Anda di halaman 1dari 56

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh

kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya

bagian dari keluarga (Riyanto, 2022). Menurut UU No. 10 tahun 1992

tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera,

keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri,

atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya

(Riyanto, 2022).

Departemen kesehatan RI Tahun 1988 menjelaskan bahwa

keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat

dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Berdasarkan berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

yang dikatakan sebagai keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat dan

system social yang terdiri dari 2 orang atau lebih, adanya ikatan perkawina

yang sah/pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga berinteraksi satu

sama lain dan setiap anggota keluarga menjalankan perannya masing-

masing untuk menciptakan dan mempertahankan sautu kebudayaan.


2. Tipe Keluarga

Menurut Friedman (2014) mengatakan setiap keluarga memerlukan

layanan kesehatan yang mana pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan

perkembangan sosial masyarakat sehingga keluarga memiliki tipe-tipe agar

dapat mengembangkan derajat kesehatannya antara lain :

a. Keluarga inti

Keluarga inti merupakan transformasi demografi dan sosial yang

paling signifikan yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah bekerja

untuk mencari nafkah dan ibu yang sebagai pengurus rumah tangga.

b. Keluarga adopsi

Keluarga adopsi adalah suatu cara untuk membentuk keluarga

dengan cara menyerahkan tanggung jawab orang tua kandung

kepada orang tua adopsi secara sah dan saling menguntungkan satu

sama lain. Keluarga adopsi ini dilakukan karena berbagai alasan

seperti pasangan yang tidak dapat memiliki keturunan tapi ingin

menjadi orang tua sehingga mereka mengadopsi anak dari pasangan

lain.

c. Keluarga asuh

Keluarga asuh adalah suatu layanan yang diberikan untuk mengasuh

anaknya ketika keluarga kandung sedang sibuk dan keluarga asuh

akan memberikan keamanan dan kenyamanan pada anak. Anak yang

diasuh oleh keluarga asuh umumnya memiliki hubungan

kekerabatan seperti kakek atau neneknya.


d. Keluarga orang tua tiri

Keluarga orang tua tiri terjadi bila pasangan yang mengalami

perceraian dan menikah lagi. Anggota keluarga termasuk anak harus

melakukan penyesuaian diri lagi dengan keluarga barunya. Kekuatan

positif dari keluarga tiri adalah menikah lagi merupakan bentuk yang

positif dan suportif karena meningkatkan kesejahteraan anak-anak,

memberikan anak-anak perhatian dan kasih sayang, serta sebagai

jalan keluar dari perbaikan kondisi keuangan.

3. Tugas Keluarga

Menurut (Friedman, 2014) terdapat tujuh tugas pokok keluarga antara lain:

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan anggota keluarga.

b. Pemeliharaan berbagai sumber daya yang ada dalam keluarga.

c. Pembagian tugas anggota keluarga sesuai dengan kedudukan

masing- masing.

d. Sosialisasi antar anggota keluarga baik dari segi pengetahuan

maupun dari segi kesehatan.

e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.

f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

4. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman, (2013) dalam Riyanto,(2022) terdapat 5 fungsi

keluarga, yaitu :

a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak

melalui keluarga yang bahagia. Anggota keluarga mengembangkan

konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan memiliki, rasa berarti serta

merupakan sumber kasih sayang. Reinforcemen dan support dipelajari

dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga. Komponen yang

perlu dipenuhi oleh keluarga untuk memenuhi fungsi afektif adalah :

1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima dan

mendukung, maka kemampuannya untuk memberi akan meningkat

sehingga tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung,

hubungan yang baik dalam keluarga tersebut akan menjadi dasar

dalam membina hubungan dengan orang lain diluar keluarga.

2) Saling menghargai, dengan mempertahankan iklim yang positif

dimana setiap anggota keluarga baik orang tua maupun anak diakui

dan dihargai keberadaan dan haknya.

Ikatan dan identifikasi, ikatan ini dimulai sejak pasangan sepakat

hidup baru. Kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan berbagai

aspek kehidupan dan keinginan yang tidak dapat dicapai sendiri,

misalnya mempunyai anak. Hubungan selanjutnya akan dikembangkan

menjadi hubungan orang tua, anak dan antar anak melalui proses

identifikasi. Proses identifikasi merupakan inti ikatan kasih sayang, oleh


karena itu perlu diciptakan proses identifikasi yang positif dimana anak

meniru perilaku orang tua melalui hubungan interaksi mereka.

Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan

kebahagiaan keluarga, sering kali perceraian, kenakalan anak atau

masalah keluarga lainnya timbul akibat fungsi afektif keluarga yang tidak

terpenuhi (Riyanto, 2022).

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berakhir setelah

meninggal. Keluarga merupakan tempat dimana individu melakukan

sosialisasi. Tahap perkembangan individu dan keluarga akan dicapai

melalui interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi,

anggota keluarga belajar disiplin, melalui nilai/norma, budaya dan

perilaku melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu mampu

berperan di masyarakat (Riyanto, 2022).

c. Fungsi Repoduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

meningkatkan sumber daya manusia (Riyanto, 2022).

d. Fungsi Ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan,

pakaian dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan.

Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga dibawah garis kemiskinan,

keluarga miskin atau keluarga prasejahtera. Perawat berkontribusi untuk


mencari sumber-sumber di masyarakat yang dapat digunakan keluarga

meningkatkan status kesehatan mereka (Riyanto, 2022).

e. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain

keluarga menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga

berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotannya baik untuk

mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit.

Keluarga juga menentukan kapan anggota keluarga yang mengalami

gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau pertolongan tenaga

profesional. Kemampuan ini sangat mempengaruhi status kesehatan

individu dan keluarga (Riyanto, 2022).

Menurut Friedman dalam Riyanto, 2022 terdapat lima tugas

keluarga dalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilaksanakan,

yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Perubahan

sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak

langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga,

maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera

dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi seberapa

besar perubahannya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang

utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan


keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara

keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk

menetukan tindakan keluarga maka segera melakukan

tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi

atau bahkan teratasi.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit atau

yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau

usiannya yang terlalu muda. Perawatan ini dapat dilakukan

dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan

tindakan untuk pertolongan pertama atau ke pelayanan

kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah

yang lebih parah tidak terjadi.

d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

(pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

5. Struktur keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga

melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari

bermacam-macam, diantarannya adalah :

a. Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur

garis ayah.

b. Matrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur

garis ibu

c. Matrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri

d. Patrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

suami

e. Keluarga kawin

Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,

ada beberapa sana saudara yang menjadi bagian keluarga karena

adanya hubungan dengan suami atau istri (Riyanto, 2022).

6. Tugas keluarga

Terdapat delapan tugas keluarga, yaitu:

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotannya.

b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga

c. Pembagian tugas masing-masing anggotannya sesuai dengan

kedudukannya masing-masing

d. Sosialisasi antar anggota keluarga


e. Pengaturan jumlah anggota keluarga

f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga

g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotannya

(Riyanto, 2022).

7. Peranan keluarga

Setiap anggota keluarga memiliki peranan masing-masing, seperti:

a. Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari

nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa aman bagi

setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat

kelompok social tertentu.

b. Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-

anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan

keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok social

tertentu.

c. Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan

perkembangan fisik, mental, social dan spiritual (Riyanto, 2022).


B. Konsep Dukungan Keluarga

1. Definisi Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal

yang melindungi seseorang dari efek stres yang buruk (Kaplan dan

Sadock, 2015).

Dukungan keluarga menurut Friedman (2017) adalah sikap, tindakan

penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan

informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan

emosional.

Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan intrapersonal

yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga,

sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikannya.Jadi

dukungan social keluarga mengacu kepada dukungan- dukungan social yang

dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau

diadakan untuk keluarga yang selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan (Erdiana, 2015).

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang

masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan social berbeda-beda dalam

berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua

tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga

mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya,

hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2017).

Wills (1985) dalam Friedman (2017), menyimpulkan bahwa baik efek-efek


penyangga (dukungan social menahan efek-efek negatif dari stress terhadap

kesehatan) dan efek- efek utama (dukungan social secara langsung

mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) ditemukan. Sesungguhnya

efek-efek penyangga dan utama dari dukungan social terhadap kesehatan

dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan.

Dukungan dari keluarga sangatlah diperlukan dalam penanganan

penderita hipertensi. Dukungan dari keluarga juga merupakan faktor

terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalahnya. Dengan

dukungan dari keluarganya akan menambah rasa percaya diri, motivasi

untuk mengahadapi masalah dan meningkatkan rasa kepuasan hidup

penderita hipertensi. Dalam hal ini keluarga harus dilibatkan dalam

pendidikan sehingga keluarga dapat memenuhi kebutuhan pasien, dan

mengetahui kapan keluarga harus mencari pertolongan dan mendukung

terhadap program pengobatan dan pengendalian penyakit hipertensi.

Apabila hipertensi tidak terkontrol dan tidak ditangani secara

maksimal maka mengakibatkan timbul kembalinya gejala hipertensi yang

biasanya disebut dengan kekambuhan hipertensi. Selain itu juga, dukungan

keluarga merupakan unsur penting dalam keberhasilan untuk

mempertahakan dan menjaga kesehatan setiap individu anggota keluarga.

Sehingga dalam hubungan antara pasien dengan keluarga sangatlah kuat.


2. Manfaat Dukungan Keluarga

Manfaat dukungan keluarga menurut Friedman (2013) dalam Nurapianim

(2020),diantaranya:

a. Keadaan fisik.

b. Managemen reaksi stres, melalui perhatian, informasi, dan umpan

balik yang diperlukan untuk melakukan koping terhadap stress.

c. Produktivitas, melalui peningkatan motivasi, kualitas penalaran,

kepuasan kerja dan meningkatkan prestasi belajar.

d. Kesejahteraan psikologis dan kemampuan penyesuaian diri melalui

perasaan memiliki, kejelasan identifikasi diri, peningkatan harga

diri, pencegahan neurotisme dan psikopatologi.

3. Bentuk Atau Fungsi Dukungan Keluarga

Aspek-aspek dukungan keluarga menurut Heriyanti (2018) dalam

penelitian ini mengacu pada aspek-aspek dukungan keluarga memiliki

beberapa aspek yaitu:

a. Dukungan Emosional

Dukungan emosional merupakan dukungan yang melibatkan

rasa empati, kasih sayang, peduli terhadap individu sehinggamemberikan

perasaan nyaman, dihargai, diperhatikan dan dicintai. Ibu pekerja yang

memiliki dukungan emosional yang baik akan meningkatkan

kesejahteraan psikologis dengan cara menghargai setiap pekerjaan dan

tanggung jawab yang diterimanya.

b. Dukungan Instrumental
Dukungan instrumental meliputi bantuan yang diberikan secara

langsung atau nyata, sebagaimana individu yang memberikan atau

meminjam uang maupun barang atau menolong langsung kerabat yang

sedang membutuhkan pertolongan. Ibu pekerja yang mengalami

kesulitan dalam melakukan pekerjaannya akan merasa tertolong dengan

adanya kerabat maupun teman yang membantunya, sehingga ibu pekerja

tidak merasa tertekan dan menikmati saat melaksanakan tugasnyasebagai

ibu maupaun pekerja penuh waktu. Hal ini yang akan meningkatkan

kesejahteraan psikologis sang ibu.

c. Dukungan Informasi

Dukungan informasi dapat berupa nasehat, arahan atau sugesti

mengenai bagaimana individu melakukan sesuatu dengan baik.

Dukungan ini dapat diberikan dengan memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh individu. Saat ibu pekerja mengalami kesulitan dalam

mengambil keputusan antara memperioritaskan keluarga atau

pekerjaandisaat waktu yang bersamaan, maka ibu akan memerlukan

nasihat dari orang terdekat untuk dapat memutuskan sesuatu dengan

bijak, karena telah berdiskusi dahulu dengan orang terdekat sebelum

mengambil keputusan.

d. Dukungan Penghargaan

Dukungan ini meliputi dukungan sebagai ungkapan rasa hormat

atau penghargaan, penilaian positif. Dukungan penghargaan dapat berupa

pemberian hadiah dan pujian terhadap apa yang telah dilakukan oleh
individu. Ibu pekerja yang mendapatkan hadiah maupun pujian akan

meningkatkan penerimaan diri individu yang akan berpengaruh terhadap

kesejahteraan psikologis.

Menurut Harnilawati (2013), keluarga memiliki beberapa bentuk

dukungan yaitu :

a. Dukungan Penilaian

Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk

memahami kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan

strategi koping yang dapat digunakan dalam mengahadapi stressor.

Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi

penilaian yang positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang

yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi

pengharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat,

persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan

positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang mampu.

Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping

individu dengan startegi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang

berfokus pada aspek-aspek yang positif.

b. Dukungan Instrumental

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti

pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata

(Instrumental Support Material Support), suatu kondisi dimana benda

atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk


didalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau

meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan

pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit

ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan masalah.

Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan

mengurangi depresiindividu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai

sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.

c. Dukungan Informasional

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung

jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari maslah,

memberikan nasehat, pengarahan, saran atau umpan balik tentang apa

yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi

dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya dan

tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stresor. Individu yang

mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan memecahkan

masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan menyediakan feed

back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun

informasi dan pemberian informasi.

d. Dukungan Emosional

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara

emosiaonal, sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika depresi

mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai.

Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa


dicintai, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang

menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga

menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Sutini (2018), faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan

keluarga adalah:

a. Faktor internal

a. Tahap perkembangan

Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini

adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap

rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap

perubahan kesehatan yang berbeda-beda.

b. Pendidikan atau tingkat pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentukoleh

variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang

pendidikan dan pengalaman masa lalu.Kemampuan kognitif akan

membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk

memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan

menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga

kesehatan dirinya.

c. Faktor emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya

dukungan dan cara melakukannya. Seseorang yang mengalami


respon stress dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespon

terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara

mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam

kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang

mungkin mempunyai respon emosional yang kecil selama ia sakit.

Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara

emosional terhadap ancaman penyakit mungkin.

d. Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani

kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan,

hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari

harapan dan arti dalam hidup.

b. Eksternal

1) Praktik di keluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya

mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.

Misalnya, klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan

pencegahan jika keluarga melakukan hal yang sama.

2) Faktor sosio-ekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya

penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan

bereaksi terhadap penyakitnya. Variabelpsikososial mencakup:

stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja.Seseorang


biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok

sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara

pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya

ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan.

Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada

gangguan pada kesehatannya.

3) Latar belakang budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan

kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara

pelaksanaan kesehatan pribadi.

5. Instrumen Dukungan Keluarga

Alat ukur (Blue Print)Untuk mengungkap variabel dukungan

keluarga, menggunakan skala dukungan keluarga yang diadaptasi dan

dikembangkan dari teori House. Dan aspek-aspek yang digunakan untuk

mengukur dukungan keluarga adalah dukungan emosional, dukungan

penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informatif (Arikunto,

2013).

Indikator

a. Dukungan emosional

b. Dukungan penghargaan

c. Dukungan instrumental

d. Dukungan informatif
Pada pengisian skala ini, sampel diminta untuk menjawab

pertanyaan yang ada dengan memilih salah satu jawaban dari beberapa

alternatif jawaban yang tersedia. Skala ini menggunakan skala model likert

yang terdiri dari pernyataan dari empat alternatif jawaban yaitu 1= tidak

pernah, 2= jarang, 3= sering , 4= selalu.

C. Konsep Self Motivasi

1. Definisi Self Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin moreve yang berarti dorongan

dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku (reasoning).

Seseorang untuk bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pengertian motivasi tidak lepas dari kata kebutuhan atau keinginan.

Motivasi pada dasarnya merupakan interaksi seseorang dengan situasi

tertentu yang dihadapinya (Notoadmodjo S. 2018).

Diri manusia tidak seakan akan tumbuh pada kodratnya dan secara

pasif menerima keadaannya. Akan tetapi dia menjadikan dirinya secara aktif

menjadi sesuatu. Proses pengembangan diri ditentukan oleh dirinya sendiri.

Diri manusia memang tidak bergantung pada alam seperti makhluk Allah

yang lainnya (Sarwono, 2017).

Motivasi merupakan karakteristik psikologis manusia yang

memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Perasaan atau pikiran

yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan atau

menjalan kekuasaan dalam berperilaku merupakan salah satu definisi dari


motivasi. Ada tiga hal terpenting dalam motivasi, yaitu hubungan antara

kebutuhan, dorongan dan tujuan (Nursalam, 2015).

Self-motivation menurut kemendikbud (2021) adalah kemampuan

untuk mendorong diri melakukan sesuatu dalam rangka mencapai tujuan

dan menyelesaikan tugas. Self-motivation biasanya didorong oleh keinginan

untuk melakukan sesuatu, untuk menciptakan dan menghasilkan. Dorongan

inilah yang membuat sesorang mampu melanjutkan apa yang dia kerjakan

meski tidak ada imbalan atau tidak ada yang memerintah. Self-

motivation bisa datang dari dalam diri atau dari faktor eksternal. Faktor

yang datang dari dalam diri misalnya kesukaan akan sesuatu atau hobi,

memunculkan rasa bahagia, dan sebagainya. Sementara faktor yang datang

dari luar adalah misalnya karena prestasi, hadiah, dan tanggung jawab.

Sedangkan menurut Luth, Thohir (2014) Self Motivation (Motivasi

diri) adalah upaya diri sendiri untuk membangkit semangat beramal

( berkarya) untuk membangun masa depan yang sukses dan lebih baik.

Motivasi seperti ini sangat penting untuk mengembangkan potensi diri yang

belum terpakai secara optimal untuk meraih sukses dalam kehidupan kita,

Atau dengan pengertian lain setiap diri harus mempunyai harapan

( ekspektasi) untuk membangun dirinya kedepan yang lebih baik dari hari

hari sebelumnya.

2. Teori Motivasi

a. Teori Abraham Maslow


Abraham Maslow mempublikasikan teori motivasi yaitu

teoriHierarki Kebutuhan (need hierarchy theori) pada tahun 1943.

Sistem hierarki kebutuhan Maslow adalah paradigma yang banyak

digunakan untuk mengkategorikan motif manusia. Lima jenis motif

dalam sistem hierarki kebutuhan diurutkan darikebutuhan terendah

yang harus dipenuhi terlebih dahulu hingga kebutuhan tertinggi yang

harus dipenuhi terakhir. Kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan,

kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi

diri adalah lima tingkat kebutuhan tersebut.

Berdasarkan teori motivasi Maslow, kebutuhan rasa aman

dapat menciptakan motivasi pasien karena jika pasien merasa

terancam karena penyakit yang diderita, maka akan timbul motivasi

untuk mencapai kesembuhan. Kebutuhan sosial seperti dukungan

dari dalam maupun dari luar sangat penting bagi motivasi pasien

karena dukungan mampu membuat pasien merasa lebih percaya diri

dalam menjalani pengobatannya. Kebutuhan untuk menyadari

kemampuan untuk kelanjutan pengembangan diri dan keinginan

untuk menjadi lebih baik atau disebut juga kebutuhan aktualisasi diri

juga mampu untuk mengubah motivasi pasien menjadi lebih ke arah

positif dalam mencapai kesembuhan. Teori ini mempunyai makna

serta peranan kognisi dalam kaitannya dengan perilaku bahwa ada

aspek internal yang terbentuk sebagai perantara dari stimulus dan

tingkah laku berikutnya.


Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow

Aktualisasi diri

Harga diri

Sosial

Keamanan

Fisiologis

Ketika dari salah satu kebutuhan di atas tidak terpenuhi atau

belum terlengkapi maka, seseorang belum bisa dikatakan memenuhi

kebutuhan dasar manusia. Pada saat kuliah psikologi kepribadian tadi

pagi kita sekelas membahas tentang kebutuhan dasar dari manusia. Yang

saya dapat dari belajar tadi pagi itu bahwa ketika satu dari kebutuhan itu

tidak terpenuhi maka akan muncul suatu tindakan yang tidak di

inginkan. Misalkan kebutuhan akan fisiologis tidak terpenuhi seseorang

akan merasa sakit, kelaparan dll. Dan ketika kebutuhan akan fisiologis

itu terpenuhi maka seseorang itu akan merasa sehat, kenyang, bugar dll.

Kemudian dari kebutuhan akan fisiologis itu terpenuhi maka akan

dilanjutkan dengan kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan,

begitupun seterusnya (Arsyenda, 2017).

b. Teori Motivasi DOUGLAS McGREGOR


Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X

(negatif) dan teori y (positif), Menurut teori x empat pengandaian

yag dipegang manajer

a) Karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya

tidak menyukai kerja

b) Karyawan tidak menyukai kerja mereka harus

diawasi atau diancam dengan hukuman untuk

mencapai tujuan.

c) Karyawan akan menghindari tanggung jawab.

d) Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas

semua faktor yang dikaitkan dengan kerja.

Kontras dengan pandangan negatif ini mengenai kodrat

manusia ada empat teori Y :

a) Karyawan dapat memandang kerjasama dengan

sewajarnya seperti istirahat dan bermain.

b) Orang akan menjalankan pengarahan diri dan

pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran.

c) Rata-rata orang akan menerima tanggung jawab.

d) Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif

(Prihartanta, 2015).

c. Teori Motivasi VROOM (Teori Harapan )

Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of

motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan


sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil

dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi

rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:

a) Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas

b) Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan

terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas

(keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome

tertentu).

a) Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan

posistif, netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika usaha

menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan. Motivasi

rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang

diharapkan (Prihartanta, 2015).

d. Teori Motivasi ACHIEVEMENT Mc CLELLAND (Teori

Kebutuhan Berprestasi)

Teori yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan

bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:

a) Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)

b) Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan

sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow)

b) Need for Power (dorongan untuk mengatur)

(Prihartanta, 2015).

e. Teori Motivasi CLAYTON ALDERFER (Teori “ERG)


Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang

didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence),

hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit

berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa

jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi

maka manusia akan kembali pada gerak yang fleksibel dari

pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi

(Prihartanta, 2015).

f. Teori Penetapan Tujuan (goal setting theory)

Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan

memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni:

c) Tujuan-tujuan mengarahkan perhatian

d) Tujuan-tujuan mengatur upaya

e) Tujuan-tujuan meningkatkan persistensi

f) Tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-

rencana kegiatan (Prihartanta, 2015).

3. Teori Proses Motivasi

Teori proses motivasi terfokus pada bagaimana cara mengontrol atau

mempengaruhi perilaku seseorang. Empat teori proses motivasi adalah teori

penguatan (reforcement), teori harapan (expectancy), teori ekuitas (equity)

teori penetapan tujuan (good setting) (Swamsburg, C.R, 2016).

a. Teori Penguatan (Reinforcement)


Seorang manajer dalam organisasi tidak perlu memikirkan

peristiwa- peristiwa internal dalam yang bersifat kognitif, sebab

faktor-faktor penguatan yang mengendalikan perilaku para

bawahan. Faktor penguatan adalah setiap tindakan yang

dilakukan dan mendapat respon yang baik, memperbesar

kemungkinan bahwa tindakan itu akan diulang. Secara

sederhana dikatakan bahwa teori ini terdapat pandangan yang

mengatakan bahwa jika tindakan seorang manager oleh

bawahan dipandang mendorong perilaku positif, bawahan yang

bersangkutan akan cenderung mengulangi tindakan serupa,

misalnya seorang pesawat yang mendapat pujian karena

melakukan tindakan yang baik akan cenderung mengulangi

tindakan tersebut. Sebaliknya jika seorang manajer keperawatan

menegur perawat karena melakukan sesuatu hal yang

seharusnya tidak dilakukan, pesawat tersebut akan cenderung

untuk tidak mengulangi tindakan-tindakan tersebut. Perilaku

dikendalikan dengan memberikan penghargaan atau hukuman.

Perilaku baik atau yang diinginkan harus dihargai atau

diperkuat. Pengharga penetapan tujuan (good setting)

(Swamsburg, C.R, 2016).

b. Teori teori Harapan (Expectancy)

Penghargaan adalah tingkat penampilan tertentu yang

diwujudkan melalui usaha tertentu. Individu akan memilih


alternatif usaha yang memungkinkan hasil yang paling baik.

Kecenderungan seseorang bertindak dengan cara tertentu

tergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan

diikuti oleh suatu hasil tertentu dan daya tarik dari hasil bagi

orang yang bersangkutan.

c. Teori Eksklusif (Equity)

Keadilan adalah usaha atau kontribusi yang diberikan dihargai

sama dengan penghargaan pada orang lain dapatkan.

Konstribusi tersebut meliputi kemampuan, pendidikan,

pengalaman, dan usaha. Sedangkan penghargaan adalah gaji,

penghargaan, fasilitas. Perlakuan yang adil tidak akan merubah

perilaku, tetapi perlakuan yang tidak adil akan merubah

perilaku.

d. Teori Penetapan Tujuan (Good Setting)

Teori ini berdasarkan pada tujuan sebagai penentu perilaku.

Semakin spesifik tujuan, semakin baik hasil yang ditimbulkan.

Kejelasan tujuan yang hendak dicapai oleh seseorang dalam

melaksanakan tugasnya akan menumbuhkan motivasi-motivasi

yang semakin besar meningkatkan motivasi, meningkatkan

kekuatan dari suatu respon atau menyebabkan pengulangannya.

Perilaku yang tidak diinginkan tidak boleh diberi penghargaan.

Individu cenderung akan mengulang perilaku jika akibatnya

positif.
4. Fungsi Motivasi

Menurut Sardiman, (2016) ada tiga fungsi motivasi yaitu dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, yaitu sebagai penggerak tingkah

laku manusia.

b. Menentukan arah perbuatan, yaitu dapat menentukan kearah tujuan

yang hendak dicapai.

c. Menyeleksi perbuatan yakni manusia dapat menentukan perbuatan

apa yang harus dikerjakan atau dilakukan yang serasi guna mencapai

tujuan dengan menyisihkan tujuan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut.

5. Jenis Motivasi

Ada empat jenis motivasi menurut Widyatun (1999) dalam Morita, (2018):

a. Motivasi Instrinsik

Motivasi instrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri

sendiri tanpa perlu ada dorongan dari luar.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik tidak dapat timbul dari dalam diri manusia,

melainkan muncul akibat pengaruh dari luar baik paksaan, imbalan,

pengaruh lingkungan, dan lain-lain.

c. Motivasi Terdesak
Motivasi terdesak muncul ketika manusia dalam kondisi yang

mendesak secara cepat serta menimbulkan perubahan yang cepat

juga.

d. Motivasi Ipoleksosbud-Hankam

Motivasi ini adalah motivasi yang muncul berkaitan dengan idiologi,

politik, sosial, ekonomi, budaya, pertahanan, dan keamanan.

6. Faktor yang mempengaruhi Motivasi

Motivasi dibagi menjadi dua jenis menurut Suhardi, (2013), yaitu

motivasi instrinsik dan ekstrinsik sebagai berikut:

1. Motivasi Intrinsik.

Motivasi intrinsik ialah motivasi yang muncul dari dalam diri

sendiri. Motivasi ini terkadang muncul tanpa adanya pengaruh dari

luar. Biasanya seseorang yang termotivasi secara intrinsik lebih

mudah terdorong untuk mengambil tindakan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik menurut

(Sholihatun dan Desmawati, 2018) adalah:

a. Kebutuhan (need)

Seseorang melakukan kegiatan atau aktivitas didasari dari adanya

faktorfaktor kebutuhan untuk memenuhi biologis dan psikologis.

b. Harapan (expectancy)

Seseorang termotivasi oleh adanya harapan menuju pencapaian

tujuan.

c. Minat
Minat merupakan suatu keinginan pada suatu hal tanpa ada yang

menyuruh.

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang muncul karena adanya

pengaruh dari luar diri seorang tersebut. Faktor yang mempengaruhi

motivasi ekstrinsik antara lain ialah:

a. Dorongan keluarga

Dorongan keluarga merupakan salah satu faktor pendorong yang

dapat mempengaruhi perilaku seseorang contohnya dorongan

keluarga dari suami atau istri.

b. Lingkungan

Lingkungan merupakan tempat dimana seseorang tinggal atau pun

tempat seseorang bekerja yang dapat mempengaruhi motivasinya

untuk melakukan sesuatu. Lingkungan memiliki peranan yang besar

dalam mengubah perilaku seseorang.

c. Imbalan.

Seseorang dapat termotivasi untuk mencapai sesuatu dengan diberi

imbalan setelah melakukan sesuatu.

7. Pengukuran Motivasi

Untuk mengukur motivasi menggunakan kuesioner yang diadopsi dari

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widianingrum (2017) dan telah

dimodifikasi oleh Simamora (2020) dengan Skala Likert, dan disediakan

beberapa alternatif jawaban dan setiap jawaban sudah tersedia nilainya.


Pernyataan untuk mengukur motivasi bersifat positif (Favorable) dan negatif

(Unfavorable) terhadap masalah yang diteliti. Data dikumpulkan

menggunakan kuesioner, kemudian ditabulasi dan dikelompokkan,

kemudian diberi skor.

Menurut Notoatmodjo (2018) motivasi tidak dapat diobservasi

secara langsung namun harus diukur. Pada umumnya, yang banyak diukur

adalah motivasi sosial dan motivasi biologis. Ada beberapa cara untuk

mengukur motivasi yaitu dengan 1) tes proyektif, 2) kuesioner, dan 3)

perilaku.

a. Tes Proyektif

Apa yang kita katakan merupakan cerminan dari apa yang ada

dalam diri kita. Dengan demikian untuk memahami apa yang dipikirkan

orang, maka kita beri stimulus yang harus diinterprestasikan. Salah satu

teknik proyektif yang banyak dikenal adalah Thematic Apperception Test

(TAT). Dalam test tersebut klien diberikan gambar dan klien diminta

untuk membuat cerita dari gambar tersebut. Dalam teori Mc Leland

dikatakan, bahwa manusia memiliki tiga kebutuhan yaitu kebutuhan

untuk berprestasi (n-ach), kebutuhan untuk power (n-power), kebutuhan

untuk berafiliasi (n-aff). Dari isi cerita tersebut kita dapat menelaah

motivasi yang mendasari diri klien berdasarkan konsep kebutuhan diatas.

b. Kuesioner

Salah satu cara untuk mengukur motivasi melalui kuesioner adalah

dengan meminta klien untuk mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan-


pertanyaan yang dapat memancing motivasi klien. Sebagi contoh adalah

EPPS (Edward’s Personal Preference Schedule). Kuesioner tersebut

terdiri dari 210 nomer dimana pada masing-masing nomor terdiri dari

dua pertanyaan. Klien diminta memilih salah satu dari dua pertanyaan

tersebut yang lebih mencerminkan dirinya. Dari pengisian kuesioner

tersebut kita dapat melihat dari ke-15 jenis kebutuhan yang dalam tes

tersebut, kebutuhan mana yang paling dominan dari dalam diri kita.

Contohnya antara lain, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan akan

keteraturan, kebutuhan untuk berafiliasi dengan orang lain, kebtuhan

untuk membina hubungan dengan lawan jenis, bahakan kebutuhan untuk

bertindak agresif.

c. Observasi Perilaku

Cara lain untuk mengukur motivasi adalah dengan membuat situasi

sehingga klien dapat memunculkan perilaku yang mencerminkan

motivasinya. Misalnya, untuk mengukur keinginan untuk berprestasi,

klien diminta untuk memproduksi origami dengan batas waktu tertentu.

Perilaku yang diobservasi adalah, apakah klien menggunakan umpan

balik yang diberikan, mengambil keputusan yang berisiko dan

mementingkan kualitas dari pada kuantitas kerja.(Notoatmodjo, 2018)

Pengukuran motivasi menggunakan kuesioner dengan skala Likert yang

berisi pernyataan-pernyataan terpilih dan telah diuji validitas dan

realibilitas.

1) Pernyataan positif ( Favorable)


a) Sangat setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan

pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner

diskor 4.

b) Setuju (S) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner

yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 3.

c) Tidak setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan pernyataan

kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 2.

d) Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju

dengan pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban

kuesioner diskor 1.

2) Pernyataan negatif ( Unfavorable )

a) Sangat setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan

pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner

diskor 1.

b) Setuju (S) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner

yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 2.

c) Tidak setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan pernyataan

kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 3.

d) Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju

dengan pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban

kuesioner diskor 4.

3) Kriteria motivasi dikategorikan menjadi :

a) Motivasi Kuat : 67 – 100%


b) Motivasi Sedang : 34 – 66%

c) Motivasi Lemah : 0 – 33%

D. Konsep Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Seorang dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik

lebih dari 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih dari 90

mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah sistolik

merupakan pengukur utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis

hipertensi (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskulaer Indonesia,

2015).

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah secara

mendadak ataupun bertahap yang disebabkan karena pola hidup

yang buruk serta emosi yang berlebihan (Kemenkes, 2014).

Hipertensi juga diartikan sebagai peningkatan tekanan sistolik

mencapai 140 mmHg sampai lebih dan peningkatan diastolik 90

mmHg lebih, diukur dengan keadaan tenang dan cukup (Kemenkes,

2014).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan dalam tekanan darah diatas normal, biasanya ditunjukan

oleh angka-angka sistolik dan diastolik pada pemeriksaan tekanan

darah (Pudiastusi, 2019).


Dari definisi definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa

hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah menjadi naik yaitu

tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan atau tekanan darah

diastolik lebih dari 90 mmHg karena gangguan pada pembuluh darah yang

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.

2. Klasifikasi Hipertensi

a. Klasifikasi menurut Joint National Commite 8 yaitu :

Tabel 2.1 Klasifikasi menurut JNC (Joint National Commite on Prevention,

Detection, Evaluatin, and Treatment of High Vlood Pressure) untuk usia lebih dari

18 tahun.

Klasifikasi TekananDarah TekananDarah


Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120 – 139 80–89

Hipertensi Stage I 140 – 159 90–99


Hipertensi Stage II >160 >100

Sumber :James, et al 2014

Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang

sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan peningkatan

resiko komplikasi kardiovaskuler.Data ini mendorong pembuatan

klasifikasi baru yang disebut pra hipertensi.

b. Klasifikasi menurut WHO (World Health Organization).

WHO dan International Society of Hypertension Working Group

(ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal,


normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi

berat.

Tabel 2.2 Klasifikasi menurut WHO dan International Society of Hypertension

Working Group (ISHWG).

Kategori TekananDarah TekananDarah


Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal Normal Normal- Tinggi <120 <80


<130 <80
130-139 85-89

Tingkat 1 (Hipertensi ringan) 140 – 159 90–99


Sub-group : perbatasan 140 – 149 90–94

Tingkat 2 (Hipertensi sedang) 160 – 179 100–109

Tingkat 3 (Hipertensi Berat) >180 >110

Hipertensi sistol terisolasi (Isolated >140 <90


systolic hypertension)
Sub-group: perbatasan 140-149 <90

Sumber :Sani, 2008.

c. Klasifikasi hipertensi menurut Perhimpunan Dokter Spesialis

Kardiovaskuler Indonesia.

Tabel 2.3 Klasifikasi menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler

Indonesia.

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal <120 <80

Normal 120-129 80-84

Normal tinggi 130-139 84-89

Hipertensi derajat 1 140 – 159 90–99

Hipertensi derajat 2 160-179 100-109

Hipertensi derajat 3 >180 <110

Hipertensi Sistol Terisolasi >140 <90


sumber: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia, 2015.

Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu

sekunder dan primer.Hipertensi sekunder merupakan jenis yang penyebab

spesifiknya dapat diketahui (Hastuti, 2022).

Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu

hipertensi Benigna dan hipertensi Maligna.Hipertensi benigna adalah

keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya

ditemukan pada saat penderita dicek up.Hipertensi maligna adalah

keadaan hipertensi yang membahayakan biasanya disertai dengan

keadaan kegawatan yang merupakan akibat komplikasi organ-organ

seperti otak, jantung dan ginjal (Hastuti, 2022).

3. Penyebab hipertensi

Penyebab hipertensi Essensial.

a. Herediter atau factor genetic

b. Lingkungan, termasuk asupan garam, obesitas, pekerjaan, kurang

olahraga, asupan alcohol, stress psikososial, jenis kelamin, dan usia.

c. System renin, angiotensin, dan aldosterone

d. Defek membrane sel dalam ekskresi Na, yaitu penurunan

pengeluaran Na dari dalam sel yang disebabkan oleh kelainan pada

ssystemNa+K+ATPase dan Na+H+exchanger.

e. Resistensi insulin atau hiperinsulinemia mengakibatkan retensi

natrium ginjal, meningkatkan aktivitas saraf simpatis, meningkatkan

tekanan arteri, dan hipertrofi otot polos.


Penyebab hipertensi sekunder.

a. Penggunaan estrogen

b. Penyakit ginjal

c. Hipertensi vaskuler renal

d. Hiperaldosteronisme primer

e. Sindrom chushing

f. Feokromositoma

g. Koarktasio aorta

h. Kehamilan (Hastuti, 2022).

Faktor – factor lain yang menyebabkan hipertensi :

a. Umur

Orang yang berumur 40 tahun rentan terhadap meningkatnya

tekanan darah yang lamban laun menjadi hipertensi seiring dengan

bertambahnya umur mereka.

b. Ras/suku

Di luar negeri orang kulit hitam > kulit putih. Karena adanya

perbedaan status/derajat ekonomi, orang kulit hitam dianggap

rendah dan pada jaman dahulu dijadikan budak. Sehingga banyak

menimbulkan tekanan batin yang kuat hingga menyebabkan stress

timbulah hipertensi.

c. Urbanisasi

Hal ini akan menyebabkan perkotaan menjadi padat penduduk yang

merupakan salah satu pemicu timbulnya hipertensi. Secara otomatis


akan banyak kesibukan diwilayah tersebut, dan banyak tersedia

makanan-makanan siap saji yang menimbulkan hidup kurang sehat

sehingga memicu timbulnya hipertensi.

d. Geografis

Dilihat dari segi geografis, daerah pantai lebih besar prosentasenya

terkena hipertensi. Hal ini disebabkan karena daerah pantai kadar

garamnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah

pegunungan atau daerah yang lebih jauh dari pantai.

e. Jenis kelamin

Wanita > pria: diusia >50 tahun. Karena usia tersebut seorang

wanita sudah mengalami menoupause dan tingkat stress lebih

tinggi.

Pria > wanita : di usia <50 tahun. Karena di usia tersebut seorang

pria mempunyai lebih banyak aktivitas dibandingkan wanita

(Manuntung, 2018).

4. Gejala klinis pada penderita hipertensi

Gejala hipertensi bervariasi pada masing-masing individu dan

hampir sama dengan gejala penyakit lainnya, adapun menurut sustrani dan

alam (2004) gejala hipertensi tersebut antara lain:

a. Sakit kepala

b. Jantung berdebar-debar

c. Sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat

d. Mudah lelah
e. Penglihatan kabur

f. Wajah memerah

g. Hidung berdarah

h. Sering buang air kecil, terutama malam hari

i. Telinga berdering

j. Dunia terasa berputar (vertigo)

Sedangkan menurut Manjoer gejala gejala hipertensi meliputi:

a. Rasa berat ditengkuk

b. Sukar tidur

c. Cepat marah

d. Mata berkunang-kunang dan pusing.

5. Patofisiologi Hipertensi

Faktor –faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah,

pada dasarnya merupakan factor-faktor yang mempengaruhi rumus dasar:

tekanan darah = curah jantung x resistensi perifer. Tekanan darah

dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui system sirkulasi yang

merupakan hasil dari aksi pompa jantung atau yang sering disebut curah

jantung (cardiac output)dan tekanan dari arteri perifer atau sering disebut

resistensi perifer.Kedua penentu primer adanya tekanan darah tersebut

masing-masing juga ditentukan oleh berbagai interaksi factor- factor serial

yang sangat kompleks.

Berdasarkan rumus tersebut diatas, maka peningkatan tekanan

darah secara logis dapat terjadi karena peningkatan curah jantung dan atau
peningkatan resistensi perifer.Peningkatan curah jantung dapat melalui dua

mekanisme yaitu melalui peningkatan volume cairan (preload) atau

melalui peningkatan kontraktilitas karena rangsangan neural

jantung.Meskipun factor peningkatan curah jantung terlibat dalam

pemulaan timbulnya hipertensi, namun temuan- temuan pada penderita

hipertensi kronis menunjukkan adanya hemodianamik yang khas yaitu

adanya peningkatan resistensi perifer dengan curah jantung yang normal.

Adanya pola peningkatan curah jantung yang dapat menyebabkan

peningkatan resistensi perifer secara persisten, sudah diteliti pada beberapa

orang dan pada banyak hewan coba pada penelitian- penelitian tentang

hipertensi. Pada hewan coba, dengan kondisi jaringan ginjal yang

berkurang, ketika diberi tambahan volume cairan, maka tekanan darah

pada awalnya akan naik sebagai konsekuensi tingginya curah jantung,

namun dalam beberapa hari, resistensi perifer akan meningkat dan curah

jantung kembali ke nilai basal. Perubahan resistensi perifer tersebut

menunjukkan adanya perubahan property intrinsic dari pembuluh darah

yang berfungsi untuk mengatur aliran darah yang terkait dengan

kebutuhan metabolic dari jaringan.

Proses tersebut di atas disebut sebagai autoregulasi, yaitu proses

dimana dengan adanya peningkatan curah jantung maka jumlah darah

yang mengalir menuju jaringan akan meningkat pula, dan peningkatan

aliran darah ini meningkatkan pula aliran nutrisi yang berlebihan melebihi

kebutuhan jaringan dan juga meningkatkan pembersihan produk-produk


metabolic tambahan yang dihasilkan, maka sebagai respons terhadap

perubahan tersebut, pembuluh darah akan mengalami vasokontriksi untuk

menurunkan aliran darah dan mengembalikan keseimbangan antara suplai

dan kebutuhan nutrisi kembali ke normal, namun resistensi perifer akan

tetap tinggi yang dipicu dengan adanya penebalan struktur sel-sel

pembuluh darah (Pikir, Budi dkk, 2015).

6. Faktor Risiko Hipertensi

Menurut Fauzi, (2014) dalam Widiyono, (2022) faktor risiko hipertensi

dibagi menjadi 2 yaitu tidak dapat diubah dan dapat diubah. Factor risiko

yang tidak dapat diubah antara lain seperti genetic, jenis kelamin, dan usia.

Factor risiko dari hipertensi yang dapat diubah antara lain seperti konsumsi

garam berlebihan, kadar kolesterol tinggi, konsumsi kopi, konsumsi

alcohol, obesitas, kurang aktivitas fisik, dan merokok.

Menurut Nuraini, (2015) dalam Widiyono, (2022) factor risiko

meningkat pada seseorang dengan riwayat keluarga menderita hipertensi.

Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan

rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium. Individu dengan orang

tua penderita hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk

menderita hipertensi pada keluarga.

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun

wanita terlindung dari penyakit kardiovaskular sebelum menopause

(Nuraini, 2015).Kusumawaty, (2016) dalam Widiyono, (2022)

menyebutkan wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh


hormone estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density

Lipoprotein (HDL). Kadar HDL yang tinggi merupakan factor pelindung

dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.

Kartika (2012) dalam Widiyono (2022) menyebutkan insiden

hipertensi juga meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Arteri akan

kehilangan elastis atau kelenturan sehingga sering berjalannya waktu maka

pembuluh darah akan menyempit dan menjadi kaku. Selain itu, reflex

baroreseptor pada lansia juga mulai berkurang. Hal ini mengakibatkan

tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Menurut Setiati (2014) dalam Widiyono (2022) konsumsi terlalu

banyak garam dapat meningkatkan resiko hipertensi, konsumsi natrium

yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium ektraseluler meningkat.

Natrium akan diekskresikan melalui ginjal. Apabila ekskresi tersebut

melampaui ambang batas maka ginjal akan meretensi H20 untuk

menetralkan natrium di vascular. Meningkatnya volume cairan

intravascular tersebut akan meningkatkan tekanan darah sehingga terjadi

hipertensi.

Kolesterol berlebih merupakan factor risiko yang dapat diubah dari

hipertensi. Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah menyebabkan

timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh

darah menyempit, pada akhirnya akan mengakibatkan tekanan darah

menjadi tinggi. Selain itu orang dengan indeks masa tubuh berlebih

memiliki peluang lebih besar terkena hipertensi (Fauzi, 2014).


Mengkonsumsi alcohol dapat meningkatkan resiko hipertensi karena

alcohol dapat merusak jantung dan juga pembuluh darah.Hal tersebut dapat

menyebabkan tekanan darah meningkat.Selain konsumsi alcohol, kebiasaan

merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah sistolik sebesar 4 mmHg

(Fauzi, 2014).

Menurut Nuraini (2015) dalam Widiyono (2022) factor risiko yang

dapat diubah salah satunya yaitu aktivitas fisik. Beraktifitas fisik teratur

dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah

pada penderita hipertensi dan melatih otot jantung sehingga menjadi

terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan berat pada kondisi

tertentu. Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan resiko menderita

hipertensi. Orang yang tidak aktif beraktivitas fisik cenderung mempunyai

frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi disbanding orang yang aktif

beraktivitas fisik dengan volume pompa darah yang sama. Otot jantung

orang jarang beraktivitas fisik berat lebih sering dan lebih keras pada setiap

kontraksi. Semakin besar tekanan yang dibebankan pada arteri maka

tekanan darah akan meningkat (Karim, 2018).


7. Manajemen Penatalaksaan Hipertensi

Dewasa berusia > 18 tahun hipertensi

Terapkan intervensi gaya hidup (teruskan sepanjang manajemen)

Tetapkan capaian tekanan darah dan memulai pengobatan penurunan


tekanan darah berdasarkan usia, diabetes, dan penyakit ginjal kronis
(CKD)
Tanpa penyulit Dengan penyulit

Umur > 60 tahun Umur < 60 tahun Semua umur, riwayat diabetes
atau CKD
Tujuan TD: Tujuan TD:
Sistolik: < 150 mmHg Sistolik: <140 mmHg Tujuan TD:
Diastolik :< 90 mmHh Diastolik: <90 mmHg Sistolik: <140 mmHg
Diastolik: <90 mmHg
Orang kulit hitam Orang kulit putih

Berikan tipe thiazide diuretic/ ACEI/ Berikan tipe thiazide diuretic/CCB satu macam
ARB/CCB satu macam atau dicampur atau dicampur.

Tentukan Strategi Pemberian Titrasi Obat :


1. Selesaikan pengobatan pertama sebelum pengobatan kedua
2. Berikan pengobatan kedua sebelum pengobatan pertama selesai
3. Mulai dengan 2 medikasi secara terpisah atau dikombinasi

TD sesuai target ? Ya

Jika Tidak: Kembali tekankan modifikasi gaya hidup dan pengobatan. Strategi 1&2 tambahkan titrasi
thiazide, ACE, ARB atau CCB (gunakan obat untuk kelas yang belum digunakan, hindari kombinasi ACEI
dan ARB). Untuk strategi 3, titrasi obat sampai dosis maksimal.

TD sesuai target ? Ya

Jika Tidak: Kembali tekankan modifikasi gaya hidup dan pengobatan. Tambahkan obat dari kelas baru (misalnya
Beta bloker, agonis aldosterone/yang lainnya) dana tau rujuk ke spesialis hipertensi.

TD sesuai target ? Ya Lanjutkan pengobatan dan kontrol.


Gambar 2.2 Algoritme Penanganan Hipertensi JNC VIII (James, 2014).

8. Penatalaksanaan Hipertensi

Tatalaksana Hipertensi ada 3 antara lain menurut (Triyanto, 2014) yaitu :

a. Penatalaksanaan Farmakologis

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan

takanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi

akibat hipertensi agar penderita bertambah kuat. Pengobatan standar

yang diajukan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint Commite

On Detection, Evaluation and Treatment Of High Blood Preasure,

USA, 2010) menyimpulkan bahawa obat diuretik, antagonis

kalsium, atau penghambat ACE dapat di gunakan sebagai obat

tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan

penyakit lain yang ada pada penderita (Padila, 2013 dalam Nafiah,

2018).

Terapi farmakologis dilakukan dengan pemberian obat-

obatan seperti berikut (Triyanto, 2014) :

a) Golongan Diuretik

Biasanya merupakan obat pertama yang diberikan

untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu

ginjal membuang garam dan air, yang akan

mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga

menurunkan tekanan darah. Diuretik juga

menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik


menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih,

sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau

obat penahan kalium. Diuretik sangatefektif pada

orang kulit hitam, lanjut usia, kegemukan, penderita

gagal ginjal jantung atau penyakit ginjal menahun.

b) Penghambat Adrenargik

Merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-

bloker, beta bloker labetol, yang menghambat efek

sistem saraf simpatis. System saraf simpatis adalah

sistem saraf yang dengan segera akan memberikan

respon terhadap stress, dengan cara meningkatkan

tekanan darah. Yang palinh sering digunakan adalah

beta-bloker yang efektif diberikan pada penderita usia

muda, penderita yang mengalami serangan jantung.

c) ACE – inhibitor

Obat ini efektif diberikan kepada orang kulit putih,

usia muda, penderita gagal jantung. Angiotensin

converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor)

menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara

melebarkan arteri.

d) Angiotensin-II-Bloker

Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu

mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor.


e) Vasodilator

Menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari

golongan ini hampir selalu digunakan sebagai

tambahan terhadap obat antihipertesi lainnya.

f) Antagonis Kalsium

Menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan

mekanisme yang benar-benar berbeda. Sangat efektif

diberikan kepada orang kulit hitam, lanjut usia, nyeri

dada, sakit kepala (migren).

b. Penatalaksanaan Non Farmakologis

Pengobatan secara nonfarmokologi atau lebih dikenal dengan

pengobatan tanpa obat-obatan, pada dasarnya merupakan tindakan

yang bersifat pribadi atau perseorangan. Pada pengobatan hipertensi

tanpa obat-obatan lebih menekankan pada perubahan pola makan

dan gaya hidup. Berikut pengobatan nonfarmakologi menurut

(Triyanto, 2014):

a) Mengurangi Konsumsi Garam

Garam dapur mengadung 40% natrium.oleh karena

itu, tindakan mengurangi garam juga merupakan

usaha mencegah sedikit natrium yang masuk kedalam

tubuh. Mengurangi konsumsi garam pada awalnya

memang tarasa sulit. Keadaan ini terjadi karena

individu terbiasa dengan makanan berasa asin selama


puluhan tahun. Tentu memerlukan usaha yang keras

untuk mengurangi garam.

b) Mengendalikan Minum (Kopi Dan Alkohol)

Kopi tidak baik di konsumsi bagi individu dengan

hipertensi karena, senyawa kafein dalam kopi dapat

memicu meningkatnya 25 denyut jantung yang

berdampak pada peningkatan tekanan darah.

Minuman beralkohol dapat menyebabkan hipertensi

karena, bila di konsumsi dalam jumlah yang

berlebihan akan meningkatkan tekanan darah. Pada

dasarnya pada penderita hipertensi perlu

meninggalkan minuman beralkohol.

c) Mengendalikan Berat Badan

Mengendalikan berat badan dapat dilakukan dengan

berbagai cara. Misalnya mengurangi porsi makanan

yang masuk kedalam tubuh atau mengimbangi

dengan melakukan banyak aktivitas, penurunan 1kg

berat badan dapat menyebabkan tekanan darah turun

1 mmHg.

d) Berolah Raga Teratur

Seorang penderita hipertensi bukan dilarang untuk

berolahraga, tetapi dianjurkan olahraga secara teratur.

Bagi penderita hipertensi semua olahgara baik


dilakukan asal tidak menyebabkan kelelahan fisik dan

selain itu olahraga ringan yang dapat sedikit

meningkatkan denyut jantung dan mengeluarkan

keringat.

9. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Hb/Hct : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan

(viskositas) da dapat mengindikasi factor resiko seperti :

hipokoagulabilitas, anemia.

2) BUN / Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi

ginjal.

3) Gukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin (meningkatkan

hipertensi).

4) Kalium serum : hypokalemia dapat mengindikasikan adanya

aldosterone utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi

diuretic

5) Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat

meningkatkan hipertensi.

6) Kolesterol dan trigliserida serum : peningkatan kadar dapat

mengindikasikan pencetus untu/adanya pembentukan plak

ateromatosa (efek kardiovaskuler).


7) Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan

vasokontriksi dan hipertensi.

8) Kadar aldosterone urin dan serum : untuk mengkaji aldosteronisme

primer (penyebab).

9) Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi

ginjal dan atau adanya diabetes.

10) VMA urin (metabolit ketokolamin) : kenaikan dapat

mengindikasikan adanya feokomositoma (penyebab): VMA urin 24

jam dapat digunakan untuk pengkajian feokomositoma bila

hipertensi hilang timbul.

11) Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai factor

risiko terjadinya hipertensi.

12) Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,

feokomositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s, kadar

renin dapat juga meningkat.

13) IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit

parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.

14) Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katub,

deposit pada dan/EKG atau takik aorta: perbesaran jantung.

15) CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati, atau

feokomositoma.
16) EKG : dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,

gangguan konduksi. Catatan : luas, peninggian gelombang P adalah

salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi (Manuntung, 2018).

10. Pencegahan Hipertensi

a. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alcohol

b. Melaukan antisipasi fisik secara teratur atau berolahraga secara

teratur dapat mengurangi ketegangan pikiran (stress) membantu

menurunkan berat badan, dapat membakar lemak yang berlebihan

c. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan

d. Latihan olahraga seperti senam aerobic, jalan cepat, dan bersepeda

paling sedikit 7 kali dalam seminggu.

e. Memperbanyak minum air putih, minum 8-10 gelas/hari.

f. Memeriksakan tekanan darah secara berkala terutama bagi seseorang

yang memiliki riwayat penderita hipertensi.

g. Menjalani gaya hidup yang wajar mempelajari cara yang tepat untuk

mengendalikan stress (Manuntung, 2018).

11. Komplikasi Hipertensi

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan

tekanan tinggi.Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-

arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal,

sehingga aliran darah ke daerah – daerah yang diperdarahinya

berkurang.Arteri – arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat


melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.

Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang

bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu

bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakkan (misalnya wajah, mulut,

atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak

sadarkan diri secara mendadak.

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang

arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau

apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melalui

pembuluh darah tersebut.Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel,

maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan

dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.Demikian juga

hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan – perubahan waktu

hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia

jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan.

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler – kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya

glomerulus, mengakibatkan darah akan mengalir ke unit – unit fungsional

ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan

kematian. Dengan rusaknya membrane glomerous, protein akan keluar

melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang,

menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.


Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa

darah yang kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan

terkumpul di paru, kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan

dalam paru menyebabkan sesak nafas, timbulnya cairan di tungkai

menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema.

Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna

(hipertensi yang cepat).Tekanan yang tinggi pada kelaianan ini

menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke

dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat.Neuron-neuron

disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Manuntung, 2018).


E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian yaitu kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan.

Diagram dalam kerangka konsep harus menunjukkan hubungan antara

variabel-variabel yang akan diteliti (Syapitri, dkk 2021). Dalam penelitian ini

kerangka konsepnya adalah sebagai berikut :

Variabel Perancu
(Counfonding) :
1. Tingkat pendidikan
2. Sosial ekonomi
3. Adat istiadat
4. Kepercayaan masyarakat

Variabel Independen : Variabel Dependen :


Dukungan Keluarga Self Motivasi :

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti

Gambar 2.4 Kerangka konsep Hubungan Dukungan Keluarga dengan Self Motivasi Terapi pada
pasien Hipertensi di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Mitra Medika Bondowoso

Berdasarkan skema 2.4 dukungan keluarga terdiri dari dukungan emosional,

dukungan informasi, dukungan instrument dan dukungan penghargan. Sedangkan

indicator dari Self Motivasi Terapi pada pasien Hipertensi adalah baik dan tidak

baik.
F. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian (Nursalam, 2017).Menurut La Biondo-Wood dan Haber

(2002) hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua

atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam

penelitian. Setelah melalui pembuktian hasil penelitian maka hipotesis ini dapat

benar atau salah, dapat diterima atau ditolak (Notoadmodjo,2010)

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha = ada hubungan antara dukungan keluarga dengan self motivasi terapi pada

pasien Hipertensi

Ho = tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan self motivasi terapi

pada pasien Hipertensi

Anda mungkin juga menyukai