Anda di halaman 1dari 25

Tugas Individu

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH


DIABETES MELLITUS

OLEH :
RENSI TODING

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
2021
BAB I
KONSEP TEORI
A. Konsep Keluarga
1. Definisi
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Friedman, 2010).
2. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar
kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling
mendukung dan saling menghargai antara anggota keluarga.
b. Fungsi sosial
Fungsi sosial adalah fungsi yang mengembangkan proses
interaksi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan
keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.
c. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan
kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarganya yaitu : sandang, pangan, dan
papan.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk
mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga
yang mengalami masalah kesehatan.
3. Tipe Keluarga
Menurut Friedman (1986) yang dikutip oleh Zaidin Ali (2010)
membagi tipe keluarga tradisional menjadi 8 tipe keluarga yaitu :
a. Nuclear family (keluarga inti)
Terdiri dari orangtua dan anak yang masih menjadi
tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak
keluarga lainnya.
b. Extended family (keluarga besar)
Satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang
tinggal salam satu rumah dan saling menunjang satu sama lain.
c. Single parent family
Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan
hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung kepadanya.
d. Nuclear dyed
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak,
tinggal dalam satu rumah yang sama.
e. Blanded family
Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan yang
masing- masing pernah menikah dan membawa anak dari hasil
perkawinan mereka sebelumnya.
f. Three generation family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek,
bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.
g. Single adult living alone
Bentuk keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa yang hidup
dalam rumahnya.
h. Middle age atau elderly couple
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya.
4. Struktur Keluarga
a. Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam
keluarga sendiri dan peranya dilingkungan masyarakat atau peran
formal dan informal.
b. Nilai atau normakeluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini
oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
c. Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu
(orang tua), orangtua dengan anak, anak dengan anak dan anggota
keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
d. Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk
mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah prilaku
keluarga yang mendukung keluarga
5. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga Dan Tugas Perkembangan
Keluarga
a. Keluarga pemula (begginning family)
Keluarga yang baru menikah, keluarga baru, dan perpindahan
dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim.
Tugas perkembangannya adalah membangun sebuah perkawinan yang
saling memuaskan, menghubungkan ikatan persaudaraan yang
harmonis, dan keluarga berencana.
b. Keluarga yang sedang mengasuh anak (child bearing)
Tahap ini dimulai dengan kelahir anak pertama hingga bayi
berusia 30 bulan. Tugas perkembangannya adalah membentuk keluarga
muda sebagai unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru kedalam
sebuah keluarga), merekonsiliasi tugas perkembangan yang
bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga, mempertahankan
hubungan perkawainan yang memuaskan, dan memperluas
persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran
orangtua dan kakek, nenek.
c. Keluarga dengan anak usia prasekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 2½ tahun dan
berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Tugas perkembangannya yaitu
memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti (rumah, ruang bermain,
privasi, keamanaan), mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak
yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lain, serta
mempertahankan hubungan yang sehat dengan keluarga (hubungan
perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan diluar keluarga
(keluarga besar dan komunitas)
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak berusia 6 tahun (mulai masuk
sekolah dasar), dan berakhir pada usia 13 tahun (awal dari usia remaja).
Tugas perkembangannya adalah mensosialisasikan anak-anak,
(meningkatkan prestasi sekolah, mengambangkan hubungan dengan
teman sebaya yang sehat), mempertahankan hubungan pernikahanyang
memuaskan dan memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
e. Keluarga dengan anak remaja
Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 13 tahun hingga
berusia 19 atau 20 tahun. Tugas perkembangannya adalah
mengembangkan kebebasan bertanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan semakin mandiri. Memfokuskan kembali hubungan
pernikahan, berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dengan anak.
f. Keluarga melepaskan anak usia dewasa muda
Fase ini ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah
orangtua dan berakhir dengan “rumah kosong” ketika anak
meninggalkan rumah. Tugas perkembangannya adalah memperluas
siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru yang didapat
melalui pernikahan anak-anak, melanjutkan / memperbaharui
keharmonisan pernikahan dan menyesuaikan kembali hubungan
pernikahan dan, membantu orangtua lanjut usia dan cenderung sakit-
sakitan dalam kehidupan dan kesehatannya.
g. Orangtua usia pertengahan
Tahap ini dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan orangtua.
(Tahap ini dimulai biasanya ketika orangtua memasuki usia 45-55 tahun
dan berakhir pada saat salah seorang pasangan pensiun biasanya 16-18
tahun kemudian). Tugas perkembangannya adalah menciptakan
lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan
harmonis dan penuh arti dengan para orangtua lansia dan anak-anak,
serta memperkokoh hubungan perhikahan.
h. Keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Tahap ini dimulai ketika salah satu / pasangan suami istri
memasuki masa pensiun, sampai dengan salah satu pasangan meninggal
dunia. Tugas perkembangannya adalah mempertahankan pengaturan
kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan diri terhadap pendapatan
yang menurun, mempertahankan hubungan pernikahan, menyesuaikan
diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga
antar generasi, meneruskan upaya memahami eksistensi mereka /
penelaahan dan integrasi hidup.
B. Konsep Diabetes Mellitus
1. Definisi
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara
genetic dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat. Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan
heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemi.
2. Etiologi
a. Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM )
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh
penghancuran sel-sel beta pancreas disebabkan oleh :
1) Faktor genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi
mewarisi suatu predisposisi / kecenderungan genetic ke arah
terjadinya DM tipe 1.
2) Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan destruksi sel beta.
b. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM )
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II belum diketahui. Faktor
genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Selain itu terdapat faktor-faktor resiko tertentu yang
berhubungan yaitu :
1) Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun
2) Obesitas
3) Riwayat Keluarga.
3. Klasifikasi
a. Diabetes mellitus
1) DM tipe 1 (tergantung insulin)
2) DM tipe 2 (tidak tergantung insulin)
a) Gemuk
b) Tidak gemuk
b. DM tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu
1) Penyakit pancreas
2) Hormonal
3) Obat atau bahan kimia
4) Kelainan reseptor
c. Toleransi glukosa terganggu
d. Diabetes Gestasional
4. Manifestasi Klinis
a. Ketoasidosis atau serangan diam- diam pada tipe 1
b. Yang Paling sering terjadi adalah keletihan akibat defisiensi energi dan
keadaan katabolis
c. Kadang kadang tidak ada gejala (pada diabetes tipe 2
d. Dieuretik ostomotik yan disertai poliuria, dehidrasi, polidipsia, selaput
lendir, dan kekencangan kulit buruk
e. Pada Ketoasidosi dan keadaan non-ketotik hipermosmolar
hiperglikemik, dehidrasi berpotensi menyebabkan hipovolemia dan syok
f. Jika diabetes tipe 1 tidak dikontrol, pasien mengalami penurunan berat
badan dan selalu lapar, padahal ia sudah makan sangat banyak.
Gejala klasik :
a. Poliuri
b. Polidipsi
c. Polifagi
d. Penurunan Berat Badan
e. Lemah
f. Kesemutan, rasa baal
g. Bisul / luka yang lama tidak sembuh
h. Keluhan impotensi pada laki-laki
i. Infeksi saluran kemih
5. Patofisiologi
Pada DM tipe 1 terdapat ketidak mampuan menghasikan insulin
karena sel-sel beta telah dihancurkan oleh proses autoimun. Akibat produksi
glukosa tidak terukur oleh hati, maka terjadi hiperglikemia. Jika konsentrasi
klokosa dalam darah tinggi, ginjal tidak dapat menyerap semua glukosa,
akibatnya glukosa muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa
berlebihan diekskresikan dalam urine disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit (diuresis osmotik). Akibat kehilangan cairan berlebihan, pasien
akan mengalami peningkatan berkemih (poliuri) dan rasa haus (polidipsi).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan . pasien juga mengalami peningkatan
selera makan (polifagi) akibat penurunan simpanan kalori.gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan.
Pada DM tipe 2 terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan
insulin yaitu resistensi insulin dan ganguan sekresi insulin. Resistensi
insulin ini disertai dengan penurunan reaksi intra sel sehingga insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Pada gangguan sekresi insulin berlebihan, kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel
beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin maka kadar
glukosa darah meningkat. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat dan progresif maka awitan DM tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi.
Gejala yang dialami sering bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas,
poliuri, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi vagina atau
pandangan yang kabur ( jika kadar glukosanya sangat tinggi)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan kadar serum glukosa
1) Gula darah puasa : glukosa lebih dari 120 mg/dl pada 2x tes
2) Gula darah 2 jam pp : 200 mg / dl
3) Gula darah sewaktu : lebih dari 200 mg / dl
b. Tes toleransi glukosa
Nilai darah diagnostik : kurang dari 140 mg/dl dan hasil 2 jam
serta satu nilai lain lebih dari 200 mg/ dlsetelah beban glukosa 75 gr
c. HbA1C
> 8% mengindikasikan DM yang tidak terkontrol
d. Pemeriksaan kadar glukosa urin
Pemeriksaan reduksi urin dengan cara Benedic atau
menggunakan enzim glukosa . Pemeriksaan reduksi urin positif jika
didapatkan glukosa dalam urin.
7. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktifitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadi komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapetik pada setiap tipe DM adalah
mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktifitas pasien.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu diet, latihan,
pemantauan, terapi dan pendidikan kesehatan.
a. Penatalaksanaan diet
Prinsip umum : diet dan pengndalian berat badan merupakan
dasar dari penatalaksanaan DM. Tujuan penatalaksanaan nutrisi :
1) Memberikan semua unsur makanan esensial missal vitamin, mineral
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
3) Memenuhi kebutuhan energi
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap haridengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-
cara yang aman dan praktis.
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
b. Latihan fisik
Latihan penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat
menurunkan kadar glikosa darah dan mengurangi factor resiko
kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki
pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki
dengan olahraga.
c. Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan
pencegahan hipoglikemi serta hiperglikemia.
d. Terapi
1) Insulin
Dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah
2) Obat oral anti diabetik
3) Sulfonaria
a) Asetoheksamid ( 250 mg, 500 mg )
b) Clorpopamid(100 mg, 250 mg )
c) Glipizid ( 5 mg, 10 mg )
d) Glyburid ( 1,25 mg ; 2,5 mg ; 5 mg )
e) Totazamid ( 100 mg ; 250 mg; 500 mg )
f) Tolbutamid (250 mg, 500 mg )
4) Biguanid
Metformin 500 mg
e. Pendidikan kesehatan
Informasi yang harus diajarkan pada pasien antara lain :
1) Patofisiologi DM sederhana, cara terapi termasuk efek samping
obat, pengenalan dan pencegahan hipoglikemi / hiperglikemi
2) Tindakan preventif (perawatan kaki, perawatan mata, hygiene
umum)
3) Meningkatkan kepatuhan progranm diet dan obat
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data umum
a. Yang perlu dikaji pada data umum antara lain nama kepala keluarga dan
anggota keluarga, alamat, jenis kelamin, umur, pekerjaan dan
pendidikan. Pada pengkajian pendidikan diketahui bahwa pendidikan
berpengaruh pada kemampuan dalam mengatur pola makan dan
kemampuan pasien dalam pengelolaan serta perawatan diabetes
mellitus. Umur juga dikaji karena faktor usia berpengaruh terhadap
terjadinya diabates mellitus dan usia dewasa tua ( >40 tahun ) adalah
resiko tinggi diabetes mellitus (Harmoko, 2015).
b. Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui adanya faktor genetik
atau faktor keturunan untuk timbulnya diabetes mellitus pada pasien.
c. Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai tipe / jenis keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi pada keluarga tersebut. Biasanya dapar
terjadi pada bentuk keluarga apapun.
d. Suku
Mengakaji asal usul suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa dan kebiasaan adat penderita tersebut terkait
dengan penyakit diabetes melitus.
e. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat mempengaruhi terjadinya diabetes melitus.
f. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik
dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga.
g. Aktifitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga dapat dilihat dari kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, kegiatan
menonton televisi serta mendengarkan radio.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga ini. Biasanya diabetes mellitus sering terjadi pada laki-laki atau
perempuan yang berusia > 40 tahun.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3. Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian keluarga terhadap pencegaha penyakit termasuk status imunisasi,
sumber pelayanan kesehatan yang bias digunakan keluarga dan pengalaman
terhadap pelayanan kesehatan.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami
dan istri untuk mengetahui kemungkinan jika diabetes melitus yang terjadi
pada pasien merupakan faktor keturunan.
5. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah,
tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,
peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank
dengan sumber air minum yang digunakan serta denah rumah
(Friedman, 2015).
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan /
kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi
kesehatan penderita diabetes melitus.
c. Mobilitas geografis keluraga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat
kebiasaan keluarga berpindah tempat tinggal.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dalam masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat.
e. Sistem Pendukung Keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasiltas yang
dimilki keluarga untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik,
fasilitas psikologis atau pendukung dari anggota keluarga dan fasilitas
social atau dukungan dari masyarakat setempat terhadap pasien dengan
diabetes melitus.
6. Struktur Keluarga
Menjelaskan mengenai pola komunikasi antar keluarga, struktur
kekuatan keluarga yang berisi kemampuan keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk merubah prilaku, struktur peran yang
menjelaskan peran formal dan informal dari masing-masing anggota
keluarga serta nilai dan norma budaya yang menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan penyakit
diabetes mellitus.
7. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga
lainnya dan seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling mendukung,
hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa empati, perhatian
terhadap perasaan (Friedman, 2015).
b. Fungsi Sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya,
penghargaan, hukuman dan perilaku serta memberi dan menerima cinta
(Friedman, 2015).
c. Fungsi Perawatan Keluarga
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit. Sejauh
mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan
keluarga didalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas pokok keluarga, yaitu :
1) Mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
sejauh mana keluarga mengetahui pengertian, faktor penyebab,
tanda dan gejala serta yang mempengaruhi keluarga terhadap
masalah.
2) Mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yang tepat. Tugas ini merupakan upaya keluarga
yang utama untuk mencari pertolongan yang sesuai dan tepat untuk
keluarga dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan dan menentukan tindakan
dalam keluarga.
3) Mengetahui sejauh mana keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang menderita diabetes mellitus, bagaimana keadaan
penyakitnya dan cara merawat anggota keluarga yang sakit diabetes
mellitus.
4) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara
lingkungan rumah yang sehat. Bagaiman keluarga mengetahui
keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan kemampuan
keluarga untuk memodifikasi lingkungan akan dapat mencegahan
timbulnya komplikasi dari diabetes mellitus.
5) Mengatuhi sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan yang mana akan mendukung terhadap kesehatan
seseorang. Keluarga mengetahui ke fasilitas kesehatan mana
anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus dibawa untuk
melakukan pengontrolan rutin kadar gula darah untuk mencegah
terjadinya komplikasi.
d. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga
adalah berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan
jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga.
e. Fungsi ekonomi
Menjelaskan sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan serta sejauh mana keluarga memanfaatkan
sumber yang ada dimasyarakat dalam upaya peningkatan status
kesehatan keluarga.
8. Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek
Stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu kurang dari enam bulan.
b. Stressor jangka panjang
Stressor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu lebih dari enam bulan.
c. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Stressor dikaji sejauhmana keluarga berespon terhadap stressor.
d. Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menhadapi
permasalahan / stress.
e. Strategi adaptasi disfungsional
Menjelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan / stress.
9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang di gunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan
fisik klinik head to toe, untuk pemeriksaan fisik untuk diabetes mellitus
adalah sebagai berikut :
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan, berat badan dan tanda - tanda vital. Biasanya pada penderita
diabetes didapatkan berat badan yang diatas normal / obesitas.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada pembesaran
pada leher, kondisi mata, hidung, mulut dan apakah ada kelainan pada
pendengaran. Biasanya pada penderita diabetes mellitus ditemui
penglihatan yang kabur / ganda serta diplopia dan lensa mata yang
keruh, telinga kadang-kadang berdenging, lidah sering terasa tebal,
ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah.
c. Sistem Integumen
Biasanya pada penderita diabetes mellitus akan ditemui turgor
kulit menurun, kulit menjadi kering dan gatal. Jika ada luka atau maka
warna sekitar luka akan memerah dan menjadi warna kehitaman jika
sudah kering. Pada luka yang susah kering biasanya akan menjadi
ganggren.
d. Sistem Pernafasan
Dikaji adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Biasanya
pada penderita diabetes mellitus mudah terjadi infeksi pada sistem
pernafasan.
e. Sistem Kardiovaskuler
Pada penderita diabetes mellitus biasanya akan ditemui perfusi
jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi /
bradikardi, hipertensi / hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem Gastrointestinal
Pada penderita diabetes mellitus akan terjadi polifagi, polidipsi,
mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan,
peningkatan lingkar abdomen dan obesitas.
g. Sistem Perkemihan
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya
poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h. Sistem Muskuluskletal
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya
penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem Neurologis
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya
penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi dan rasa kesemutan pada tangan atau
kaki.
B. Diagnosa
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang sering muncul pada keluarga
dengan diabetes mellitus yaitu (NANDA, 2015) :
1. Resiko ketidakstabilan gula darah
2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri
3. Gangguan rasa nyaman
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Resiko komplikasi
6. Defisit pengetahuan
7. Resiko syok hipovolemik
8. Resiko kerusakan integritas kulit
9. Resiko cidera
Setelah dilakukan skoring menggunakan skala prioritas, maka didapatkan
diangnosa keperawatan keluarga berdasarkan NANDA (2015) dengan etiologi
menurut Friedman (2010), sebagai berikut :
1. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anngota keluarga yang sakit.
3. Resiko komplikasi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anngota keluarga yang sakit
C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1 Resiko Setelah dilakukan 1. Gali pengetahuan
ketidakstabilan kunjungan 1 x 50 menit keluarga tentang
kadar glukosa keluarga mampu pengertian diabetes
mengenal masalah
darah mellitus
diabetes mellitus.
berhubungan Kriteria hasil : 2. Diskusikan dengan
dengan 1. Keluarga mampu keluarga tentang
ketidakmampuan menyebutkan pengertian diabetes
keluarga dalam defenisi diabetes mellitus dengan
merawat anggota mellitus dengan menggunakan lembar
keluarga yang bahasa sendiri. balik dan leaflet
sakit. 2. Keluarga mampu 3. Beri kesempatan
menyebutkan 6 dari keluarga untuk
8 penyebab dari bertanya
diabetes mellitus. 4. Kaji keputusan yang
diambil oleh keluarga
5. Bimbing dan motivasi
keluarga untuk
mengambil keputusan
dalam menangani
masalah diabetes
mellitus
6. Evaluasi kembali
tentang keputusan yang
telah dibuat
7. Beri pujian atas
keputusan yang diambil
keluarga untuk
mengatasi masalah
diabetes mellitus pada
2 Nutrisi kurang Setelah dilakukan 1. Gali pengetahuan
dari kebutuhan kunjungan 1 x 50 menit keluarga tentang
tubuh keluarga mampu pengertian diit diabetes
berhubungan mengenal dan mellitus
dengan memahami diit pada 2. Diskusikan dengan
ketidakmampuan pasien diabetes mellitus keluarga tentang
keluarga dalam Kriteria hasil : pengertian diit diabetes
merawat anngota 1. Keluarga mampu mellitus dengan
keluarga yang menyebutkan menggunakan lembar
sakit defenisi diit pada balik dan leaflet
diabetes mellitus 3. Beri kesempatan
dengan bahasa keluarga untuk
sendiri. bertanya
2. Keluarga mampu 4. Berikan reinforcement
menyebutkan 4 dari positif
5 tujuan diit pada
diabetes mellitus
dengan bahasa
sendiri.
3 Resiko Setelah dilakukan 1. Gali pengetahuan
komplikasi kunjungan 1 x 50 menit keluarga tentang
berhubungan keluarga mampu pengertian komplikasi
dengan mengenal dan diabetes mellitus
ketidakmampuan memahami pencegahan 2. Diskusikan dengan
keluarga dalam komplikasi diabetes keluarga tentang
merawat anngota mellitus komplikasi diabetes
keluarga yang Kriteris hasil : mellitus dengan
sakit 1. Keluarga mampu menggunakan lembar
menyebutkan balik dan leaflet
defenisi komplikasi 3. Beri kesempatan
diabetes mellitus keluarga
dengan bahasa untuk bertanya
sendiri. 4. Diskusikan dengan
2. Keluarga mampu keluarga tentang
menyebutkan 2 dari macam-macam
3 cara pencegahan komplikasi diabetes
dan pengendalian mellitus dengan
komplikasi diabetes menggunakan lembar
balik dan leaflet
5. Berikan reinforcement
positif
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA). 2017. Standards Of Medical Care In


Diabetes. American Diabetes Association Journal Diakses : 22 Maret 2017

Friedman, Marilyn M. 2015. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Nurarif, 2015. Aplikasi Nanda Nic Noc Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Jilid III. Yogyakarta : MediAction Publishing.

Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes.
4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 2000

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical – surgical
nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli
diterbitkan tahun 1996)
ANALISIS JURNAL
1. Analisis Jurnal :
a. Apa topik yang diteliti dalam jurnal tersebut ?
Topik yang diteliti dalam jurnal tersebut adalah Efektivitas Kombinasi
Senam Kaki Diabetes Melitus Dan Pijat Kaki Terhadap Nilai Ankle Brachial
Index (Abi) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
b. Apa tujuan dari penelitian tersebut ?
Tujuan dari penelitian tersebut adalah Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektifitas kombinasi senam kaki DM dan pijat kaki terhadap
nilai Ankle Brachial Index (ABI) pada pasien diabetes melitus tipe 2 di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang.
c. Kapan penelitian dilaksanakan ?
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2016
d. Dimana penelitian dilaksanakan ?
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
e. Siapa yang melaksanakan penelitian ?
Yang melaksanakan penelitian ini adalah Sunarti, Resti Anggraeni
f. Siapa subjek dari penelitian ?
Subjek dari penelitian adalah pasien diabetes mellitus
g. Mengapa penelitian itu dilaksanakan ?
Penelitian tersebut dilaksanakan karena pada penderita diabetes mellitus
salah satu komplikasi yang dialami adalah nefropati yang bisa menyebabkan
ulkus pada tungkai bawah dan salah satu terapi komplementer untuk
mencegah terjadinya ulkus adalah senam kaki DM dan pijat kaki karena
bermanfaat memperbaiki dan meningkatkan sirkulasi darah pada kaki.
h. Bagaimana metode penelitian dari penelitian tersebut ?
Metode penelitian adalah penelitian ini menggunakan pre-eksperimental
designs, rancangan onegrouppretest-posttest
i. Bagaimana hasil dari penelitian tersebut ?
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kombinasi senam kaki
diabetes melitus dan pijat kaki efektif terhadap nilai Ankle Brachial Index
(ABI) pada pasien diabetes melitus tipe 2, Kefektifan ini dibuktikan pada
hasil penelitian dengan nilai rata-rata ABI sebelum intervensi sebesar 0,84
dimana kaki mengalami kondisi iskemik dan nilai ABI sesudah intervensi
rata-rata adalah 0,96 yang artinya terjadi peningkatan nilai ABI menjadi
normal dengan nilai selisih rata-rata nilai sebelum dan sesudah intervensi
sebesar 0,12.
2. Identitas Jurnal :
a. Nama jurnal : Jurnal Ilmiah Permas
b. Volume jurnal : 8
c. Nomor jurnal : 1
d. Halaman jurnal: 1 - 5
e. Tahun penerbit : 2018
f. Judul jurnal : Efektivitas Kombinasi Senam Kaki Diabetes Melitus Dan
Pijat Kaki Terhadap Nilai Ankle Brachial Index (Abi) Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2
g. Nama penerbit : Sunarti, Resti Anggraeni

Anda mungkin juga menyukai