PENDAHULUAN
Bahan pakan harus seimbang dalam menyediakan zat makanan yang dapat
digunakan untuk membangun dan menggantikan bagian tubuh yang rusak, serta
memberikan energi untuk produksi yang baik. Seperti pada ayam zat makanan
yang baik untuk hidup pokok dan hidup produksi terdiri dari protein, energi,
mineral, vitamin, kalsium, fosfordan air. Energi yang dibutuhkan diperoleh dari
karbohidrat. Nutrisi yang harus diseimbangkan untuk ternak antara lain protein,
energi, kalsium, dan phosphor. Protein merupakan sumber energi yang mahal
seimbang) juga bisa menghemat uang dengan mencegah pemberian pakan yang
Ransum ayam ras petelur fase layer dan juga kandungan nutrisi
(berdasarkan kebutuhan ternak) maka bahan pakan yang dihasilkan bisa bersaing
dengan produk bahan pakan komersial. Tingkat kebutuhan ternak akan nutrien
total kebutuhan ternak tersebut yang sering disebut ransum serasi. Pada dasarnya
untuk menyusun ransum dibutuhkan table kebutuhan nutrien ternak dan table
komposisi nutrien bahan pakan, disamping itu harga bahan pakan juga perlu
diketahui untuk membuat ransum dengan harga murah namun dengan kualitas
baik.
Pakan adalah pangan untuk ternak, yaitu kumpulan dari bahan-bahan
ternak (Rasyaf 2012). Pakan merupakan salah satu faktor utama yang
pakan mencapai 30-50% dari biaya produksi sehingga perlu perhatian kusus
menyusun ransum.
I.2 Tujuan
I.3 Manfaat
ransum yang diberikan kepada ternak memenuhi kebutuhan zat-zat nutrisi dan
Bahan pakan adalah setiap bahan yang dapat dimakan, disukai, dapat
dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorpsi dan bermanfaat bagi ternak.
Oleh karena itu agar dapat disebut sebagai bahan pakan maka harus memenuhi
bahan yang dapat dimakan, dicerna dan diserap baik secara keseluruhan atau
jagung sendiri berupa tongkol (janggel) dan batang jagung, dapat dimanfaatkan
sebagai makanan ternak pemamah biak, seperti sapi, kerbau, kambing. Kedua
hasil sampingan tersebut mengandung karbohidrat yang bernilai tinggi dan dapat
berfungsi sebagai pengganti atau menambah gizi makanan ternak asal rumput atau
hijauan segar lainnya. Untuk batang jagung dapt diberikan dalam bentuk segar
atau dapat diubah terlebih dahulu dalam bentuk silase (Dewi 2011)
Tepung ikan diperoleh dari limbah ikan yang disortir dan limbah ikan
yang tidak disortir. Limbah ikan dicuci, kemudian direbus selama 2 menit
selanjutnya dikeringkan selama15-20 menit di dalam oven pada suhu 102±3 0C,
kemudian ikan yang telah kering dipotong (dicacah) dan terakhir digiling
bahwa komposisi nutrisi tepung ikan yang berasal dari limbah ikan yang disortir
dan limbah ikan yang tidak disortir sesuai dengan parameter mutu yang
ditentukan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-2715-1996) untuk pakan ternak.
Tepung ikan dari limbah ikan yang disortir yaitu kadar air 15,04%, protein
53,62%, serat kasar 2,98%, abu 18,73%, lemak 9,54%, kalsium 2,46%, phospor
4,60%, garam 3,89% serta negatip terhadap bakteri Salmonella. Tepung ikan yang
berasal dari limbah ikan yang tidak disortir yaitu kadar air 15,75%, 47,34%, serat
kasar 10,10%, abu 21,50%, lemak 12,72%, kalsium 2,62%, phospor 4,65%, garam
protein bungkil kedelai mencapai 43-48%. Bungkil kedelai juga mengandung zat
namun zat antinutrisi tersebut akan rusak oleh pemanasan sehingga aman untuk
kedelai yang baik mengandung air tidak lebih dari 12%( saulina 2014)
padi termasuk baik adalah varietas padi IR-64 dan mengandung serat kasar
2466,35 kkal/kg, kadar abu sebesar 10,88 %, lemak kasar sebesar 8,57%, BETN
sumber protein lebih dari 20%.Sumber protein terbagi dua yaitu sumber protein
hewani dan nabati, sumber protein hewani berasal dari hewan baik darat maupun
semua bahan pakan ternak yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%,
dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%. Bahan pakan ini paling banyak
minyak nabati (minyak kelapa sawit, minyak kelapa) dan minyak hewani
dengan jumlah sedikit dengan tujuan tertentu. Adapun hubungan antara bahan
pakan dengan bahan aditif ini adalah bahwasanya bahan aditif digunakan untuk
atau aditif sehubungan dengan pengolahan pakan ternak adalah bahan aditif
diberikan atau ditambahkan ke dalam pakan dalam jumlah sedikit, bahan aditif ini
diperlukan agar produksi pakan optimal. Bahan pakan kelas ini berfungsi antara
mineral dan fosfor. Mineral merupakan suatu zat organik yang terdapat dalam
unsur penting dalam tanah, bebatuan, air dan udara. Sekitar 50% mineral tubuh
terdiri atas kalsium, 25% fosfor, dan 25% lainnya terdiri atas mineral lain (Eko 20
17)
Sumber Serat Pakan Ternak. Kandungan serat kasar itu penting bagi
ternak ruminansia untuk menunjang kesehatan rumen, serat kasar berperan dalam
proses produksi saliva sebagai penyeimbang tingkat keasaman pada rumen ternak
(Devy 2012)
III. METODEOLOGI PRAKTIKUM
pada tabel 1.
pada tabel 2.
2. Menentukan bahan pakan yang akan digunakan yang sesuai dengan kebutuhan
4. Membuat laporan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
harus mengandung zat nutrisi sebagai satu kesatuan, dalam jumlah, waktu, dan
proporsi yang dapat mencukupi semua kebutuhan. Fungsi ransum yang diberikan
dilakukan dari jumlah bahan pakan dan nilai gizi nutrisi bahan pakan terhadap
komposisi nutrisi dari 6 parameter nutrisi yang menjadi standar acuan pada
penyusunan ransum yang telah dilakukan dalam menyususn ransum ternak unggas
petelur fase layer dengan jumlah presentasi 100% dengan hasil susunan ransum
jagung, CaCO3, CGM (Corn Gluten Meal), DCP (DiCalcium Phosphat), dan
dedak halus dengan total harga Rp.55,950 dengan total energy metabolisme
9785 kkal diperoleh hasil kebutuhan nutrient ayam petelur fase layer dengan
kandungan protein kasar (PK) 18%, serat kasar (SK) 7%, lemak kasae (LK) 3,5%,
kalsium (Ca) 5,25%, phosphor 0,40%, ME (kkal/kg) 2750%. Hal ini sedikit
bebeda karena presentasi yang diberikan pada bahan pakan sehingga jumlah
5.1. Kesimpulan
protein kasar (PK) 18%, seratkasar (SK) 7%, lemakkasae (LK) 3,5%, kalsium
metabolisme9785kkal.
5.2. Saran
Saran yang dapat saya berikan kepada pihak laboratorium yaitu diharapkan
agar menambah bahan pakan yang ada di laboratorium agar mahasiswa dapat
penjelasan asisten agar mudah dalam membuat laporan serta menjaga kebersihan
Saputra DR, T Kurtini dan Erwanto. 2016. Pengaruh Penambahan Feed Aditif
Dalam Ransum dengan Dosis yang Berbeda terhadap Bobot Telur dan
Nilai Haugh Unit (HU) Telur Ayam Ras. Jurnal Ilmiah Peternakan
Terpadu Vol. 4(3): 230-236
Nurdiyanto R, R Sutrisna, K Nova. 2015. Pengaruh Ransum dengan Presentase
Serat Kasar yang Berbeda terhadap Peforma Ayam Jantan Tipe Medium
Umur 3-8 Minggu. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. Vol 3(2):12-19
Endah Subekti. 2010. Ketahanan Pakan Ternak Indonesia. Jurnal mediagro. 5
(2), 63-71.