Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PROSES PENYEMBUHAN LUKA

OLEH:
DEVI TRIANA
P0320222009
TINGKAT 1A

DOSEN PENGAMPU:
Ns. Nora Hayani, M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN ACEH
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN LANGSA
TAHUN 2023
PEMBAHASAN

A. Macam-macam Proses Penyembuhan Luka


Secara fisiologis, tubuh dapat memperbaiki kerusakan jaringan kulit
sendiri yang dikenal dengan penyembuhan luka. Menurut Arisanty (2013)
cara penyembuhan luka berdasarkan tipe atau cara penyembuhannya yaitu
penyembuhan luka secara primer (primary intention), secara sekunder
(secondary intention), dan secara tersier (tertiary intention atau delayed
primary intention).
1. Penyembuhan luka secara primer (primary intention) adalah luka yang
ditutup dengan cara dirapatkan kembali dengan menggunakan alat bantu
sehingga bekas luka (scar) tidak ada atau minimal. Luka terjadi tanpa
kehilangan banyak jaringan kulit. Luka ditutup dengan cara dirapatkan
kembali dengan menggunakan alat bantu sehingga bekas luka(scar) tidak
ada atau minimal. Proses yang terjadi adalah epitelisasi dan deposisi
jaringan ikat. Contohnya adalah luka sayatan robekan dan luka
operasiyang dapat sembuh dengan alat bantu jahitan, stapler, taoe
eksternal, atau lem perekat kulit.
2. Penyembuhan luka secara sekunder (secondary intention). Pada proses
penyembuhan luka sekunder kulit mengalami luka (kerusakan) dengan
kehilangan banyak jaringan sehingga memerluka proses granulasi
(pertumbuhan sel), kontraksi, dan epitelisasi (penutupan epidermis) untuk
menutup luka. Pada kondisi luka yang mengalami proses penyembuhan
sekunder, jika dijahit kemungkinan terbuka lagi atau menjadi nekrosis
(mati) sangat besar.
3. Penyembuhan luka secara tersier atau delayed primary terjadi jika
penyembuhan luka secara primer mengalami infeksi atau ada benda asing
sehingga penyembuhannya terlambat. Luka akan mengalami proses
debris hingga luka menutup. Penyembuhan luka dapat juga diawali
dengan penyembuhan secara sekunder yang kemudian ditutup dengan
balutan jahitan/dirapatkan kembali. Contohnya adalah luka oprerasi yang
terinfeksi.

1
Berdasarkan waktu penyembuhannya, luka dapat dibagi menjadi dua
yaitu (Arisanty, 2013):
1. Luka akut adalah luka yang terjadi kurang dari 5 hari dengan diikuti
proses hemostasis dan inflamasi. Luka akut sembuh atau menutup sesuai
dengan waktu penyembuhan luka fisiologis 0-21 hari. Luka akut juga
merupakan luka trauma yang biasanya segera mendapat penanganan dan
biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi komplikasi.
2. Luka kronik merupakan luka yang berlangsung lama atau sering timbul
kembali (rekuren), dimana terjadi gangguan pada proses penyembuhan
yang biasanya disebabkan oleh masalah multifaktor dari penderita. Luka
kronik juga sering disebut kegagalan dalam penyembuhan luka.

B. Proses Penyembuhan Luka


Secara umum proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase
penyembuhan dimana dibagi dalam tiga fase utama yaitu (1) Fase inflamasi:
(2) Fase proliferative: (3) Fase maturasi. Fase-fase penyembuhan luka dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi terjadi pada awal kejadian atau pada saat luka terjadi
hari ke-0 sampai hari ke-3 atau hari ke-5. Terdapat dua kegiatan utama
pada fase ini, yaitu respon vaskuler dan respon inflamasi. Respon
vaskuler diawali dengan respon hemostatic tubuh selama 5 detik pasca
luka. Sekitar jaringan yang luka mengalami iskemia yang merangsang
pelapisan histamine dan vasoaktif yang menyebabkan vasodilatasi,
pelepasan trombosit, reaksi vasodilatasi dan vasokontriksi, dan
pembentukan lapisan fibrin.
Respon inflamasi adalah reaksi non spesifik tubuh dalam
mempertahankan atau memberi perlindungan terhadap benda asing yang
masuk kedalam tubuh (Arisanty, 2013). Fase inflamasi ditandai dengan
adanya nyeri, bengkak, panas, kemerahan dan hilangnya fungsi jaringan.
Tubuh mengalami aktifitas biokimia dan bioseluler, dimana reaksi tubuh

2
memperbaiki kerusakan sel kulit, leukosit memberikan perlindungan dan
membersihkan makrofag (Arisanty, 2013).
Pembentukan kinin dan prostaglandin menyebabkan vasodilatasi dan
peningkatan permeabilitas dari pembuluh darah di daerah luka. Hal ini
menyebabkan edema dan kemudian menimbulkan pembengkakan dan
nyeri. Polimorfonuklear (PMN) terutama neutrofil adalah sel pertama
yang menuju ke daerah luka. Jumlahnya meningkat cepat dan mencapai
puncaknya pada 24 – 48 jam. Neutrofil melakukan fagositosis dan
mencerna organisme-organisme patologis dan sisa-sisa jaringan. Bila
tidak terjadi infeksi neutrofil berumur pendek dan jumlahnya menurun
dengan cepat setelah hari ketiga.
Elemen imun seluler yang berikutnya adalah makrofag. Sel ini
turunan dari monosit yang bersirkulasi, terbentuk karena proses
kemotaksis dan migrasi. Muncul pertama 48 – 96 jam setelah terjadi
luka dan mencapai puncak pada hari ke 3 . Makrofag berumur lebih
panjang dibanding dengan sel PMN dan tetap ada di dalam luka sampai
proses penyembuhan berjalan sempurna. Sesudah makrofag akan
muncul limfosit T dengan jumlah bermakna pada hari ke 5 dan mencapai
puncak pada hari ke 7. Sebaliknya dari PMN, makrofag dan limfosit T
penting keberadaanya pada penyembuhan luka normal. Makrofag seperti
halnya neutrofil, melakukan fagositosis dan mencerna organisme-
organisme patologis dan sisa-sisa jaringan. Makrofag juga melepas IL-
12 yang menghasilkan CD-8 dan mengaktifkan sel Natural Killer (NK)
yang membantu makrofag dalam dekontaminasi dan membersihkan sisa
jaringan (Kresno, 2003).
2. Fase Proliferasi
Fase proliferasi terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-7 setelah 3 hari
penutupan luka sayat. Fase ini ditandai dengan pengeluaran makrofak
dan neutrofil sehingga area luka dapat melakukan sintesis dan
remodelling pada mariks sel ekstraselular. Pada fase proliferasi
makrofak berfungsi menstimulasi fibroblas untuk menghasilkan kolagen
dan elastin kemudian terjadi prose angiogenesis. Pada proses granulasi

3
kolagen dan elastin yang dihasilkan menutupi luka dan membentuk
matriks jaringan baru.
Epitelasi terjadi setelah tumbuh jaringan granulasi dan dimulai dari
tepi luka yang mengalami proses migrasi membentuk lapisan tipis yang
menutupi luka. Sel pada lapisan ini sangat rentan dan mudah rusak. Sel
mengalami kontraksi sehingga tepi luka menyatu dan ukuran luka
mengecil (Arisanty, 2013).
Peningkatan jumlah fibroblas pada daerah luka merupakan
kombinasi dari proliferasi dan migrasi. Fibroblas ini berasal dari sel-sel
mesenkim lokal, terutama yang berhubungan dengan lapisan adventisia,
pertumbuhannya disebabkan oleh sitokin yang diproduksi oleh makrofag
dan limfosit. Fibroblas merupakan elemen utama pada proses
pembentukan protein struktural yang berperan dalam pembentukan
jaringan. Fibroblas juga memproduksi kolagen dalam jumlah besar,
kolagen ini berupa glikoprotein berantai tripel, unsur utama matriks
ekstraseluler yang berguna membentuk kekuatan pada jaringan parut.
Kolagen pertama kali dideteksi pada hari ke 3 setelah luka, meningkat
sampai minggu ke 3. Kolagen terus menumpuk sampai tiga bulan.
Penumpukan kolagen pada saat awal terjadi berlebihan kemudian fibril
kolagen mengalami reorganisasi sehingga terbentuk jaringan reguler
sepanjang luka. Proses proliferasi fibroblas dan aktifasi sintetik ini
dikenal dengan fibroplasia. Pada fase ini juga terjadi proses angiogenesis
(Kresno, 2003).
3. Fase Remodeling
Fase remodeling terjadi pada hari ke-8 hingga satu sampai dua tahun.
Pada fase ini terbentuknya jaringan kolagen pada kulit untuk
penyembuhan luka. Jaringan kolagen ini akan membentuk jaringan
fibrosis atau bekas luka dan terbentuknya jaringan baru. Sitokin pada sel
endothelial mengaktifkan faktor pertumbuhan sel dan vaskularisasi pada
daerah luka sehingga bekas luka dapat diminimalkan.
Gambaran tersebut merupakan gambaran normal dari penyembuhan.
Pada beberapa kasus terjadi pengerutan jaringan parut yang

4
menyebabkan penurunan mobilitas kulit seperti yamg terjadi pada
kontraktur. Remodeling aktif jaringan parut akan terus berlangsung
sampai 1 tahun dan tetap berjalan seumur hidup.
Aktifitas yang utama pada fase ini adalah penguatan jaringan bekas
luka dengan aktifitas remodeling kolagen dan elastin pada kulit.
Kontraksi sel kolagen dan elastin terjadi sehingga menyebabkan
penekanan ke atas kulit. Kondisi umum pada fase remodeling adalah
rasa gatal dan penonjolan epitel di permukaan kulit. Pada fase ini kulit
masih rentan terhadap gesekan dan tekanan sehingga memerlukan
perlindungan (Arisanty, 2013).

Gambar 1.

5
(a) Pembentukan bekuan dan migrasi leukosit pada luka kulit, (b) Proliferasi
dan migrasi fibroblas dan sel endotel, (c) Mobilisasi, migrasi, proliferasi dan
diferensiasi sel epitel, (d) Tahap maturasi akhir dengan stratifikasi epidermal
normal dan pematangan kolagen baru.

C. Sel-sel yang Berperan dalam Proses Penyembuhan Luka


Menurut Sjamsuhidajat (2017), penyembuhan luka dapat terganggu oleh
penyebab dari dalam tubuh sendiri (endogen) atau oleh penyebab dari luar
tubuh (eksogen).
Tabel 2.
Penyebab gangguan penyembuhan luka
Penyebab Akibat/contoh
Endogen
Koagulopati Perdarahan
Gangguan sistem imun Infeksi virus: HIV, keganasan lanjut, TBC
Hipoksia lokal Nekrosis **
Kelainan arteri: arteriosklerosis
Kelainan perdarahan: hemangioma, fistel
arteriovena
Gizi ** Malnutrisi
Malabsorbsi Penyakit saluran cerna
Defisiensi: asam amino esensial mineral Fe,
Cu, Zn, Mn
Hipovitaminosis: A, B-kompleks, C
Gangguan metabolisme Penyakit hati **
Diabetes melitus **
Neuropati Anestesia: lepra **

Infeksi jamur Ulkus Marjolin **


Keganasan lokal Keloid **
Konstitusional Usia lanjut
Keadaan umum kurang baik Penyakit Chusing atau Addison
Anemia **

Eksogen
Pascaradiasi ** Penghambatan angiogenesis dan proliferasi
Imunosupresi Obat-obatan sitostatik, imunosupresan,
kortikosteroid
Infeksi Tuberkulosis **, sifilis, difteri
Infeksi nonspesifik
Jaringan mati Sekuester **
Nekrosis
Luka di atas tendo Achilles

6
Kemiskinan vaskularisasi ** Luka di atas tibi
Sumber: Sjamsuhidajat (2017)
Rangsang eksogen dan endogen dapat menimbulkan kerusakan sel, dan
selanjutnya memicu reaksi vaskuler kompleks pada jaringan ikat yang ada
pembuluh darahnya.1 Penyembuhan luka merupakan suatu proses kompleks yang
merupakan hasil interaksi antara seluler, humoral, dan elemen-elemen jaringan
ikat. Proses perbaikan luka berbeda antara jaringan satu dengan yang lain
tergantung dari jenis luka.
Sel-sel yang berperan dalam setiap fase berbeda-beda, tergantung fungsi dan
tujuan fase. Sel-sel yang berperan pada setiap fasenya terperinci pada tabel 1.
Tabel 3.
Peran sel pada fase penyembuhan luka
Fase Sel-sel yang berperan
Inflamasi Trombosit
Neutrofil
Migrasi / proliferasi / granulasi Makrofag
Limfosit
Fibroblas
Sel epitel
Sel endotel
Maturasi / remodelling Fibroblas
Sumber: Mast AB. 2000

7
PENUTUP

Kesimpulan
Secara fisiologis, tubuh dapat memperbaiki kerusakan jaringan kulit sendiri
yang dikenal dengan penyembuhan luka. Cara penyembuhan luka berdasarkan
tipe atau cara penyembuhannya yaitu penyembuhan luka secara primer (primary
intention), secara sekunder (secondary intention), dan secara tersier (tertiary
intention atau delayed primary intention).
Berdasarkan waktu penyembuhannya, luka dapat dibagi menjadi dua yaitu
Luka akut dan Luka kronik. Sel-sel yang berperan dalam setiap fase berbeda-beda,
tergantung fungsi dan tujuan fase.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arisanty, I. P. Manajemen Perawatan Luka: Konsep Dasar. Jakarta : EGC. 2013.


Kresno BS. Imunologi, Diagnosis Dan Prosedur Laboratorium. 4th ed. Jakarta:
Balai penerbit FK UI, 2003.
Mast AB. Normal wound healing. In : Achauer B M, Eriksson . eds. Plastic
Surgery, indications, operations and outcomes. St Louis: Mosby. 2000.
Sjamsuhidajat, De Jong. Sistem Organ dan Tindak Bedahnya (2). 4th Ed. Jakarta:
EGC. 2017.

Anda mungkin juga menyukai