Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU NUTRISI TERNAK

NAMA : Dian Safitri


STAMBUK : O12121033
KELAS :A
ASISTEN PRAKTIKUM : Yesi Riskiani

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
pembuatan laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak tepat pada waktunya.

Saya menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun agar laporan ini dapat lebih baik lagi dari sebelumnya.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terimah kasih kepada Asisten


Dosen Ilmu Nutrisi Ternak selaku pembimbing utama dalam pratikum ini.
Demikian laporan ini, saya berharap agar bermanfaat bagi kita semua dalam
kehidupan sehari-hari.

Palu, 17 April 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

1.3 Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Nutrisi Ternak

2.2 Hijauan Dan Konsentrat

2.3 Analisa Proksimat

2.3.1 Kadar Air Bahan Kering

2.3.2 Kadar Abu

2.3.3 Lemak Kasar

2.3.4 Protein Kasar

2.3.5 Serat Kasar


2.4 Analisa Energi

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Tempat

3.2 Alat Dan Bahan

3.3 Prosedur Kerja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan

BAB KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada

ternak baik yang berupa bahan organik maupun anorganik yang sebagian atau

semuanya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak. Bahan pakan

merupakan salah satu faktor yang paling penting untuk menunjang kehidupan

ternak dalam melakukan semua proses metabolisme dalam tubuh, mulai dari

sistem digesti, respirasi, sirkulasi, pertumbuhan dan perkembangan, sistem

hormon, sistem limfoid dan syaraf, sistem gerak, sistem kekebalan tubuh

(imun), ekskresi maupun reproduksi. Didalam bahan pakan terdapat zat-zat

yang dinamakan nutrient yang dibutuhkan oleh ternak untuk metabolisme

yang menghasilkan energi untuk hidup pokok dan untuk produksi. Pada

pelaksanaan praktikum ini dilakukan adalah untuk menganalisis suatu bahan

atau sampel dengan menggunakan suatu metode penganalisisan proses kimia

untuk dapat mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, lemak dan

serat pada suatu zat makanan dari sampel bahan pakan yang digunakan dalam

praktikum.

Di dalam pengenalan bahan pakan, terlebih dahulu bahan pakan itu

sendiri terbagi menjadi pakan sumber protein hewani yang dibagi menjadi

tepung ikan dan protein nabati dibagi menjadi bungkil kelapa dan bungkil

kedele. Sedangkan sumber energi dibagi menjadi ada yang berbentuk biji-
bijian atau butiran yang terbagi atas : padi, jagung, millet merah dan millet

putih. Berbentuk tepung terbagi atas dedak halus, jagung giling, dan dedak

halus. Berbentuk cairan terdiri atas : minyak sayur. Sumber mineral terdiri

dari garam dan kerang. Bahan-bahan pakan sumber energi antara lain jagung,

beras, sorgum, dedak padi, hijauan (SK). Sumber protein antara lain tepung

ikan, bungkil kedele, ampas tahu. Sumber lemak antara lain minyak sayur,

sumber vitamin antara lain premik. Sumber mineral antara lain tepung tulang,

tepung kerabang telur, tepung kulit kerang dll. Nutrient-nutrient dalam bahan

pakan tersebut adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air.

Energi tidak termasuk kedalam nutrien karena energi diperoleh dari

pembakaran zat makanan tersebut. Perbedaan bahan pakan yang dikonsumsi

oleh ternak antara lain ternak ruminansia dengan unggas hanyalah perbedaan

bentuk struktur bahan pakan tetapi kandungan yang dibutuhkan oleh ternak

tidak berbeda.

1.2. TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan praktikum dari praktikum ini yaitu :


1. Menentukan kadar air dari suatu bahan makanan dengan cara pemanasan
dengan suhu 105o C
2. Menentukan kadar abu dari bahan organic dari suatu sampel bahan pakan
3. Untuk mengetahui kandungan protein dalam suatu bahan pakan
4. Menentukan kadar lemak dari suatu sampel/bahan pakan
5. Menentukan kadar serat kasar dari suatu sampel bahan pakan
1.3. MANFAAT PRAKTIKUM

Manfaat praktikum yaitu dapat mengetahui kadar air, kadar abu,


kandungan protein, kadar lemak, serat kasar dari suatu bahan pakan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nutrisi Ternak

Nutrisi adalah zat-zat makanan yang terkandung dalam pakan

hewan/ternak. Nutrien merupakan semua unsur atau senyawa kimia dalam

pangan/pakan yang menunjang kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, laktasi,

dan reproduksi. Nutrisi juga disebut dengan istilah zat makanan (nutrient =

nutrisi) adalah zat-zat gizi terdapat di dalam bahan pakan yang sangat

diperlukan untuk hidup ternak meliputi protein, karbohidrat, lemak, mineral,

vitamin dan air. Terdapat enam kelompok nutrien yaitu: air, protein, dan asam

amino, karbohidrat, lemak, vitamin, dan unsur inorganik atau mineral.

Protein, karbohidrat, dan lemak disebut sebagai nutrient makro, sedangkan

vitamin dan mineral disebut nutrient mikro. Nutrien makro dibutuhkan tubuh

dalam jumlah banyak sedangkan unsur mikro diperlukan dalam jumlah

sedikit.

Pakan yang diberikan kepada ternak harus mengandung semua zat-zat

makanan (nutrient) yang dibutuhkan oleh tubuh ternak, namun tetap dalam
jumlah yang seimbang. Nutrien yang dibutuhkan oleh ternak antara lain

berupa karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air, dan unsur anorganik serta

mineral. Pemberian pakan dan bahan pakan yang berkualitas dapat

mempengaruhi produksi dan produktivitas ternak. Mengingat pentingnya

peran dan fungsi pakan bagi ternak maka dalam bab ini akan mengantarkan

pembaca untuk mengetahui dan memahami perbedaan pengertian pakan dan

nutrisi ternak.

2.2 Hijauan Dan Konsentrat

Hijauan pakan ternak adalah semua bentuk bahan pakan berasal dari

tanaman atau rumput termasuk leguminosa baik yang belum dipotong

maupun yang dipotong dari lahan dalam keadaan segar (Akoso, 1996) yang

berasal dari pemanenan bagian vegetatif tanaman yang berupa bagian hijauan

yang meliputi daun, batang, kemungkinan juga sedikit bercampur bagian

generatif, utamanya sebagai sumber makanan ternak ruminansia

(Reksohadiprodjo, 1985). Untuk penanaman hijauan makanan ternak

dibutuhkan tanah yang subur dan memenuhi persyaratan-persyaratan jenis

tanah dan iklim yang sesuai dengan yang dikehendaki (Sosroamidjoyo dan

Soeradji, 1986).

Perry (1980) menyatakan bahwa perbedaan antar legum dan non

legum pada kandungan protein kasar dan serat kasar, legum juga cendrung

menghasilkan lebih banyak bahan kering yang dapat dicerna (digestible dry

matter) per hektar dibanding kebanyakan rumput tropik padang pengembala

Bagaimanapun juga legum lebih memerlukan tanah yang lebih subur dan
memerlukan biaya yang lebih tinggi untuk menghasilkan per unit berat bahan

kering.

Komposisi kimia hijauan bervariasi dan dipengaruhi oleh jenis dan

varietas tanaman, tingkatan umur tanaman, iklim dan musim, tipe tanah serta

pemupukan (input nutrient) kapur, dan sewage sludge, sementara itu produksi

hijauan makanan ternak dipengaruhi oleh musim, penggunaan lahan dan

topografi (Budiasa, 2005). Kamal (1998), menyatakan bahwa ketersediaan

jenis hijauan pakan yang ada pada lahan pertanian keberadaannya dapat

dibagi 2, yaitu: (1) yang tumbuh secara alami tanpa campur tangan manusia

seperti pastura alami dan (2) yang sengaja ditanam oleh petani seperti rumput

gajah, gamal, dadap, lamtoro dan waru.

Setiana (2000) melaporkan bahwa hijauan makanan ternak merupakan

bagian penting dalam sistem produksi peternakan terutama sebagai pakan

ternak ruminansia, karena lebih dari 75% pakannya berasal dari hijauan.

Keberhasilan produksi suatu peternakan sangat tergantung kepada kualitas

pakan dan jenis ternak yang dipelihara, oleh karena itu ketersediaan hijauan

pakan sepanjang masa dan memilih hijauan yang berkualitas unggul adalah

sangat penting.

Konsentrat merupakan campuran bahan pakan sumber energi, protein,

dan mineral yang diharapkan dapat menyediakan nutrien yang digunakan

untuk pembentukan susu (Sukarini, 2012). Konsentrat dapat berperan sebagai


sumber karbohidrat mudah larut, sumber glukosa untuk bahan baku produksi

susu dan sebagai sumber protein lolos degradasi (Ramadhan et al., 2013).

Pemberian konsentrat umumnya berkisar antara 5- 9,5 kg/ekor/hari

(Siregar, 2003) dan dilakukan 2 jam sebelum pemberian hijauan, untuk

meningkatkan konsumsi bahan kering pakandan bahan organik pakan

meningkat (Astuti et al., 2015). Konsentrat berperan untuk memacu

pertumbuhan mikroba di dalam rumen yang menyebabkan peningkatan

fermentasi sehingga mengakibatkan peningkatan kecernaan BK pakan

(Devendra dan Burns, 1994).

2.3 Analisis Proksimat

Analisis proksimat merupakan analisis yang digunakan untuk menguji

kandungan protein kasar, lemak kasar, serat kasar, bahan serat tanpa N serta

abu (Suci, 2013). Analisis proksimat digunakan untuk menganalisis

presentase nutrien pakan berdasarkan sifat kimianya. Adapun nutrien yang

diuji air, protein lemak, serat, ekstrak bebas nitrogen dan abu (Alfrianto,

2005). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis

proksimat merupakan analisis yang digunakan untuk menguji kadar beberapa

nutrien

Sutardi, (2009) menyatakan bahwa pada prinsipnya bahan pakan

terdiri dari air dan bahan kering dengan melalui pemanasan pada suhu 105°C.

Bahan kering dapat dipisahkan antara kadar abu dan kadar bahan organik

melalui pembakaran dengan suhu 500°C. Bahan organik dapat dipisahkan


menjadi komponen nitrogennya yang kemudian dihitung sebagai protein

dengan teknik kjeldahl dan bagian lainya adalah bahan organik tanpa

nitrogen. Bahan organik tanpa N dapat dipisahkan menjadi karbohidrat dan

lemak. Selanjutnya karbohidrat dapat dipisah menjadi serat kasar dan bahan

ekstrak tanpa nitrogen.

2.3.1 Kadar Air Bahan Kering

Kadar air dalam bahan makanan sangat mempengaruhi kulaitas dan

saya simpan dari pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air

dalam suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses prngolahan

maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat. Kadar air

dalam suatu bahan pangan sangat berpengaruh pada mutu produk

pangan tersebut. Semakin bnayak kadar air yang terkandung, umur

simpannya semakin sebentar, karena kalau suatu bahan mengandung

banyak kadar air, maka sangat mungkin adanya mikroba yang tumbuh.

Oleh karena itu kita bharus mengetahui kandungan air dalam suatu

bahan agar dapat memprediksikan umur simpannya (Crhistian, 1980).

Winarno, (2004) menyatakan bahwa kandungan air dalam

bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran, dan daya

tahan bahan makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan

dengan Aw yaitu jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh

mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Kadar air dalam suatu bahan

pakan dapat diketahui dengan dipanaskan pada suhu 105ᵒC. Bahan


kering dihitung sebagai selisih antara 100% dengan persentase kadar air

suatu bahan pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap (Hafez,

2000).

2.3.2 Kadar Abu

Kadar abu bahan pakan menggambarkan kandungan

mineral pada bahan tersebut. Menurut (Cherney, 2000) abu terdiri dari

mineral yang larut dalam detergen dan mineral yang tidak larut dalam

detergen. Karra, (2007) menyatakan pemanasan di dalam tanur adalah

dengan suhu 400-600°C, dan zat anorganik yang tertinggal saat

pemanasan dengan tanur disebut dengan abu (ash) (Halim, 2006).

2.3.3 Lemak Kasar

Khairul, (2009) menyatakan bahwa lemak kasar yang

dihasilkan dari penentuan lemak kasar adalah ekstraksi dari klorofil,

xanthofil, dan karoten. Menurut (Soejono, 1990) kandungan lemak

suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan metode soxhlet, yaitu

proses ekstraksi suatu bahan dalam tabung soxhlet. Penetapan

kandungan lemak dilakukan dengan larutan heksan sebagai pelarut.

Fungsi dari heksan adalah untuk mengekstraksi lemak atau untuk

melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari kuning menjadi jernih

(Mahmudi, 2007).

2.3.4 Protein Kasar

Anggorodi, (2005) menyatakan protein adalah esensial bagi

kehidupan, karena sebagai protoplasma aktif dalam semua sel hidup.


Maka protein adalah zat atau komponen penting yang harus ada dalam

makanan (Sutardi, 2009).

Protein kasar memiliki pengertian banyaknya kandungan

nitrogen (N) yang terkandung pada bahan tersebut dikali dengan 6,25.

Definisi tersebut berdasarkan asumsi bahwa rata-rata kandungan N

dalam bahan pakan adalah 16 gram per 100 gram protein (NRC, 2001).

Protein kasar terdiri dari protein dan nitrogen bukan protein (NPN)

(Cherney, 2000).

2.3.5 Serat Kasar

Suparjo, (2010) menyatakan bahwa langkah pertama

metode pengukuran kandungan serat kasar adalah menghilangkan

semua bahan yang terlarut dalam asam dengan pendidihan dengan asam

sulfat, bahan yang larut dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan

dalam larutan sodium alkali. Residu yang tidak larut adalah serat kasar.

Menurut (Poetra, 2005) Serat kasar adalah semua zat organik yang tidak

larut dalam H2SO4 0,3 N dan dalam NaOH 1,5 N yang berturut-turut

dimasak selama 30 menit.

2.4 Analisis Energi

Definisi energi secara umum yaitu kata energi berasal dari bahasa

Yunani, yang artinya kerja yaitu ergon. Sedangkan menurut KBBI energi

secara garis besarnya didefinisikan daya atau kekuatan yang akan diperlukan

untuk dapat melakukan berbagai rangkaian proses kegiatan. Menurut


Purwadarminta, energi adalah tenaga, atau gaya untuk berbuat sesuatu.

Definisi ini merupakan perumusan yang lebih luas daripada pengertian-

pengertian mengenai energi yang pada umumnya dianut di dunia ilmu

pengetahuan (Kadir, 2011).

Dalam pengertian sehari-hari energi dapat didefinisikan sebagai

kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan. Energi terbagi menjadi 2,

yaitu energi konvensional dan energi non konvensional.

1.) Energi konvensional

Energi konvensional sering disebut sebagai sumber daya energi

fosil. Energi fosil ini suatu saat akan habis karena kecepatan pemakaian

lebih cepat dibanding dengan kecepatan pembentukannya. Energi

konvensional atau energi fosil terdiri dari minyak bumi, gas bumi, dan

batubara.

2.) Energi Non-konvensional

Energi non-konvensional biasa disebut sebagai sumber daya energi

non fosil. Energi non konvensional meliputi energi baru dan terbarukan.

Energi non konvensional adalah energi air, angin, biomassa, matahari,

nuklir, panas bumi, dan pasang surut air laut.

Jenis-jenis energi berdasarkan sumbernya, yaitu energi tak

terbarukan dan energi terbarukan (Andriani, 2018).


Sumber energi tak terbarukan (non-renewable) didefinisikan

sebagai sumber energi yang tidak dapat diisi atau dibuat kembali oleh

alam. Sedangkan sumber energi terbarukan (renewable) didefinisikan

sebagai sumber energi yang dapat dengan cepat diisi kembali oleh alam.

BAB III
METODOLOGI

3.1 WAKTU DAN TEMPAT


Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak dilakukan pada tanggal 06 April 2023 dan 08

April 2023 di Laboratorium Nutrisi Fakultas Peternakan Dan Perikanan Universitas

Tadulako

3.2 Alat Dan Bahan

No Nama Fungsi

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Penetapan Kadar Air Dan Bahan Kering

1. Siapkan oven dan kondisikan pada suhu yang akan digunakan

hingga mencapai kondisi yang stabil

2. Masukan cawan porselin kosong kedalam oven minimal 2 jam.

Pindahkan cawan kosong kedalam desikator sekitar 30 menit sampai

mencapai suhu ruang dan timbang bobot kosong

3. Timbang sampel yang telah dihaluskan sebanyak 2,5 g kedalam

cawan

4. Masukan cawan yang telah diisi dengan sampel kedalam oven pada

suhu, 1050 C selama 3 jam


5. Setelah selesai pindahkan cawan dengan menggunakan penjepit

(gegep) ke dalam desikator selama 30 menit kemudian timbang

6. Lakukan pengujian minimal duplo (dua kali)

Rumus :

% Kadar air = 100-BK

% Bahan Kering = c-a x 100


b

3.3.2 Penetapan Kadar Abu/Bahan Organik

1. Timbang cawan kosong yang telah di oven selama 30 menit dengan

suhu 1050 C

2. Timbang sampel yang telah dihaluskan sebanyak 2,5 g kedalam

cawan porselin

3. Masukan cawan yang telah diisi dengan sampel kedalam tanur pada

suhu 550-6000 selama, 3 jam

4. Setelah selesai pindahkan cawan dengan menggunakan penjepit

(gegep) dalam desikator selama 30 menit kemudian timbang

Rumus :

Kadar Abu = c-a x 100 %


b

Kadar Bahan Organik = 100-kadar abu


3.3.3 Penetapan Kadar Protein

1. Timbang kira-kira 1 g sampel lalu masukkan kedalam tabung

destruksi

2. Tambahkan 2 buah tablet katalis

3. Tuangkan 20 ml asam sulfat pekat kedalam labu destruksi dan

diamkan selama 10 menit dakam ruang asam

4. Tempatkan masing-masing labu destruksi pada alat destruksi

(digest)

5. Destruksi pada suhu 4100 C selama kurang lebih 2 jam atau

sampai larutan jernih hingga menvapai suhu kamar dan

tambahkan 100 ml aquades

6. Siapkan botol raegen masing-masing berisi NaOH 30 % dan berisi

H3B03 2 % yang mengandung indicator

7. Pasang tabung destilasi pada perangkat destilat

8. Lakukan destilasi dan tamping destilat dalam gelas hingga volume

bisa mencapai 150 ml (hasil destilat akan berubah menjadi warna

hijau) atau sampai program alat berhenti otomatis

9. Titrasi hasil destilat dengan HCL 0,01 yang sudah dibekukan

sehingga berubah warna

10. Lakukan pengerjaan blanko sepeti pada tahap pengerjaan sampel


Rumus :

% Kadar Protein = Va-Vb x M (HCL) x 14, 007 x 20 x 5,75x 100


w x 1000

3.3.4 Penetapan Kadar Lemak

1. Siapkan oven dan kondisikan pada suhu yang akan digunakan

hingga mencapai kondisi stabil

2. Masukkan labu lemak kedalam oven minimal 30 menit

3. Pindahkan cawan kosong kedalam desikator selama 30 menit

sampai mencapai suhu ruang dan timbang bobot kosong

4. Timbang 5 gram sample letakkan pada kertas saring kemudian

bungkus membentuk selongsong lemak

5. Masukkan selongsong lemak kedalam labu lemak dengan

menempatkan kawat penyangga sebagai penahan pada saat

ekstrak berlangsung

6. Tuangkan berturut turut 200 ml bahan pengekstrak n- Hexana

kedalam labu sebanyak 200 ml dan tempatkan labu lemak pada

posisi pemanasan

7. Hubungkan masing-masing rangkaian alat ke sumber listrit dan

posisikan dalam keadaan ON

8. Lakukan ektraksi pada suhu 1350 C-2000C selama 5 sampai 6 jam


9. Evaporasi campuran lemak dan bahan pengekstrak dalam labu

sampai kering

10. Masukkan labu lemak yang berisi lemak kedalam oven dengan

suhu 1050 C selama 2 jam

11. Setelah selesai pindahkan cawan dengan menggunakan penjepit

(gegep) dalam desikator selama 30 menit kemudian timbang

sampai berat konstan

Rumus :

Kadar Lemak = c-a x 100 %


b

3.3.5 Penetapan Serat Kasar

1. Siapkan oven dan kondisikan pada suhu yang akan digunakan

hingga mencapai kondisi stabil

2. Masukkan bag filter kantong serat kosong kedalam oven minimal

1 jam

3. Pindahkan bag filter kedalam desikator sekitar 30 menit sampai

mencapai suhu ruang dan timbang bobot kosong

4. Timbang 1 gram sampel yang telah dibebaskan lemaknya dengan

cara ekstraksi soxhlet dengan pelarut n-hexana


5. Masukkan sampel kedalam bag filter secara berurutan kemudian

atur dalam penyangga dalam beaker glas, tambahkan 250-300 ml

H2SO4 1,25 % hubungkan dengan pendingin balik

6. Lakukan pemanasan (didihkan) selama 30 menit

7. Pindahkan residu serat kasar kebawah wadah lain dengan

menambahkan 250-300 ml NaOH 3,25 % dan didihkan 30 menit

8. Mengangkat residu serat untuk melakukan pembilasan dengan

aquades panas berturut sampai tidak ada larutan yang tersisa

9. Residu serat kasar kemudian ditiriskan, lakukan pembilasan

dengan aseton kemudian kering anginkan sampai pelarut

menguap

10. Lanjutkan dengan pengeringan dalam oven pada suhu 105oC

selama 1 jam

11. Setekah selesai pindahkan residu serat kasar menggunakan

penjepit (gegep) dalam desikator selama 30 menit kemudian

timbang sebagai (gram) sampai berat konstan.

3.3.6 Analisa Energi

Anda mungkin juga menyukai