DI SUSUN OLEH :
VERAWATI TAONA, S. Kep
2020032097
CI Institusi Mahasiswa
I. KONSEP KELUARGA
A. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang
diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota
keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2012).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi,
2012). Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat
dan merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga
sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu
diperhitungkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu
sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun
adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling
ketergantungan.
B. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak
pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah :
a. Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan,
saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
b. Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru.
2. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru
lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada
disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat membina hubungan sosial
pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan
tingkat perkembangan anak, dan menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
3. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,
selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
4. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan
tempat tinggal.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
C. Tipe dan Bentuk Keluarga
1. Nuclear Family. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal
dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah.
2. Extended Family. Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara,
misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
3. Reconstitud Nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah
dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun
hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja diluar
rumah.
4. Middle Age/Aging Couple. Suami sebagai pencari uang. Istri
dirumah/kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan
rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
5. Dyadic Nuclear. Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai
anak. Keduanya/salah satu bekerja dirumah.
6. Single parent. Satu orangtua sebagai akibat perceraian/kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah/diluar rumah.
7. Single adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan menikah.
D. Tahap dan Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan
keluarga dibagi menjadi 8 :
1. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina
hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama,
membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana
memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orangtua dan memahami
prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi
orangtua).
2. Keluarga dengan Anak Pertama < 30 bln (Childbearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga,
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan,
membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post partum
6 minggu.
3. Keluarga dengan Anak Prasekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan
kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang,
proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran
berikutnya.
4. Keluarga dengan Anak Sekolah (6-13tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan
keluarga seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar
rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
5. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah
pengembangan terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka,
mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
6. Keluarga dengan Anak Dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas
dan sumber yang ada dalam keluarganya.
7. Keluarga Usia Pertengahan (Middle Agefamily)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai
lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan
waktu santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta
persiapan masa tua.
8. Keluarga Lanjut Usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti
penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup,
menerima kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta
melakukan life review masa lalu.
E. Diagnosa Yang Sering Muncul
1. Pemeliharaan kesehatan yang tidak efektif b/d ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan.
2. Manajemen kesehatan keluarga yang tidak efektif b/d ketidakmampuan
keluarga memelihara atau memodifikasi lingkungan kesehatan.
3. Koping keluarga tidak efektif b/d ketidakmampuan keluarga mengambil
keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah.
4. Ketidakmampuan keluarga mengenal anggota keluarga yang sakit b/d
kurang pengetahuan.
5. Ketidakefektifan penggunaan fasilitas kesehatan keluarga.
F. Intervensi
1. Pemeliharaan kesehatan yang tidak efektif b/d ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan.
No Intervensi Rasional
B. Etiologi
Infeksi kuman Helicobacter pylori merupakan penyebab gastritis yang
amat penting. Di negara berkembang prevalensi infeksi H. pylori pada orang
dewasa mendekati 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensi infeksi H.
pylori lebih tinggi lagi. Hal ini menunjukkan pentingnya infeksi pada masa
balita. Di Indonesia, prevalensi infeksi kuman H. pylori menunjukkan
tendensi menurun. Di negara maju, prevalensi infeksi kuman H. pylori pada
anak sangat rendah. Diantara orang dewasa infeksi kuman H. pylori lebih
tinggi dari pada anak-anak tetapi lebih rendah dari pada di negara
berkembang, yakni sekitar 30% (Hirlan, 2016).
Penggunaan antibiotik dicurigai mempengaruhi penularan kuman di
komunitas karena mampu mengeradiksi infeksi kuman tersebut, walaupun
presentase keberhasilannya rendah. Pada awal infeksi mukosa lambung akan
menunjukkan respon inflamasi akut. Gastritis akut akibat H. pylori sering
diabaikan sehingga penyakitnya berlanjut menjadi kronik.
Hal yang berpengaruh pada timbulnya gastritis, diantaranya
pengeluaran asam lambung yang berlebihan, Pertahanan dinding lambung
yang lemah, Infeksi H. pylori ketika asam lambung yang dihasilkan lebih
banyak sehingga pertahanan dinding lambung melemah, Gangguan gerakan
saluran Penyebab terjadinya gastritis obat analgetik antiinflamasi, terutama
aspirin, Bahan kimia, misalnya lisol, Merokok, Alkohol, Stres fisis yang
disebabkan luka bakar, sepsis trauma, pembedahan, kerusakan saraf, Refluk
usus – lambung, Endotoksin. cerna, Stress psikologis.
Obat analgetik antiinflamasi terutama aspirin, bahan kimia missal
lisol, merokok, alcohol, sress fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis,
trauma, pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan
syaraf Gastritis sering terjadi akibat diet yang sembrono individu makan
terlalu banyak, terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu
berbumbu/mengandung mikroorganisme. Penyebab lain mencakup dengan
alkohol, aspirin, refluks empedu. Bentuk terberat dari gastritis akut
disebabkan oleh mencerna makanan atau alkali kuat, yang dapat
menyebabkan mukosa menjadi ganggren/perforasi, pembentukan jaringan
parut dapat terjadi. pusat, refluk usus lambung, endotoksin.
C. Patofisiologi
Erosi mukosa lambung adalah penyebab utama perdarahan
gastrointestinal bagian atas. Salisilat dalam tingkat yang lebih kecil obat-obat
anti peradangan bukan steroid dapat merusak sawar mukosa lambung
merangsang difusi balik ion hidrigen dan akhirnya menimbulkan perdarahan.
Kebanyakan lesi terjadi pada pasien dengan kelainan berat, Kerusakan
mukosa barier sehingga difusi balik ion H+ meningkat, Perfusi mukosa
lambung terganggu, Jumlah asam lambung, Faktor ini saling berhubungan,
misalnya stres fisik yang dapat menyebabkan perfusi mukosa lambung
terganggu sehingga timbul infark kecil, disamping itu sekresi asam lambung
juga terpacu ( Inayah, 2014 ).
Aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid merusak mukosa lambung
melalui beberapa mekanisme. Obat-obat ini dapat menghambat aktivitas
siklooksigenase mukosa. Siklooksigenase merupakan enzim yang penting
untuk pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat. Prostaglanding
merupakan salah satu factor defensif mukosa lambung yang amat penting.
Selain menghambat produksi prostaglanding mukosa, aspirin dan obat anti
inflamasi nonsteroid tertentu dapat merusak mukosa secara topikal.
Kerusakan tropikal terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut
bersifat korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa dan juga dapat
menurunkan sekresi bikarbonat mucus oleh lambung, sehingga kemampuan
factor defensive tergaggu.
D. Manifestasi Klinis
Sindrom dyspepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung,
muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula
perdarahan saluran cerna berupa hematemisis dan melena, kemudian disusul
dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan
anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan
kimia tertentu. Pada gastritis kronik kebanyakan pasien tidak mempunyai
keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan
pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.( Mansjoer dkk., 2017 ).
E. Pemeriksaan Diagnostik
Ada beberapa pemeriksaan diagnostik yaitu:
1. Tes untuk infeksi Helicobacter pylori. Contohnya adalah tes darah, tes
sampel tinja, atau uji urea pada pernapasan (urea breath test). Selain
untuk mendeteksi keberadaan bakteri Helicobacter pylori, tes darah juga
dapat mendeteksi jika pasien mengalami anemia. Tes sampel tinja juga
dapat mendeteksi jika pasien menderita gastritis, terutama gastritis erosif
dengan mendeteksi keberadaan darah pada tinja.
2. Gastroskopi, guna melihat adanya tanda-tanda peradangan di dalam
lambung. Pemeriksaan gastroskopi dilakukan dengan cara memasukkan
selang khusus yang sudah dipasangi kamera di ujungnya. Selang
dimasukkan ke dalam lambung melalui mulut, untuk melihat kondisi
lambung. Pemeriksaan ini terkadang dikombinasikan dengan biopsi,
yaitu pengambilan sampel jaringan pada daerah yang dicurigai
mengalami radang, untuk selanjutnya diteliti di laboratorium. Biopsi juga
bisa dilakukan untuk melihat keberadaan bakteri pylori.
3. Pemeriksaan foto Rontgen. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat
kondisi saluran pencernaan bagian atas. Untuk membantu melihat luka
pada saluran pencernaan, terutama lambung, pasien akan diminta untuk
menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum foto Rontgen dilakukan.
F. Penatalaksanaan
Obat-obatan yang mengurangi jumlah asam di lambung dan dapat
mengurangi gejala yang mungkin menyertai gastritis dan meningkatkan
penyembuhan lapisan perut (Anggarini, 2018).
Pengobatan meliputi :
1. Antasida doen yang berisi aluminium, karbonat kalsium dan magnesium,
untuk mengurangi gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam
lambung, tukak lambung, gastritis, dengan gejala mual, nyeri lambung,
nyeri ulu hati dan perasaan penuh pada lambung.
2. Histamine (H2) blocker, seperti ranitidine, untuk pengobatan jangka
pendek tukak lambung, gastritis, tukak usus 12 jari, pengobatan keadaan
hiperekskresi patologis.
3. Inhibitor pompa proton (PPI), seperti omeprazole untuk pengobatan
jangka pendek tukak duodenum, tukak lambung, refluks esophagus,
gastritis.
4. Lanzoprazole, pengobatan jangka pendek tukak lambung, gastritis, tukak
usus.
G. Komplikasi
1. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut:
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan kedaruratan
medis, terkadang perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga
dapat menyebabkan kematian.
b. Ulkus, jika prosesnya hebat
c. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.
2. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan
vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia
pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum
pylorus.
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, dkk, 2016, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2, Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Anggarini, K.D. 2018. Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gastritis Dalam
Pemenuhan Gangguan Nyeri Akut Di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I Gianyar.
Gianyar (ID): Politeknik Kesehatan Denpasar.
Brunner & Suddarth. 2016. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.
Dion,Y & Betan,Y. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Praktik.
Yogyakarta: Nuha Medika
Khanza, N., N. Isnandari., dan O.P. Lestari. 2017. Asuhan Keperawatan Pasien
Gastritis. Klaten (ID): STIKes Muhammadiyah Klaten.
Mansjoer, dkk, 2017, Kapita SelektaKedokteran Edisi Ketiga. FKUI Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.D DENGAN
DIAGNOSA MEDIS GASTRITIS DI
KELURAHAN TONDO
DI SUSUN OLEH :
VERAWATI TAONA, S. Kep
2020032097
CI Institusi Mahasiswa
A. Pengkajian Keluarga
1. Data Umum
Nama KK : Tn. T
Umur : 35 Tahun
Alamat : Tondo
Pekerjaan : Honorer
Pendidikan : SMA
2. Komposisi keluarga
N Nama J Hub Umur Pend IMUNISASI
o K BCG DPT POLIO Campak Hepatitis
B
I II III I II III IV I II III
1 Tn. T L Suami 35 thn S1 √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Ny. J P Istri 31 thn S1 √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 An. D L Anak 08 thn SD √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 An. V P Anak 03 thn - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Genogram
X X
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
X : Meninggal
: Keluarga
3. Tipe Keluarga
a. Tipe keluarga
Keluarga Inti, yang terdiri dari kepala keluarga (suami), istri dan anak.
b. Suku bangsa
Tn. T suku Kaili, sedangkan Ny. J suku Pamona.
c. Agama
Tn. T dan keluarga menganut agama Islam, Tn. T dan keluarga rajin
menjalankan sholat 5 waktu dan mengikuti kegiatan keagamaan.
4. Status sosial ekonomi :
Dalam keluarga yang bekerja untuk mencari nafkah keluarga adalah Tn. T dan
Ny. J dengan pendapatan Rp. 2.000.000 – Rp. 3.000.000 per bulan, dari uang
tersebut dipakai untuk keperluan bulanan seperti membayar biaya air, biaya
listrik dan juga digunakan untuk membiayai sekolah An. D, juga digunakan
untuk biaya makan sehari-hari keluarga.
5. Aktivitas rekreasi keluarga
Tn. T dan keluarga tidak pernah pergi rekreasi keluarga dan hanya
menghabiskan waktu bersama dengan mengobrol sambil menonton televisi.
1
4 3
L7m
2 2
P8m
Keterangan : S
= Pintu
T B
= Jendela
1 = Ruang Tamu
2 = Kamar Tidur
U
3 = Dapur
4 = Kamar mandi/WC
D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Keluarga Tn. T melakukan komunikasi secara terbuka, serta tidak menggunakan
cara kekerasan dalam berkomunikasi, sehingga dapat memberi masukan tentang
suatu hal didalam keluarga.
2. Struktur kekuatan keluarga
Tn. T sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan
dalam keluarga dan dalam mengambil keputusan. Tn. T melibatkan Ny. J
sebagai istri dalam menyelesaikan masalah dalam keluarga.
3. Struktur peran
Tn. T adalah seorang kepala keluarga yang bekerja sebagai honorer untuk
mencari nafka dalam keluarga.
4. Nilai dan norma keluarga
Didalam keluarga Tn. T tidak ada nilai dan norma khusus yang mengikat
anggota keluarga. Sistem nilai yang dianut dipengaruhi oleh adat dan agama.
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Hubungan Tn. T dan istri serta anak-anaknya terjalin dengan baik, anggota
keluarga saling menghormati, memperhatikan, menyayangi dan saling
menyemangati.
2. Fungsi sosial
Lewat interaksi sosial dengan tetangga merupakan cara keluarga untuk
memperkenalkan anggota keluarganya dengan dunia luar.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga Tn. T akan berobat ke Puskesmas apabila sakit ringan seperti batuk, flu
dan demam.
H. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Tn. T Ny. J An. D An. V
Fisik
TTV :
TD 120/80 mmHg 110/70 mmHg - -
Nadi 78 x / menit 76 x / menit 86 x / menit 92 x / menit
Suhu 36,6 0 C 36,4 0 C 36,5 0 C 36, 2 0 C
RR 18 x / menit 20 x / menit 28 x / menit 30 x / menit
BB 67 kg 43 kg 18 kg 12 kg
117 cm 153 cm
Pemeriksaan Tn. T Ny. J An. D An. V
Fisik
TB 160 cm 150 cm
Hidung, mulut Bersih tidak Bersih tidak Bersih tidak Bersih tidak
dan ada sekret, ada sekret, ada sekret, ada sekret,
tenggorokan tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
sianosis, tidak sianosis, tidak sianosis, tidak sianosis, tidak
ada nyeri ada nyeri ada nyeri ada nyeri
tekan tekan tekan tekan
I. Data Fokus
Anggota keluarga yang sakit : Ny. J
J. Analisa Data
DO :
- Ny. J tampak meringis
- Skala nyeri ³
- Sakit ulu hati
- Terdapat obat antasid
- Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
N : 76 x / menit
S : 36,4 0 C
R : 20 x / menit
DS :
2 Ketidakmampuan Resiko
- Ny. J mengatakan selama ini
keluarga ketidakseimbangan
Ny. J jarang sarapan pagi
merawat anggota nutrisi kurang dari
DO :
keluarga yang kebutuhan tubuh
- Sakit ulu hati
sakit
- Terdapat obat antasid
L. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut pada Ny. J berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah
2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
M. Rencana Keperawatan
Nyeri akut pada Ny. J Setelah dilakukan kunjungan 1. Berikan penjelasan pada 1. Keluarga dan Ny. J dapat
berhubungan dengan rumah 3x diharapkan keluarga keluarga dan Ny. J tentang mengetahui tentang penyakit
penyakit Gastritis
ketidakmampuan keluarga mampu mengenal masalah Gastritis, penyebab, tanda
dalam mengenal masalah kesehatan tentang Gastritis dan gejala serta perawatan
dengan kriteria hasil: dan pengobatan penyakit
1. Keluarga dapat menjawab Gastritis
pertanyaan yang diberikan
2. Keluarga dapat membawa 2. Anjurkan pada Ny. J untuk 2. Asupan makanan yang
Ny. J ke pelayanan mengkonsumsi diet makanan sesuai tidak mengakibatkan
Gastritis
kesehatan perburukan kondisi
3. Keluarga mampu merawat
anggota keluarga yang sakit 3. Ajarkan teknik distraksi dan 3. Mengurangi rasa nyeri yang
N. Catatan Perkembangan
P : Lanjutkan intervensi
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
1 Nyeri akut pada Ny. J Sabtu, 11 September 2021 S : -Keluarga dan Ny. J mengatakan sudah
Jam 16.00 Wita paham terhadap apa yang dijelaskan
berhubungan dengan
-Ny. J mengatakan nyeri sudah mulai
ketidakmampuan keluarga 1. Memberikan penjelasan pada keluarga dan Ny. J berkurang, saat nyeri Ny. J melakukan
tentang penyakit Gastritis relaksasi nafas dalam
dalam mengenal masalah
2. Menganjurkan pada Ny. J untuk O : - Makanan yang dikonsumsi Ny. J nasi
mengkonsumsi diet makanan Gastritis lembek, sayur bening, tahu, tempe dan
ikan.
-Ny. J dapat memperagakan teknik
3. Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi relaksasi nafas dalam
kepada Ny. J -Ny. J mengatakan tidurnya tidak teratur
-Tanda – tanda vital
4. Menganjurkan Ny. J untuk jadwal tidur TD : 120/80 mmHg
yang teratur N : 76 x / menit
S : 36,2 0 C
5. Menganjurkan kepada Ny. J untuk R : 18 x / menit
memeriksakan kesehatan secara teratur
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan intervensi
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
1 Nyeri akut pada Ny. J Minggu, 12 September 2021
Jam 19.30 Wita S : -Keluarga dan Ny. J mengatakan sudah
berhubungan dengan paham terhadap apa yang dijelaskan
ketidakmampuan keluarga 1. Memberikan penjelasan pada keluarga dan -Ny. J mengatakan nyeri sudah sudah
Ny. J tentang penyakit Gastritis hilang
dalam mengenal masalah -Ny. J mengatakan apabila nyeri akan
2. Menganjurkan pada Ny. J untuk melakukan relaksasi nafas dalam
mengkonsumsi diet makanan Gastritis O : - Makanan yang dikonsumsi Ny. J nasi
lembek, sayur bening, tahu, tempe dan
3. Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi ikan.
kepada Ny. J -Ny. J mengatakan sudah bisa tidur
dengan baik
4. Menganjurkan Ny. J untuk jadwal tidur -Tanda – tanda vital
yang teratur TD : 110/70 mmHg
N : 78 x / menit
5. Menganjurkan kepada Ny. J untuk S : 36,5 0 C
memeriksakan kesehatan secara teratur R : 18 x / menit
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
A. Pengertian Gastritis
Sakit maag atau gastritis adalah peradangan yang terjadi pada lapisan
lambung atau lapisan dalam kantung nasi.
B. Penyebab Gastritis
1. Pola makan tidak teratur
2. Sering makan makanan yang asam (nanas, kedondong, rujak, dll)
3. Suka makan makanan yang pedas (sambal, cabai, saos, dll)
4. Suka makan makanan yang banyak mengandung gas (kubis/kol, sawi, nangka,
dll)
5. Suka minum kopi
6. Stress
7. Suka minuman beralkohol
8. Kebiasaan merokok
9. Kuman helicobacter pylory
D. Pencegahan Gastritis
1. Makan teratur setiap 2-4 jam
2. Mengurangi makan makanan yang merangsang lambung seperti makanan
pedas, asam, dan bergas.
3. Menyediakan makanan ringan
4. Mengurangi stress dengan mendekatkan diri pada Allah
E. Diet Gastritis
1. Makanan yang baik untuk penderita gastritis alias radang lambung:
a. Makanan berserat tinggi
Konsumsi makanan berserat tinggi seperti biji-bijian, buah-buahan,
sayuran, dan kacang-kacangan. Makanan ini mengandung vitamin dan
mineral yang dapat meredakan peradangan dan mudah dicerna.
b. Makanan rendah lemak
Makanan rendah lemak seperti ikan dan daging tanpa lemak. Lemak sulit
dicerna dan dapat membuat lapisan dinding perut luka.
c. Makanan rendah asam
Konsumsi makanan dengan tingkat keasaman yang rendah. Makanan yang
tinggi asam akan membuat radang semakin parah. Asam lambung juga
dapat meningkat dengan cepat.
d. Probiotik
Makanan yang mengandung probiotik juga baik dikonsumsi penderita
radang lambung. Di kutip dari Health Line, 90 persen Gastritis disebabkan
oleh bakteri Helicobacter pylori. Probiotik dapat melawan bakteri tersebut.
2. Makanan yang harus dihindari penderita Gastritis
a. Alkohol
b. Kopi
c. Makanan asam
d. Makanan berlemak
e. Makanan yang digoreng
f. Minuman berkarbonasi
g. Makanan pedas
F. Komplikasi
Komplikasi Gastritis adalah :
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis.
Kadang-kadang perdarahannya cukup banyak sehingga dapat menyebabkan
kematian.
2. Terjadinya ulkus, kalau prosesnya hebat.
3. Jarang terjadi perforasi.
Gejala Dan Tanda : Cara Mengatasi Gastritis :
1. Makan teratur setiap 2-4 jam
1. Nyeri ulu hati
2. Mengurangi makan makanan
2. Mual
yang merangsang lambung
3. Muntah
seperti makanan pedas, asam,
4. Sakit kepala
dan bergas.
5. Cekungan
3. Menyediakan makanan ringan
4. Mengurangi stress dengan
mendekatkan diri pada Allah
Perawatan :
1. Makan sedikit-sedikit tapi sering
2. Hindari makanan yang
merangsang lambung seperti
asam,pedas,dan yang bergas
(kol)
3. Kurangi stress
4. Istirahat
5. Minum obat
GASTRITIS
(MAAG)
Makanan Yang Perlu Cara perawatan gastritis (maag)
Dikurangi
. Dengan obat tradisional dirumah