Anda di halaman 1dari 13

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Bahan pakan harus seimbang dalam menyediakan zat makanan yang dapat

digunakan untuk membangun dan menggantikan bagian tubuh yang rusak, serta

memberikan energi untuk produksi yang baik. Seperti pada ayam zat makanan

yang baik untuk hidup pokok dan hidup produksi terdiri dari protein, energi,

mineral, vitamin, kalsium, fosfordan air. Energi yang dibutuhkan diperoleh dari

lemak, dan protein, sedangkan kebutuhan energi terbesar diperoleh dari

karbohidrat. Nutrisi yang harus diseimbangkan untuk ternak antara lain protein,

energi, kalsium, dan phosphor. Protein merupakan sumber energi yang mahal

dibandingkan karbohidrat dan lemak. Penyeimbangan rasio (ransum yang

seimbang) juga bisa menghemat uang dengan mencegah pemberian pakan yang

berlebih dari jenis nutrisi yang mahal seperti protein.

Ransum ayam ras petelur fase layer dan juga kandungan nutrisi

(berdasarkan kebutuhan ternak) maka bahan pakan yang dihasilkan bisa bersaing

dengan produk bahan pakan komersial. Tingkat kebutuhan ternak akan nutrien

harus dipertimbangkan dalam penyusunan ransum sehingga mampu memenuhi

total kebutuhan ternak tersebut yang sering disebut ransum serasi. Pada dasarnya

untuk menyusun ransum dibutuhkan table kebutuhan nutrien ternak dan table

komposisi nutrien bahan pakan, disamping itu harga bahan pakan juga perlu

diketahui untuk membuat ransum dengan harga murah namun dengan kualitas

baik.
Pakan adalah pangan untuk ternak, yaitu kumpulan dari bahan-bahan

makanan ternak yang memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai pakan

ternak (Rasyaf 2012). Pakan merupakan salah satu faktor utama yang

mempengaruhi keberhasilan suatu usaha peternakan dikarenakan biaya untuk

pakan mencapai 30-50% dari biaya produksi sehingga perlu perhatian kusus

dalam penanganannya, baik secara kualitas maupun kuantitas. Pakan ternak

terbagi menjadi 2 jenis yaitu hijauan dan konsentrat (Reksohadiprodjo 2013).

Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan praktikum tentang

menyusun ransum.

I.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum menyusun ransum adalah untuk mengetahui

penyusunan ransum yang diberikan kepada ternak memenuhi kebutuhan zat-zat

nutrisi dan sesuai dengan kemampuan konsumsinya.

I.3 Manfaat

Manfaat dari praktikum menyusun ransum dapat mengetahui penyusunan

ransum yang diberikan kepada ternak memenuhi kebutuhan zat-zat nutrisi dan

sesuai dengan kemampuan konsumsinya.


II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Bahan Pakan dan Ransum

Bahan pakan adalah setiap bahan yang dapat dimakan, disukai, dapat

dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorpsi dan bermanfaat bagi ternak.

Oleh karena itu agar dapat disebut sebagai bahan pakan maka harus memenuhi

semua persyaratan tersebut, sedangkan yang dimaksud dengan pakan adalah

bahan yang dapat dimakan, dicerna dan diserap baik secara keseluruhan atau

sebagian dan tidak menimbulkan keracunan atau tidak mengganggu kesehatan

ternak yang mengkonsumsinya (Endah 2010).

2.2 Jenis-Jenis Bahan Pakan Penyusun Ransum

Jagung merupakan tanaman semusim (annual) Hasil samping dari tanaman

jagung sendiri berupa tongkol (janggel) dan batang jagung, dapat dimanfaatkan

sebagai makanan ternak pemamah biak, seperti sapi, kerbau, kambing. Kedua

hasil sampingan tersebut mengandung karbohidrat yang bernilai tinggi dan dapat

berfungsi sebagai pengganti atau menambah gizi makanan ternak asal rumput atau

hijauan segar lainnya. Untuk batang jagung dapt diberikan dalam bentuk segar

atau dapat diubah terlebih dahulu dalam bentuk silase (Dewi 2011)

Tepung ikan diperoleh dari limbah ikan yang disortir dan limbah ikan

yang  tidak disortir. Limbah ikan dicuci, kemudian direbus selama 2 menit

selanjutnya dikeringkan selama15-20 menit di dalam oven pada suhu 102±3 0C,

kemudian ikan yang telah kering dipotong (dicacah) dan terakhir digiling

(diblender) hingga menjadi tepung ikan. Hasil yang diperoleh menunjukkan

bahwa komposisi nutrisi tepung ikan yang berasal dari limbah ikan yang disortir

dan limbah ikan yang tidak disortir sesuai dengan parameter  mutu yang
ditentukan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-2715-1996) untuk  pakan ternak.

Tepung ikan dari limbah ikan yang disortir yaitu kadar air 15,04%, protein

53,62%, serat kasar 2,98%, abu 18,73%, lemak 9,54%, kalsium 2,46%, phospor

4,60%, garam 3,89% serta negatip terhadap bakteri Salmonella. Tepung ikan yang

berasal dari limbah ikan yang tidak disortir yaitu kadar air 15,75%, 47,34%, serat

kasar 10,10%, abu 21,50%, lemak 12,72%, kalsium 2,62%, phospor 4,65%, garam

3,99%, serta negatip terhadap bakteri salmonella (Herlina 2013)

Bungkil kedelai mengandung protein yang cukup tinggi, Kandungan

protein bungkil kedelai mencapai 43-48%. Bungkil kedelai juga mengandung zat

antinutrisi seperti tripsin inhibitor yang dapat mengganggu pertumbuhan unggas,

namun zat antinutrisi tersebut akan rusak oleh pemanasan sehingga aman untuk

digunakan sebagai pakan unggas. Bungkil kedelai dibuat melalui beberapa

tahapan seperti pengambilan lemak, pemanasan, dan penggilingan Bungkil

kedelai yang baik mengandung air tidak lebih dari 12%( saulina 2014)

Dedak padi merupakan limbah pengolahan padi menjadi beras dan

kualitasnya bermacam-macam tergantung dari varietas padi.  Kualitas dedak

padi termasuk baik adalah varietas padi IR-64 dan mengandung serat kasar

terrendah sebesar 14,62%, protein kasar: 11,01%, energi termetabolis sebesar

2466,35 kkal/kg, kadar abu sebesar 10,88 %, lemak kasar sebesar 8,57%, BETN

sebesar 54,95% dan bahan kering sebesar 88,63 % ( Tris 2017)

2.2.1 Bahan Pakan Sumber Protein

Bahan pakan sumber protein adalah bahan pakan yang mengandung

sumber protein lebih dari 20%.Sumber protein terbagi dua yaitu sumber protein
hewani dan nabati, sumber protein hewani berasal dari hewan baik darat maupun

air (Siregar 2013).

2.2.2 Bahan Pakan Sumber Energi

Bahan pakan sumber energi memiliki kandungan energi yang tinggi.

semua bahan pakan ternak yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%,

dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%. Bahan pakan ini paling banyak

berasal dari biji-bijian atau limbah pengolahan biji-bijian. Sebagai contoh,

jagung kuning, barley, gandum, sorgum, gaplek, dedak padi, polar, berbagai

minyak nabati (minyak kelapa sawit, minyak kelapa) dan minyak hewani

(minyak ikan) (Edi 2021)

2.2.3 Bahan Pakan Sumber Aditif

Bahan pakan aditif adalah bahan yang ditambahkan kedalam ransum

dengan jumlah sedikit dengan tujuan tertentu. Adapun hubungan antara bahan

pakan dengan bahan aditif ini adalah bahwasanya bahan aditif digunakan untuk

meningkatkan kualitas produk. Beberapa informasi penting untuk bahan tambahan

atau aditif sehubungan dengan pengolahan pakan ternak adalah bahan aditif

diberikan atau ditambahkan ke dalam pakan dalam jumlah sedikit, bahan aditif ini

diperlukan agar produksi pakan optimal. Bahan pakan kelas ini berfungsi antara

lain untuk memicu pertumbuhan, memicu produksi, memberi warna, memberi bau

ataupun sebagai bahan pengisi. Contohnya antibiotika, obat-obatan, hormon,

pengharum dan zat pewarna (Agustina 2017).


2.2.4 Bahan pakan sumber mineral

Sumber mineral adalah segala bahan yang mengandung cukup banyak

mineral dan fosfor. Mineral merupakan suatu zat organik yang terdapat dalam

kehidupan alam maupun dalam makhluk hidup. Di alam, mineral merupakan

unsur penting dalam tanah, bebatuan, air dan udara. Sekitar 50% mineral tubuh

terdiri atas kalsium, 25% fosfor, dan 25% lainnya terdiri atas mineral lain (Eko 20

17)

2.2.5 Bahan pakan sumber serat

Sumber Serat Pakan Ternak. Kandungan serat kasar itu penting bagi

ternak ruminansia untuk menunjang kesehatan rumen, serat kasar berperan dalam

proses produksi saliva sebagai penyeimbang tingkat keasaman pada rumen ternak

(Devy 2012)
III. METODEOLOGI PRAKTIKUM

III.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Menyusun Ransum dilakukan pada hari Rabu, 18 Mei 2022,

pukul 14:30 WITA-selesai. Bertempat di Laboratorium Unit Analisis Pakan

Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari.

III.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum Menyusun Ransum dapat dilihat

pada tabel 1.

Tabel 1. Alat dan kegunaan


No Alat Kegunaan
.
1 Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
2 Laptop Untuk mengetik berbagai dokumen
3 Kamera Untuk dokumentasi
4 Aplikasi excel Untuk menghitung formulasi pakan menggunakan
rumus

Bahan yang digunakan dalam praktikum Menyusun Ransum dapat dilihat

pada tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan kegunaan


No Bahan Kegunaan
1 CaCO3 Sebagai objek pengamatan
2 CGM Sebagai objek pengamatan
3 DCP Sebagai objek pengamatan
4 Dedak halus Sebagai objek pengamatan
5 Jagung Sebagai objek pengamatan
III.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum Menyusun Ransum adalah sebagai berikut:

1. Menentukan jenis ternak (untuk mengetahui kebutuhan ternak).

2. Menentukan bahan pakan yang akan digunakan yang sesuai dengan kebutuhan

ternak yang kita inginkan (tabel kandungan nutrisi bahan pakan).

3. Membuat tabel perhitungan.

4. Membuat laporan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.4 Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan dalam praktikum praktikum Menyusun Ransum dapat

dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Kandungan nutrisi bahan pakan


Bahan BK PK ME
Pakan (%) (%) LK (%) SK (%) Ca (%) P (%) (Kcal/Kg)
86,
Jagung 8 10,8 4,28 3,53 0,25 0,41 3090
Dedak 87,
Halus 7 12 8,64 13,9 0,09 1,39 3085
CGM 88 62 9,9 0,5 0,14 3610
Bungkil 88,
Kedelai 1 46,9 2,66 5,9 0,38 0,72 2220
93,
DCP 5 22,72 17,68

Tabel 4. Kebutuhan nutrisi ayam petelur fase layer 2


PK 18
SK 7
LK 3,5-3,7
Ca 3,25-4
P 0,40
ME 2750

Tabel 5. Penyusunan ransum ayam petelur fase layer 2 sebanyak 250 kg


Bahan
Pakan BK (%) PK (%) LK (%) SK (%) Ca (%) P (%) ME (Kcal/Kg)
Jagung 26,04 3,24 1,284 1,059 0,075 0,123 927
Dedak
Halus 17,54 2,4 1,728 2,78 0,018 0,278 617
CGM 13,2 9,3 0 1,485 0,075 0,021 541,5
Bungkil 13,215 7,035 0,399 0,885 0,057 0,108 333
DCP 18,7 0 0 0 4,544 3,536 0
88,695 21,975 3,411 6,209 4,769 4,066 2418,5
III.5 Pembahasan

Ransum adalah susunan beberapa pakan ternak unggas yang didalamnya

harus mengandung zat nutrisi sebagai satu kesatuan, dalam jumlah, waktu, dan

proporsi yang dapat mencukupi semua kebutuhan. Fungsi ransum yang diberikan

kepada ayam prinsipnya memenuhi kebutuhab pokok untuk hidup dan

membentuk sel-sel serta jaringan tubuh (Nurdiyanto dkk 2015).

Berdasarkan tabel tiga diatas sesuai dengan perhitungan yang telah

dilakukan dari jumlah bahan pakan dan nilai gizi nutrisi bahan pakan terhadap

komposisi nutrisi dari 6 parameter nutrisi yang menjadi standar acuan pada

penyusunan ransum yang telah dilakukan dalam menyususn ransum ternak unggas

petelur fase layer dengan jumlah presentasi 100% dengan hasil susunan ransum

jagung, CaCO3, CGM (Corn Gluten Meal), DCP (DiCalcium Phosphat), dan

dedak halus dengan total harga Rp.55,950 dengan total energy metabolisme

9785 kkal diperoleh hasil kebutuhan nutrient ayam petelur fase layer dengan

kandungan protein kasar (PK) 18%, serat kasar (SK) 7%, lemak kasae (LK) 3,5%,

kalsium (Ca) 5,25%, phosphor 0,40%, ME (kkal/kg) 2750%. Hal ini sedikit

sesuai dengan pernyataan (Saputra. dkk, 2016) bahawa ransum memiliki EM

(Kkal) 2777 PK 17,5 %, LK 6,8 %, SK 7,9 %, Ca 2,17 %, P 0,727 %, hal ini

bebeda karena presentasi yang diberikan pada bahan pakan sehingga jumlah

protein, lemak, serat, kalsium, phosphor dan energi metabolism berbeda.


IV. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum Menyusun Ransum dapat disimpulkan bahwa

diperolehhasilkebutuhan nutrient ayam petelurfase layer dengankandungan

protein kasar (PK) 18%, seratkasar (SK) 7%, lemakkasae (LK) 3,5%, kalsium

(Ca) 3,25 %, phosphor 0,40%, ME (kkal/kg) 2750%dan ME energy

metabolisme9785kkal.

5.2. Saran

Saran yang dapat saya berikan kepada pihak laboratorium yaitu diharapkan

agar menambah bahan pakan yang ada di laboratorium agar mahasiswa dapat

mengetahui lebih banyak lagi jenis-jenis bahan pakan.

Praktikan diharapkan untuk selalu memperhatikan dan mendengarkan

penjelasan asisten agar mudah dalam membuat laporan serta menjaga kebersihan

laboratorium dengan tidak membuang sampah sembarangan.


DAFTAR PUSTAKA

Saputra DR, T Kurtini dan Erwanto. 2016. Pengaruh Penambahan Feed Aditif
Dalam Ransum dengan Dosis yang Berbeda terhadap Bobot Telur dan
Nilai Haugh Unit (HU) Telur Ayam Ras. Jurnal Ilmiah Peternakan
Terpadu Vol. 4(3): 230-236
Nurdiyanto R, R Sutrisna, K Nova. 2015. Pengaruh Ransum dengan Presentase
Serat Kasar yang Berbeda terhadap Peforma Ayam Jantan Tipe Medium
Umur 3-8 Minggu. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. Vol 3(2):12-19
Endah Subekti. 2010. Ketahanan Pakan Ternak Indonesia. Jurnal mediagro. 5
(2),  63-71. 

Anda mungkin juga menyukai