Disusun Oleh :
NI KADEK AYU TRISNA MEILINDA 2001022
I. Konsep Keluarga
A. Pengertian Keluarga
B. Struktur Keluarga
1. Patrilineal
3. Matrilokal
4. Patrilokal
5. Keluarga kawinan
1. Terorganisasi
1. Keluarga tradisional
a. Keluarga inti : keluarga yang terdiri atas ayah ibu dan anak
b. Pasangan inti : keluarga yang terdiri atas suami dan istri saja
2. Keluarga non-tradisional
E. Tahap Perkembangan
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun :
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya
tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada
anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a) Mempertahankan kesehatan
Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit dimana kadar gula di dalam
darah meningkat tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan insulin secara
adekuat (Nabyl R.A, 2012).
a) Faktor genetic
b) Faktor imunologi
c) Faktor lingkungan
a) Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun,
tetapi pada usia remaja pun diabetes mellitus dapat terjadi juga
pada umur 11 sampai 13 tahun karena sejak awal pankreas tidak
menghasilkan insulin.
b) Obesitas
C. Patofisiologi
Menurut (Corwin, EJ. 2009), Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu
terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena selsel beta
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa
terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping
itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan
di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan
dan elektrolit yang berlebihan.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.Untuk mengatasi
resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,
harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel
beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun
terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II,
namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes
tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).Diabetes tipe II paling
sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan
obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama
bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan
tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering
bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria,
polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau
pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).
Gejala yang ditemukan pada tahap awal menurut Price dan Wilson, (2010)
adalah :
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
klien mengeluh banyak kencing.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh
yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar,
maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di
tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien
dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.
e. Mata kabur
E. Pemeriksaan Penunjang
3) Tes Laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes
pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.
4) Tes saring
a. GDS
5) Tes Diagnostik
a. Mikroalbuminuria urine
F. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
3) Terapi Kombinasi
b. Non Farmakologi
1) Edukasi
4. Setelah umur 40 tahun, periksa kadar gula urine anda setiap tahun,
terutama bagi anda dengan riwayat keluarga diabetes mellitus.
PATWAY
DM TIPE I DM TIPE II
Defisiensi insulin
Pembatasan diit
Resiko Nutrisi
Pelepasan O2 Poliuri Deficit Kurang
Volume
Cairan
Hipoksia perifer Perfusi
Jaringan
Perifer
Nyeri
tidak
efektif
Diuresis osmotik
Poliphagi
Polidipsi
Poliurea Ketidastabilan
kadar glukosa
1. Konsep keperawatan
1. Pengkajian
individu, oleh karena itu pengkajian yang lengkap, akurat dan jelas yang
dan menghindari masalah yang mungkin terjadi (Yeni & Ukur, 2019).
a. Pengumpulan data
1) Data umum
kepala keluarga.
keluarga
: Laki-laki
: Perempuan
: Ikatan pernikahan
: Tn. X/ Klien
: Sudah meninggal
: Cerai
: keturunan
mana.
keluarga.
keluarga.
yang ditemui.
anggota keluarga.
3) Data lingkungan
luas rumah, memiliki dua kamar tidur, satu ruang tamu, satu
4) Struktur keluarga
keluarga.
5) Fungsi keluarga
anggota keluarga.
sosialisasi, keyakinan
pencegahan penyakit.
keluarga.
keluaga.
a) Fungsi reproduksi, berhubungan dengan adanya ibu
pendapatan.
3. Penilaian (scoring)
(Cahyani,2020;Kurniawati,2020)
Skoring :
Angka tertinggi
1) Pemeriksaan Fisik
b. Tanda-Tanda Vital
1) Kepala
2) Mata
3) Telinga
Inspeksi : Daun telinga, liang telinga, membran tympani, adanya
serumen serta pendarahan
4) Hidung
5) Mulut
6) Leher
7) Thorax / Paru
8) Kardiovaskuler
9) Abdomen
Inspeksi : Asites atau tidak
Perkusi : Tympani
10) Kulit
Inspeksi : Warna kulit, turgor kulit, adanya jaringan parut atau lesi
dan CRT.
Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu
daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan
bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau
d’orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil
berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa
pecah.
11) Ekstremitas
Kriteria Hasil :
a. Pusing (5)
b. Lesu (5)
c. Intervensi
Intervensi :
a. Observasi
b. Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
- konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada
dan memburuk
c. Edukasi
d. Kolaborasi
Intervensi:
a. Observasi
b. Terapeutik
c. Edukasi
Brunner & Suddarth. (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC
Mubin, dkk. (2018). Mubin Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam : Diagnosis
Dan Terapi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC