Anda di halaman 1dari 32

BAB I

KONSEP TEORI
1.1. Konsep Keluarga

1. Pengertian keluarga

Menurut Friedman Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri

dari individu- individu yang memiliki hubungan erat satu sama lain, saling

tergantung dan diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan

tertentu. (Padila, 2012) dalam Sahariah 2018.

U.S Berau of the Census Keluarga terdiri atas individu yang bergabung

bersama oleh ikatan pernikahan, darah, adopsi dan tinggal di dalam satu rumah

tangga yang sama. (Friedman, 2012) dalam Sahariah 2018

2. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melasanakan fungsi

keluarga dimasyarakat. Ada beberapa struktur keluarga yang ada di

indonesia yang terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah:

a. Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusuan melalui jalur

ayah.

b. Matrineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.

c. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.

d. Patrilokal

1
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah.

e. Keluarga kawin

Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan

beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya

hubungan dengan suami atau istri. (Padila, 2012) dalam Sahariah 2018

3. Ciri-ciri Struktur Keluarga

a. Terorganisasi: saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota

keluarga.

b. Ada keterbatasan: setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga

mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya

masing-masing.

c. Ada perbedaan dan kekhususan: setiap anggota keluarga mempunyai

peranan dan fungsinya masing-masing.

Salah satu pendekatan dalam asuhan keperawatan keluarga adalah

pendekatan struktural fungsional. Struktur keluarga menyatakan

bagaimana keluarga disusun atau bagaimana unit-unit ditata dan saling

terkait satu sama lain. (Padila, 2012)

4. Tipe Keluarga

Dalam sosiologi keluarga berbagai bentuk keluarga digolongkan sebagai tipe

keluarga tradisional dan non tradisional atau bentuk normatif dan non

normatif, tipe-tipe keluarga sebagai berikut :a. Keluarga Tradisional

1) Keluarga Inti, yaitu terdiri dari suami, istri dan anak anak.

Biasanya keluarga yang melakukan perkawinan pertama atau

keluarga dengan orang tua campuran atau orang tua tiri.

2
2) Pasangan istri, terdiri atas suami dan istri saja tanpa anak, atau tidak

ada anak yang tinggal bersama mereka. Biasanya keluarga dengan

karier tunggal atau karier keduanya.

3) Keluarga dengan orang tua tunggal, biasanya sebagai konsekuensi

dari perceraian.

4) Bujangan dewasa sendirian.

5) Keluarga besar, terdiri dari keluarga inti dan orang orang yang

berhubungan.

6) Pasangan usia lanjut, keluarga inti dimana suami istri sudah tua anak

anaknya sudah berpisah.

b. Keluarga non tradisional

1) Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah, biasanya ibu dan

anak.

2) Pasangan yang memiliki anak tetapi tidak menikah, didasarkan pada

hukun tertentu.

3) Menikah kumpul kebo, kumpul bersama tanpa menikah.

4) Keluarga gay atau lesbian, orang yang berjenis kelamin yang sama dan

hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.

5) Keluarga komuni, terdiri lebih dari satu pasangan monogami dengan

anak secara bersama sama menggunakan fasilitas, sumber yang sama.

(Padila, 2012) dalam Sahariah 2018

5. Tugas dan Fungsi Keluarga

Friedman dalam buku Padilla (2012) mengidentifikasikan 5 fungsi dasar

keluarga, yakni :

a. Fungsi afektif

3
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak

melalui keluarga yang bahagia. Anggota keluarga mengembangkan

konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan memiliki, rasa berarti serta

merupakan sumber kasih sayang. Reinforcement dan support yang

dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk memenuhi fungsi

afektif, adalah :

1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima dan

mendukung. Setiap anggota keluarga yang mendapat kasih sayang dan

dukungan, maka kemampuannya untuk memberi akan meningkat

sehingga tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung.

2) Saling menghargai, dengan mempertahankan iklim yang positif,

dimana setiap anggota keluarga baik orang tua maupun anak diakui

dan dihargai keberadaan dan haknya.

3) Ikatan dan identifikasi, ikatan ini dimulai sejak pasangan sepakat hidup

baru. Kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan berbagai aspek

kehidupan dan keinginan yang tidak dapat dicapai sendiri, misalnya

kemampuan mempunyai anak. Hubungan selanjutnya akan

dikembangkan melalui hubungan orang tua-anak antar anak melalui

proses identifikasi.Fungsi afektif merupakan sumber energi yang

menentukan kebahagiaan keluarga. Sering perceraian, kenakalan anak

4
atau masalah keluarga lainnya timbul akibat fungsi afektif keluarga

yang tidak terpenuhi. (Padila,2012) dalam Sahariah 2018

b. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah fungsi perkembangan dan perubahan yang dialami

individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam

lingkungan sosial. Sosialisasi adalah suatu proses dimana anggota

masyarakat yang baru mempelajari norma-norma masyarakat dimana dia

menjadi anggota. Sosialisasi dimulai sejak indvidu dilahirkan dan

berakhir setelah meninggal. keluarga merupakan tempat dimana individu

melakukan sosialisasi. tahap perkembangan individu dan keluarga akan

dicapai melalui interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam

sosialisasi, anggota keluarga belajar disiplin, memiliki nilai dan norma,

budaya dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu

mampu berperan di masyarakat. (Padila, 2012) Dalam Sahariah 2018

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga

berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun disisi lain

banyak kelahiran yang tidak diharapakan atau luar perkawinan sehingga

lahirnya keluarga barudengan satu orang tua (single parent).

(Padila,2012).

d. Fungsi ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makan, pakaian dan

rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi inisulit

terpenuhi oleh keluarga dibawah garis kemiskinan (Gakin dan pra

5
keluarga sejahtera). Perawat berkontibusi untuk mencari sumber sumber

di masyarakat yang dapat digunakan keluarga meningkatkan status

kesehatan mereka. (Padila, 2012) dalam Sahariah 2018

e. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain keluarga

menyediakan makanan, pakaian dan perumahan, keluarga juga berfungsi

untuk melakukan asuhan keperawatan terhadap anggotanya baik untuk

emncegah terjadinya gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau

pertolongan tenaga professional . Kemampuan ini sangat mempengaruhi

status kesehatan individu dan keluarga.

Sesuai dengan fungsi perawatan kesehatan keluarga mempunyai tugas

dibidang kesehatan yang perlu difahami dilakukan, meliputi :

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan

kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan

segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang

seluruh kekuatan sumber daya dan keluarga habis. Orang tua perlu

mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami

anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota

keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang

tua/keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu

dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa

besar perubahannya.2) Mengambil keputusan untuk melakukan

tindakan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya

keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai

dengan keadaan keluarga yang mempunyai kemampuan untuk

6
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan

kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah

kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai

keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang dilingkungan

tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.

3) Merawat keluarga yang mengalami asuhan kesehatan. Sering kali

keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi

keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga

sendiri. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan

keluarga.4) Menggunakan fasilitas kesehtatan yang ada di

masyarakat. (Suprajitno, 2012)6. Tahap Perkembangan Keluarga

Formulasi tahap-tahap perkembangan keluarga yang paling banyak digunakan

untuk keluarga inti dengan dua orang tua adalah delapan tahap siklus

kehidupa keluarga dari Duvall Tabel 2.1 Tahap perkembangan siklus keluarga

Keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau


Tahap I
tahap pernikahan)
Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi
Tahap II
sampai umur 0-30 bulan)
Keluarga dengan usia anak prasekolah (anak tertua
Tahap III
berumur 2 hingga 6 tahun)
Keluarga dengan usia anak sekolah (anak tertua berumur
Tahap IV
6 sampai 13 tahun)
Keluarga dengan anak usia remaja (anak tertua berumur
Tahap V
13 sampai 20 tahun)
Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda
Tahap VI (mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang
meninggalkan rumah )
Tahap VII Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)
Keluarga dalam masa pension dan lansia (Juga termasuk
TAhap VIII anggota keluarga yang berusia lanjut dan pensiun hingga
pasangan meninggal dunia)
Sumber: Sulistyo Andarmoyo, 2012 dalam Sahariah 2018

7
1.2.Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan

menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga

dan individu-individu sebagai keluarga. Tahapan dari proses keperawatan

keluarga meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,

penyusunan perencanaan, perencanaan asuhan dan penilaian. (Padila, 2012)

1. Pengkajian Keperawatan Keluarga

Model pengkajian keluarga terdiri dari 6 kategori yang luas, yaitu:

mengidentifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data

lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress koping dan

adapasi keluarga. (Friedman, 2012) dalam Sahariah 2018

a. Pengkajian Keluarga

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat

mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota

keluarga yang dibinanya. Agar diperoleh data pengkajian yang

akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan

menggunakan bahasa yang mudah dimengerti yaitu bahasa yang

digunakan dalam aktivitas keluarga sehari-hari. (Andarmoyo,2012:

91)

1) Identifikasi data

Pengkajian terhadap data umum keluarga menurut

Andarmoyo, (2012) meliputi: nama KK, Alamat, Pekerjaan KK,

Komposisi keluarga, Genogram, Tipe keluarga. Tipe Keluarga

menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau

masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

8
g) Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan

kesehatan.

h) Agama

Mengkaji agama yang dianut keluarga beserta kepercayaan

yang dapat mempengaruhi kesehatan.

i) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari

kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu

status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-

kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-

banrang yang dimiliki oleh keluarga.

j) Aktivitas dan reaksi keluarga

Reaksi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat reaksi tertentu, namun

dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan

aktivitas reaksi.

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

a) Tahap perekembangan keluarga saat ini

Tahap erkembangan keluarga

ditentukan dengan anak tertua dari

keluarga inti.

b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan tugas perkembangan yang belum terpenuhi

9
oleh keluarga serta kendala mengapa tugas tersebut belum

terpenuhi.

c) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, di

jelaskan mulai lahir hingga saat ini yang meliputi riwayat

penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota

keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status

imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan

keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan

kesehatan.

d) Riwayat keluarga sebelumnya

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari

pihak suami dan istri. (Andarmoyo, 2012).

3) Data lingkungan

a) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah,

tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan

ruangan, peletakan perabot rumah tangga, jenis septic tank,

jarak septic tank dengan sumber air minum yang digunakan

serta dena rumah.

b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan

komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,

aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang

mempengaruhi kesehatan.

10
c) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan

berpindah tempat.

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh

mana keluarga interaksinya dengan masyarakat.

e) Sistem pendukung keluarga

Jumlah keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki

keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup

fasilitas fisik, fasilitas psikologis, atau dukungan dari anggota

keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat

setempat.

4) Struktur keluarga

a) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota

keluarga.

b) Struktur keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan

mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.

c) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik

secara formal maupun informal.

11
d) Nilai atau norma keluarga, Menjelaskan mengenai nilai dan

norma yang dianut oleh keluarga, yang berhubungan dengan

kesehatan.

5) Fungsi Keluarga

a. Fungsi Afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan

keluarga terhadap anggota keluarga lainnya.

b. Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan

dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,

norma, budaya, dan pelaku.

c. Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,

pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang

sakit. Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan

kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga

melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga

mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan

untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap

anggota yang sakit, menciptakan lingkungan dapat

meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan

fasilitas yang terdapat di lingkungan setempat, (Andarmoyo,

2012).

6) Stres dan koping keluarga

12
a) Stresor jangka pendek

Stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian

dalam waktu kurang dari enam bulan

b) Stresor jangka panjang

Stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian

dalam waktu lebih dari enam bulan

c) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah

Stresor dikaji sejauh mana keluarga berespon terhadap stresor.

d) Strategi koping yang digunakan

Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila

menghadapi permasalahan/stres

e) Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang

digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan/stres.

7) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.

Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda

dengan pemeriksaan fisik yang di klinik.

2.. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke

sistem keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian

keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan

aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan

13
dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan

pengalaman (Friedman, 2010).

Tipologi dari diagnosa keperawatan adalah:

a. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi

defisit/gangguan kesehatan)

b. Diagnosa keperawatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan

apabila sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi

gangguan

c. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan

suatu keadaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga

kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.

14
Tabel 2.2 Skala Prioritas Masalah

NNo Kriteria Bobot Nilai


1 Sifat masalah :
a. Aktual 3
b. Resiko 1 2
c. Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah : 2
a. Mudah 2 1
b. Sebagian 0
c. Tidak dapat
3 Potensi masalah untuk
dicegah : 1 3
a. Tinggi 2
b. Cukup 1
c. Rendah
4 Menonjolnya
masalah : 1 2
a. Masalah berat
harus segera 1
ditangani.
b. Ada masalah tapi 0
tidak harus
ditangani
c. Masalah tidak
dirasakan
Sumber : Andarmoyo, (2012: 100)

Menurut Andarmoyo (2012) cara menentukan prioritas masalah:

a. Tentukan skor untuk setiap criteria

b. Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikan dengan bobot


Skor
X Bobot
Angka tertinggi

15
alternatif, dan sumber serta menentukan prioritas intervensi tidak bersifat rutin,

acak, atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat

keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010). Lain halnya menurut Padila (2012)

intervensi keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, mencakup tujuan

umum, tujuan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi dengan rencana

evaluasi yang memuat kriteria standar. Tujuan dirumuskan secara spesifik, dapat

diukur, dapat dicapai, rasional dan menunjukkan waktu.

4.. Implementasi Keperawatan Keluarga

Pelaksanaan atau implementasi adalah serangkaian tindakan perawat pada

keluarga berdasarkan perencanaan sebelumnya. (Parida, 2012)

e. Evaluasi Keperawatan Keluarga

Evaluasi merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang

perawat memperbaharui rencana asuhan keperawatan sebelum perencanaan

dikembangkan dan dimodifikasi, perawat bersama keluarga perlu melihat

tindakan-tindakan keperawatan tertentu, pakah tindakan keperawatan tersebut

benar-benar membantu. (Sulistyo Andarmoyo, 2012)

1.3. Konsep Penyakit Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140

mmHg atau tekanan diastolik sedikutnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya

beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain

seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah,

makin besar resikonya (Nurarif, 2015)

16
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih

dari 140 mmHg atau tekanan diasolik lebih dari 90 mmHg dan pada usia lanjut

peningkatan sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan diasolik lebih dari 90

mmHg (Hidayat, 2014)

2. Etiologi

Hipertensi dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

a. Hipertensi esensial/Hipertensi primer. Penyebab dari Hipertensi ini

belum diketahui, namun faktor resiko yang diduga kuat adalah karena

beberapa faktor berikut ini:

1) Keluarga dengan riwayat Hipertensi

2) Pemasukan sodium berlebih

3) Konsumsi kalori berlebih

4) Kurangnya aktifitas fisik

5) Pemasukan alkohol berlebih

6) Rendahnya pemasukan potasium

7) Lingkungan

b. Hipertensi sekunder/Hipertensi renal. Penyebab dari Hipertensi jenis ini secara

spesifik seperti: penggunaan estrogen, penyakit Ginjal, Hipertensi Vaskuler Renal,

Hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. (Riyadi, 2011).

3. Patofisiologi

Pathogenesis dari Hipertensi esensial sangat multifaktoral dan kompleks. Sejumlah

faktor mengatur tekanan darah agar dapat menghasilkan perfusi jaringan yang

adekuat, termasuk didalamnya adalah mediator humoral, reaktivitas vascular, sirkulasi

volume darah, mutu pembuluh darah viskosistas darah, output Jantung, elastisitas

pembuluh darah dan stimulasi neural. Pathogenesis dari Hipertensi esensial

kemungkinan melibatkan beberapa faktor, termasuk perubahan genetik, intake


17
diet garam yang berlebih dan kesesuaian hormone andregenik dapat saling

berinteraksi untuk menyebabkan terjadinya Hipertensi. Walaupun genetika tampaknya

berkontribusi terhadap munculnya Hipertensi esensial, mekanisme yang tepat tentang

bagaimana pengaruhnya, sampai saat ini belum dapat dipastikan (Larasanti, 2012)

4. Manifestasi Klinis

Hipertensi tanpa ada gejala atau tanda-tanda yang spesifik. Pada kasus Hipertensi

berat, gejala yang mungkin dialami klien antara lain adalah sakit kepala, perdarahan

hidung, vertigo, mual dan muntah, perubahan penglihatan, kesemutan pada kaki dan

tangan, sesak nafas, kejang atau koma, nyeri dada. (Riyadi, 2011)

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien Hiperetensi adalah riwayat pemeriksaan fisik

secara menyeluruh, pemeriksaan retina, pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui

kerusakan organ seperti ginjal dan jantung , EKG untuk mengetahui hipertropi

ventrikel kiri, urinalisa untuk mengetahui protein danlam urin darah, glukosa,

pemeriksaan genogram pielogram intravena anteriogram renal pemeriksaan fungsi

ginjal terpisah dan penetuan kadar urine dan foto dada dan CT scan. (hidayat, 2014)

dalam Sahariah (2018)

6. Penatalaksanaan

a. Farmakologi

1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 – 25 mg per hari dengan dosis tunggal pada pagi

hari (pada Hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan bila disertai

hemokonsentrasi/udem paru).

2) Reserpin 0,1 – 0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal

3) Kaptopril 12,5 – 25 mg sebanyak dua sampai tiga kali sehari (kontraindikasi

pada kehamilan selama janin hidup dan penderita asma).

18
4) Nifeldipin mulai 5 mg dua kali sehari, bisa dinaikkan 10 mg dua kali sehari.

b. Nonfarmakologik

Langkah awal biasanya adalah dengan mengubah pola hidup penderita yakni

dengan cara:

1) Menurunkan berat badan sampai batas normal

2) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau kadar

kolestrol darah tinggi

3) Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 1,5 gram setiap harinya

untuk penderita Hipertensi

4) Mengurangi konsumsi alcohol

5) Berhenti merokok

6) Diet protein

7) Olahraga yang tidak terlalu berat (penderita Hipertensi esensial tidak perlu

membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali). (Ardiansyah,

2012).

Berikut beberapa obat tradisional yang dapat digunakan oleh penderita Hipertensi

menurut Latief (2014) adalah sebagai berikut:

1. Bawang putih

2-3 siung bawang putih dikupas, dicuci, dikunyah dan ditelan dengan air

hangat. Gunakan 3 kali sehari. Selain itu, bawang putih dapat juga dibakar

sampai matang sebelum dimakan. 2 hari pertama makan 6 siung. Selanjutnya

makan 2 siung selama seminggu.

2. Belimbing Manis

Beberapa buah belimbing manis muda di parut dan diambil sarinya. Sari

belimbing diminum 2 kali sehari.

19
3. Belimbing Wuluh

3 buah belimbing wuluh direbus dengan 3 gelas air hingga air tinggal setengah.

Air rebusan disaring diminum 1 kali/ sehari pada pagi hari. Cara lainnya,

belimbing wuluh diparut dan diperas, air perasan dimunum satu kali sehari.

4. Mengkudu

2 Buah mengkudu dibuang bijinya, diparut dan diperas. Air perasan ditambah

air mentimun, gula aren, dan dua gelas air panas, lalu disaring, diminum 3 kali

sehari

5. Mentimun

2 buah mentimun dicuci, diparut, diperas, dan diminum 2 sampai 3 kali sehari.

Cara lainnya 150 gr mentimun direbus dan disaring. Ketimun yang telah

direbus dimakan dan air rebusan diminum.Hal ini dilakukan dengan teratur

setuiap hari.

6. Sambiloto (Ampadutanah)

Setengah genggam daun sambiloto segar direbus dengan 3 gelas air sampai

airnya tinggal tiga perempat gelas, diminum 3 kali sehari

7. Komplikasi

Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan sat-satunya gejala pada

Hipertensi essensial. Kadang-kadang Hipertensi essensial berjalan tanpa

gejala dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ-organ sasaran

seperti pada ginjal mata, jantung dan otak. Gejala-gejala seperti sakit kepala,

mimisan, pusing, migrain, seiring ditemukan sebagai gejala klinis Hipertensi

essensial. (Hidayat, 2014 dalam Sahariah 2018)

20
BAB II

LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN

Nama Kepala Keluarga : Tn. M

Umur : 49 tahun

Anggota Keluarga : 1. Istri (Ny. S ,Umur 47 Tahun )

2. Mempunyai 3 Orang Anak :

- Anak ke 1. An.A (21 Tahun ) (P) (tamat SMA)

- Anak ke 2.An. F (16 Tahun ) Laki-laki (SMA)

- Anak ke 3 An. P ( 14 Tahun ) Perempuan (SMP)

3.Ibu dari Tn.M (Ny. R) ( 69 Tahun) (SD)

Pendidikan KK / Istri : SMA / SMA

Pekerjaan KK : Tukang / Ibu Rumah Tangga

Penghasilan KK : Tidak Tetap ( sekitar Rp. 1.900.000,-)

Sarana Hiburan Keluarga : Televisi ( menonton TV bersama keluarga)

Tn.M merupakan keluarga inti. :.

Riwayat kesehatan saat ini :

Ny. S sering mengalami nyeri kepala, tegang pada leher dan terasa pusing,

dan saat diperiksa tekanan darah 180/100 mmHg. Ny. S diketahui menderita

Hipertensi sejak tahun 2014 dan Ny. S pernah dirawat di rumah sakit tahun

2015. Tn. M kadang mengalami batuk, sering lelah dan letih, ketika sakit Tn.

M hanya beli obat di toko obat. Anak-anak Tn. M hanya mengalami batuk

dan demam biasa.

21
Lingkungan Rumah dan Alat Transportasi :

Tn. M memiliki rumah sendiri, letak rumah Tn. M terletak di lorong jalan.

Rumah yang ditinggali keluarga memiliki luas 8 m x 9 m, lantai semen dan

keadaan rumah tampak rapih. Di dalam rumah terdapat 1 ruang tamu, 3

kamar tidur, 1 ruang keluarga, dan 1 ruang dapur. Pencahayaan dan

ventilasi rumah baik, jendela tidak berdebu, jendela kamar sering dibuka

sehingga siang hari tampak terang. Kamar mandi dan jamban dalam keadaan

bersih, sumber air keluarga berasal dari sumur gali, jarak dengan WC kurang

lebih 10 meter. Air tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna. Sumber

penerangan memakai lampu listrik. Jarak dari rumah ke puskesmas kurang

lebih 3 kilometer, sedangkan mobilitas keluarga menggunakan sepeda motor.

Tingkat Stesor :

Stresor jangka pendek yang dialami Tn. M adalah penyakit Hipertensi yang

dialami Ny. S dan An. A yang belum menikah. Sedangkan stresor jangka

panjang adalah keluarga takut penyakit Ny. S akan semakin parah dan dirawat

di rumah sakit. Keluarga menganggap masalah kesehatan yang dialami Ny. S

harus mendapatkan penanganan segera agar tidak terjadi kondisi lebih buruk

lagi.

Saat dilakukan pengkajian Ny. S mengatakan masih mengkonsumsi makanan

bersantan dan ikan asin dan garam yang berlebihan. Ny. S juga sering

mengalami sakit kepala, tegang pada leher dan terasa berat, skala nyeri 6,

nyeri yang dirasakan hilang timbul, dan bila dirasakan nyeri wajah Ny. S

tampak meringis. Ny. S tidak pernah senam ataupun berolah raga.

22
Hasil pemeriksaan fisik pada Ny. S

Ttekanan darah : 180/100 mmHg, Nadi: 98 kali permenit.

Tabel 3.1 Data Fokus Pengkajian Keperawatan Keluarga

DATA SUBJEKTIF DATA


OBJEKTIF
- Ny. S mengatakan masih Skala nyeri 6,Tekanan

mengkonsumsi makanan bersantan dan darah 180/100 mmHg,

ikan asin dan garam yang berlebihan. Nadi: 98 kali

Wajah tampak meringis


- Ny. S mengatakan sering mengalami sakit
Makanan santan, ikan
kepala, tegang pada leher dan terasa berat,
asin dan makanan
nyeri yang dirasakan hilang timbul.
bergaram.
Ny. S mengatakan tidak pernah senam

ataupun berolah raga.

NyS tidak mengetahui penyebab dan

pencegahan tentang Hipertensi.

23
.B. Diagnosa Keperawatan

Tabel 3.2 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 Data subjektif ketidakmampuan Nyeri akut

Ny. S mengatakan kepala keluarga dalam

terasa sakit, pusing, tegang merawat keluarga

pada leher. Nyerinya hilang yang sakit

timbul

Data objektif

a. Skala nyeri 6

b. TD: 180/100 mmHg

c. Ny. N Tampak meringis

2 Data subjektif ketidakmampuan Kurang

Ny. S mengatakan masih keluarga pengetahuan

sering mengkonsumsi garam dalam tentang diit

yang berlebih, sering mengenal Hipertensi

mengkonsumsi santan, ikan masalah

asin.

Data objektif

a. TD: 180/100 mmHg,

N: 96 x/m

b. Pada saat kunjungan Ny.

S sedang makan ikan asin

24
1. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam

merawat keluarga yang sakit

Tabel 3.3 Skoring Prioritas Masalah diagnosa 1

No Kriteria Skor Pembenaran


1 Sifat masalah : 3/3 X 1 = 1 Ny.S sakit Hipertensi dan
Aktual memerlukan tindakan segera
untuk mencegah komplikasi.
2 Kemungkinan Fasilitas kesehatan
masalah diubah : 2/2 X 2 = 2 (puskesmas) dapat dijangkau
Mudah dengan mudah sehingga
keluarga dapat memanfaatkan
3 Potensial masalah 2/3 X 1 = Hipertensi dapat diobati dan
untuk dicegah : 2/3 dicegah bila keluarga
Cukup mengetahui.
4 Menonjolnya 1/2 X 1 = ½ Ada masalah, namun keluarga
masalah : menganggap tidak perlu
Ada, tetapi tidak segera ditangani
harus segera
diatasi
Total 4, 17

2. Kurang pengetahuan tentang diit hiperternsi berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah

Tabel 3.4 Skoring prioritas diagnosa 2

No Kriteri Skor Pembenar


1
a
Sifat masalah : 3/3 X 1 = 1 an
Masalah bersifat aktual
aktual karena
keluarga tidak mengetahui
tentang diit Hipertensi
2 Kemungkinan Masalah dapat diubah dengan
masalah diubah : 2/2 X 2 = 2 mudah
Mudah dengan cara memberikan
penyuluhan tentang penyakit
yang dialami Ny . S

25
3 Potensial masalah 2/2 X 1 = 1 Pendidikan keluarga
untuk dicegah : menengah sehingga mudah
cukup untuk menerima edukasi

s
4 Menonjolnya 1/2 X 1 = ½ Ada masalah namun
masalah : keluarga
Ada, tetapi tidak menganggap tidak perlu
harus segera segera ditangani
diatasi
Tota 3,83
l

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan dirumuskan berdasarkan diagnosa yang telah

didapatkan, berdasarkan tujuan umum dan tujuan khusus yang dilengkapi dengan

kriteria dan standar.

1. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat

keluarga yang sakit

Tujuan umum : setelah dilakukan kujungan sebanyak 2x45 menit keluarga

mampu mengatasi rasa nyeri.

Tujuan khusus 1: mengenal masalah dengan cara mengkaji pengetahuan

tentang hipertensi, penyebabnya dan gejalanya.

Tujuan khusus 2: mengambil keputusan dengan mendiskusikan tindakan yang

harus dilakukan jika terjadi masalah dalam keluarga.

Tujuan khusus 3: merawat anggota keluarga dengan cara mendemonstrasikan

teknik relaksasi (nafas dalam).

Tujuan khusus 4: melakukan konseling dan memotivasi keluarga Tn.M untuk

dapat memodifikasi lingkungan yang nyaman untuk Ny.S

Tujuan khusus 5: memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah

hipertensi.

26
2. Kurang pengetahuan tentang diit hipertensi berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah

Tujuan umum: setelah dilakukan kunjungan sebanyak 2x45 menit keluarga

mampu mengenal masalah kesehatan tentang diit hipertensi.

Tujuan khusus 1: sesuai dengan tugas perawatan keluarga yang pertama yaitu

mengenal masalah dengan cara mengkaji pengetahuan keluarga tentang

diit hipertensi dan melakukan penyuluhan tentang diit hipertensi.

Tujuan khusus 2: mengambil keputusan dengan mendiskusikan tindakan yang

harus dilakukan jika terjadi masalah dalam keluarga.

Tujuan khusus 3: merawat anggota keluarga dengan cara memberikan

penjelasan tentang buah dan sayur yang baik dikonsumsi untuk penderita

hipertensi.

Tujuan khusus 4: melakukan konseling dan memotivasi keluarga Tn.M untuk

dapat memodofikasi lingkungan yang nyaman untuk Ny.S

Tujuan khusus 5: memanfaatkan kesehatan untuk mengatasi masalah

hipertensi.

D. Implementasi Keperawatan

Setelah merumuskan intervensi yang disusun, maka langkah selanjutnya

adalah melaksanakan implementasi sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.

Implementasi dari diagnosa yang pertama yaitu Nyeri akut berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam merawat keluarga yang sakit. Implementasi

dilakukan yaitu menanyakan pada keluarga tentang penyakit Hipertensi. Ny. S

menjawab bahwa hipertensi itu tekanan darah tinggi. Menjelaskan pada keluarga

tentang hipertensi, penyebabnya, tanda dan gejalanya yaitu penyebab: Faktor

27
genetik dan pengaruh lingkungan seperti stres, kegemukan, merokok, aktivitas

fisik yang kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar. Tanda dan gejala:

Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah. Keluarga

menyimak penjelasan yang diberikan oleh peneliti.

Memberikan kesempatan pada keluarga untuk menanyakan kembali hal-hal yang

belum dimengerti. Keluarga menjawab telah mengerti dengan penjelasan yang

diberikan Menanyakan kembali pada keluarga tentang pengertian Hipertensi,

penyebabnya, tanda dan gejalanya. Keluarga menjawab dengan benar.

Memberikan pujian atas keberhasilan keluarga menyebutkan kembali tentang

pengertian, penyebab, tanda dan gejala hipertensi dengan mengatakan bagus dan

benar jawaban yang diberikan

Memperagakan tehnik relaksasi dan distraksi dengan cara menarik napas dalam

menahan 1 sampai 2 detik kemudian hembuskan secara perlahan-lahan melalui

mulut. Menganjurkan keluarga untuk mengompres hangat pada bagian belakang

kepala dan minum obat sesuai anjuran dokter.

Keluarga memperagakan tehnik relaksasi dan distraksi serta mengikuti nasehat dari

peneliti.

Menganjurkan Ny. S untuk santai dan tidak stres. Mendiskusikan dengan keluarga

untuk memanfaatkan puskesmas bila sakit. Keluarga menyatakan siap

melaksanakan bila ada keluarga yang sakit dan Ny. S siap untuk mengontrol

tekanan darahnya setiap bulan.

Implementasi diagnosa kedua yaitu: Kurang pengetahuan tentang diet

hipertensi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal

masalah. Implementasi, yaitu dengan Menanyakan pada keluarga tentang diit

28
untuk penyakit Hipertensi. Keluarga belum mengerti tentang makanan atau diit

hipertensi. Menjelaskan pada keluarga tentang apa itu diit untuk sakit hipertensi

yaitu menghindari makanan yang terlalu asin, berlemak atau berminyak, kurangi

santan. Keluarga menyimak penjelasan yang diberikan oleh peneliti. Memberikan

kesempatan pada keluarga untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum

dimengerti. Keluarga mengatakan mengerti apa yang dijelaskan peneliti.

Menanyakan kembali pada keluarga tentang pengertian diit dan makanan apa saja

yang boleh diberikan pada penyakit hipertensi dan makanan apa yang harus

dihindari. Memberikan pujian atas keberhasilan keluarga menyebutkan kembali

tentang makanan yang harus dihindari dan makanan yang boleh dimakan..

Mengajarkan pada keluaraga obat tradisional untuk hipertensi yaitu Bawang putih

2 atau 3 siung dikupas, kemudian dicuci, dikunyah dan ditelan dengan air hangat.

Gunakan 3 kali sehari. Selain itu bawang putih juga dapat dibakar sampai matang

sebelum dimakan. 2 hari pertama makan 6 siung, selanjutnya makan 2 siung

selama seminggu. Selain itu Belimbing Manis. Beberapa buah belimbing manis

muda diparut dan diambil sarinya. Sari belimbing diminum 2 kali sehari. Selain itu

ada juga Belimbing Wuluh 3 buah, Belimbing wuluh direbus dengan 3 gelas air

hingga air tinggal ½ gelas. Air rebusan disaring dan diminum 1 kali sehari pada

pagi hari. Cara lainnya, Belimbing Wuluh diparut dan diperas, air perasan diminum

1 kali sehari.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan setiap kali implementasi dilakukan, evaluasi diagnosa pertama

Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat keluarga

yang sakit. Didapatkan hasil sebagai berikut:

29
S: (subjektif):

TUK 1: Ny. S mengatakan mampu menyebutkan pengertian, penyebab tanda dan

gejala Hipertensi

TUK 2: Ny. S mengatakan mampu mengambil tindakan yang akan

dilakukan

TUK 3: Ny. S mengatakan mampu melakukan demonstrasi tehnik relaksasi (napas

dalam)

TUK 4: Ny. S mengatakan mampu memodifikasi lingkungan yang nyaman

TUK 5: Ny. S mengatakan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan

(Puskesmas)

O (objektif)

TUK 1: Ny. S mampu menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala

hipertensi dengan benar

TUK 2: Ny. S mampu memutuskan tindakan yang akan dilakukan

TUK 3: Ny. S mampu mendemonstrasikan tehnik relaksasi (napas dalam) dengan

benar

TUK 4: Ny. S mampu memodifikasi lingkungan dengan nyaman agar tidak

menimbulkan stres

TUK 5: Ny. S mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara

mengunjungi puskesmas.

30
A (analisa)

TUK 1 dan 2 teratasi tanggal 22 Februari 2020

TUK 3,4 dan 5 teratasi tanggal 28 Februari 2020

P (perencanaan): Implementasi dihentikan

31
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan


Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. (dalam Sahariah 2018)

Black, Joyce M & Jane Hokanson Hawks, (2014). Keperawatan Medikal Bedah
Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan: Edisi Bahasa Indonesia
Singapura: Pentasada Media Edukasi (dalam Sahariah 2018)

Erica, Kusuma, dkk (2017) Peningkatan Pengetahuan Tentang Hipertensi Guna


Perbaikan Tekanan Darah pada anak Muda di Dusun Japanan, Margodadi,
Sayegan, Sleman, Yogyakarta, Jurnal pengabdian kepada masyarakat vol 3
September 2017(dalam Sahariah 2018)

Friedman, Marlyn M. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori dan
Praktik.Jakarta: EGC.

Hidayat, Saiful. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hiperetensi dengan


PendekatanRiset. Ponorogo: Unismuh.

32

Anda mungkin juga menyukai