KEPERAWATAN
KELUARGA
B. Diabetes Mellitus
1. Definisi
Riwayat keluarga
Kelompok etnik
Penyakit pancreas
Penyakit
hormonal
3. Manifestasi Klinis
2. Hiperglikemia berat berakibat glukosaria yang akan menjadi dieresis osmotic yang
meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia)
3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan berkurang
5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata gatal, mata kabur,
impotensi, peruritas vulva
1) Klasifikasi
Klasifikasi klinis
a. Diabetes Mellitus
Tipe I : IDDM Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat
proses autoimun
Tipe II : NIDDM Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi
insulin.
c. Diabetes kehamilan
Diabetes tipe I. pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel – sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia
puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa
yang berasal dari makanan dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah
dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan)
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibtanya glukosa tersebut muncul dalam
urin (glukosaria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan ke dalam urin, ekskresi ini
akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
dieresis osmotic. Sebagai akibat dari dari kehilangan cairan berlebihan. Pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia)
Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolism protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukkan glukosa baru dari asam –
asam amino dan substansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi
badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda – tanda dan gejala seperti
nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani
akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin
bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan
metabolic tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan
disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang
penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat 2 masalah utama yang berhubungan insulin
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut.
Terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa di dalam sel. Resistensi insulin
pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita
toleransi glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun demikian, jika sel – sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan
akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun
terjadi
gangguan sekresi insulin yang merupakan cirri khas diabetes mellitus tipe II, namun
masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan
lemak dan
produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetic tidak terjadi
pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom nonketoik (HHNK)
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30
tahun dan obesitas. Akibat intolerasi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun
– tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang laa sembuh, infeksi
vagina/pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi).
6. Data Penunjang
1) Glukosa darah : gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200mg/dl, 2
jam setelah pemberian glukosa
9) Insulin darah : mungkin menurun atau tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi
(tipe II)
10) Urine : gula dan aseton positif
11) Kultur dan sensitivitas : kemungkin adanya ISK, infeksi pernapasan dan infeksi luka
7. Komplikasi
Komplikasi akut
1. Hipoglikemia
3. Ketoasidosis Diabetic
5. Ulkus/gangrene/kaki diabetic
8. Penatalaksanaan
1. Medis Ada lima komponen dalam penatalaksaan Diabetes Mellitus yaitu : Diet
2. Insulin
C. Asuhan Keperawatan
2. Data lingkungan
5. Perkembangan keluarga
Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga
1. Fisik
2. Mental
3. Emosi
4. Sosio
5. Spiritual
Dari pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga di atas maka diagnosa keperawatan keluarga
yang mungkin muncul pada kasus Diabetes Mellitus adalah (Mubarak, 2012) :
Sebelum menentukan diagnoasa keperawatan tentu harus menyusun prioritas masalah dengan
menggunakan proses skoring seperti pada tabel berikut.
Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Balion dan Maglaya, 1978.
Skoring diagnosis keperawatan menurut bailon dan magiaya (1978)
No Kriteria skor Bobot
1 Sifat masalah
Skala :
3
tidak/kurang sehat
2
Ancaman kesehatan 1
Keadaan sejahtera 1
2 Kemugkinan maslah dapat diubah
Skala :
2
Mudah
1
Sebagian 2
0
Tidak dapat
3 Potensial masalah untuk dicegah
Skala :
Tinggi 3
Sebagian 2 1
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah :
Skala :
Masalah berat, harus segera ditangani
2
1
Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani
1
Masalah tidak diraskan
0
Skoring
3. Membuat Perencanaan
Menurut Suprajitno (2004) perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus
yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan criteria dan standar yang mengacu
pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada
criteria dan standar.
Perencanaan yang dapat dilakukan pada Asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes
Melitus ini adalah sebagai berikut (Mubarak, 2012):
a. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah Diabetes Melitus yang terjadi pada
keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit
Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan mengerti tentang
penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit Diabetes Melitus setelah dua kali
kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Diabetes Melitus
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala penyakit
DM, serta pencegahan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus secara lisan.
Intervensi :
Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyakit Diabetes Melitus berhubungan dengan kurangnya pemahaman
keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes Melitus .
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang pengaruh lingkungan
terhadap penyakit DM.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang penyembuhan
dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh lingkungan terhadap
proses penyakit Diabetes Melitus.
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit
Diabetes Melitus .
Intervensi :
3. Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.
2. Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.
1. Menjaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang
tajam.
2. Menggunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
3. Menggunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.
5. Melaksanakan Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang diberikan, tahap penilaian dilakukan untuk melihat
keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil maka perlu disusun rencana baru yang sesuai
(Mubarak, 2012).
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus adalah:
2. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan Diabetes
Mellitus.
3. Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang
menderita Diabetes Mellitus.
4. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang penyembuhan dan
pencegahan.
5. Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk mengatasi
penyakit Diabetes Melitus
DAFTAR PUSTAKA