PENDAHULUAN
Pakan ternak terdiri dari konsentrat, jagung giling, dedak padi dan mineral
untuk mempercepat penggemukan babi. Dengan pencapuran pakan ternak
menggunakan cara manual atau tenaga manusia yang kurang efektif. Hal tersebut
diketahui dari hasil pengadukan pakan dalam jumlah yang relatif banyak
memerlukan waktu pengadukan yang relatif lama sehingga pemenuhan kebutuhan
pakan untuk babi dalam jumlah banyak kurang maksimal.
Berangkat dari latar belakang masalah yang ada, maka dapat ditarik
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.4 Tujuan
Adapun tujuan umum dan khusus dari pembuatan rancang bangun alat
pencampur pakan ternak sebagai berikut:
Adapun tujuan umum dari rancang bangun alat pencampur pakan ternak
sebagai berikut:
Adapun tujuan khusus dari pembuatan rancang bangun alat pengaduk pakan
ternak adalah sebagai berikut:
1. Dapat menentukan rancang bangun alat pancampur pakan ternak yang
menghasilkan pencampuran dan pengadukan pakan yang merata
1.5 Manfaat
1. Rancang bangun ini sebagai sarana untuk menerapkan ilmu ilmu yang
diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Bali baik dibidang rancang bangun, mengembangkan
ide-ide dan langsung mengatasi masalah yang ada disekitar kita.
Bahan makanan untuk pakan ternak babi adalah Bahan makanan yang
mengandung sumber protein antara lain: Tepung ikan, Susu skim, Susu skim
makanan sebagai sumber energi antara lain: Jagung, Dedak Padi, Konsentrat.
Penyusunan pakan ternak babi yang terdiri dari konsentrat, jagung giling dan
dedak padi yang diberikan pada ternak induk dimaksudkan untuk menjaga bobot
badan ternak agar tidak terlalu gemuk yang dapat menyebabkan kesukaran dalam
melahirkan.
1. Mudah dan sederhana, mudah dibuat atau komponen yang umum ada di
pasaran.
3. Estetik adalah rasa yang timbul dari seberapa indah atau mempesonanya
suatu objek yang dilihat dan alat tersebut harus estetik bentuk dan
kelihatannya.
4. Tepat guna adalah sebuah teknologi yang ditemukan atau diciptakan dengan
tujuan untuk semakin meningkatkan atau membuat pekerjaan manusia
semakin lancar. Hal ini kemudian bisa meningkatkan nilai ekonomi juga.
Menurut Mott (2004) Elemen-elemen sering dibuat dari salah satu logam
paduan seperti baja, alumunium, besi cor, seng, titanium atau perunggu. Bagian
ini menjelaskan sifat sifat penting dari bahan.
Sifat-sifat kekuatan, elastis dan keuletan logam, plastis dan jenis bahan
lainnya ditentukan dari uji tarik. Besarnya gaya pada patang dan perubahan
panjang dipantau selama pengujian, karena tegangan sebanding dengan gaya yang
bekerja pada batang.
1. Kekerasan (hardness)
2. Kekuatan (strengths)
2.4 Baja
Menurut Davis, Troxell dan Hauck (1998) baja adalah paduan besi (Fe) dan
karbon (C) dengan keberadaan membahas paduan lainnya. Baja yang paling
banyak digunakan sebagai hasil akhir adalah komponen otomotof, trenfomer
listrik dan untuk proses manufaktur lainnya seperti proses pembuatan lembaran
bedsi, proses ekstruksi dan lain-lain. Dasar penggunaan bajasering
berkembangnya industri otomotif dan kebutuhan masyarakat dangan kendaraan,
komponen pemesinan, kemampuan pengerasan sebuah baja memiliki rentangan
yang sangat besar dapat disesuaikan pada sifat mekanik yang sesuai dengan yang
diinginkan dari baja. Pada paduan logam baja karbon rendah yang terdiri dari besi
(Fe) dan tidak karbon (C), Silikon (Si), Mangan (Mn), Fospor (P) dan unsur unsur
lainnya. Diantaranya tujuan terpenting dalam suatu pengembangan materi yaitu
menentukan struktur dan sifat-sifat bahan, agar tahan yang dicapai tertinggi.
Menurut Ir. Oentong (1998) baja karbon dibagi menjadi beberapa jenis, di
antaranya sebagai berikut:
Baja karbon menengah mengandung karbon antara 0,30% s/d 0,60%. Baja
karbon ini digunakan untuk keperluan perkakas bagian mesin. Berdasarkan total
karbon yang ada dalam baja ini maka baja karbon dapat digunakan sebagai
keperluan-keperluan industri.
Baja karbon tinggi adalah baja yang memiliki elemen paduan sebanyak lebih
dari 8% yang termasuk dalam baja paduan tinggi contohnya adalah stainless steel,
baja tahan aus, baja tahan panas, baja perkakas, baja berkekuatan tinggi.
(Ketut Bangsa, 2015), Motor bensin adalah suatu tipe mesin pembakaran
dalam (Internal Combustion Engine) yang dapat mengubah panas dari bahan
bakar menjadi energi mekanik berupa daya poros pada putaran poros engkol.
Energi panas diperoleh dari proses pembakaran bahan bakar dengan udara yang
terjadi pada ruang bakar (Combustion Chamber) dengan bantuan bunga api yang
berasal dari percikan busi untuk menghasilkan gas pembakaran. Berdasarkan
siklus kerjanya motor bensin dibedakan menjadi dua jenis yaitu motor bensin dua
langkah dan motor bensin empat langkah. Motor bensin dua langkah adalah motor
yang memerlukan dua kali langkah torak, satu kali putaran poros engkol untuk
menghasilkan satu kali daya (usaha). Sedangkan motor bensin empat langkah
adalah motor bensin yang memerlukan empat kali langkah torak, dua kali putaran
poros engkol untuk menghasilkan satu kali daya (usaha). Dalam menentukan daya
yang diberikan untuk menggerakan sistem, hal yang perlu diketahui adalah torsi
yang terjadi, maka digunakan rumus sebagai berikut:
T = F. r (2.1)
2. π .n . T
P= (2.2)
60
Dimana:
F = Gaya (N)
r = jari-jari (m)
π=¿ 3,14
2.6 Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Sularso dan Suga (2004). Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama
dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.
1. Poros transmisi
Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur. Daya
ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli, sabuk atau
sprocket rantai.
2. Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas,
dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindle. Syarat yang
dipenuhi poros ini adalah deformasi harus kecil dan bentuk serta ukurannya
harus teliti.
3. Gandar
Poros seperti yang dipasang diantara roda-roda kereta barang, dimana tidak
mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar, disebut
gandar, gandar ini hanya mendapatkan beban lentur, kecuali digerakan oleh
penggerak mula dimana akan mengalami beban putir juga. (Sularso dan
Suga, 2004, p. 1).
Dalam perencanaan poros ada beberapa hal – hal penting yang harus
diperhatikan, menurut Sularso dan Suga (2004) berikut ini adalah hal – hal
penting yang harus diperhatikan dalam perencanaan poros.
a. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban punter atau lentur atau gabungan
antara punter dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan
seperti poros baling – baling kapal atau turbin. Kelelahan, pengaruh konsentrasi
tegangan bila diameter poros diperkecil atau mempunyai alur pasak harus
diperhatikan. Sehingga poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk
menahan beban yang diberikan.
b. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekakuan yang cukup tetapi jika lenturan
puntiran terlalu besar akan menimbulkan suara atau getaran. Karena itu kekakuan
dari poros harus diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan
dilayani oleh poros tersebut.
c. Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikan maka pada harga tertentu akan menimbulkan
getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal ini dapat
terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik dan sebagainya. Jika mungkin poros
harus direncanakan sedemikian rupa hingga dengan putaran kerja di bawah
putaran kritisnya.
d. Korosi
Bahan–bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk poros dan pompa
bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula untuk poros–poros
yang terancam kavitasi dan poros–poros mesin yang sering berhenti lama. Sampai
batas–batas tertentu dapat pula dilakukan perlindungan terhadap korosi.
e. Bahan poros
Poros untuk mesin biasanya terbuat dari baja batang yang ditarik dingin dan
difinis, baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan dari
igot baja yang dioksidasikan dengan ferrosilicon dan di cor, kadar karbonnya
terjamin. Meskipun demikian, bahan ini kelurusannya agak kurang tetap dan dapat
mengalami deformasi karena tegangan yang kurang seimbang misalnya diberi alur
pasak, karena ada tegangan sisa di dalam terasnya. Tetapi penarikan dingin
membuat permukaan poros menjadi keras dan kekuatannya bertambah besar.
√
d S = 3 5.1 xKtxcbxT
ta
(2.5)
Puli berfungsi untuk meneruskan dan merubah putaran bersama sabuk dari
sumber penggerak ke poros atau komponen yang akan digerakan. Puli sabuk
dibuat dari besi cor atau baja. Untuk konstruksi ringan ditetapkan puli dari paduan
aluminium. Puli pada sabuk ada macam – macam jenisnya menurut sabuk yang
digerakan yaitu puli untuk sabuk datar, puli untuk sabuk V kita perlu mengetahui
diameter minimum yang diijinkan dan dianjurkan untuk memperoleh perpindahan
putaran yang lembut dan keausan sabuk pada sisi luar menjadi rata dengan sisi
luar puli (Sularso dan Suga, 2004).
Dimana:
I = Perbandingan reduksi
d p = Diameter puli penggerak (inch)
D p= Diameter puli yang digerakkan (inch)
2.8 V - Belt
Sabuk-V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium.
Tenunan, teteron dan semacamnya digunakan sebagai inti sabuk untuk membawa
tarikan yang besar (Gambar 2.5). Sabuk-V dibelitkan pada alur puli yang
berbentuk V pula. Bagian sabuk yang membelit akan mengalami lengkungan
sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan
bertambah karena pengaruh bentuk baji yang akan menghasilkan transmisi daya
yang besar pada tegangan yang relatif rendah. Hal ini merupakan salah satu
keunggulan dari sabuk-V jika dibandingkan dengan sabuk rata. Dalam Gambar
2.6 diberikan berbagai proporsi penampang sabuk-V yang umum dipakai.
(Sularso dan Suga, 2004, p. 163-164).
Dimana :
L = Panjang keliling sabuk (mm)
C = Jarak antar poros (mm)
dp = Diameter pully penggerak (mm)
Dp = Diameter pully yang digerakkan (mm)
2. Kecepatan sabuk
π . d . n₁
v= (m/ s) (2.9)
60.1000
Dimana:
v = kecepatan sabuk (m/s)
d = diameter puli motor (mm)
n₁ = putaran motor listrik (rpm)
3. Jumlah sabuk yang diperlukan
Pd
N= (2.10)
Po . Kθ
Dimana:
N = jumlah sabuk yang diperlukan
Pd = daya rencana motor (Kw)
Po = kapasitas daya yang ditransmisikan untuk satu sabuk tunggal (kW)
Kθ = faktor koreksi
2.9 Pasak
Pasak merupakan suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan
bagian-bagian mesin seperti roda gigi, sprocket, puli, kopling pada poros. Barulah
momen diteruskan dari poros ke naf atau ke poros.
Dalam pembahasan kali ini hanya diuraikan tetang pasak saja. Pasak pada
umumnya dapat digolongkan atas beberapa macam sebagai berikut :
Pada Gambar 2.9 Menurut letaknya poros dapat dibedakan antara pasak pelana,
pasak rata, pasak benam, dan pasak singgung yang umumnya semuanya
berpenampang persegi empat, dengan arah memanjang dalam bentuk prismatiks
dan bentuk tirus. Pasak benam prismatiks ada yang khusus dipakai sebagai pasak
luncur, selain macam-macam pasak yang ada diatas ada pula pasak tembereng dan
pasak jarum.
Pasak benam biasanya banyak digunakan, karena pasak ini dapat meneruskan
momen besar. Untuk momen dengan tumbukan, dapat dipakai pasak singgung.
(Sularso dan Suga, 2004, p. 23-24)
Gambar 2.6 Macam-macam pasak
Sumber : Sularso dan Suga, 2004, p. 24
Menurut Sularso dan Suga (2004, p. 103) bantalan atas dasar arah beban
terhadap poros terdapat 3 jenis, yaitu:
1. Bantalan Radial
Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu poros.
2. Bantalan Axial
Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros.
3. Bantalan Gelinding Khusus
Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus
sumbu poros.
Ga
mb ar
2.8
Bagian-bagian bantalan
Sumber : Mott, (2009)
Suatu beban sedemikian rupa hingga memberikan umur yang sama dengan
umur yang diberikan oleh beban dan kondisi putaran sebenarnya disebut beban
Eqivalen dinamis. Jika suatu deformasi permanen, eqivalen dengan deformasi
permanen maksimum yang terjadi karena kondisi beban statis yang sebenarnya di
mana elemen gelinding membuat kontak dengan cincin pada tegangan maksimum,
maka beban menimbulkan deformasi tersebut dinamakan eqivalen statis.
Perhitungan yang digunakan dalam perencanaan bantalan yaitu seperti berikut ini.
a. Mencari beban eqivalen
P = (Fr.V.X) + (Fa.Y) (2.11)
Dimana :
P = beban eqivalen (kg)
X = faktor radial
Y = faktor aksial
V = faktor putaran
Fr = beban radial (kg)
Fa= beban aksial (kg)
b. Mencari faktor keamanan bantalan
( )
1 /3
33,3
Fn = (2.12)
n
Dimana :
fn = faktor keamanan
n = putaran poros yang digerakan (rpm)
c. Mencari faktor umur bantalan
C
f h=f n (2.13)
P
Dimana :
fh = faktor umur bantalan
C = beban nominal dinamis (kg)
P = beban ekivalen (kg)
d. Perhitungan umur nominal bantalan
Umur bantalan L (90 % dari jumlah sampel, selama berputar 1 juta putaran
tidak memperhatikan kerusakan karena kelelahan gelinding) dapat ditentukan
sebagai berikut :
Jika C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P(kg) beban
eqivalen dinamis maka faktor kecepatan fn adalah:
( )
1
33,3
Untuk bantalan bola,f n= 3
(2.14)
n
( )
1
33,3 10
Untuk bantalan rol, f n= (2.15)
n
Dimana:
P = Beban equivalent dinamis (kg)
f n= Faktor kecepatan
C= Beban nominal (kg)
fh= Faktor umur
Lh= Umur nominal bantalan (Jam)
Besi cor
Baja keras 1,5 0,5
Dalam pengertian lain, las adalah penyambungan dua buah logam sejenis
maupun tidak sejenis dengan cara memanaskan (mencairkan) logam tersebut di
bawah atau di atas titik leburnya, disertai dengan atau tanpa tekanan dan disertai
atau tidak disertai logam pengisi.
c. Sambungan tumpang
Sambungan tumpang dibagi menjadi tiga jenis seperti yang ditunjukan pada
gambar Gambar 2.11 Sambungan Tumpang dikarenakan sambungan jenis ini
tingkat keefisienannya rendah, maka jarang sekali jarang sekali digunaka untuk
pelaksanaan sambungan konstruksi utama.
d. Sambungan sisi
Sambungan sisi dibagi menjadi dua (Gambar 2.12), yaitu :
- Sambungan las dengan alur : Untuk jenis sambungan ini platnya harus
dibuat alur terlebih dahulu.
- Sambungan las ujung : Sedangkan untuk jenis sambungan ini pengelasan
dilakukan pada ujung plat tanpa ada alur. Sambungan las ujung hasilnya
kurang memuaskan, kecuiali jika dilakukan pada posisi datar dengan aliran
listrik yang tinggi. Oleh karena itu, maka pengelasan jenis ini hanya dipakai
untuk pengelasan tambahan atau pengelasan sementara pada pengelasan
plat-plat yang tebal.
Dalam proyek akhir ini penulis memilih membuat rancang bangun alat
pencampur pakan ternak. Penulis merancang alat ini karena hasil pencampuran
pakan ternak sebelumnya yang masih mencampur dengan cara manual atau
menggunakan tangan masih belum tercampur merata
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu merancang alat pencampur
pakan ternak untuk meningkatkan produktivitas dengan waktu yang lebih cepat
dan hasil yang maksimal. Model desain alat pencampur pakan ternak yang
direncanakan yaitu menggunakan pisau pencampur dan pencampuran diharapkan
nantinya dapat mempermudah dan mempercepat proses pengolahan pakan ternak
agar waktu dan tenaga yang dibutuhkan lebih efektif.
3.1.1 Konsep Rancang Bangun
Pengamatan di Lapangan
Konsep Desain :
Pemilihan Bentuk dan
Mekanisme Sketsa Desain
Pembuatan Komponen
Tidak
Indikator :
1. Alat dapat berfungsi
dengan baik. Apakah Hasil Uji Coba
2. Hasil yang diperoleh Rancang Bangun Dapat
sesuai dengan yang Berfungsi Dengan Baik ?
diharapkan.
Ya
Ya
Pembuatan Laporan
Selesai