wajib mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan metode
pengobatan bekam. Bekam (Al-Hijamah) merupakan metode
pengobatan dengan cara mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh
melalui permukaan kulit. Hijamah adalah pengobatan yang sudah
dikenal sejak ribuan tahun sebelum masehi. Nama lainnya adalah bekam,
canduk, canthuk, kop, mambakan, di Eropa dikenal dengan istilah
Cuping Theraupeutic Method. Santoso (2012), terapi bekam merupakan
suatu metode pembersihan darah dan angin, dengan mengeluarkan sisa
toksik dalam tubuh melalui permukaan kulit dengan cara menyedot.

Terdapat beberapa hadist yang mengemukakan tentang keutamaan dan


manfaat berbekam: “Jika dalam sebagian obat kalian terdapat kebaikan
maka itu terdapat dalam sayatan alat bekam, minum madu atau
sundutan besi panas yang sesuai dengan penyakit. Tetapi aku tidak suka
berobat dengan sundutan besi panas.” (H.R. Bukhari, Muslim, dan
Ahmad) “Beliau berbekam ketika sedang ihram di kepalanya karena
migraine.” (H.R. Bukhari). “Jika pada sesuatu kalian pergunakan untuk
berobat itu terdapat kebaikan, maka hal itu adalah bekam.” (H.R.
Shahih). Hadist diatas telah menunjukkan bahwa pengobatan terapi
bekam telah nyata dan di contohkan serta diperintahkan oleh Rasulullah

‫ﷺ‬. Bekam sebagai sebuah tindakan minor dan mengeluarkan darah,

tentunya harus dilandasi dengan diagnosa yang tepat dalam tindakan


bekam dan alangkah baiknya dilakukan oleh seorang yang mengerti ilmu
pengetahuan (Yasin, 2012).
34

2.2.2 Jenis Bekam


Zaki (2015) menyatkan terdapat 2 jenis bekam yang dipergunakan:
2.2.2.1 Bekam Basah (Rothbah)
Jenis bekam basah ialah bekam yang dilakukan Rasulullah,
maka dai itu disebut sunah Nabi. Disini permukaan kulit
disedot terlebih dahulu, lalu dilukai atau disayat dengan
menggunakan lancet (jarum yang tajam) atau pisau bedah
kemudian disekitarnya disedot kembali untuk mengeluarkan
darah yang berisi sisa-sisa toksin dari dalam tubuh. Setiap
sedotan dibiarkan 3-5 menit kemudian dibuang kotorannya
dengan cara ditempatkan pada wadah atau tempat sampah
khusus. Maksimal sedotan tidak lebih dari 7 kali. Darah yang
mengandung toksin berwarna hitam pekat seperti jeli atau
berbuih. Jarak waktu pengulangan bekam ditempat yang sama
3-5 minggu. Bekas luka akan hilang 2-3 hari jika diurut
dengan minyak habbatusauda atau minyak zaitun. dan
bekasnya tidak terkena air selama 3-4 jam setelah berbekam.
2.2.2.2 Bekam Kering (Jaffah)
Bekam jenis ini adalah pengembangan dari bekam basah.
Bekam kering berguna untuk membuang angin serta
melegakan sakit secara darurat tanpa melalui kulit. Dapat
melepaskan otot-otot kaku. Disini pengkopan hanya dilakukan
satu kali selama 15-20 menit. Setelah selesai baru dioleskan
lagi minyak untuk mempercepat menghilangkan lebam bekas
bekam kering.

Kasmui (2010) pengobatan alternatif bekam memiliki beberapa jenis


cara melakukan tindakan bekamnya. Ada beberapa jenis bekam:
2.2.3.3 Bekam Kering Atau Bekam Angina (Hijamah Jaafah)
35

Yaitu menghisap permukaan kulit dan memijat tempat


sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor.
2.2.3.4 Bekam Luncur
Bekam dengan mengkop bagian tubuh tertentu dan
meluncurkan kearah bagian tubuh yang lain. Teknik bekam
ini biasanya untuk pemanasan pasien, fungsinya
melancarkan peredaran darah, pelemasan otot dan
menyehatkan kulit.
2.2.3.5 Bekam Tarik
Melakukan bekam ini dengan cara ditarik-tarik. Dibekam hanya
beberapa detik kemudian ditarik dan ditempelkaan lagi hingga
kulit yang dibekam menjadi merah.
2.2.3.6 Bekam Basah (Hijammah Rhotbah)
Yaitu pertama kita melakukan bekam kering, kemudian kita
melukai permukaan kulit dengan jarum tajam (lancet), lalu
disekitarnya dihisap dengan alat cupping set dan hand pump
untuk mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh. Lamanya
melakukan hisapan maksimal 9 menit. Jarak waktu pengulangan
bekam ini 4 minggu. Bekam basah berkhasiat untuk berbagai
penyakit, terutama penyakit-penyakit yang lebih berat, seperti
darah tinggi, asam urat, dan kolesterol.

2.2.3 Manfaat Bekam


Salamah (2009) pengobatan dengan cara bekam memberi banyak
manfaat kenaikan kepada manusia yang melakukannya diantaranya
adalah menjaga kesehatan tubuh, menghilangkan letih, lesu, lelah,
meningkatkan daya tahan tubuh, sakit bahu, alergi, perut kembung, mati
rasa, asam urat, dan kolesterol, jantung, migraine, hipertensi, stroke,
dan 72 macam penyakit lainnya.
36

Yasin (2015) mengemukakan manfaat-manfaat medis pengobatan


bekam:
2.2.3.1 Bisa membersihkan darah dan meningkatkan aktivitas syaraf
tulang belakang.
2.2.3.2 Memperbaiki permeabilitas pembuluh darah.
2.2.3.3 Menghilangkan kejang-kejang dan memar-memar pada otot.
2.2.3.4 Bermanfaat bagi penderita asma, phenomonia, dan angina
pectoris.
2.2.3.5 Bemanfaat ketika mengalami pusing, memar-memar di
bagain kepala dan wajah, migrain, dan sakit gigi.
2.2.3.6 Ketika mengalami berbagai macam penyakit mata dan rabun.
2.2.3.7 Ketika mengalami gangguan rahim dan bewrhentinya
menstruasi bagi wanita.
2.2.3.8 Ketika terkena rematik, sciatica (pegal di pinggang), dan
encok.
2.2.3.9 Untuk mengatasi gangguan tekanan darah dan
arteriosclerosis (pengapuran pembuluh darah).
2.2.3.10 Ketika mengalami sakit bahu, dada dan punggung.
2.2.3.11 Bermanfaat mengatasi kemalasan, kelesuan, dan banyak
tidur.
2.2.3.12 Bermanfaat mengatasi luka-luka, bisul, jerawat, dan gatal-
gatal di kulit.
2.2.3.13 Bermanfaat mengatasi pericarditis (radang selaput jantung)
dan nephritis (radang ginjal) yang parah.
2.2.3.14 Bermanfaat mengatasi keracunan.
2.2.3.15 Bermanfaat mengatasi luka-luka bernanah.

2.2.4 Alat-Alat Untuk Bekam


Ridho (2012) berbagai macam alat-alat yang dibutuhkan untuk
melakukan pengobatan terap bekam. Alat-alat yang digunakan yaitu:
37

2.1.4.2 Cupping set


2.1.4.3 Lancing device (untuk memasang jarum)
2.1.4.4 Lancet atau jarum steril
2.1.4.5 Sarung tangan dan masker
2.1.4.6 Tensi meter dan stetoskop
2.1.4.7 Kassa steril dan kapas
2.1.4.8 Baskom
2.1.4.9 Alcohol
2.1.4.10 Bak sampah medis

2.2.5 Cara Sterilisasi Alat-Alat Bekam:


2.2.5.1 Kop yang habis dipakai oleh terkena darah, bersihkan dengan
menyemprotkan alcohol 70% ke dalam gelas kop dan alat
semprot.
2.2.5.2 Setelah bersih rendamlah pada baskom yang sudah berisi air
yang dicampuri dengan cairan klorin. Perbandingan air dan
klorin adalah 9:1.
2.2.5.3 Rendam selama 10 menit.
2.2.5.4 Angkat dan bersihkan dengan sabun atau pembersih yang
lain.
2.2.5.5 Cuci dibawah air mengalir.
2.2.5.6 Keringkan dalam rak yang telah disediakan.
2.2.5.7 Masukkan kedalam sterilisator ozon.
2.2.5.8 Bisa juga menggunakan desinfektan tingkat tinggi.

2.2.6 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Bekam


Ridho (2012) banyak hal-hal yang harus diperhatikan ketika ingin
dilakukan pengobatan bekam. Berikut ini adalah hal-hal tersebut:
38

2.2.6.1 Daerah anggota tubuh yang dilarang untuk dibekam:


a. Lubang alamiah (mata, telinga, hidung, mulut, putting
susu, alat kelamin, dan dubur).
b. Area tubuh yang banyak simpul lima (kelenjar limfe).
c. Area tubuh yang dekat dengan pembuluh besar.
d. Bagian tubuh yang varises, tumor, retak tulang, jaringan
luka.
2.2.6.2 Kondisi pasien yang tidak boleh bekam:
a. Terkena infeksi terbuka dan cacar air.
b. Penderita diabetes mellitus.
c. Penderita kelainan darah (hemophilia).
d. Penderita penyakit anemia dan penderita hipotensi.
e. Penderita kanker darah.
f. Anak-anak penderita dehidrasi.
g. Pada wanita hamil dan sering keguguran.

2.2.7 Waktu yang Dianjurkan Untuk Bekam


Yasin (2012) mengenai hari-hari dalam sepekan, ada riwayat yang
dibawakan oleh Ibnu Majah danlan sunan-nya 3478, “Ath-Thibb”,
dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar Rahimahullah yang berkata, “Wahai Nafi’,
berbekamlah dengan berkah Allah pada hari kamis, berupayalah
menghindari berbekam pada hari Rabu, Jum’at dan Sabtu.
Berbekamlah pada hari Senin dan Selasa, karena itu merupakan hari
dimana Ayyub disembuhkan dari bala’ dan Allah menimpakan bala’
kepadanya pada hari Rabu, karena sesungguhnya penyakit kusta dan
belang mulai munculselalu pada hai Rabu atau malam Rabu.”

Salamah (2009) Ibnu Sina di dalam kitabnya “Al-Qanun fii Thib”


membahas mengenai waktu yang paling baik untuk bekam yaitu pada
waktu tengah hari (jam 2-3 sore) karena pada saat itu saluran darah
sedang mengembang dan darah-darah mengandung toxin sangat
39

sesuai untuk dikeluarkan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi


SAW bersabda: “Barang siapa berbekam pada tanggal tujuh belas,
sembilan belas, dan dua puluh satu, maka ia akan menyembuhkan

semua penyakit.” Dari Anas bin Malik, dia bercerita: “Rasulullah ‫ﷺ‬
biasa berbekam dibagian urat meriih dan punggung. Beliau biasa
berbekam pada hari ketujuh belas,kesembilan belas, dan kedua puluh
satu.” (HR. Tarmidzi)

2.2.8 Titik-Titik Bekam


Menurut Santoso (2012) dibawah ini adalah gambaran titik-titik
bekam berdasarkan jenis penyakitnya:
2.2.8.1 Puncak Kepala (Ummu Mughits)
Titik tersebut berada diatas ubun-ubun dan bermanfaat untuk
mengatasi penyakit vertigo, migraine, sakit kepala
menahuun. Dari Ibnu Umar, bercerita bahwa: “Nabi
Muhammad SAW pernah berbekam dikepalanya dan
menyebutnya dengan Ummu Mughits”.
2.2.8.2 Dua Urat Leher (Al-Akhda ‘ain)
Titik ini adalah urat disamping kiri dan kanan leher.
Posisinya: dibawah garis batas rambut kepala belakang,
sejajar tulang cervical 3-7. Manfaatnya untuk mengatasi
hipertensi, stroke, sakit bagian kepala dan wajah.
2.2.8.3 Punduk (Al-Khaalil)
Titik ini berada diujung atas tulang belakang, bermanfaat
untuk massalah penyakit sekitar kepala dan saraf serta 72
penyakit. Sharaf (2012) mengatakan kâhil (al-khaalil)
adalah titik diantara kedua bahu, agak menonjol, dibagian
paling atas punggung yang bersambung dengan leher. Posisi
tepatnya di titik akupuntur DU 14.
40

Kâhil merupakan titik yang sangat penting. Para ilmuan


baru-baru ini menemukan bahwa titik di antara dua bahu,
yaitu kâhil, merupakan bagian paling lemah dari seluruh
peredaran tubuh sehingga menjadi tempat yang cocok untuk
pengendapan zat berbahaya serta sel rusak dan tua di dalam
tubuh. Di titik ini juga terdapat satu titik akupuntur yang
sangat penting, yaitu titik DU 14, letaknya pada ruas tulang
belakang cervikal keteujuh (C7). Titik ini digunakan untuk
terapi berbagai jenis macam penyakit, di antaranya tekanan
darah tinggi, kencing manis, berbagai macam musim,
masalah kelenjar, masalah kelenjar tiroid, masalah gangguan
menstruasi, sinusitis, nyeri leher, kelemahan sistem
imunitas, batuk, asma, dan berbagai penyakit lain. Titik ini
mengatur produksi hormon di dalam tubuh yang oleh para
ilmuan Barat dan peneliti di bidang pengobatan alternatif
disebut dengan titik “hormone pump” atau “pemompa
hormon”. Karena itu , dilakukan pembekaman pada titik ini
untuk berbagai macam penyakit.
2.2.8.4 Bahu Kiri dan Kanan (Al-Khatifain)
Titik ini berada dipundak atau bahu kiri dan kanan,
bermanfaat untuk penyakit hipertensi, nyeri bahu, stroke,
sakit leher.
2.2.8.5 Dua Jari Dibawah Pundak
Bermanfaat untuk penyakit bronchitis, batuk, sesak napas,
asi kurang, asma, stroke.
2.2.8.6 Belikat Kiri dan Kanan
Bermanfaat untuk gangguan paru-paru, gangguan jantung,
saluran pernapasan, stroke, masuk angin.
2.2.8.7 Pinggang (Ala-Warik)
Posisinya: pertemuan otot gluteus maximus dengan gluteus
medius bawah, kiri, dan kanan. Titik ini bermanfaat untuk
41

masalah gangguan ginjal, sakit pinggang, haid tidak lancer,


susah buang air besar.
2.2.8.8 Betis (Ala Dzohril Qadami)
Titik ini berada dibetis kiri dan kanan. Mengatasi gangguan
asam urat, kesemutan, pegal-pegal, stroke.

Gambar 2\\\ Titik-titik Bekam


(http://www.terapisehatbandung.com/titik-bekam/

2.2.9 Larangan-Larangan Dalam Bekam


Menurut Yasin (2012) terdapat beberapa larangan-larangan dalam
terapi bekam, yaitu:
2.2.9.1 Tidak dianjurkan melakukan bekam terhadap penderita
dibetes (kencing manis) atau perdarahan, kecuali juru bekam
yang benar-benar ahli.
2.2.9.2 Yang dianjurkan melakukan bekam terhadap pasien yang
fisiknya sangat lemah.
2.2.9.3 Tidak dianjurkan melakukan bekam terhadap penderita
infeksi kulit yang marata.
2.2.9.4 Tidak dianjurkan melakukan bekam terhadap orang tua, jika
mereka tidak sangat memebutuhkannya. Tidak seyogyanya
42

kita menambah kelemahan fisiknya itu dengan mengeluarkan


darah dari dalam tubuhnya.
2.2.9.5 Tidak dianjurkan melakukan bekam yang mengeluarkan
darah terhadap anak-anak penderita dehidrasi.
2.2.9.6 Tidak dianjurkan melakukan bekam terhadap penderita
penyakit kanker darah.
2.2.9.7 Tidak dianjurkan melakukan bekam penderita yang sering
megalami keguguran kandungan.
2.2.9.8 Tidak dianjurkan melakukan bekam terhadap penderita
penyakit gila dan ketidakstabilan emosi.
2.2.9.9 Tidak dioanjurkan melakukan bekam terhadap penderita
hepatitis A dan B apabila sedang dalam kondisi parah.
Adapun apabila kondisi sudah tidak parah atau penyakit
tersebut merupakan penyakit menashun, maka tidak
mengapa untuk diobati dengan bekam.
2.2.9.10 Tidak dianjurkan melakukan bekam terhadap pengidap
penyakit kuning karena hepatitis.
2.2.9.11 Seyogyanya dihindari pembekaman langsung sesudah
mandi.
2.2.9.12 Seyogyanya dihindari pembekaman setelah pasien
mengalami muntah.
2.2.9.13 Tidak dianjurkan melakukan pembekaman terhadap pasien
cuci darah.
2.2.9.14 Tidak dianjurkan melakukan pembekaman terhadap pasien
yang mengalami kelainan klep jantung, kecuali di bawah
pengawasan dokter dan orang yang benar-benar ahli bekam.
2.2.9.15 Dianjurkan tidak langsung makan sesudah pembekaman,
tetapi boleh minum madu atau minum yang memulihkan
kebugaran.
2.2.9.16 Hendaklah dihindari pembekaman berdarah terhadap
penderita kedinginan, sementara suhu tubuhnya sangat tinggi
43

atau penderita flu dan semisalnya, kecuali setelah ia tidak lagi


merasa kedinginan.
2.2.9.17 Pada saat membekam, jangan memasang gelas bekam di atas
urat sendi yang robek bagi pasien yang mengalami robek urat
persendian.
2.2.9.18 Pada penderita dengan kelainan cairan lutut, dalam
pembekaman jangan sampai gelas bekam dipasang pada
daerah yang sakit, melainkan disekitarnya.
2.2.9.19 Varises yang terjadi di betis, maka pembekaman dilakukan
di kana kiri varises secara hati-hati.
2.2.9.20 Pembekaman terhadap pasien yang mengidap penyakit liver
(hati) harus dilakukan secara sangat hati-hati.
2.2.9.21 Bekam jangan dilakukan langsung sesudah makan,
melainkan minimal dua jam sesudah makan.
2.2.9.22 Penderita penyakit perdarahan atau diabetes jika dilakukan
pembekaman, maka tidak dengan sayatan, melainkan
dengan tusukan ringan dengan jarum akupuntur.
2.2.9.23 Penderita tekanan darah rendah hendaklah derah punggung
bawah tidak dibekam. Pembekaman hendaknya juga
dilakukan satu demi satu, jangan dialkukan pembekaman
sekaligus di dua tempat atau lebih secara bersamaan.
2.2.9.24 Penderita anemia, pembekaman dilakukan satu demi satu,
sesuai dengan kondisi sesuai dengan kesiapan kondisi
tubuhnya. Jika pasien mengalami pingsan, mak gelas bekam
harus segera dicabut dan pasien diberi minuman yang
mengandung gula.
2.2.9.25 Jangan melakukan bekam pada orang yang baru pertama kali
melakukannya, kecuali setelah dilakukan persiapan mental
baginya. Yang paling baik adalah hendaknya ia melihat
orang lain yang berbekam di hadapannya. Selain itu, ia perlu
44

mendengar tentang keutamaan-keutamaan dan manfaat-


manfaat bekam.
2.2.9.26 Jangan melakukan bekam terhadap wanita hamil pada tiga
bulan pertama
2.2.9.27 Jangan melakukan bekam kecuali setelah bertanya kepada
pasien, apakah aliran darahnya deras, apakah ia mengidap
diabetes, penyakit-penyakit hati (hepatitis), kanker, urat yang
robek, dan ada cairan di lutunya.
2.2.9.28 Tidak dianjurkan melakukan bekasm terhadap orang yang
kesurupan, terkena sihir, guna-guna, dan sebagainya, kecuali
juru bekam yang telah mampu menghadapi kasus-kasus
semacam ini.
2.2.9.29 Bekam terhadap wanita harus dilakukan oleh sesama wanita
atau laki-laki yang menjadi muhrimnya, apaalagi Allah telah
memudahkan banyak wanita untuk mempelajari bekam.
2.2.9.30 Jangan melakukan bekam terhadap siapa yang
barumemberikan donor darah kecuali setelah dua atau tiga
hari, tergantung pada kondisi kesehatannya. Demikian pula
terhadap penderita vertigo, sampai keadaan dirinya rileks.
2.2.9.31 Pengguna obat-obat perangsang tidak dianjurkan untuk
dibekam, kecuali setelah meninggalkannya. Penderita
ketakutan juga sebaiknya menunggu sampai kondisi
kejiwaannya tenang.
2.2.9.32 Bekam untuk penyakit jantung tidak boleh dilakukan
terhadap pasien yang menggunakan peralatan bantu untuk
mengatur detak jantung.
2.2.9.33 Tidak boleh dilakukan bekam diatas simpul otot, tapi bisa
dilakukan penyedotan dengan gelas tanpa penyayatan
(bekam kering).
2.2.9.34 Bagi orang tua dan anak-anak, hanya dilakukan penyedotan
ringan.
45

2.2.9.35 Jangan melakukan bekam terhadap pasien yang masih


mengkonsumsi obat pelancar darah, kecuali dengan sangat
hati-hati. Demikian pula terhadap orang yang kelelahan,
sehingga ia beristirahat.
2.2.9.36 Tidak dianjurkan melakukan bekam dalam keadaan sangat
kenyang atau sangat lapar.
2.2.9.37 Dianjurkan mandi air hangat dan melakukan pemijatan
setelah bekam.

Menurut Sharaf (2012):


2.2.9.38 Jangan lakukan pembekaman ketika suhu badan sedang
tinggi.
2.2.9.39 Setelah berbekam hendaklah seseorang beristirahat, selama
tiga hari. Hindari hubungan seks selama jangka waktu
tersebut, dengan demikian, kesembuhan akan diperoleh
secara cepat, dengan izin Allah.
2.2.9.40 Gelas bekam jangan dibiarkan lebih dari 10 menit, karena
bisa menyebabkan pelepuhan kulit yang mirip luka bakar
pada pasien. Jika hal itu terjadi, gunakan salep antibiotik.
Lubangi kulit yang melepuh tersebut, tapi jangan dibuang.
Kemudian, oleskan salep dan pasang pembalut medis
dibagian yang melepuh.
2.2.9.41 Pembekaman dikepala jangan melebihi tiga titik, hendaknya
isapan juga jangan terlalu kuat.
2.2.9.42 Titik bekam yang diambil dalam sekali pembekaman jangan
lebih dari sepuluh titik.
2.2.9.43 Tidak dianjurkan untuk mandi sebelum 3 jam setelah
dilakukan terapi bekam
2.2.9.44 Jangan mandi stelah berbekam menggunanakan air dingin
tetapi mandilah dengan air hangat.
46

2.1.9 Lama Penyembuhan Luka Bekam


Menurut Zaky (2010) bekas luka setelah terapi bekam akan
menghilang 2-3 hari jika diurut dengan minyak habbatussauda atau
minyak zaitun. Adapun Gray (2013) mengemukakan cup yang dicabut
setelah dilakukan terapi bekam sakan meninggalkan bekas berwarna
merah ataupun kehitaman pada kulit, lingkaran bekas luka akan hilang
selepas 4 hari. Sedangkan menurut Jurnal Muslimah 7 Keluarga
Sakinah dalam Akhwat (2010) umumnya bekas luka setelah terapi
bekam akan hilang 3 hari sampai seminggu.

2.3 Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka Konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep yang lain dari maslah yang diteliti. Kerangka konsep
didapatkan dari konsep ilmu/teori yang didapatkan ditinjauan pustaka, sebagai
ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai dengan
variabel yang diteliti (Kartika, 2017).

Bekam Luka

Lama penyembuhan
luka Faktor

1. Usia
2. Penyakit penyerta
(Diabetes Mellitus)
3. Personal Hygiene
4. Status Nutrisi

Gambar 3: Kerangka Konsep Penelitian


47

Keterangan:

: Diteliti

: Hubungan

2.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan
(Sugiyono, 2013). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.4.1 Ha: Ada hubungan usia terhadap lama penyembuhan luka pasca terapi
bekam di Desa Barunai Baru
2.4.2 Ha: Ada hubungan penyakit penyerta (Diabetes Mellitus) terhadap lama
penyembuhan luka pasca terapi bekam di Desa Barunai Baru
2.4.3 Ha: Ada hubungan personal hygiene terhadap lama penyembuhan luka
pasca terapi bekam di Desa Barunai Baru
2.4.4 Ha: Ada hubungan status nutrisi terhadap lama penyembuhan luka
pasca terapi bekam di Desa Barunai Baru
2.4.5 Ho: Tidak ada hubungan usia terhadap lama penyembuhan luka pasca
terapi bekam di Desa Barunai Baru
2.4.6 Ho: Tidak ada hubungan penyakit penyerta (Diabetes Mellitus)
terhadap lama penyembuhan luka pasca terapi bekam di Desa
Barunai Baru
2.4.7 Ho: Tidak ada hubungan personal hygiene terhadap lama penyembuhan
luka pasca terapi bekam di Desa Barunai Baru
2.4.8 Ho: Tidak ada hubungan status nutrisi terhadap lama penyembuhan
luka pasca terapi bekam di Desa Barunai Baru

Anda mungkin juga menyukai