Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ZOOLOGI VERTEBRATA TENTANG PISCES


“PLACODERMATA”
(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Zoologi Vertebrata)

Dosen Pembimbing :

DR. Jefry Jack Mamangkey M.si


IR. Stella Taulu M.si

Disusun Oleh

Josua Mahendra Gigir ( 18 507 049)


UNIVERSITAS NEGERI MANADO
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
2020

KATA PENGANTAR

Syaloom, salam sejahtera bagi kita semua.


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kami kemudahan,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Zoologi Vertebrata
dengan topik Pisces yang berjudul Placodermata” dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan Tuhan
tentunya kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini kiranya juga tak
akan selesai tanpa bantuan dari beberapa pihak yang terus memberi dorongan kepada kelompok
untuk menyelesaikannya.

Terima kasih kelompok haturkan kepada Bapak DR. Jefry Jack Mamangkey ,M.si beserta
Ibu IR Stella Taulu, M.si yang senantiasa membimbing kelompok didalam kelas dan cara yang
benar dalam penyusunan makalah.Tanpa adanya bimbingan dari beliau,kelompok kiranya tidak
akan mampu menyelesaikan makalah ini.

Apabila ada kesalahan yang terdapat dalam penyusunan makalah ini, izinkan kelompok
menyampaikan permohonan maaf. Karena kelompok sadari masih ada kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Sebab, kami dari kelompok masih dalam tahap proses belajar dalam
penyusunan suatu makalah.

Harapan kami kelompok dikemudian hari, makalah ini bisa menjadi referensi dan bahan
pembelajaran bagi siapa saja yang membaca, khususnya bagi mahasiswa yang akan menjadi
seorang guru untuk dapat mengerti serta memahami pentingnya materi zoologi vertebrata.

Tondano, 13 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Karakteristik Placodermata ......................................................................................


B. Klasifikasi Placodermata .................................................................................

C. Dunkleosteus Sebagai Contoh Yang Terkenal dari Kelas Placodermata


.........................................
D. Peranan Placodermata .................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................................
B. Saran ..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pisces adalah mahluk hidup vertebrata dan merupakan yang paling sukses di habitat
perairan di seluruh dunia. Superkelas Pisces dibagi menjadi dua subkelas yaitu Agnatha
(vertebrata tanpa rahang) dan Gnathostoma (vertebrata yang memiliki rahang). Semua superclass
Agnatha adalah tidak berahang dan beberapa superclass Gnathostoma (vertebrata berahang) yaitu
Kelas Acanthodia, Kelas Placodermi, Kelas Osteichthyes ( Ikan Bertulang), Kelas Chondrichtyes
atau ikan bertulang rawan. Menurut Helfman et al., tahun 2009 menyatakan ada sekitar 28.000
spesies ikan hidup dengan jumlah sekitar 1000 bersifat cartilaginous (hiu, skates, pari), 108 jenis
ikan tidak berahang (hagfish, lamprey), dan 26.000 sisanya adalah ikan bertulang. Nenek
moyang ikan berasal dari 500 juta tahun yang lalu yang dibuktikan dengan adanya fosil.

Ikan rahang pertama berkembang pada Era Paleozoikum periode Silurian 416-443 juta
tahun yang lalu. Menjelang akhir Ordovisium dan selama awal periode Silur. Bumi mengalami
kepunahan kolosal yang terbesar kedua dalam peristiwa kepunahan, memusnahkan 70% spesies.
Sebelum periode ini, semua ikan tidak memiliki rahang, tanda-tanda pertama rahang ditemukan
pada periode ini. Rahang pertama kali dicatat pada periode Silurian, di mana catatan fosil
menemukan dua kelompok ikan: Placoderms dan Acanthodii . Pan et al., 2015 menyatakan
Placoderms berevolusi dari Ostracoderm dan Acanthodii yang hiu berduri seperti ikan. Rahang
mereka diperkirakan telah berevolusi dari lengkung faring anterior (lengkung insang).
Diperkirakan juga bahwa rahang berkembang untuk membantu pernapasan daripada untuk
makan. Seiring waktu, rahang menjadi lebih rumit dan kompleks, sehingga pengembangan
rahang adalah langkah penting dalam evolusi ikan. Ikan bertulang rawan ( Chondrichthyes ) dan
ikan bertulang ( Osteichthyes ) juga berkembang pada akhir periode Silurian.

Acanthodian menurut (Burrow and Szrek, 2018) merupakan kelompok ikan rahang
pertama kali. Muncul di Silurian akhir dan ada sekitar 150 juta tahun yang lalu. Lengkungan
insang di belakang rahang disebut penyapu insang untuk menyaring partikel makanan dari arus
pernapasan. Memiliki sirip berpasangan – beberapa di permukaan punggung tetapi tidak benar-
benar digunakan untuk penggerak (yang berasal dari ekor) mungkin digunakan untuk
kemampuan manuver. Tulang di sekitar otak dan tulang rawan di sirip. Evolusi ikan setelah ikan
Acanthodian (sejak kemunculan rahang) sebagian besar merupakan kisah tentang modifikasi
rahang dan peningkatan kemampuan manuver. Mengikuti evolusi Acanthodian, ada perpecahan
tiga arah yang tampak dalam pohon evolusi vertebrata yaitu Para Placoderms (semua sudah
punah). Chondrichthyese (hiu, skate, pari) dan Osteichthyese ikan bertulang).

Zaman Ikan ( Periode Evonia) Era Paleozoikum, periode Evonia ,358-419 juta tahun
yang lalu. Pada periode ini (juga dikenal sebagai ‘ zaman ikan’) berbagai macam ikan mulai
berevolusi dan berkembang. Placoderms mendominasi perairan pada periode ini, namun
Chondrichthyes (termasuk hiu dan pari) lebih gesit dan mengalahkan mereka. Karena hal ini
menjelang akhir periode ini, Ostracodermata dan Placodermata punah. Osteichthyes (ikan
dengan kerangka bertulang) berevolusi menjadi dua kelompok – ikan bersirip sinar
(Actinopterygii) dan spesies bersirip lobus (Sarcopterygii). Dari ikan bersirip lobus yaitu
tetrapoda berevolusi (vertebrata dengan kaki sejati), mereka adalah nenek moyang vertebrata
darat. Ikan bersirip terus berevolusi dan mengembangkan spesies baru dan sekarang merupakan
vertebrata yang paling beragam dan banyak jumlahnya sekarang.

Kelas Placoderma merupakan salah satu klas dari super klas Pisces pada sub pylum
Vertebrata. Klas Placoderma yang dikenal dengan ikan bertulang baja termasuk ikan primitif
yang memiliki keunikan dibandingkan dengan ikan-ikan yang lainnya. Hal ini dapat dilihat dari
fisik yaitu dari ukurannya yang besar. Ciri umum pada klas Placoderma ini yaitu ikan pertama
yang memiliki rahang, sirip berpasangan, mempunyai pelopor (perintis) gelembung udara,
Notochordnya tetap, Ikan yang pertama kali melakukan pembuahan internal, apisan pelindung
berbentuk segmen-segmen yang berada disekitar kepala dan dada. Terdapat pelat tulang di
bagian mulut untuk menangkap mangsanya.
Sesuai dengan penjabaran diatas, maka penulis hendak menjelaskan secara lebih spesifik tentang
kelas Placoderma pada superklas pisces sub filum vertebrata.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Saja yang Menjadi karakteristik dari placodermata?


2. Apa Saja klasifikasi pada kelas placodermata beserta contohnya?
3. Bagaimanakah kehidupan dari dunkleosteus sebagai salah satu contoh yang terkenal
dari kelas placodermata?
4. Apa Saja peranan placodermata terhadap kehidupan ?

C. Tujuan

1. Mendefinisikan karakteristik dari placodermata


2. Menguraikan penggolongan pada kelas placodermata beserta contohnya
3. Menjelaskan segala bentuk kehidupan dari dunkleosteus sebagai salah satu contoh yang
terkenal dari kelas placodermata
4. Menjelaskan peranan placodermata terhadap kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Placodermata

Kelas Placodermata (Aphetohyioidea) Placo = pelat, dermis = kulit Ikan yang


mempunyai sisik tulang dan pelat-pelat tulang terutama pada bagian depan tubuh. Merupakan
ikan primitif dan telah punah semuanya. Kelas ini dibicarakan karena banyak dari struktur
tubuhnya merupakan peralihan Ostracodermi dan ikan-ikan berderajat tinggi yang telah
mempunyai rahang. Hewan ini mungkin dianggap merupakan nenek moyang kelas-kelas hewan
yang sudah maju. Muncul pada zaman Silurian 435 juta tahun yang lampau. Kelas Placoderma
yang dikenal dengan ikan bertulang baja termasuk ikan primitif yang memiliki keunikan
dibandingkan dengan ikan-ikan yang lainnya. Hal ini dapat dilihat dari fisik yaitu dari ukurannya
yang besar.

Ciri-ciri umum Placodermata :


a. Merupakan ikan pertama yang memiliki rahang.
b. Mempunyai sirip berpasangan.
c. Mempunyai pelopor (perintis) gelembung udara.
d. Notochordnya tetap.
e. Mengandung rangka dalam.
f. Ikan yang pertama kali melakukan pembuahan internal
g. Lapisan pelindung berbentuk segmen-segmen yang berada disekitar kepala dan dada.
h. Terdapat pelat tulang di bagian mulut untuk menangkap mangsanya

Dari fosil yang ada, ikan jenis ini diketahui muncul pertama kali saat periode Silur, dan
setelah itu, Taxa ini mengalami perkembangan yang besar sebelum akhirnya punah di periode
Devon (periode) akhir. Banyak placodermi, terutama Rhenanida, Petalichthyida, Phyllolepida,
dan Antiarchi, adalah penghuni lautan bawah. Secara khusus, antiarchs, dengan sirip dada pirus
yang sangat termodifikasi, merupakan penghuni yang sangat sukses dari habitat air tawar Devon
Tengah Akhir-Akhir dan habitat laut dangkal, dengan genus Afrika Tengah sampai Akhir,
Bothriolepis, yang diketahui dari lebih dari 100 spesies yang valid. Sebagian besar placodermi
adalah predator, banyak di antaranya tinggal di atau dekat substrat. Banyak, terutama Arthrodira,
aktif, predator nektonik yang tinggal di bagian tengah sampai permukaan air.
B. Klasifikasi Placodermata

Pada kelas Placodermata dibedakan menjadi 6 Ordo, yaitu

1. Ordo Antiarchi
a. Merupakan Placoderma yang kecil panjangnya mencapai 15-20 kaki, tetapi mayoritas ordo
paling pendek dari ordo lainnya.
b. Memiliki permukaan perut yang rata.
c. Memiliki mata diatas rongga kepala.
d. Mempunyai sirip dada bertulang.
e. Contohnya Remigolepis walkeri.

2. Ordo Arthrodira
a. Kulit keras melapisi kepaladan bagian insang juga melapisi sebgaian besar bagian
tubuhnya.
b. Sisa sebagiantubuhnya dilapisi oleh skala tulang yang lebih kecil
c. Mempunyai dua pasang plat gigi rahang atas.
d. Bentuk tubuh menyerupai hiu.
e. Beberapa diantaranya memiliki ukuran tubuh yang sangat besar, misalnya Dunkleosteus
dan Gorgonichthys berukuran 6-9 meter.

3. Ordo Petalichthyda
a. Kerabat dekat ordo arthrodira
b. Tidak banyak yang berukuran lebih dari 1 meter
c. Merupakan penghuni perairan dasar
d. Ikan datar dengan tubuh panjang dan pendek, tulang belakangnya menyerupai pelat
e. Lubang hidung dan pelindung anterior kepala bagian depan dilapisi oleh sejumlah ulang
dengan skala yang sangat kecil, sama seperti sepanjang bagian tubuhnya.

4. Ordo Rhenanida
a. Mengalami pengurangan bagian dada yang tersusun dari besi
b. Tubuhnya tertutupi oleh batu yang berbentuk kotak-kotak kecil
c. Bagian perut berbentuk pipih
d. Bagian sirip membesar
e. Hidup dilaut yang banyak terdapat cahaya matahari

5. Ordo Acanthothoraci
a. Secara umum tubuhnya tersusun dari tulang berukuran besar yang bersal dari lempeng
tengah dorsal.
b. Beberapa dari Acanthothoraci menyerpai ikan pari dan memliki sirip dada yang berbentuk
rata.
c. Memiliki pelindung dikepala seperti perisai dan batang tubuh yang pendek.
d. Memiliki mata dan sirip dorsal yang runcing cenderung mengarah ke atas
e. Tempat hidupnya di dasar laut.

6. Ordo Ptyctodontida
a. Mempunyai bentuk tubuh yang memanjang
b. Mempunyai dada yang keras
c. Menunjukkan ciri seksual hermaprodit
d. Mempunyai ekor seperti cambuk
e. Seekor Ptyctodontida jantan Rhamphodopis mempunyai organ intromittent seperti penjepit
meyerupai apa yang ditemukan pada hiu dan familinya

C. Dunkleosteus Sebagai Contoh Terkenal Dari Kelas Placodermata

Dunkleosteus yang berarti ‘tulang satu dunkle’ untuk menghormati penemunya,Dr.David


Dunkle dari Amerika Serikat,merupakan salah satu placoderm terbesar sepanjang masa dan satu
dari ikan karnivora terkuat di dunia.Dunkleosteus berasal dari Amerika Serikat pada zaman
devonian dan tinggal di perairan sedang dan dalam yang kaya akan mangsa semacam
amfibi,crustacea,moluska,dan bahkan ikan lain. Dunkleosteus adalah salah satu ikan predator
terbesar di Bumi. Mereka dapat tumbuh sekitar 5-9 meter panjangnya dan berbobot 4-6 ton, lebih
besar daripada hiu putih raksasa dari Afrika Selatan dan Australia yang kini diakui sebagai ikan
pemangsa terbesar. Ukuran ini termasuk besar untuk ikan-ikan pada masanya,bahkan
Dunkleosteus adalah binatang terbesar pada zamannya.

Ikan ini memiliki tulang serupa dengan hiu, namun terdapat perisai dari lempengan
tulang yang menutupi dan melindungi kepala hingga sebagian punggung, insang,dan dada.
Perisai ini membuat Dunkleosteus sulit diserang pada bagian vitalnya.Matanya dilindungi oleh
bubungan tulang melingkar dan yang paling mencolok adalah ikan ini tidak memiliki gigi.
Sebagai gantinya terdapat beberapa bilah tulang tajam seperti kapak yang sangat tajam, yang
akan saling mengunci ketika mulutnya tertutup. Bila tulang ini saling mengasah ketika
terpaut,menjadikannya tetap tajam dan tidak akan tumpul. Dunkleosteus digambarkan sebagai
predator brutal yang menyerang hampir apa saja yang lebih kecil dari tubuhnya. Ikan ini melaju
tidak terlalu cepat karena berat-namun kuat. Ia dapat membuka rahangnya dengan menariknya ke
belakang, mengakibatkan daya hisap kuat yang menarik objek di depannya, lalu memotong
tubuh mangsa menjadi dua dengan bilah tulang di mulutnya. Dunkleosteus juga diketahui tidak
selalu mencerna makanannya dengan sempurna, mereka kadang memuntahkan bolus, sisa-sisa
makanan yang sudah masuk ke lambung dan mencari mangsa baru. Banyak ahli juga
berpendapat bahwa placoderm seperti Dunkleosteus adalah salah satu ikan pertama yang benar-
benar melakukan perkawinan, sama seperti hiu.

Dunkleosteus memiliki semua syarat yang diperlukan untuk dipandang sebagai monster
lautan. Ia merupakan hewan karnivora yang mulutnya dilengkapi dengan taring raksasa. Ikan
purba ini juga bisa tumbuh hingga sepanjang 9 meter. Sebagai perbandingan, hiu putih raksasa
“hanya” bisa tumbuh hingga sepanjang 6 meter mulai dari ujung ekor hingga ujung moncongnya.
Dunkleosteus bukan hanya besar, tetapi juga amat berat. Pasalnya hewan ini diperkirakan bisa
memiliki bobot mencapai 3.000 kilogram. Bobotnya tersebut lantas menjadikan hewan ini lebih
berat dibandingkan paus pembunuh sekalipun. Karena Dunkleosteus memiliki ukuran yang besar
dan taring yang kuat, Dunkleosteus pada dasarnya bisa memakan hewan apapun mulai dari yang
bertubuh lunak hingga yang berkulit keras. Bahkan hiu yang hidup pada masa itu juga tidak luput
dari ancaman Dunkleosteus.
Informasi mengenai makanan Dunkleosteus didapat dari fosil hewan lain yang ditemukan pada
bagian perutnya, serta jejak gigitan yang ditemukan pada fosil hewan lain dan menunjukkan
kemiripan dengan karakteristik gigitan Dunkleosteus.

Dunkleosteus Punya Taring, Tapi Tidak Punya Gigi

Dengan taring besar yang mencuat dari rahangnya, Dunkleosteus pun menjelma menjadi
makhluk lautan yang amat ditakuti pada masanya. Yang menarik adalah meskipun memiliki
taring, Dunkleosteus aslinya tidak memiliki gigi. Apa yang nampak seperti taring pada mulutnya
aslinya adalah lempengan dari tulang tengkoraknya.
Dunkleosteus memiliki sepasang taring besar di rahang atas dan sepasang taring besar di rahang
bawahnya. Karena taring tersebut berbentuk runcing dan berukuran tebal, Dunkleosteus bisa
menggunakan taring ini layaknya gigi yang perkasa. Karena taring tersebut pada dasarnya adalah
perpanjang dari tulang tengkorak, taring Dunkleosteus akan bertambah besar seiring dengan
bertambahnya usia ikan ini. Menurut ilmuwan, hal ini terjadi sebagai bentuk adaptasi dari siklus
hidup Dunkleosteus. Saat Dunkleosteus bertambah besar, hewan yang menjadi mangsanya akan
ikut berubah juga.

Jika Dunkleosteus yang masih kecil hanya akan mengincar hewan-hewan bertubuh lunak,
maka Dunkleosteus dewasa tidak akan segan-segan memangsa hewan yang besar yang tubuhnya
dilindungi oleh lapisan keras. Dunkleosteus juga bisa menggunakan taringnya yang perkasa
untuk melubangi tulang tengkorak mangsanya. Taring Dunkleosteus senantiasa berada dalam
kondisi tajam karena hewan ini bisa mengasah taringnya secara alamiah dengan cara membuka
dan menutup mulutnya. Saat taring atas dan bawahnya bergesekan satu sama lain, taringnya pun
kemudian menjadi tajam dengan sendirinya dan selalu berada dalam kondisi siap untuk
mencabik-cabik mangsanya. Dunkleosteus juga bisa mengalami masalah taring patah, misalnya
karena tubuh mangsanya terlalu kuat untuk dicabik oleh taring Dunkleosteus. Namun
Dunkleosteus tidak perlu khawatir karena jika taringnya patah, maka taringnya akan tumbuh
kembali hingga seperti sedia kala.

Dunkleosteus Bisa Menangkap Mangsanya dengan Cara Menghisap

Dunkleosteus bukan hanya bisa makan dengan memakai taringnya yang perkasa. Ia juga
sanggup menelan mangsa bulat-bulat tanpa harus menerkamnya. Kemampuan ini ditunjang oleh
kemampuan Dunkleosteus dalam membuka dan menutup rahangnya dengan amat cepat.
Menurut perkiraan ilmuwan, Dunkleosteus bisa membuka rahangnya dengan kecepatan 0,02
detik. Jika Dunkleosteus melakukannya secara tiba-tiba di dekat hewan kecil yang sedang berada
dalam kondisi lengah, hewan tersebut akan langsung tersedot masuk ke dalam mulut
Dunkleosteus. Dunkleosteus sendiri pada dasarnya memang bukan hewan laut yang bisa
bergerak cepat untuk ukurannya. Oleh karena itulah, supaya bisa mencaplok makanan sebanyak
mungkin, Dunkleosteus pun memiliki metode berburu dengan cara menghisap mangsanya secara
tiba-tiba layaknya penghisap debu bawah laut.

Dunkleosteus juga memiliki metode pencernaan yang unik. Setelah berhasil mendapatkan
mangsanya, Dunkleosteus akan menggunakan giginya untuk melumat mangsanya supaya lebih
mudah untuk ditelan. Namun meskipun Dunkleosteus memiliki taring yang perkasa, tetap saja
ada bagian tubuh yang sulit dihancurkan seutuhnya semisal tulang. Jika hal itu yang terjadi,
maka Dunkleosteus akan menelan daging mangsanya, namun meludahkan tulang-tulangnya
keluar. Ilmuwan bisa mengetahui hal ini karena saat mereka menganalisa gumpalan fosil
makanan yang ada pada bagian perut Dunkleosteus, gumpalan tersebut mengandung potongan
tulang yang berada dalam kondisi belum tercerna sepenuhnya.

Dunkleosteus Mungkin Bersifat Kanibal

Dunkleosteus bukan hanya menjadi ancaman bagi hewan-hewan laut mangsanya, tetapi
juga oleh Dunkleosteus lainnya. Saat ilmuwan memeriksa fosil tengkorak Dunkleosteus, mereka
menemukan adanya lubang dan retakan besar pada tengkorak Dunkleosteus. Ilmuwan lantas
menduga kalau retakan ini disebabkan oleh gigitan Dunkleosteus lainnya, mengingat tidak ada
lagi hewan laut lain yang bisa memberikan gigitan sehebat itu. Karena tengkorak memiliki peran
vital dalam melindungi otak, maka serangan apapun yang bisa menembus tengkorak hampir
selalu memberikan efek fatal bagi korbannya. Bagi Dunkleosteus, serangan dari Dunkleosteus
lain di bagian kepala berarti selangkah lebih dekat menuju kematian.
Dunkleosteus merupakan hewan predator yang cerdik. Saat menyerang hewan lain, ia akan
mengincar titik lemah pada bagian kepalanya. Dengan cara itulah, Dunkleosteus bisa melukai
Dunkleosteus lainnya di bagian kepala. Meskipun ilmuwan sudah tahu kalau Dunkleosteus bisa
membunuh Dunkleosteus lainnya, ilmuwan masih belum sepenuhnya yakin apa alasan
Dunkleosteus melakukan hal tersebut. Mungkin Dunkleosteus menyerang sesama jenisnya
karena masalah perebutan wilayah. Atau mungkin saja Dunkleosteus memang memiliki sifat
kanibal dan tidak segan-segan memakan Dunkleosteus lain yang lebih lemah.

Dunkleosteus Punah Akibat Masalah Oksigen

Saat Dunkleosteus masih belum punah, hewan ini diperkirakan memiliki habitat di
hampir semua lautan dunia. Dasarnya adalah karena lokasi penemuan fosil hewan ini tersebar di
berbagai belahan dunia. Fosil-fosil Dunkleosteus diketahui pernah ditemukan di Afrika, Eropa,
hingga Amerika Utara. Dunkleosteus sempat menghuni lautan dunia selama kurang lebih 50 juta
tahun. Untuk hewan sekalibernya, rentang periode tersebut terbilang pendek. Hal ini pun
kemudian menimbulkan pertanyaan bagi ilmuwan. Bagaimana caranya hewan predator sebesar
dan sekuat Dunkleosteus bisa mengalami kepunahan?
Menurut teori yang paling banyak dipercaya, Dunkleosteus mengalami kepunahan karena ia
menjadi korban dari fenomena menurunnya kadar oksigen di lautan seluruh dunia. Karena
Dunkleosteus memiliki ukuran yang besar, Dunkleosteus pun memerlukan kadar oksigen dalam
jumlah besar pula sehingga berkurangnya kadar oksigen di laut berdampak fatal bagi
kelangsungan hidup mereka.

D. Peranan Placodermata

Placodermi itu kelas ikan yang sudah punah. Dimana dapat dikatakan bahwa ikan yang
kita tahu sekarang merupakan hasil evolusi dari kelas placodermi. Peranannya hampir sama
dengan fosil-fosil yang lain yang mana dalam kurun waktu yang lama berubah menjadi sumber
energi fosil yang digunakan untuk kebutuhan kita sehari-hari. Dan menjadi bahan penelitian
untuk menemukan sesuatu yang baru sama seperti fosil lainnya.

Semasa Placodermata hidup, placodermata merupakan salah satu predator dengan ukuran
yang beragam contohnya Dunkleosteus dengan panjang mencapai 9 meter menjadikannya
sebagai predator puncak yang mengerikan pada masanya. Sebagai predator puncak tentunya
dunkleosteus akan memangsa apaun yang dia lihat. Hal ini menimbulkan kerugian bagi bagi ikan
ikan lain termasuk nenek moyang hiu yang masih primitif.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kelas Placodermata (Aphetohyioidea) Placo = pelat, dermis = kulit Ikan yang


mempunyai sisik tulang dan pelat-pelat tulang terutama pada bagian depan tubuh. Merupakan
ikan primitif dan telah punah semuanya. Kelas ini dibicarakan karena banyak dari struktur
tubuhnya merupakan peralihan Ostracodermi dan ikan-ikan berderajat tinggi yang telah
mempunyai rahang. Hewan ini mungkin dianggap merupakan nenek moyang kelas-kelas hewan
yang sudah maju. Muncul pada zaman Silurian 435 juta tahun yang lampau. Kelas Placoderma
yang dikenal dengan ikan bertulang baja termasuk ikan primitif yang memiliki keunikan
dibandingkan dengan ikan-ikan yang lainnya. Hal ini dapat dilihat dari fisik yaitu dari ukurannya
yang besar.
Ciri-ciri umum Placodermata :
a. Merupakan ikan pertama yang memiliki rahang.
b. Mempunyai sirip berpasangan.
c. Mempunyai pelopor (perintis) gelembung udara.
d. Notochordnya tetap.
e. Mengandung rangka dalam.
f. Ikan yang pertama kali melakukan pembuahan internal
g. Lapisan pelindung berbentuk segmen-segmen yang berada disekitar kepala dan dada.
h. Terdapat pelat tulang di bagian mulut untuk menangkap mangsanya

Dari fosil yang ada, ikan jenis ini diketahui muncul pertama kali saat periode Silur, dan
setelah itu, Taxa ini mengalami perkembangan yang besar sebelum akhirnya punah di periode
Devon (periode) akhir. Banyak placodermi, terutama Rhenanida, Petalichthyida, Phyllolepida,
dan Antiarchi, adalah penghuni lautan bawah. Secara khusus, antiarchs, dengan sirip dada pirus
yang sangat termodifikasi, merupakan penghuni yang sangat sukses dari habitat air tawar Devon
Tengah Akhir-Akhir dan habitat laut dangkal, dengan genus Afrika Tengah sampai Akhir,
Bothriolepis, yang diketahui dari lebih dari 100 spesies yang valid. Sebagian besar placodermi
adalah predator, banyak di antaranya tinggal di atau dekat substrat. Banyak, terutama Arthrodira,
aktif, predator nektonik yang tinggal di bagian tengah sampai permukaan air.

Pada kelas Placodermata dibedakan menjadi 6 Ordo, yaitu

1. Ordo Antiarchi
a. Merupakan Placoderma yang kecil panjangnya mencapai 15-20 kaki, tetapi mayoritas ordo
paling pendek dari ordo lainnya.
b. Memiliki permukaan perut yang rata.
c. Memiliki mata diatas rongga kepala.
d. Mempunyai sirip dada bertulang.
e. Contohnya Remigolepis walkeri.

2. Ordo Arthrodira
a. Kulit keras melapisi kepaladan bagian insang juga melapisi sebgaian besar bagian
tubuhnya.
b. Sisa sebagiantubuhnya dilapisi oleh skala tulang yang lebih kecil
c. Mempunyai dua pasang plat gigi rahang atas.
d. Bentuk tubuh menyerupai hiu.
e. Beberapa diantaranya memiliki ukuran tubuh yang sangat besar, misalnya Dunkleosteus
dan Gorgonichthys berukuran 6-9 meter.

3. Ordo Petalichthyda
a. Kerabat dekat ordo arthrodira
b. Tidak banyak yang berukuran lebih dari 1 meter
c. Merupakan penghuni perairan dasar
d. Ikan datar dengan tubuh panjang dan pendek, tulang belakangnya menyerupai pelat
e. Lubang hidung dan pelindung anterior kepala bagian depan dilapisi oleh sejumlah ulang
dengan skala yang sangat kecil, sama seperti sepanjang bagian tubuhnya.
4. Ordo Rhenanida
a. Mengalami pengurangan bagian dada yang tersusun dari besi
b. Tubuhnya tertutupi oleh batu yang berbentuk kotak-kotak kecil
c. Bagian perut berbentuk pipih
d. Bagian sirip membesar
e. Hidup dilaut yang banyak terdapat cahaya matahari

5. Ordo Acanthothoraci
a. Secara umum tubuhnya tersusun dari tulang berukuran besar yang bersal dari lempeng
tengah dorsal.
b. Beberapa dari Acanthothoraci menyerpai ikan pari dan memliki sirip dada yang berbentuk
rata.
c. Memiliki pelindung dikepala seperti perisai dan batang tubuh yang pendek.
d. Memiliki mata dan sirip dorsal yang runcing cenderung mengarah ke atas
e. Tempat hidupnya di dasar laut.

6. Ordo Ptyctodontida
a. Mempunyai bentuk tubuh yang memanjang
b. Mempunyai dada yang keras
c. Menunjukkan ciri seksual hermaprodit
d. Mempunyai ekor seperti cambuk
e. Seekor Ptyctodontida jantan Rhamphodopis mempunyai organ intromittent seperti penjepit
meyerupai apa yang ditemukan pada hiu dan familinya

Dunkleosteus yang berarti ‘tulang satu dunkle’ untuk menghormati penemunya,Dr.David


Dunkle dari Amerika Serikat,merupakan salah satu placoderm terbesar sepanjang masa dan satu
dari ikan karnivora terkuat di dunia.Dunkleosteus berasal dari Amerika Serikat pada zaman
devonian dan tinggal di perairan sedang dan dalam yang kaya akan mangsa semacam
amfibi,crustacea,moluska,dan bahkan ikan lain. Dunkleosteus adalah salah satu ikan predator
terbesar di Bumi. Mereka dapat tumbuh sekitar 5-9 meter panjangnya dan berbobot 4-6 ton, lebih
besar daripada hiu putih raksasa dari Afrika Selatan dan Australia yang kini diakui sebagai ikan
pemangsa terbesar. Ukuran ini termasuk besar untuk ikan-ikan pada masanya,bahkan
Dunkleosteus adalah binatang terbesar pada zamannya.

Ikan ini memiliki tulang serupa dengan hiu, namun terdapat perisai dari lempengan
tulang yang menutupi dan melindungi kepala hingga sebagian punggung, insang,dan dada.
Perisai ini membuat Dunkleosteus sulit diserang pada bagian vitalnya.Matanya dilindungi oleh
bubungan tulang melingkar dan yang paling mencolok adalah ikan ini tidak memiliki gigi.
Sebagai gantinya terdapat beberapa bilah tulang tajam seperti kapak yang sangat tajam, yang
akan saling mengunci ketika mulutnya tertutup. Bila tulang ini saling mengasah ketika
terpaut,menjadikannya tetap tajam dan tidak akan tumpul. Dunkleosteus digambarkan sebagai
predator brutal yang menyerang hampir apa saja yang lebih kecil dari tubuhnya. Ikan ini melaju
tidak terlalu cepat karena berat-namun kuat. Ia dapat membuka rahangnya dengan menariknya ke
belakang, mengakibatkan daya hisap kuat yang menarik objek di depannya, lalu memotong
tubuh mangsa menjadi dua dengan bilah tulang di mulutnya. Dunkleosteus juga diketahui tidak
selalu mencerna makanannya dengan sempurna, mereka kadang memuntahkan bolus, sisa-sisa
makanan yang sudah masuk ke lambung dan mencari mangsa baru. Banyak ahli juga
berpendapat bahwa placoderm seperti Dunkleosteus adalah salah satu ikan pertama yang benar-
benar melakukan perkawinan, sama seperti hiu.

Dunkleosteus memiliki semua syarat yang diperlukan untuk dipandang sebagai monster
lautan. Ia merupakan hewan karnivora yang mulutnya dilengkapi dengan taring raksasa. Ikan
purba ini juga bisa tumbuh hingga sepanjang 9 meter. Sebagai perbandingan, hiu putih raksasa
“hanya” bisa tumbuh hingga sepanjang 6 meter mulai dari ujung ekor hingga ujung moncongnya.
Dunkleosteus bukan hanya besar, tetapi juga amat berat. Pasalnya hewan ini diperkirakan bisa
memiliki bobot mencapai 3.000 kilogram. Bobotnya tersebut lantas menjadikan hewan ini lebih
berat dibandingkan paus pembunuh sekalipun. Karena Dunkleosteus memiliki ukuran yang besar
dan taring yang kuat, Dunkleosteus pada dasarnya bisa memakan hewan apapun mulai dari yang
bertubuh lunak hingga yang berkulit keras. Bahkan hiu yang hidup pada masa itu juga tidak luput
dari ancaman Dunkleosteus.

Placodermi itu kelas ikan yang sudah punah. Dimana dapat dikatakan bahwa ikan yang
kita tahu sekarang merupakan hasil evolusi dari kelas placodermi. Peranannya hampir sama
dengan fosil-fosil yang lain yang mana dalam kurun waktu yang lama berubah menjadi sumber
energi fosil yang digunakan untuk kebutuhan kita sehari-hari. Dan menjadi bahan penelitian
untuk menemukan sesuatu yang baru sama seperti fosil lainnya.

Semasa Placodermata hidup, placodermata merupakan salah satu predator dengan ukuran
yang beragam contohnya Dunkleosteus dengan panjang mencapai 9 meter menjadikannya
sebagai predator puncak yang mengerikan pada masanya. Sebagai predator puncak tentunya
dunkleosteus akan memangsa apaun yang dia lihat. Hal ini menimbulkan kerugian bagi bagi ikan
ikan lain termasuk nenek moyang hiu yang masih primitif.

B. Saran
Saran dan harapan kami, setelah mempelajari tentang kelas placodermata pembaca dapat
lebih memahami tentang kelas tersebut baik dari segi karakteristik atau ciri ciri umum,struktur
atau anatomi,fisiologi & perkembangan,klasifikasi,ekologi & habitat beserta perilakunya,serta
peranannya dalam kehidupan.
dan dapat memanfaatkan ilmu pengetahuannya tentang placodermata sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., J.B. Reece, & L.G. Mitchell. 2003. Biologi. Edisi Ke-5. Terjemahan.Dari:
Biology. 5th ed. Oleh Manalu, W. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Burrow, C and P. Szrek. 2018. Acanthodians from the Lower Devonian (Emsian) Placoderm
Sandstone, Holy Cross Mountains, Poland. Acta Geologica Polonica. 68 (3): 307–320.

Derycke, C., S. Olive, E. Groessens , D. Goujet. 2014. Paleogeographical and paleoecological


constraints on paleozoic vertebrates (chondrichthyans and placoderms) in the Ardenne Massif
Shark radiations in the Famennian on both sides of the Palaeotethys. Palaeogeography,
Palaeoclimatology, Palaeoecology. 414 (2014) :61–67.

Helfman, G. S., B.B. Collette, D. E. Facey and B. W. Bowen. 2009. The Diversity of Fishes,
Biology, Evolution and Ecology. Wiley-Blackwell : Blackwell Publishing.

Anda mungkin juga menyukai