Anda di halaman 1dari 21

PRAKTIK PROFESI

KEPERAWATAN
KELUARGA

Nama Preceptee : Riska Harmelinda


NPM : 20210940100093

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JAKARTA

Jl. Cempaka Putih Tengah I/1 Jakarta Pusat, Kode Pos


10510 Telp/Faks: 021-42802202
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Setiadi, 2012). Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan
lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara
anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu
di perhitungkan
2. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan
keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang
perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010)
:
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung
antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak
setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan
tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada
disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat Membina hubungan sosial pada anak, Membentuk norma-
norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya
keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan
ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan
untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi
kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu untuk mencegah
gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan
tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
3. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga dibagi menjadi 8 :
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini
antara lain yaitu membina hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina
hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan menjadi
orangtua dan memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi orangtua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis keluarga. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga,
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan tanggung jawab,
bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6
minggu
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai
dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya
d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga seperti membantu sosialisasi
anak terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual, dan menyediakan aktifitas anak
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap remaja, memelihara
komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarganya
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam
mengolah minat sosial, dan waktu santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta
persiapan masa tua
h. Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara
merubah cara hidup, menerima kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta melakukan
life review masa lalu.
4. Tugas keluarga menurut Friedman dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan- perubahan yang dialami oleh anggota
keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga, secara tidak langsung akan
menjadi perhatian keluarga atau orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu
mencatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan
keadaan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan keluarga diharapkan tepat agar masalah
kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi atau diatasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan
dalam mengambil keputusan, maka keluarga dapat meminta bantuan kepada orang lain di lingkungan
tempat tinggalnya.
c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit
Anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlumemperoleh tindakan lanjutan atau
perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi
pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan tindakan untuk
pertolongan pertama
d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi bagi anggota keluarga. Oleh karena
itu kondisi rumah haruslah dapat menjadikan lambang ketenangan, keindahan dan dapat menunjang
derajat kesehatan bagi keluarga.
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat
Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan kesehatan keluarga atau anggota,
keluarga harus dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di sekitarnya. Keluarga dapat
berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga keperawatan untuk memecahkan masalah yang dialami
anggota keluarganya, sehingga keluarga dapat bebas dari segala macam penyakit.
5. Peran Perawat Keluarga
Perawat kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga sebagai unit
pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat, membantu keluarga untuk
menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi
dan tugas perawatan kesehatan keluarga.Menurut Widyanto (2014), peran dan fungsi perawat dalam
keluarga yaitu :
1) Pendidik Kesehatan, mengajarkan secara formal maupun informal kepada keluarga tentang kesehatan
dan penyakit.
2) Pemberi Pelayanan, pemberi asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan melakukan
pengawasan terhadap pelayanan/pembinaan yang diberikan guna meningkatkan kemampuan
merawat bagi keluarga.
3) Advokat Keluarga, mendukung keluarga berkaitan dengan isu-isu keamanan dan akses untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
4) Penemu Kasus (epidiomologist), mendeteksi kemungkinan penyakit yang akan muncul dan
menjalankan peran utama dalam pengamatan dan pengawasan penyakit.
5) Peneliti, mengidentifikasi masalah praktik dan mencari penyelesaian melalui investigasi ilmiah
secara mandiri maupun kolaborasi.
6) Manager dan Koordinator, mengelola dan bekerja sama dengan anggota keluarga, pelayanan
kesehatan dan sosial, serta sektor lain untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan.
7) Fasilitator, menjalankan peran terapeutik untuk membantu mengatasi masalah dan mengidentifikasi
sumber masalah.
8) Konselor, sebagai konsultan bagi keluarga untuk mengidentifikasi dan memfasilitasi keterjangkauan
keluarga/masyarakat terhadap sumber yang diperlukan.
9) Mengubah atau Memodifikasi Lingkungan, memodifikasi lingkungan agar dapat meningkatkan
mobilitas dan menerapkan asuhan secara mandiri.

B. Diabetes Mellitus

1. Definisi

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh


kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada Diabetes Mellitus
kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pancreas dapat
menghentikan sama sekali produksi insulin (Brunner and Suddarth.2001) Diabetes
mellitus adalah gangguan metabolism yang ditandai dengan hiiperglikemia yang
berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat, lemak, dan protein yang
disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau aktivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskuler, dan neuropati.
2. Etiologi

a. Diabetes Mellitus tipe I (IDDM/ Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

 Faktor genetic/ herediter Peningkatakan kerentanan sel – sel beta dan


perkembangan antibody autoimun terhadap penghancuran sel – sel beta.
 Faktor infeksi virus Infeksi virus coxsakie pada individu yang peka secara
genetic
 Faktor imunologi Respon autoimun abnormal yaitu antibody menyerang
jaringan normal yang dianggap jaringan asing
b. Diabetes Mellitus tipe II (NIDDM)

 Obesitas. Obesitas menurukan jumlah reseptor insulin dari sel target


diseluruh tubuh, insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam
meningkatan efek metabolic.
 Usia. Cenderung meningkat diatas usia 65 tahun

 Riwayat keluarga

 Kelompok etnik

c. Diabetes Mellitus Malnutrisi Kekurangan protein kronik menyebabkan


hipofungsi pancreas
d. Diabetes Mellitus tipe lain

 Penyakit pancreas

 Penyakit
hormonal

 Obat – obatan : aloxan, streptozokin, derivate thiazide

3. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis Diabetes Mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi


insulin :
1. Kadar glukosa puasa tidak normal

2. Hiperglikemia berat berakibat glukosaria yang akan menjadi dieresis osmotic yang
meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia)
3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan berkurang

4. Lelah dan mengantuk

5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata gatal, mata kabur,
impotensi, peruritas vulva

1) Klasifikasi

Klasifikasi klinis

a. Diabetes Mellitus

 Tipe I : IDDM Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat
proses autoimun
 Tipe II : NIDDM Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi
insulin.

Resistensi insulin adalah turunya kemampuan insulin untuk merangsang


pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati :

 Tipe II dengan obesitas

 Tipe II tanpa obesitas

b. Gangguan toleransi glukosa

c. Diabetes kehamilan

2) Klasifikasi resiko statistic

1. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa

2. Berpotensi menderita kelainan glukosa


5. Patofisiologi

Diabetes tipe I. pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel – sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia
puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa
yang berasal dari makanan dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah
dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan)
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibtanya glukosa tersebut muncul dalam
urin (glukosaria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan ke dalam urin, ekskresi ini
akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
dieresis osmotic. Sebagai akibat dari dari kehilangan cairan berlebihan. Pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia)

Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolism protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukkan glukosa baru dari asam –
asam amino dan substansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi
badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda – tanda dan gejala seperti
nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani
akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin
bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan
metabolic tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan
disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang
penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat 2 masalah utama yang berhubungan insulin
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut.
Terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa di dalam sel. Resistensi insulin
pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita
toleransi glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun demikian, jika sel – sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan
akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun
terjadi
gangguan sekresi insulin yang merupakan cirri khas diabetes mellitus tipe II, namun
masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan
lemak dan

produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetic tidak terjadi
pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom nonketoik (HHNK)
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30
tahun dan obesitas. Akibat intolerasi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun
– tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang laa sembuh, infeksi
vagina/pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi).

6. Data Penunjang

1) Glukosa darah : gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200mg/dl, 2
jam setelah pemberian glukosa

2) Aseton plasma (keton) positif secara mandiri

3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat

4) Osmolalitas serum : meningkat tapi biasanya < 330 mosm/l

5) Elektrolit : Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan


semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun
6) Gas darah arteri : menunjukkkan pH rendah dan penurunan HCO3

7) Trombosit darah : Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi


merupakan respon terhadap stress atau infeksi
8) Ureum atau kreatinin : mungkin meningkat atau normal

9) Insulin darah : mungkin menurun atau tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi
(tipe II)
10) Urine : gula dan aseton positif

11) Kultur dan sensitivitas : kemungkin adanya ISK, infeksi pernapasan dan infeksi luka
7. Komplikasi

 Komplikasi akut

1. Hipoglikemia

2. Sindrom Hiperglikemia Hiperosmolar non ketotik

3. Ketoasidosis Diabetic

 Komplikasi kronik Umumnya terjadi 10 – 15 tahun setelah awitan :

1. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan


ginjal (nefropati). Control kadar glukosa darah untuk memperlambat atau
menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular
2. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner,
vascular perifer, dan vascular serebral
3. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki
4. Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru dan infeksi saluran kemih

5. Ulkus/gangrene/kaki diabetic
8. Penatalaksanaan

1. Medis Ada lima komponen dalam penatalaksaan Diabetes Mellitus yaitu : Diet

2. Memperbaiki kesehatan umum penderita

3. Mengarahkan pada berat badan normal

4. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic

5. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita

6. Menarik dan mudah diberikan


Prinsip diet Diabetes Mellitus yaitu :
1. Jumlah sesuai kebutuhan

2. Jadwal diit ketat

3. Jenis : boleh dimakan atau tidak


9. Obat

1. Obat OAD (Oral Anti Diabetes)/ obat hipoglikemik oral (OHO)

2. Insulin

C. Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetes Melitus


Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam praktek keperawatan
yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan
proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan (Mc Closkey & Grace, dalam Gusti 2013 : 51).
Asuhan Keperawatan Keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui praktik keperawatan
dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang
dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut
(Suprajitno, 2015):

1. Pengkajian Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar


diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Data yang diperoleh dari pengkajian

Berkaitan dengan keluarga

1. Data demografi dan sosiokultural

2. Data lingkungan

3. Struktur dan fungsi keluarga

4. Stress dan koping keluarga yang digunakan keluarga

5. Perkembangan keluarga
Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga

1. Fisik

2. Mental

3. Emosi

4. Sosio

5. Spiritual
Dari pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga di atas maka diagnosa keperawatan keluarga
yang mungkin muncul pada kasus Diabetes Mellitus adalah (Mubarak, 2012) :

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga


berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang arti, tanda atau gejala
penyakit Diabetes Mellitus.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit
Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat
dan luasnya masalah Diabetes Melitus.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan
perawatan Diabetes Mellitus.
4. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan kurangnya pemahaman
keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes Melitus.
5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan
dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat terhadap
pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga tentang
pentingnya segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit
Diabetes Mellitus.
2. Menentukan Diagnosa Keperawatan

Sebelum menentukan diagnoasa keperawatan tentu harus menyusun prioritas masalah dengan
menggunakan proses skoring seperti pada tabel berikut.
Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Balion dan Maglaya, 1978.
Skoring diagnosis keperawatan menurut bailon dan magiaya (1978)
No Kriteria skor Bobot
1 Sifat masalah
Skala :
3
tidak/kurang sehat
2
Ancaman kesehatan 1
Keadaan sejahtera 1
2 Kemugkinan maslah dapat diubah
Skala :
2
Mudah
1
Sebagian 2
0
Tidak dapat
3 Potensial masalah untuk dicegah
Skala :
Tinggi 3
Sebagian 2 1

Rendah 1

4 Menonjolnya masalah :
Skala :
Masalah berat, harus segera ditangani
2
1
Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani
1
Masalah tidak diraskan
0

Skoring

1. Tentukan skor untuk setiap kriteria

2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria

4. Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

3. Membuat Perencanaan

Menurut Suprajitno (2004) perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus
yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan criteria dan standar yang mengacu
pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada
criteria dan standar.
Perencanaan yang dapat dilakukan pada Asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes
Melitus ini adalah sebagai berikut (Mubarak, 2012):

a. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah Diabetes Melitus yang terjadi pada
keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit
Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan mengerti tentang
penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit Diabetes Melitus setelah dua kali
kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Diabetes Melitus
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala penyakit
DM, serta pencegahan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus secara lisan.
Intervensi :

 Jelaskan arti penyakit Diabetse Melitus.

 Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes Melitus.

 Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit


Diabetes Melitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat
dan luasnya masalah Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat lebih lanjut
dari Penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan
Diabetes Melitus setelah tiga kali kunjungan rumah
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil tindakan yang
tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat DM dan dapat
mengambil keputusan yang tepat.
Intervensi:

 Diskusikan tentang akibat penyakit Diabetes Melitus.

 Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang


menderita Diabetes Melitus.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Melitus
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan
perawatan Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
menderita penyakit Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga
yang menderita Diabetes Melitus setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan perawatan
penyakit Diabetes Melitus.
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang menderita
penyakit Diabetes Melitus secara tepat.
Intervensi:

 Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes Melitus.

 Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyakit Diabetes Melitus berhubungan dengan kurangnya pemahaman
keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes Melitus .
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang pengaruh lingkungan
terhadap penyakit DM.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang penyembuhan
dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh lingkungan terhadap
proses penyakit Diabetes Melitus.
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit
Diabetes Melitus .
Intervensi :

 Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi penyakit


Diabetes Melitus misalnya :
1. Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang
tajam.
2. Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.

3. Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.

 Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan


dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat terhadap
pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga tentang
pentingnya segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit
Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk
mengatasi penyakit Diabetes Melitus setelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus.
Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi :
 Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk
perawatan dan pengobatan Diabetes Melitus.
4. Pelaksanaan Rencana Keperawatan / Implementasi

Menurut Mubarak (2012), tahapan dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk


membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan kearah perilaku hidup sehat.
Implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus,
yaitu :
 Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Diabetes Mellitus
1. Menjelaskan arti penyakit Diabetes Mellitus.

2. Mendiskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes Mellitus.

3. Menanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.


 Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit
Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat
dan luasnya masalah Diabetes Mellitus, yaitu :

1. Mendiskusikan tentang akibat penyakit Diabetes Mellitus.

2. Menanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang


menderita Diabetes Mellitus.

 Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus


berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan
perawatan Diabetes Mellitus, yaitu :

1. Menjelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes Mellitus.

2. Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.

 Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat


mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan kurangnya pemahaman
keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes Mellitus, yaitu :

1. Menjaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang
tajam.
2. Menggunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.

3. Menggunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.

4. Memotivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.

 Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan


dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat terhadap
pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga tentang
pentingnya segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit
Diabetes Mellitus.
1. Menjelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk
perawatan dan pengobatan Diabetes Mellitus.

5. Melaksanakan Evaluasi

Sesuai dengan rencana tindakan yang diberikan, tahap penilaian dilakukan untuk melihat
keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil maka perlu disusun rencana baru yang sesuai
(Mubarak, 2012).
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus adalah:

1. Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Diabetes Mellitus.

2. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan Diabetes
Mellitus.
3. Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang
menderita Diabetes Mellitus.
4. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang penyembuhan dan
pencegahan.
5. Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk mengatasi
penyakit Diabetes Melitus
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai