Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

Preferensi Hewan

Oleh :

Kelompok 3

Rada Mutia Desmalita (1920801011)


Dian agatha (1930801022)
Pira Blen Siska (1930801031)
Rukmini (1930801032)
Violita Argentina (1930801033)
Zulfa Nisa (1930801034)

Dosen Pengampu :
Dr. Irham Falahudin, M.Si.

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNI VERSIAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hewan merupakan hewan yang bersifat motil, artinya dapat berjalan dari satu
tempat ke tempat lain. Jenis-jenis hewan tertentu tinggal disuatu lingkungan hidup
yang sesuai dengan cirri-ciri kehidupannya. Sehingga ada yang ada hidup ditanah
disebut dengan terrestrial, di pohon disebut arboreal dan di air dikenal dengan
aquatic. Berpindah atau tidaknya bergantung pada lingkungan.  
Organisme yang hidup di alam memiliki tingkat dan jenis kepekaan yang
berbeda-beda terhadap suatu rangsangan. Setiap spesies yang satu dengan spesies
yang lainnya akan memberikan respon (tanggapan) yang berbeda-beda terhadap suatu
rangsangan, hal ini berkaitan erat dengan habitat dan kebiasaan spesies tersebut.
Adanya respon saat terjadinya suatu rangsangan ini merupakan salah satu cara
mahkluk hidup mempertahankan diri terhadap rangsangan itu sendiri. Pertahanan diri
suatu jenis mahkluk hidup ini biasanya dilakukan dengan cara penyesuaian diri
terhadap lingkungan yang mengalami rangsangan. Adaptasi dilakukan pada
lingkungan yang baru, tentu lebih berbeda dari lingkungan habitat biasanya sebagai
lingkungan hidup.
Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap kehidupan hewan. Faktor
lingkungan terbagi menjadi dua yaitu: kondisi dan sumber daya. Respon hewan
terhadap kedua faktor ini akan mempengaruhi hewan pada suatu habitat. Dengan
demikian hewan akan melakukan adaptasi untuk menyesuaikan terhadap lingkungan
yang baru.  

B. Tujuan
Dalam tujuan praktikum ini ialah untuk melihat perilaku hewan pada
bekicot, kecoak dan cicak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Respon Hewan
Dalam menanggapi (merespon) perubahan faktor-faktor lingkungan, menurut
karmadibrata (1992) dikenal tiga macam respon dasar hewan untuk menanggapi
kondisi faktor lingkungan, yaitu respons pengaturan, respon penyesuaian dan
respon perkembangan. ketiga macam respon itu beroperasi menurut mekanisme
sistem umpan balik negatif, seperti cara kerja termostat (Sukarsono, 2009).
1. Respon Reversibel
Respon tipe ini berlangsung cepat dan terjadi melalui mekanisme fisiologi
hewan yang menyangkut proses perubahan metabolisme tubuhnya. contoh dari
respon tipe ini adalah adanya perubahan bentuk pupil mata hewan karena
berubahnya intensitas cahaya, gerakan sayap serangga bila suhu turun,
kontraksi hewan bila terkena sentuhan dan lain sebagainya (Sukarsono, 2009).
2. Respon tak reversibel
Respon perkembangan sifatnya berlangsung lama karena bukan saja
melibatkan terjadinya proses-proses yang banyak macamnya tetapi juga
menyangkut terjadinya perubahan struktur yang lebih banyak pula.
Perwujudan dari respon ini yang berupa perubahan struktur dan morfologi
tertentu sifatnya relatif permanen. contohnya adalah perubahan jumlah mata
faset karena kondisi lingkungan yang bersuhu tinggi (Sukarsono, 2009). 

2. Respon Individu Hewan Terhadap Perubahan Lingkungan


Menurut Sukarsono (2009), individu melakukan respon terhadap perubahan
lingkungan dengan menggunakan beberapa cara seperti, fisiologis, morfologis
dan perilaku.
a) Respon Fisologis
Banyak organisme mampu untuk beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan dengan membuat penyesuaian fisiologis. contohnya, tubuh kita jika
tubuh kita terdedah oleh udara dingin, maka pembuluh darah diwajah kita akan
mengerut dan akan terasa dingin.
b) Respon Morfologis
Hewan yang memelihara suhu tubuh internal secara tetap disebut dengan
hewan endotermik, dalam lingkungan yang dingin memiliki kemampuan adaptasi
dengan cara meminimalkan energi yang dikeluarkan.
c) Respon Perilaku
Kebanyakan hewan menghadapi perubahan lingkungan dengan cara
bergerak dari satu habitat ke habitat lainnya untuk menghindari bagian yang
tidak cocok.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respon Hewan


a) Faktor Biotik
Faktor biotik merupakan faktor-faktor hidup semua organisme yang merupakan
bagian dari lingkungan suatu individu (Campbell, 2010). 
b) Faktor Abiotik
Faktor abiotik merupakan faktor-faktor  tak hidup seperti suhu, cahaya, air, iklim,
sinar matahari dan lain sebagainya (Campbell, 2010).

4. Aklimasi dan Adaptasi


Alkimatisasi dan adaptasi merupakan perwujudan respon terhadap
lingkungannya. Aklimatisasi terjadi pada periode ontogeny, reversible, dan tidak
diwariskan. Yang serupa dengan aklimatisasi adalah aklimasi. Perbedaannya
aklimatisasi menyangkut banyak factor alami, aklimasi digunakan untuk satu atau
dua faktor yang terjadi dalam lingkungan terkontrol di laboratorium. Contoh : respon
Rana pipiens berupa laju konsumsi oksigen pada kondisi suhu tertentu menjadi
berbeda setelah mengalami aklimasi, dan perubahan ini tidak langgeng. Adaptasi
melibatkan perubahan yang diakibatkan seleksi alam, bersifat herediter, dan proses
berlangsung meliputi sejumlah besar generasi yang berurutan (Ginanjar, 2012).
Terdapat tiga macam hasil proses adapatasi pada hewan menurut Ginanjar  (2012),
yaitu:
a) Adaptasi fisiologis
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh
lingkungansekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh
untuk mempertahankan hidup dengan baik. Adaptasi fisiologis (adaptasi
fungsional) adalah seluruh perangkat kemampuan fisiologis untuk menghadapi
kondisi lingkungannya, meliputi proses kimiawi, substansi kimiawi, enzim, ko-
enzim serta hormon yang terlibat pada proses tersebut. Adapatasi fiologis biasa
didukung oleh adaptasi struktural dan perilaku. 
a) Adaptasi morfologis 
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan
dengan kebutuhan organisme hidup. Contoh: Koral Madrepora berbeda bentuk
pada lingkungan yang berbeda. Adanya kesamaan corak dan kondisi lingkungan,
mungkin menghasilkan bentuk yang serupa pada berjenis-jenis hewan dari
kelompok yang bertaksonomi perkerabatan jauh. Contoh: berbagai jenis ikan dan
mamalia yang hidup di lautan. Adaptasi struktural menyangkut seluruh aspek hidup
hewan. Misal: tipe mulut pada Insekta dan tipe paruh pada burung sesuai dengan
jenis makanannya. Adapatasi dari berbagai struktur tubuh saling mendukung untuk
melakukan suatu fungsi hidup, misal pada burung karnivor memiliki paruh yang
kukuh dah tajam, penglihatan tajam, daya terbang baik dan kaki bercakar kuat.
Adaptasi tidak hanya menyangkut bentuk dan besar struktur, melainkan juga
warna, pola pewarnaan, dan aspek fenotip lainnya.

Aturan mengenai adaptasi struktural pada hewan:


a. Aturan Bergmann: Hewan yang hidup di suhu tinggi cenderung bertubuh kecil
dibandingkan kerabatnya yang hidup di daerah suhu rendah.
b. Aturan Allen: Paruh, daun telinga, ekor dan bagian tubuh yang terjulur lainnya,
cenderung lebih pendek pada hewan yang hidup di daerah bersuhu rendah
dibandingkan dengan kerabatnya yang hidup di daerah bersuhu tinggi.
c. Aturan Gloger: Hewan homoterm di daerah beriklim panas dan lembab
cenderung berpigmen hitam, di daerah kering berpigmen kuning, coklat dan
merah, dan pada daerah dingin pigmen mengalami reduksi.
c. Aturan Jordan: Jumlah vertebrata pada jenis-jenis ikan di perairan bersuhu rendah
cendurung lebih sedikit dibandingkan dengan di peraiaran bersuhu tinggi.
c. Sayap dari jenis burung di daerah pegunungan atau beriklim dingin cenderung
berukuran lebih panjang dibandingkan dengan yang di dataran rendah atau
beriklim panas.
d.
b) Respon dan Adaptasi Perilaku
Perilaku hewan merupakan aktivitas terarah berupa respon terhadap kondisi
dan sumber daya lingkungan. Terjadinya suatu perilaku melibatkan peranan
reseptor dan efektor serta koordinasi saraf dan hormon. Jenis efektor yang paling
berperan adalah otot-otot tubuh.
Perilaku pada hewan rendah seluruhnya ditentukan secara genetik, bersifat
khas, terjadi secara otomatis. Pada hewan tinggi banyak mengandung komponen
yang tidak bersifat herediter, melainkan proses belajar yang dipengaruhi faktor
lingkungan. Pada Invertebrata berupa taksis atau refleks, pada serangga berupa
instink dan pada manusia ditentukan oleh komponen belajar dan menalar.
1) Taksis
Adalah berbagai perilaku Invertebrata dan Vertebrata rendah, berupa
gerakan di tempat maupun berpindah tempat dengan jalan berkerut, meregang,
membelokkan tubuh dan sebagainya. Stimulus dapat berupa cahaya (foto-), suhu
(termo-), sentuhan (tigmo-), arus air (reo-) dan sebagainya. Respon perilaku
hewan mobil yang berupa gerakan yang terorientasi langsung pada sumber
stimulus dan meliputi gerakan berpindah tempat disebut taksis. Misal termotaksis
negatif atau tigmotaksis positif. Hewan Invertebrata sesil juga perilakunya
terorientasi langsung pada sumber stimulus, hanya memeperlihatkan gerakan
seluruh atau sebagian tubuhnya tanpa berpindah tempat disebut tropisme. Misal
Respon kemotropi negative Hydra terhadap larutan asam (tentakel dan tubuh
mengkerut). Kinesis merupakan gerakan yang tidak terorientasi langsung pada
sumber stimulus dan dicapainya situasi akhir terjadi melalui gerakan coba-coba.
Misal Jenis Protozoa berpindah tempat karena respon kemikinesis negatif
(Ginanjar, 2012).
2) Refleks
Sejumlah gerakan atau perilaku hewan umumnya berlangsung secara
refleks,meskipun frekuensinya berkurang pada hewan tinggi. Refleks merupakan
gerakanotomatis yang terjadi aakibat beroperasinya mekanisme reseptor
sederhana, dnproporsional terhadap besarnya stimulus. Pada hewan rendah,
berbagai aktivitaspenting terjadi sebagai seurutan refleks-refleks. Misal pada lalat.
Refleks merupakan salah satu komponen dasar dari perilaku yang mempunyai
nilai kesintasan. Refleks akan menjauhkan hewan dari kondisi membahayakan
dan memanfaatkan sumber daya lingkungannya (Ginanjar, 2012).
3) Perilaku Naluriah Naluri (instink) 
Artinya perilaku atau landasan pendorong yang merupakan terjadinya
perilaku itu. Perilaku naluriah didefinisikan sebagai suatu perilaku yang rumit,
khas spesies, testerotipe, herediter dan terjadi otomatis oleh induksi stimulus
kunci atau stimulus syarat. Respon ini bersifat tidak proporsional dengan
intensitas stimulus. Instink memerlukan mekanisme saraf, namun yang paling
utama karena timbulnya dorongan (drive) yang timbul karena mencapai status
fisiologis tertentu (motivasi) dengan “mood” yang tepat. Bila dikombinasikan
dengan stimulus sinyal yang tepat dari lingkungan akan mewujudkan instink.
Stimulus isyarat dapat berupa bentuk, warna, suara/nyanyian, feromon, sentuhan
dan sebagainya (Ginanjar, 2012).

4) Belajar
 Menurut Ginanjar (2012) belajar merupakan perubahan perilaku akibat
suatu pengalaman, berarti respon terhadap suatu stimulus tertentu menjadi
berubah dibandingkan sebelumnya.Terjadi pada Vertebrata tinggi, dan paling
efektif pada usia muda. Macam-macam corak belajar: 
a. Habituasi (pembiasaan), hewan tidak lagi memberikan respon pada
suatustimulus yang tidak memberikan arti dalam kehidupannya. Misal:
anak hewan menghindari bunyi/gerakan tiba-tiba, setelah tahu tidak
memberikan efek buruk, maka stimulus tidak diacuhkan lagi.
b. Pengkondisian, suatu stimulus yang tadinya tidak mengandung arti,
setelah melalui pengalaman menjadi penting, yakni terbinanya kesan
hubungan antara stimulus dengan ganjaran. Misal respon anjing yang
diberi stimulus visual dan auditori.
c. Imprinting (perekaman), perilaku naluriah mengikuti induk. Misal anak
itik yang ditetaskan secara terisolasi, akan terus mengikuti manusia atau
objek bergerak yang pertama kali dilihatnya.
d.  Imitating (meniru), suatu individu dalam kelompok akan melakukan
gerakan atau aktiviatar tertentu (berlari, bernyanyi, makan dll) yang sama
dengan individu lain dalam kelompok. Terjadi pada hewan yang bersifat
gregarious.
e. Trial and Error (coba-coba), eliminasi dari semua stimulus dan respon,
kecuali yang relevan, dengan diperolehnya ganjaran atau hukuman.
Misalnya anak ayam mematuki sembarang objek, lalu hanya mematuki
makanannya saja.
f. Reasoning (menalar), meliputi terjadinya proses pembinaan suatu kesan
hubungan antara objek dengan objek, kejadian dengan kejadian atau
objek dengan kejadian, untuk kemudian diwujudkan dalam bentuk respon
perilaku yang tepat, tanpa didahului coba-coba. Hanya terjadi pada
mamalia tingkat tinggi, misal lumba-lumba, anjing dan kera. Misal kera
yang terkurung mengambil pisang di luar dengan tongkat. Menalar atau
belajar konsepsional paling baik perkembangannya pada manusia, karena
perkembangan bagian korteks otaknya paling baik
c) Adaptasi Tingkah Laku 
Menurut Ginanjar (2012), makhluk hidup melakukan penyesuaian diri terhadap
lingkungan di sekitar habitat tempat hidupnya tidak terkecuali manusia. Adaptasi
yang dilakukan makhluk hidup bertujuan untuk dapat bertahan hidup dari kondisi
lingkungan yang mungkin kurang menguntungkan. Di bawah ini adalah
merupakan beberapa bentuk adaptasi tingkah laku (behavioral adaptation) pada
binatang/hewan disekitar kita disertai pengertian dan arti definisi : 
a. Mimikri
Mimikri adalah teknik manipulasi warna kulit pada binatang seperti misalnya
bunglon yang dapat berubah-ubah sesuai warna benda di sekitarnya agar dapat
mengelabuhi binatang predator/pemangsa sehingga sulit mendeteksi
keberadaan bunglon untuk dimangsa. Jika bunglon dekat dengan dedaunan
hijau maka dia akan berubah warna kulit menjadi hijau, jika dekat batang
pohon warna coklat, dia juga ikut ganti warna menjadi coklat, dan lain
sebagainya.
b. Hibernasi
  Hibernasi adalah teknik bertahan hidup pada lingkungan yang keras dengan
cara tidur menonaktifkan dirinya (dorman). Hibernasi bisa berlangsung lama
secara berbulan-bulan seperti beruang pada musim dingin. Hibernasi biasanya
membutuhkan energi yang sedikit, karena selama masa itu biantang yang
berhibernasi akan memiliki suhu tubuh yang rendah, detak jantung yang
lambat, pernapasan yang lambat, dan lain-lain. Binatang tersebut akan kembali
aktif atau bangun setelah masa sulit terlewati. Contoh hewan yang berhibernasi
yaitu seperti ular, ikan, beruang, kura-kura, bengkarung, dan lain-lain. 
c. Autotomi
  Autotomi adalah teknik bertahan hidup dengan cara mengorbankan salah satu
bagian tubuh. Contoh autotomi yaitu pada cicak /cecak yang biasa hidup di
dinding rumah dan pohon. Cicak jika merasa terancam ia akan tega
memutuskan ekornya sendiri untuk kabur dari sergapan musuh. Ekor yang
putus akan melakukan gerakan-gerakan yang cukup menarik perhatian
sehingga perhatian pemangsa akan fokus ke ekor yang putus, sehingga cicak
pun bisa kabur dengan lebih leluasa.
d. Estivasi
  Estivasi adalah menonaktifkan diri (dorman) pada saat kondisi lingkungan
tidak bersahabat. Bedanya dengan hibernasi adalah di mana pada estivasi
dilakukan pada musim panas dengan suhu udara yang panas dan kering.
Hewan-hewan seperti kelelawar, tupai, lemur kerdil, dilakukan dengan
mengestivasi diri di tempat yang aman dan terlindung. Pada tumbuhan estivasi
juga dilakukan oleh oleh pohon jati dengan meranggas atau menggugurkan
daun.  
e. Simbiosis Rayap dan Flagellata
  Rayap membutuhkan bantuan makhluk hidup lainnya yaitu flagelata untuk
mencerna kayu yang ada di dalam usus rayap. Tanpa flagellata rayap tidak
akan mampu mencerna kayu yang masuk ke dalam tubuhnya. Rayap-rayap
kecil yang baru menetas mendapatkan flagellata dengan jalan menjilat dubur
rayap dewasa. Rayap secara periodik melakukan aktivitas ganti kulit dan
meninggalkan bagian usus lama, sehingga rayap akan memakan kulit yang
mengelupas untuk memasukkan kembali flagellata ke dalam usus
pencernaannya.  
f. Pernapasan Ikan Paus
Ikan paus adalah mamalia yang mirip ikan dan hidup di air. Paus memiliki
paru-paru yang harus diisi dengan oksigen dari permukaan laut minimal setiap
setengah jam sekali. Ikan paus ketika muncuk ke permukaan akan membuang
udara kotor lewat hidung mirip seperti air mancur yang berisi karbon dioksida
bercampur uap air jenuh yang terkondensas.

5.Thermoregulasi
Themoregulasi adalah proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur
suhu tubuhnya agar tetap konstan dinamis. Adapun mekanismenya adalah
mengatur keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas. Suhu
tubuh hewan dipengaruhi oleh suhu lingkungan hewan. Namun untuk hidup
secara normal hewan harus memilih kisaran suhu yang lebih sempit dari kisaran
suhu tersebut yang ideal dan disukai agar proses fisiologi soptimal. Suhu tubuh
konstan sangat dibutuhkan karena perubahan suhu berpengaruh pada konformasi
protein dan ativitas enzim juga pada energi kinetik molekul zat. Kenaikan suhu
lingkungan mengakibatkan peningkatan laju reaksi yang berpengaruh pada
aktivitas metabolisme sel tubuh (Ginanjar, 2012).
Kemampuan hewan untuk mempertahankan suhu tubuh menurut Ginanjar
(2012) ada 2, yaitu:
1. Hewan poikiloterm adalah hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring
dengan berubahnya suhu lingkungan. 
2. Hewan homeoterm adalah hewan yang suhu tubuhnya selalu konstan sekalipun
suhul ingkungannya berubah.
BAB III
HASIL DAN PEM BAHASAN

A. Hasil Pengamatan
No Gambar Keterangan
.
1.
-Bekicot di atas kaca

2.
-permukaan bawah bekicot

3. -Gambar cicak

4. -Ekor cicak setelah diputuskan


5. Pengamatan prilaku kecoa

B.Pembahasan
Hewan memiliki perilaku yang berbeda-beda dalam hal merespon
lingkungannya. Hewan yang bersifat poikilothermal akan memiliki perilaku
yang disesuaikan dengan suhu lingkungannya dan akan beraktifitas sesuai
dengan jam biologinya. Contoh mudah yang dapat diamati ialah perilaku
bekicot (Achatina fulica) dimana akan dapat diamati perilakunya dengan
melakukan pengamatan.
Bekicot (Achatina fulica) merupakan hewan dari kelas Gastropoda
yang merupakan kelompokhewan moluska yang berukuran besar. Hewan ini
memiliki banyak khasiat untuk manusia sehingga cara dan perilaku hidupnya
perlu diketahui guna mengetahui cara pemeliharaannya untuk
dikembangbiakkan. Di samping itu, hewan ini dapat pula sebagai pembawa
berbagai penyakit bagi manusia sehingga penyeleksian hewan ini perlu
diketahui. Penyeleksiaan tersebut dapat diamati dari bentuk cangkangnya dan
perilaku biologisnya terhadap lingkungannya.
Bekicot (Achatina fulica) memiliki jam biologi yang berbeda dengan
hewan lainnya seperti halnya pada kadal (Mabouya sp.). Jam biologi
merupakan waktu atau jam tertentu dimana suatu hewan akan melakukannya
aktivitas yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan kondisi lingkungannya.
Perilaku bekicot (Achatina fulica) tersebut dapat berupa istirahat, makan,
kawin, maupun dalam proses pembuangan zat sisa metabolismenya. Semua
kegiatan biologis tersebut dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang
disesuaikan dengan suhu lingkungannya.
Praktikum ini melihat perilaku bekicot (Achatina fulica) dengan
melakukan pengamatan. Aktivitas bekicot yang diamati ialah diam, kawin,
jalan, makan, memanjat, dan proses pembuangan zat sisa metabolismenya.
Hasil pengamatan pada praktikum ini memperlihatkan aktivitas dari
perilaku bekicot terhadap lingkungannya dimana bekicot akan aktif melakukan
aktivitasnya pada sekitar jam 10 malam hingga jam 4 pagi. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa aktivitas berjalan lebih banyak dilakukan oleh bekicot
dibandingkan dengan aktivitas lainnya. Aktivtas berjalan banyak dilakukan
pada saat kelembaban rendah, yaitu sekitar pukul 10 malam hingga jam 3 pagi.
aktivitas diam pada siang hari banyak dilakukan oleh bekicot karena
berhubungan dengan pengaruh suhu lingkungan yang mulai naik.
Praktikum ini juga dapat diketahui jarak tempuh dari bekicot tersebut.
Hasil menunjukkan bahwa semakin besar ukuran tubuh dari bekicot maka
jarak tempuh dari bekicot tersebut semakin besar pula. Hal tersebut dapat pula
disebabkan oleh struktur umur yang berbeda-beda pada setiap bekicot yang
dijadikan sebagai objek pengamatan.
Cicak atau cicak adalah hewan reptil yang biasa merayap di dinding
atau pohon. Cicak berwarna abu-abu, tetapi ada pula yang berwarna coklat
kehitam-hitaman. Cicak biasanya berukuran sekitar 10 centimeter. Cicak
bersama dengan tokek dan sebangsanya tergolong ke dalam suku Gekkonidae.
Kepala berbingkul-bingkul, bersegi-segi dan berkerinyut seperti kakek-kakek.
Cicak terkenal sebagai pemanjat yang ulung. Binatang ini mampu
memanjat dinding tegak lurus, bahkan memanjat dan merayap di atap.
Kemampuan ini dimiliki karena cicak memiliki bulu-bulu halus yang mampu
melekat pada permukaan apapun pada keempat kakinya. Tak hanya itu,
ekornya juga berfungsi sebagai penyeimbang pada saat cicak memanjat
permukaan yang tegak lurus. Pada saat cicak terpeleset, ujung ekornya akan
mendorong permukaan sehingga kepala dan bagian atas tubuh cicak tidak
menjauh dari permukaan dinding. Dalam keadaan normal ekor ini akan
menempel pada permukaan sehingga memberi cicak waktu sekitar ¼ detik
untuk melepas pegangan pada permukaan dan melangkah ke depan. Namun
bila semua usaha gagal dan harus terjatuh, ekor ini akan menjadi penyeimbang
sehingga posisi jatuh cicak selalu dengan keempat kakinya terlebih dahulu
yang menyentuh tanah. Ekor cicak mampu membuat seluruh tubuhnya
berputar hanya dalam waktu 1/10 detik saja.Cicak ada banyak jenisnya
Salah satu perilaku yang terkenal dari cicak adalah autotomi yaitu
teknik bertahan hidup dengan cara mengorbankan salah satu bagian tubuh.
Contoh autotomi yaitu pada cicak / cicak yang biasa hidup di dinding rumah,
pohon, dll. Cicak jika merasa terancam ia akan tega memutuskan ekornya
sendiri untuk kabur dari sergapan musuh. Ekor yang putus akan melakukan
gerakan-gerakan yang cukup menarik perhatian sehingga perhatian pemangsa
akan fokus ke ekor yang putus, sehingga cicak pun bisa kabur dengan lebih
leluasa.
Cicak apabila terancam akan kehadiran predator akan merayap dengan
cepat mencari tempat yang lebih tinggi sehingga predator tidak dapat
menangkapnya. Apabila cicak tertangkap oleh predator cicak akan berpura-
pura mati dan memutuskan ekornya. Pada saat cicak memutuskan ekornya,
dimana ekor yang diputuskan cicak akan tetap bergerak ke kanan dan ke kiri
sehingga predator atau musuhnya akan terkecoh. Pada saat predator terkecoh
maka cicak mendapatkan peluang untuk melarikan diri. Biasanya ekor cicak
yang telah putus akan tetap bergerak dalam waktu 5 menit. Ekor cicak yang
putus akan dapat tumbuh lagi dalam beberapa minggu. Selain memutuskan
ekornya, cicak beradaptasi dengan cara mimikri yaitu bila ada di tembok yang
cerah maka kulit dari cicak juga akan mengalami pencerahan. Bila berada
ditemapat yang gelap maka warna kulitnya juga akan ikut gelap. Sehingga kita
sering menjumpai ada cicak yang berwarna gelap dan terang. Yang paling
sering menjadi predator untuk cicak adalah kucing rumah.
[16:17, 12/24/2020] Dian Agatha: Yang terjadi pada bagian ekor
setelah bagian ekor diputuskan ekornya yang diputus akan bergerak-gerak.
Ekor cicak akan tumbuh kembali untuk menggantikan ekor yang sebelumnya
sudah terpuus. Bagian ekor yang sudah terputus dapat bergerak – gerak karena
fungsi ekor bagi cicak yaitu saat ekor terputus maka dapat menarik perhatian
musuh sehingga cicak dapat lari dan selamat dari bahaya.Cicak biasanya Cuma
mampu menyerang diantara sesama cicak misalnya dua cicak jantan
memperebutkan satu betina, atau jika mengintai satu sasaran untuk dimakan.
Teknik bela diri yang dimiliki Cicak cenderung pasip yaitu melarikan diri
maupun bersembunyi jika ada predator yang muncul, adapun tehnik lain yang
dimiliki yaitu tehnik melepaskan ekor, Cicak akan melepaskan ekornya dengan
tujuan untuk mengecoh lawan, ekor yang dilepaskan masih bergerak-gerak dan
menarik perhatian lawan agar lawan mengejar dan menyerang ekor yang
dilepaskan tersebut sehingga badan cicak akan lolos dengan melarikan diri
Peristiwa putus dan lepasnya sebagian atau seluruh bagian ekor secara
spontan apabila hewan tersebut dikejar atau ditangkap ekornya disebut dengan
autotomi . Mekanisme perlindungan diri dengan cara autotomi ekor ini tidak
terjadi pada hewan-hewan yang ekornya berfungsi khusus, misalnya untuk
berenang, berpegangan pada ranting atau dahan, dan keseimbangan.
Kecoa adalah salah satu seranggaprimitive yang hidup sejak 200 hingga
300 juta tahun yang lalu yaitu pada zamankaboniferus (sebelum zaman
dinosaurus)yangdisebut sebagai Zaman Lipas atau kecoa(Age
ofCoackroach)karena pada era ini jumlahkecoa sangat banyakHal ini
dikarenakaniklim bumi pada saat itu adalah hangatdan lembab yang merupakan
kondisioptimum untuk pertumbuhan kecoa.Sampai saat ini diketahui sekitar 3500
jenis kecoa di seluruh dunia, dan para ahlimeyakini ada 5000 jenis kecoa lagi
yangbelum teridentifikasi. Kecoa menyukai segala jenismakanan dan mampu
mencerna substansi-substansimakanan yang mengakibatkanadanya berbagai
bakteri.
Kecoa terdiri dari beberapa jenisdan yang sering dijumpai di
daerahpemukiman di Indonesia dan sangat erathubungannya dengan manusia
adalah: Periplanetaamericana, Periplaneta brunea,Periplaneta australisea,
Blatellagermanica, Supella Longipalpa,Neostylopiga rhombifoUa,
Nauphaetacinerea (Susanti dan Boesri, 2012).
Kecoa memiliki 3bagian tubuh utama yaitu caput(kepala), thorax(dada)
dan abdomen(perut). Pada segmen thorak terdapat 3 pasang kaki dengan tipe alat
kaki yang memiliki ukuran dan bentuk yang sama dimana tipe alat kaki seperti ini
digunakan untuk berlari sedangkan tipe mulut kecoa adalah menggigit dan
mengunyah. Kecoa Periplaneta americanamemiliki panjang sekitar 3,81 cm,
berwarna coklat kemerahan, memiliki tanda di dada, dan memiliki sayap
sempurna.
Prilaku pada kecoa Kecoa rumah (Periplaneta americana) biasanya hidup
dekat dengan kehidupanmanusia. Kecoa rumah (Periplaneta americana)cenderung
hidup di daerah tropis namun jika di daerah dingin, kebanyakan kecoa rumah
(Periplaneta americana) hidup di bagian rumah atau gedung yang hangat, lembab
dan terdapat banyak makanan. Kecoa (Periplanetaamericana) biasanya hidup
berkelompok. Mereka termasuk hewan nokturnal, yaitu hewan yang aktif pada
malam hari dan suka bersembunyi di balik retakan dinding atau lemari, di dekat
saluran air, di kamar mandi, di dalam alat-alat elektronik, dan kandang hewan,
serta banyak lagi yang lainnya. Kecoa rumah juga menyukai tempat-tempat yang
gelap. Kecoa rumah (Periplaneta americana) memakan banyak jenis makanan
termasuk segala makanan yang biasanya dikonsumsi oleh manusia. Namun,
mereka lebih suka makanan yang mengandung gula, kecoa rumah (Periplaneta
americana) suka memakan susu, keju, daging, selai kacang, kelapa bakar dan
coklat yang manis. Jenis makanan yang paling disukai oleh kecoa rumah
(Periplaneta americana) yaitu selai kacang dan kelapa bakar.
Periplaneta americana biasanya menyukai tempat yang gelap dan lembab
seperti kamar mandi/wc, gudang, tempat sampah, selokan, kandang binatang dll.
Sebagian besar bekembang biak pada iklim yang dingin, Periplaneta americana
ketika tropis dan keadaan temperatur yang hangat mereka berpindah tempat
melalui saluran-saluran air kotor, tangki septik, kakus umum dan tempat sampah.
Menurut (Fauzi.,dkk, 2014) kecoa menyukai makanan yang mengandung
gula, protein, dan kadar air tinggi, serta memiliki bau yang menyengat seperti
hasil fermentasi. Selain itu imago kecoa juga menyukai telur ayam karena imago
memiliki mandibel yang kuat dan bergigi

BAB 1V
PENUTUP
. A. Kesimpulan
.
Respon hewan terhadap perubahan lingkungan bermacam-macam, yaitu
dengan menggunakan beberapa cara seperti, fisiologis, morfologis dan
perilaku. Faktor yang mempengaruhi yaitu Faktor lingkungan, terbagi
menjadi dua yaitu: kondisi dan sumber daya. diantaranya kedua faktor ini
akan mempengaruhi hewan pada suatu habitat. Dengan demikian hewan akan
melakukan adaptasi untuk menyesuaikan terhadap lingkungan yang baru.  

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A, dkk. 2012. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Ginanjar, Rifki Saeful. 2012. Respon dan Adaptasi Hewan http:// www.
scribd.com/doc/86616691/Makalah-Respon-Dan-Adaptasi-Hewan. Diakses
pada 26 Juni 2014. Pukul 22.00 WIB. 

Sukarsono. 2008. Ekologi Hewan. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Malang


Press.

Fauzi, dkk. 2014. Uji Efektivitas Ekstrak Bakteri Simbion Lamun Enhalus

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai