Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR

ACARA III
LIPIDA

Disusun oleh:
Kelompok XLVI
Khoirunisa Zahrawani PT/07719
Nozomi Safira Nurulazmi PT/07749
Rionaldi Aljiansyah PT/07762
Sarah Rahma Tunisa PT/07769

Asisten: Muhammad Anang Aprianto

LABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISI


DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
ACARA III
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui adanya kelarutan
lipida pada beberapa macam pelarut. Untuk mengetahui derajat ketidak-
jenuhan asam lemak. Untuk mengetahui banyaknya asam lemak bebas yang
terdapat dalam suatu lemak atau minyak. Untuk mengetahui dehidrasi
gliserol dan untuk mengetahui ada tidaknya lemak.

Tinjauan Pustaka
Lipida adalah sejumlah senyawa dalam tubuh yang memiliki ciri-ciri
yang serupa dengan malam, gemuk (grease) atau dapat dikatakan minyak
lipida adalah ester asam lemak yang tersebar di alam dalam bentuk nabati
maupun hewani. Kegunaan lipida sebagai pelindung seluler karena lipida
merupakan bagian integral dari membran sel. Selain itu, lipida juga sebagai
pelindung aseluler karena lipida merupakan pelindung organisme dalam
bentuk jaringan integument (Susanti et al., 2011).
Lipida merupakan suatu molekul yang terdiri atas oksigen, hidrogen,
karbon, dan terkadang terdapat nitrogen sertafosforus (Santika, 2016). Dalam
asam lemak terdapat asam stearat. Asam stearat dalam lemak jenuh kurang
baik untuk kesehatan, keberadaan asam stearat memacu meningkatnya LDL
(Low Density Lipoprotein) dan kolesterol dalam darah (Setiawati et al., 2016).
Lipida pada umumnya dapat diklasifikasikan berdasar atas kerangka
dasar menjadi lipida kompleks dan lipida sederhana. Lipida sederhana
meliputi ester asam lemak dengan berbagai alkohol. Contoh lipida sederhana
antara lain, lemak, minyak, dan wax (malam). Lipida kompleks merupakan
ester asam lemak yang mengandung gugus-gugus selain alkohol dan asam
lemak, seperti fosfolipida dan glikolipida. Selain berdasar atas kerangka
dasarnya, lipida juga dapat diklasifikasikan menurut sifat polaritasnya, yaitu
polar dan non-polar. Contoh lipida yang bersifat polar, yaitu fosfolipida,
glikolipida, proteolipida. Contoh lipida yang bersifat non-polar, yaitu alkana &
alkena, lemak alkohol, lilin, sterol, tokoferol, dan trigliserida (Mamuaja, 2017).
Lipida memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, antara lain sebagai penyusun
struktur membran sel, sebagai cadangan energi, sebagai hormon dan pelarut
vitamin A,D, E, K, serta kulit pelindung komponen dinding sel (Mamuaja,
2017).
Lipida adalah senyawa ester organik pada organisme hidup yang tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut non polar seperti benzena,
khloroform, dietil eter, dan karbon tekaklorida (Sumardjo, 2009). Berdasarkan
kejenuhannya asam lemak dibagi menjadi asam lemak jenuh dan tak jenuh.
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal
pada rantai hidrokarbonnya, sedangkan asam lemak tak jenuh merupakan
asam lemak yang mengandung ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya
(Mark, 2000). Gambar asam lemak jenuh dan tak jenuh adalah sebagai
berikut.

Gambar 1. Struktur asam lemak


(aryani et al., 2017)
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain, tabung
reaksi, rak tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, pipet tetes, lempeng tetes,
timbangan digital, buret, statif, gelas ukur, dan kertas minyak.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain, eter,
akuades, khloroform, larutan Na2CO3 1%, larutan empedu encer, minyak
kelapa, pereaksi Hubl, minyak jagung, minyak hewan, minyak olive, KHSO 4,
margarin, tepung gandum, tepung kedelai, phenolptalein, dan 0,1 N KOH.
Metode
Uji Kelarutan dan Terjadinya Emulsi. Disiapkan lima tabung reaksi,
masing-masing diisi dengan 2 ml khloroform, eter, akuades, larutan Na 2CO3,
dan larutan empedu encer. Ditambahkan setetes minyak kelapa ke dalam
tiap tabung. Digojog dan dibiarkan selama lima menit. Dicatat perbedaan-
perbedaannya.
Uji Angka Iod. Dicampurkan 10 ml khloroform dan 10 tetes pereaksi
Hubl. Kemudian dituangkan ke dalam 4 tabung reaksi. Ditambahkan masing-
masing setetes, pada tabung reaksi pertama diisi minyak kelapa, tabung
reaksi kedua minyak jagung, tabung ketiga ditetesi dengan minyak zaitun dan
tabung keempat hewan. Digojok dan perubahan warna diamati. Warna merah
muda yang timbul apabila belum hilang, ditambahkan setetes demi setetes.
Jumlah tetes minyak yang dipergunakan untuk menghilangkan warna dicatat.
Uji Angka Asam. Ditimbang sebanyak 10 gr sampel. Sampel yang
sudah dicairkan dicampurkan ke dalam 50 ml pelarut lemak. Ditambahkan 1
ml larutan phenolptalein dan dihomogenkan di vortek. Dititrasi dengan 0,1 N
KOH sampai berwarna pink. Dicatat jumlah mililiter alkali standar yang
digunakan dan dihitung angka asam dari lemak dengan rumus:
ml titrasi (KOH 0,1 N) x 5,6
Angka asam (mg/g) =
ml sampel
Uji Akrolein. Disiapkan 2 tabung reaksi yang masing-masing diisi
dengan beberapa tetes minyak zaitun dan tabung kedua diisi dengan gliserol.
Ditambahkan 1 ml NaHSO4 ke dalam tiap tabung. Dipanaskan secara hati-
hati dan bau yang timbul diamati.
Uji Noda Lemak. Tabung reaksi diisi dengan sedikit bahan yang akan
diteliti kandungan minyak/lemaknya. Ditambahkan beberapa tetes eter (4 ml)
dan digojok. Lapisan eter diambil dan ditempatkan di atas lempeng tetes.
Eter dibiarkan menguap dan diusap sisanya dengan kertas minyak. Diamati
ada tidaknya noda.
Hasil dan Pembahasan

Uji Kelarutan dan Terjadinya Emulsi


Uji kelarutan dan terjadinya emulsi bertujuan untuk mengetahui
adanya kelarutan lipida pada beberapa macam pelarut. Prinsip kerja uji ini
yaitu adanya kelarutan lipida pada larutan non-polar. Reagen yang digunakan
dalam uji ini yaitu khloroform, aquades, ether sebagai pelarut senyawa non-
polar, Na2CO3 sebagai garam yang memiliki sifat basa, minyak kelapa yang
berfungsi sebagai sumber lipida, dan empedu encer yang berfungsi sebagai
pengemulsi. Fungsi penggojokan saat pencampuran reagen yaitu agar
larutan tercampur secara merata. Hasil uji kelarutan dan terjadinya emulsi
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Hasil uji kelarutan dan terjadinya emulsi
Tabung Perlakuan Hasil
1 Khloroform Minyak larut, warna
putih keruh
2 Ether Minyak larut, warna
jernih
3 Aquades Minyak dan air tidak
tercampur, warna sedikit
keruh
4 Na2CO3 Warna menjadi putih
keruh, terjadi
saponifikasi
5 Larutan empedu Warna kuning pekat
tidak larut, terjadi
emulsi
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pelarut kloroform yang
dicampur dengan tiga tetes minyak kelapa menyebabkan larutan menjadi
berwarna keruh tetapi larut. Hal ini disebabkan karena kloroform merupakan
senyawa pereaksi non polar yang dapat melarutkan lipida yang terdapat pada
minyak kelapa. Hasil pada pelarut ether yaitu larutan berwarna jernih dan
larut. Hal ini juga disebabkan karena ether merupakan senyawa pereaksi non
polar yang dapat melarutkan lipida. Hasil pada pelarut aquades yaitu minyak
menjadi menempel/tersebar pada dinding tabung reaksi dan larutan menjadi
sedikit lebih keruh. Hal tersebut dikarenakan lipida merupakan senyawa
organik yang tidak dapat larut dalam air. Hasil pada pelarut Na 2CO3 yaitu
larutan menjadi keruh dan terdapat gumpalan-gumpalan kecil dalam larutan.
Hal tersebut dikarenakan terjadinya sifat saponifikasi pada lipida yang
disebabkan oleh reaksi antara triasilgliserol pada minyak kelapa dengan basa
Na pada Na2CO3 yang membentuk garam Na – asam lemak(sabun) dan
gliserol. Hasil pada pelarut empedu encer yaitu terdapat busa di permukaan
tabung reaksi dan terdapat gelembung pada larutan setelah digojok.
Terjadinya emulsi pada larutan tersebut dikarenakan minyak dilapisi oleh
cairan empedu sehingga minyak yang awalnya tidak larut menjadi sedikit
larut. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu larutan yaitu bisa
dikarenakan pH, temperatur, sifat zat pelarut, sifat zat terlarut maupun
tekanan.
Emulsi merupakan sistem koloid yang banyak terdapat pada bahan
pangan, kosmetik dan obat-obatan. Seperti juga pada sistem minyak utuh,
reaksi oksidasi lipida juga dapat terjadi dalam sistem emulsi minyak-air.
Salah satu cara yang sering digunakan dalam mencegah terjadinya oksidasi
pada pangan berlipida adalah aplikasi antioksidan. Penggunaan antioksidan
dapat menghambat terjadinya ketengikan, menghambat pembentukan produk
oksidasi yang bersifat toksik yang diikuti dengan penurunan kualitas gizi serta
untuk memperpanjang masa simpan makanan (Fatimah, 2018).
Pengujian yang dilakukan telah sesuai dengan literatur yang ada yang
menyebutkan bahwa lipida adalah jenis senyawa organik yang bersifat
nonpolar. Karena nonpolar, lipida tidak larut dalam pelarut polar seperti air
atau alkohol. Tetapi larut dalam pelarut nonpolar seperti eter atau kloroform
(Wijanarko dan Lanny, 2012).
Uji Angka Iod
Pengujuan angka iod bertujuan untuk mengetahui derajat ketidak-
jenuhan asam lemak. Prinsip kerja uji angka iod adalah terjadinya reaksi
adisi antara ikatan rangkap pada asam lemak dengan iod dalam pereaksi
hubl yang ditunjukkan melalui perubahan warna yang semula merah muda
menjadi bening. Semakin banyak tetesan asam lemak yang dibutuhkan
dalam merubah warna larutan semula, semakin jenuh asam lemak tersebut.
Khloroform berfungsi untuk melarutkan lemak, pereaksi Hubl berfungsi
sebagai reagen agar terjadi reaksi adisi pada asam lemak karena adanya
kandungan Iod, serta HgCl2 (Hubl) berfungsi sebagai katalisator. Hasil uji
angka iod dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Hasil uji angka iod
Tabung Perlakuan Hasil
1 Khloroform Warna semula bening,
setelah ditambah
pereaksi Hubl warna
menjadi merah muda
1.1 Minyak kelapa Warna menjadi bening
setelah tetesan ke 170
1.2 Minyak jagung Warna menjadi bening
setelah tetesan ke 22
1.3 Minyak hewan Warna menjadi bening
setelah tetesan ke 28
1.4 Minyak olive Warna menjadi
bening setelah
tetesan ke 27
Berdasarkan tabel, diketahui bahwa tabung 1.1 dibutuhkan sebanyak
170 tetes minyak kelapa, tabung 1.2 dibutuhkan sebanyak 22 tetes minyak
jagung, tabung 1.3 dibutuhkan sebanyak 28 tetes minyak hewan, tabung 1.4
dibutuhkan sebanyak 27 tetes minyak olive untuk merubah warna merah
muda menjadi bening. Setelah diurutkan menurut volume, minyak kelapa
merupakan yang paling banyak diteteskan. Urutan volume dari yang paling
banyak minyak yang ditambahkan yaitu minyak kelapa, minyak hewan
minyak olive, dan minyak jagung. Urutan dari yang paling banyak ikatan
rangkapnya yaitu minyak jagung , minyak olive, minyak hewan, dan minyak
kelapa. Urutan minyak dari yang paling jenuh yaitu minyak kelapa, minyak
hewan, minyak olive, dan minyak jagung. Semakin banyak ion yang
diteteskan maka akan semakin jenuh.
Angka Iod mencerminkan ketidak-jenuhan asam lemak penyusun
minyak dan lemak. Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat Iod dan
membentuk senyawaan yang jenuh. Banyaknya Iod yang diikat menunjukkan
banyaknya ikatan rangkap. Angka Iod dinyatakan sebagai banyaknya gram
Iod yang diikat oleh 100 gram minyak atau lemak. Semakin banyak angka iod
yang terukur, maka semakin banyak pula kandungan asam lemak tak jenuh
dalam minyak yang mengindikasikan bahwa semakin baik kualitas minyak
tersebut. Prinsip analisis bilangan iod adalah gliserida tak jenuh minyak
mempunyai kemampuan mengadsorpsi sejumlah iod, Jumlah iod yang
teradsorpsi menunjukkan ketidakjenuhan minyak (Dewi dan Nurul, 2012).
Pengujian angka iod ini yang seharusnya volume minyaknya paling
banyak diteteskan adalah minyak hewan. Namun pada pengujian yang paling
banyak diteteskan yaitu minyak kelapa. Hal tersebut bisa disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu adanya kontaminasi, suhu, dan lama penyimpanan.
Yang paling sedikit diteteskan atau yang paling tidak jenuh yaitu minyak
jagung. Hal ini telah sesuai dengan literatur yang ada yang menyebutkan
bahwa minyak jagung mengandung asam lemak tak jenuh yang tinggi.
Minyak tak jenuh seperti minyak jagung, mudah teroksidasi dan terhidrolisis
akibat panas yang menghasilkan asam lemak bebas dan menyebabkan
ketengikan (Suroso, 2013). Semakin banyak minyak yang diperlukan maka
minyak tersebut makin sedikit ikatan rangkapnya (semakin jenuh).
Uji Akrolein
Pengujian akrolein bertujuan untuk mengetahui terjadinya dehidrasi
gliserol. Prinsip kerja dari uji akrolein yaitu lemak yang dihidrolisis menjadi
asam lemak dan gliserol untuk kemudian gliserol akan mengalami dehidrasi
menjadi akrolein. Penambahan KHSO4 berfungsi sebagai pereaksi higrokopis
agar mempercepat pembentukan aldehid dan untuk mengikat H 2O saat
pemanasan berlangsung. Pemanasan dilakukan agar proses hidrolisis dapat
berlangsung dengan sempurna. Hasil uji akrolein dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 3. Hasil Uji Akrolein
Tabung Larutan Hasil
1 Minyak Kelapa Bau menyengat
2 Gliserol Bau lebih menyengat
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pada gliserol memiliki bau
yang lebih menyengat dibandingkan dengan pada minyak kelapa. Hal ini
dikarenakan terjadinya reaksi lemak yang kemudian terhidrolisis menjadi
asam lemak dan gliserol. Gliserol memiliki ikatan rangkap sehingga sulit
dalam memproses untuk memecah ikatannya sehingga berbau lebih
menyengat dibanding minyak kelapa. Waktu yang diperlukan minyak kelapa
untuk mendidih lebih cepat dibanding gliserol. Ketengikan bisa diakibatkan
adanya hidrolitik ataupun oksidatif. Oksidasi dimulai dengan pembentukan
radikal radikal bebas yang disebabkan oleh faktor faktor yang mempercepat
reaksi seperti cahaya, panas, peroksida (Patty, 2015). Radikal ini dengan O 2
membentuk peroksida aktif yang dapat membentuk hidriperoksida yang
bersifat sangat tidak stabil dan mudah pecah menjadi senyawa dengan rantai
karbon lebih pendek oleh radiasi energi tinggi, energi panas, katalis logam,
atau enzim (Djuma, 2014). Kerusakan pada minyak yang utama adalah
timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan. hal ini
disebabkan oleh autooksidasi radikal asam tidak jenuh dalam lemak (Djuma,
2014).

Uji Angka Asam


Pengujian angka asam bertujuan untuk mengetahui banyaknya asam
lemak bebas yang terdapat dalam suatu lemak atau minyak. Fungsi
penggunaan indikator PP yaitu sebagai  Indikator asam-basa yang digunakan
dalam titrasi asidimetri dan alkalimetri. Indikator ini merupakan senyawa
organik yang bersifat asam atau basa, yang dalam daerah pH tertentu akan
berubah warnanya. pelarut lemak berfungsi untuk melarutkan lemak,
kemudian KOH berfungsi sebagai titran dalam proses titrasi. Titrasi dilakukan
bertujuan untuk mengetahui berapa banyak asam lemak bebas yang
berikatan dengan basa (KOH). Prinsip kerja uji angka asam yaitu semakin
banyak KOH yang dibutuhkan maka semakin banyak asam lemak bebas
yang dihasilkan, sehingga semakin tinggi angka asam. Hasil uji angka asam
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Hasil uji angka asam
Erlenmeyer Perlakuan Angka asam (ml KOH)
1 Margarin 0,4
2 Minyak kelapa 0,2
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pada margarin
dibutuhkan 0,4 ml KOH saat titrasi agar terjadi warna kemerahan yang
terpisah, sedangkan pada minyak kelapa dibutuhkan 0,2 ml KOH saat titrasi
agar terjadi warna merah muda. Ketika margarin ditambahkan dengan pelarut
lemak warnanya menjadi kuning dan saat ditambahkan indikator pp menjadi
berwarna agak cerah. Minyak kelapa saat ditambahkan pelarut lemak
menjadi berwarna putih bening. Ketika ditambahkan indikator PP warnanya
menjadi lebih pekat. Penentuan asam lemak bebas dapat dilakukan dengan
metode titrasi asam basa. Prinsip dari titrasi asam basa yaitu analisis jumlah
asam lemak bebas dalam suatu sampel ekuivalen dengan jumlah basa yang
ditambahkan dalam titrasi yang ditandai dengan berubahnya warna sampel
menjadi warna merah jambu. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yaitu
Irwanda et al., (2017) menyatakan bahwa titrasi asam basa bertujuan untuk
mengetahui sifat asam suatu sampel secara kualitatif. Hasil titrasi asam basa
dari larutan sampel uji akan menunjukkan perubahan warna merah muda
pada larutan sampel uji, yang mana hal ini menunjukkan bahwa sampel uji
bersifat asam.
Uji Noda Lemak
Pengujian noda lemak bertujuan untuk mengetahui adanya lemak.
Prinsip kerja uji noda lemak yaitu semakin banyakkandungan lemak pada
tepung yang digunakan semakin banyak noda lemak yang terdapat pada
kertas minyak. Fungsi eter pada pengujian ini adalah untuk melarutkan
lemak. Hasil uji noda lemak dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. Hasil uji noda lemak
Tabung Perlakuan Hasil
1 Tepung kedelai Terdapat sedikit noda (lemak)
2 Tepung gandum Tidak terdapat noda
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pada tabung yang
berisi tepung kedelai setelah eter menguap terdapat noda yang tampak
meskipun hanya sedikit, sedangkan pada tepung gandum tidak terdapat
noda. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam tepung kedelai terdapat lemak
dan pada tepung gandum tidak terdapat lemak. Hal tersebut sesuai dengan
literatur yaitu Krisnawati (2017) menyatakan bahwa kedelai sebagai bahan
pangan merupakan sumber protein berkualitas tinggi dengan kandungan
lemak jenuh yang rendah dan sumber pangan serat.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa lipida tidak larut dalam pelarut air atau alkohol tetapi larut dalam
pelarut ether atau kloroform. Terjadi penyabunan dalam pelarut Na 2CO3 dan
terjadi emulsi dalam larutan empedu encer. Derajat ketidak-jenuhan minyak
kelapa, minyak jagung, serta minyak olive lebih tinggi dibandingkan pada
minyak hewan. Asam lemak bebas yang didapat pada sampel margarin yaitu
0,9 mg KOH/gram dan pada sampel minyak kelapa 0,4 mg KOH/gram.
Dehidrasi gliserol menghasilkan akrolein sehingga menghasilkan bau yang
lebih menyengat dibandingkan minyak kelapa. Pada tepung kedelai
mengandung lemak dan pada tepung gandum tidak mengandung lemak.
Perhitungan

Rumus angka asam =

angka asam yang didapat :

- sampel margarin =

= 0,9 mg KOH/gram

- sampel minyak kelapa =

= 0,4 mg KOH/gram
Tinjauan Pustaka
Aryani, T., F. S. Utami, dan Sulistyaningsih. 2017. Identifikasi asam lemak
omega pada asi eksklusif menggunakan kromatografi GC-MS.
Journal Of Studies. 1 (1): 5-6.
Dewi, M. T. I. dan N. Hidajati. 2012. Peningkatan mutu minyak goreng curah
menggunakan adsorben bentonit teraktivasi. Unesa Journal Of
Chemistry. 1 (2): 52.
Djuma, A. W. 2014. Effect frequency frying on peroxide number to cooking oil
in packaging. Jurnal Info Kesehatan. 13 (2): 800.
Fatimah, F. 2018. Pengaruh pH terhadap stabilitas oksidatif dan efektivitas
dalam sistem emulsi. Journal Of Chemistry Progress. 1(2): 89.
Irwanda, W., Andi H. A., dan Rudiansyah. 2017. Sintesis asam oksalat dari
getah batang Tanaman Sri Rejeki (Dieffenbachia seguine (Jacq)
schott) menggunakan metode hidrolisis asam fosfat. Jurnal Kajian
Komunikasi. 6 (1): 35.
Krisnawati, A. 2017. Kedelai sebagai sumber pangan fungsional. Jurnal Iptek
Tanaman Pangan. 12 (1): 57.
Mark, D. B., A. D. Mark, C. M. Smith. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar.
EGC. Jakarta.
Patty, P. V. 2015. Pengaruh lama fermentasi terhadap ransiditas minyak
kelapa yang diproduksi secara tradisional. Jurnal Biopendix. 1 (2):
141.
Santika, I Gusti Putu N.A. 2016. Pengukuran tingkat kadar lemak tubuh
melalui jogging selama 30 menit mahasiswa putra semester IV
FPOK IKIP PGRI Bali. Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi. Vol.
1 : Hal 90.
Setiawati, T, U. Atmomarsono, dan B. Dwiloka. 2016. Kadar lemak dan profil
asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh daging ayam broiler
dengan pemberian pakan mengandung tepung daun kayambang
(Salvinia molesta). Jurnal Teknologi Hasil Pertanian. 9 (2): 1.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Srata I Fakultas Bioeksakta. EGC.
Jakarta.
Suroso, A. S. 2013. Kualitas minyak goreng habis pakai ditinjau dari bilangan
peroksida, bilangan asam dan kadar air. Jurnal Kefarmasian
Indonesia. 3 (2): 78.
Susanti, W., Nur W., Dessy R., Nur F., dan Nuri P. 2011. Kelarutan lipid serta
pengaruh emulgator terhadap kelarutan lipid. Jurnal Biokimia
Praktikum ke-3.Hal : 1.
Wijanarko, B. dan Lanny D. P. 2012. Ekstraksi lipid dari mikroalga
(Nanocloropsis sp.) dengan solven methanol dan khloroform.
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. 1 (1): 136.

Anda mungkin juga menyukai