Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH NUTRISI IKAN

PEMBUATAN PAKAN MANDIRI BERBAHAN BAKU LOKAL


DAN UJI KUALITAS PAKAN

OLEH :
KATHERIVE (C110191025)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat
dan hidayah- Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Nutrisi Ikan . Adapun judul dari laporan praktikum
pada makul ini adalah PEMBUATAN PAKAN MANDIRI BERBAHAN BAKU
LOKAL DAN UJI KUALITAS PAKAN.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sangat
berperan penting dalam proses kegiatan praktikum ini, terutama pada Dosen
Pengampun Ibu Yeni Hurriyani, S.Pi, M.Si selaku dosen Matakuliah Nutrisi Ikan.
yang telah memberi bimbingan dan arahan kepada kami selama kegiatan
praktikum berlangsung.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Saya menyadari
bahwa pembuatan laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun kami harapkan dari pembaca terhadap laporan
praktikum yang telah saya buat.

i
COVER
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH ..........................................................................2
1.3 TUJUAN PRAKTIKUM...........................................................................2
1.4 MANFAAT PRAKTIKUM.......................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................3
BAB III METODE PRAKTIKUM...................................................................5
3.1 WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM...................................................5
3.2 ALAT DAN BAHAN.................................................................................5
3.3 PROSEDUR PRAKTIKUM........................................................................6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................7
BAB V KESIMPULAN.....................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................13
LAMPIRAN......................................................................................................15

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pakan yang digunakan berasal dari campuran beberapa bahan baku
diantaranya tepung ikan, ampas tahu, tepung kedelai, dedak, tapioka, minyak ikan
dan vitamin mix. Komposisi bahan Pembuatan pakan dilakukan dengan
menimbang bahan pakan sesuai dengan formulasi yang telah ditentukan.
Pembuatan pakan mandiri berbahan lokal dengan perhitungan formulasi pakan
sesuai kebutuhan nutrisi ikan. Nutrisi tersebut harus sesuai dengan kebutuhan ikan
sehingga dapat meningkatkan efisiensi pakan dan pertumbuhan ikan. (Hidayat et
al., 2013). Sebaliknya, apabila pakan yang diberikan tidak sesuai dengan
kebutuhan nutrisi ikan maka akan mengakibatkan tingginya efisiensi pakan dan
rendahnya pertumbuhan ikan. Penggunaan bahan baku lokal ini sudah banyak
digunakan sebagai pakan antara lain pada ikan nila (Lestari et al., 2013), ikan
patin (Nahak, 2016), ikan bandeng (Usman et al., 2014), dan ikan mas (Suhenda
et al., 2010).
Pemberian pakan yang sesuai akan menghindarkan ikan dari berbagai
serangan penyakit. Salah satu pakan yang dianjurkan untuk budidaya ikan adalah
pakan pelet. Pakan pelet memiliki kelebihan diantaranya kandungan nutrisi yang
dapat diatur sesuai dengan pertumbuhan dan kelangsungan hidup biota budidaya,
sehingga untuk usaha budidaya pakan pelet memiliki pengaruh yang besar. Untuk
itu dalam formulasi pakan pelet bahan-bahan baku yang digunakan harus sesuai
dengan kebutuhan nutisi ikan, mencukupi gizi untuk perkembangan ikan yang
dibudidayakan serta harganya terjangkau.
Pakan buatan yang berkualitas baik harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu
kandungan gizi pakan terutama protein harus sesuai dengan kebutuhan ikan,
kandungan nutrisi pakan mudah diserap tubuh, kandungan abunya rendah dan
tingkat efektivitas tinggi. Untuk mengetahui kandungan gizi pellet yang dibuat
perlu dilakukan analisa kandungan gizi. Berdasarkan latar belakang tersebut
penulis tertarik melakukan penelitian mengenai analisa kandungan gizi pakan
pelet yang diformulasikan dengan penambahan bahan baku hewani yang berbeda.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pakan ?
2. Apa yang dimaksud dengan formulasi pakan ?
3. Bagaimana pengujian kualitas pakan secara fisik ?
4. Bagaimana perhitungan formulasi pakan?
1.3 TUJUAN PRAKTIKUM
1. Praktikan mampu membuat formulasi ransum dengan prosedur yang
seharusnya dan benar
2. Praktikan mampu mengetahui kandungan nutrien pada bahan pakan yang akan
digunakan untuk menyusun ransum.
3. Serta mampu menghitung dan menakar bahan pakan yang akan digunakan
untuk membuat ransum.
4. Praktikan mampu melakukan uji kualitas pakan secara fisik.
1.4 MANFAAT PRAKTIKUM
1. Praktikan dapat memahami secara nyata proses pembuatan ransum dan
penerapannya dalam ternak.
2. Praktikan mampu menyusun ransum dengan kadar nutrisi yang telah direkayasa
sebelumnya.
3. Praktikan dapat menyusun ransum sesuai dengan keinginannya.
4. Praktikan dapat melakukan uji kualitas pakan secara fisik.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ransum
Ransum merupakan kombinasi bahan pakan yang telah diatur kandungan
nutrisinya (Kushartono, 2000). Ransum harus dapat memenuhi kebutuhan zat
nutrien yang diperlukan ternak untuk berbagai fungsi tubuhnya, yaitu untuk hidup
pokok, produksi maupun reproduksi (Umiyasih dan Yenny, 2007). Ransum yang
baik memiliki sifat palatabel, tidak mudah rusak saat penyimpanan, kandungan
nutrisi baik, mudah dicerna, menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi.
Bentuk ransum disesuaikan dengan jenis, umur dan konsisi ternak yang
bersangkutan (Retnani, 2011).
2.2. Formulasi Ransum
Salah satu cara yang digunakan untuk memenuhi komposisi formulasi
ransum yang apabila dikombinasikan akan mendapatkan hasil yang sempurna atau
esensial sehingga dapat memenuhi kebutuhan ternak tersebut (Adnan, 2005).
Formulasi ransum adalah upaya untuk mengkombinasikan berbagai macam bahan
makanan ternak untuk memenuhi kebutuhan ternak akan zat makanan dengan
meniminalkan biaya yang ditimbulkan akibat penyusunan ransum tersebut.
Ransum adalah jumlah total bahan makanan yang diberikan pada ternak selama 24
jam. Sedangkan yang dimaksud dengan bahan pakan adalah komponen ransum
yang dapat memberikan manfaat bagi ternak yang mengkonsumsinya. Ransum
merupakan faktor yang sangat penting di dalam suatu usaha peternakan, karena
ransum berpengaruh langsung terhadap produksi ternak (Sinurat, 2000).
2.3 Pakan Buatan
Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi kehidupan dan
pertumbuhan ikan (Khairuman, 2003). Pakan yang baik harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Pakan harus dapat dimakan oleh ikan, maksudnya kondisi pakan harus
baik dan ukuran pakan harus sesuai dengan ukuran mulut ikan.
2. Pakan harus mudah dicerna.
3. Pakan harus dapat diserap oleh tubuh ikan.

3
Apabila ketiga persyaratan diatas dapat dipenuhi, pemberian pakan akan
memberikan manfaat yang optimal bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup
ikan (Khairuman, 2002).
Pakan buatan adalah campuran dari berbagai bahan pakan (biasa disebut
bahan mentah), baik nabati maupun hewani yang diolah sedemikian rupa sehingga
mudah dimakan dan sekaligus merupakan sumber nutrisi bagi ikan
(Djarijah,1995). Menurut Dharmawan (2010), Pakan buatan adalah pakan yang
dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan kebutuhannya.
Pembuatan pakan sebaiknya didasarkan pada pertimbangan kebutuhan nutrisi
ikan, kualitas bahan baku, dan nilai ekonomis. Dengan pertimbangan yang baik,
dapat dihasilkan pakan buatan yang disukai ikan, tidak mudah hancur dalam air,
aman bagi ikan.

4
BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1 WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM


Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 bulan 2021 di Laboratorium
Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura.
3.2 ALAT DAN BAHAN
1. Bahan dan alat yang digunakan selama pembuatan pakan yaitu sarung
tangan, timbangan elektrik, plastik, palu, tepung kanji, vitamin, sendok, baskom,
mesin pellet, ayakan, air, panci, dedak, tepung ikan dan dedak.
2. Bahan dan alat yang digunakan dalam pengujian fisik pakan adalah pakan
ikan, wadah plastik, gelas, pemberat, pengayak, timbangan analitik dan
mortar/pengerus.
3.3 PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum pembuatan pakan ini
adalah sebagai berikut :
1. Persiapan alat dan Bahan
2. Penepungan
3. Penimbangan
4. Pencampuran
5. Pencetakan
6. Pengeringan
7. Penyimpanan
8. Evaluasi Kelayakan Pakan dengan Uji Fisik ( kehalusan, kekerasan dan daya
apung.
a. Uji Kehalusan
- Ambil contoh 50 gram pellet buatan sendiri dan pellet komersial, Haluskan,
partikel diayak dalam 2 tingkatan, halus dan kasar.
- Hitunglah persentase partikel halus terhadap kasarnya, semakin besar nilainya
semakin baik mutunya.
b. Uji Kekerasan
- Timbanglah pakan buatan sendiri dan pakan komersial masing-masing 5 gram,
kemudian taruh diatas meja

5
- Ambil pemberat ½ kg, letakan diatas contoh pakan tersebut, amati yang terjadi
- Ambil pemberat ½ kg, letakkan diatas contoh pakan yang sama, amati yang
terjadi
- Ambil pemberat 1 kg, letakkan diatas contoh pakan yang sama, amati dan catat
kapan saat pelet mulai hancur dan kapan saat pelet hancur seluruhnya.
9. Uji Daya Apung/Stabilitas dalam Air
Uji daya apung pakan buatan ikan dapat diukur dengan cara menebarkan
atau menjatuhkan pakan tersebut ke dalam gelas kaca yang sudah diisi air.

6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Formulasi Pakan


Diketahui :
Bahan Baku : Tepung Ikan = 55%
Dedak = 12%
Pakan = 500 gram
Protein = 25%
Bahan Tambahan : Tepung Tapioka/Kanji = 77% x 500 gr = 38,5 gr
Vitamin = 0,3% x 500 gr = 1,5 gr
 METODE SEGI EMPAT PERSONS
T. Ikan 55% 25 – 12 = 13%

25%

Dedak 12% 55 – 25 = 30% +


Jumlah = 43%
 NILAI YANG DIPEROLEH
Jumlah Tepung Ikan yang diperlukan untuk setiap 500 gram adalah :
13 x 500 gr = 151,16
43
Jumlah Dedak yang diperlukan untuk setiap 500 gram adalah :
30 x 500 gr = 348,83
43
Untuk Pembuktiannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Tepung Ikan = 151,16 x 55% /500 = 16,62%
Dedak = 348,83 x 12% /500 = 8,37% +
Jumlah 24,99 atau 25%
Hasil penjumlahannya sama dengan jumlah protein yang diinginkan, jadi
hasil formulasi ini telah sesuai. Dalam formulasi ini, tepung tapioka dan air tidak
dimasukan karena keduanya merupakan bahan tambahan dan juga tidak

7
mengandung protein, adapun tepung tapioka yang mengandung kandungan
protein sebesar 0,27%. Hal ini tidak berpengaruh dalam formulasi pakan.

B. Hasil Uji Kualitas Pakan


a. Uji kehalusan
Berat pakan keseluruhan: 480 gr
Berat pakan yang dihaluskan : 50 gr
Berat pakan yang direndam: 5 gr
Pakan halus = 25,42 gr
Pakan kasar = 25,77 gr
Pakan komersial = 51,19
Presentase halus = 25,42 x 100 = 50,84 %
51.19
Presentase kasar 25,77 x 100 = 49,16 %
51.19
Dari 50 gr tersisa 48,62 dan menyusut 1,38 gr
b.Uji daya apung = 5 detik
c. Uji kekerasan
Uji pemberat = Beban 1,891 kg pakan tidak hancur
d. Perbandingan
Pakan komersial 25 gr (pembanding)
Pakun halus = 11.03
Pakan kasar = 13,58
Pakan komersial = 24,61
Presentase halus = 11,03 x 100 = 45 %
24,61
Presentase kasar = 13,58 x 100 = 55 %
24,61
Dari 25 gr tersisa 24,61 dan menyusut 0,39 gr

8
C. Pembahasan
4.1 Bahan Baku
Bahan baku adalah Tepung Ikan dan dedak dipilih karena kandungan
proteinnya yang sangat tinggi dan mudah diperoleh. Pemilihan bahan baku ini
sesuai dengan persyaratan pemilihan bahan baku. Menurut Afrianto dan Liviawati
(2005), terdapat lima persyaratan yang sebaiknya dipenuhi dalam pemilihan bahan
baku pakan, yaitu nilai gizi, kemudahan dalam pencernaan, tidak mengandung
racun, ketersediaan dan kaitannya dengan bahan pangan kebutuhan pokok
manusia.
4.2 Bahan tambahan
Bahan tambahan adalah tepung tapioka, vitamin dan air. Tepung tapioka
berfungsi sebagai perekat, air berfungsi untuk menyatukan bahan bahan menjadi
homogen dan vitamin merupakan salah satu mikronutrient yang berfungsi sebagai
pemelihara keseimbangan intraseluler dan sebagai antiosidan untuk ikan. 
4.3 Formulasi Pakan
Formulasi pakan ini dibuat untuk ikan Nila dengan bahan baku dedak dan
tepung ikan. Pakan ini diharapkan mengandung protein 25% atau terdapat 25
gram protein pada setiap 500 gram pakan. Untuk menyelesaikan formulasi
ini, digunakan metode empat persegi pearson’s.
4.4 Pembuatan Pakan
1. Penepungan
Dalam proses penepungan terdapat dua kegiatan yang dilakukan, yaitu
penggilingan dan pengayakan. Penggilingan bertujuan untuk menghaluskan bahan
baku dengan menggunakan palu. Setelah proses pengayakan selesai diperolehlah
tepung yang akan digunakan untuk pencampuran. Bahan baku yang diayak adalah
dedak, vitamin, tepung tapioka dan Tepung Ikan.
2. Penimbangan
Setelah bahan baku dibuat tepung, proses selanjutnya adalah penimbangan
tiap - tiap tepung menggunakan timbangan elektronik. Berat tiap - tiap tepung
harus berdasarkan formulasi. Dedak ditimbang dengan berat 12 gram, tepung ikan
dengan berat 55 gram, vitamin dengan berat 1,5 gram, dan tepung tapioka dengan

9
berat 38,5 gram. Proses penimbangan harus secara bertahap dari bahan yang
volumenya besar ke volume yang kecil.
3. Pencampuran
Bahan yang telah ditimbang dicambur dalam baskom dan campur menjadi
homogen. Setelah dicampur, masukan bahan tambahan tepung tapioka dan air.
Campur kembari hingga homogen.
4. Pencetakan
Bahan baku yang telah dicampur kemudian dicetak dengan mesin pellet
berukuran kecil. Bahan yang telah di pellet, diletakan diatas baki.
5. Pengeringan
Bahan baku yang telah tercetak menjadi pelet kemudian dikeringkan.
Pengeringan ini bertujuan untuk menurunkan kadar air yang terkandung di dalam
pakan atau pelet sehingga menjadi minimal dan stabil (sekitar 10%). Proses
pengeringan dilakukan secara alami dengan bantuan sinar matahari yang
memakan waktu 5 s/d 7 hari.
6. Penyimpanan
Pellet yang telah dikeringkan kemudian dimasukan di dalam toples yang
kemudian disimpan di tempat kering dan tidak lembab.
7. Evaluasi Kelayakan Pakan Dengan Uji Fisik
Pakan yang telah dibuat kemudian dievaluasi kelayakan pakan dengan uji
Fisik. Uji fisik pakan ikan meliputi uji kekersan, uji kehalusan dan uji daya apung.
 Uji Kekerasan
Berdasarkan uji fisik yang dilakukan, diperoleh secara keseluruhan
kekerasan dapat diuji dengan memberi beban pada pelet sampai batas beban
tertentu pelet akan hancur. Pada beban 1,891 kg pakan tersebut tidak hancur. Itu
menandakan bahwa pakan pellet tersebut berkualitas bagus. Pelet yang baik harus
mempunyai kekerasan yang tinggi dan biasanya berasal dari bahan baku yang
cukup halus. Semakin berat bobot beban yang dapat ditahan oleh pakan, berarti
pakan buatan tersebut semakin keras. Menurut (Afrianto dan Liviawaty, 2005)
pakan buatan dengankekerasan lebih tinggi dibuat dari bahan baku yang relatif
lebih halus.

10
 Uji Kehalusan
Uji fisik selanjutnya adalah uji kehalusan pakan. Untuk mengujinya
dilakukan dengan mengambil 50 gram pelet sendiri dan komersial dan pakan
diayak menjadi 2 tingkatan yaitu halus dan kasar. Kemudian dihitung persentase
partikel halus terhadap kasarnya, semakin besar nilainya semakin besar mutunya.
Dari hasil uji kehalusan didapatilah hasil dari 50 gr pellet yang tersisa 48,62 dan
yang menyusut hanya 1,38 gr
 Uji Daya Apung
Uji daya apung (floating rate) dilakukan untuk membandingkan
kekompakan dan keutuhan pakan di dalam air. Pengujian daya apung dilakukan
dengan menjatuhkan pellet ke dalam air yang dilanjutkan dengan menghitung
waktu pakan saat pertama kali menyentuh air hingga tenggelam. Dari hasil uji
daya apung pakan terjatuh ke dalam air dalam waktu 5 detik dan pakan masih
terlihat utuh.

11
BAB V KESIMPULAN

1. Formulasi ransum adalah upaya untuk mengkombinasikan berbagai macam


bahan makanan ternak untuk memenuhi kebutuhan ternak akan zat makanan
dengan meniminalkan biaya yang ditimbulkan akibat penyusunan ransum
tersebut.
2. Pengujian kualitas pakan secara fisik meliputi, tingkat tingkat kehalusan,
tingkat kekerasan, dan daya apung.
3. Dalam membuat pakan dibutuhkan proses seperti Penepungan, Pencampuran,
Pengukusan, Pencetakan, Pengeringan, Penyimpanan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Abbas S, Djarijah. 1998. Membuat Pellet Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 48
hal.
Agustono, H. Setyono, T. Nurhajati, M. Lamid, dan W. D. Lokapirnasari. 2010.
Praktikum Teknologi Pakan Ikan. Fakultas Perikanan dan Kelautan.
Universitas Airlangga. 48 hal.
Anna, S. 2008. Analisis Fisika pada Analisa Pakan Udang. Direktorat Jenderal
Perikanan bekerja sama dengan Internasional Development Research
Centre, 1987.
Irma, H. 2008. Teknik Pembuatan Pakan Ikan Apung Di CV. Mentari Nusantara
Feedmill. Praktek Kerja Lapang. Tulungagung. Jawa Timur. 67 hal.
Rasidi. 2002. Formulasi Pakan Lokal Alternatif untuk Unggas. Cetakan 5.
Penebar Swadaya. Jakarta. 106 hal.
Sim, YS. 2005. Pedoman Praktis Pemberian dan Pengelolaan Pakan untuk Ikan
Kerapu yang di Budidaya. Australian Centre for International Agricultural
Research. Canberra. 18 hal.
Khalil, M., dan Gunawan. (2015). Analisa Proksimat Formulasi Pakan Pellet
dengan Penambahan Bahan Baku Hewani yang Berbeda. Acta Aquatica,
2(1), 21-30.
Effendi, M.I., 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Halver J.E. dan Hardy R.W., 2002. Fish nutrition. Third Edition. Academic
Press Inc. California. pp. 712-713. pp. 815-818.
Nahak, D.L., 2016. Pengaruh perbedaan komposisi pakan ampas tahu
terfermentasi Rhizopus oryzae terhadap pertumbuhan berat ikan patin
(Pangasius djambal) pada skala laboratorium. Skripsi. Univesitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
NRC (National Research Council), 1993. Nutrient Requirement of Warm Water
Fishes and Shelfish. Nutritional Academy of Sciences, Washington D. C.
102 p.

13
Fahrizal, A. dan Ratna, R.(2019). Uji Fisik dan Uji Mikrobiologi Pakan Berbahan
Limbah Ikan Asal Pangkalan Pendaratan Ikan Klaligi Kota Sorong. Jurnal
Riset Perikanan dan Kelautan.2(1), 124-134.

14
LAMPIRAN

15
16

Anda mungkin juga menyukai