Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

SISTEMATIKA CRYPTOGAMAE

JENIS-JENIS JAMUR MAKROSKOPIS DI KAWASAN KELURAHAN SEDAU


KECAMATAN SINGKAWANG SELATAN KALIMANTAN BARAT

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VI

VISKALIS PITRIANA PRANTONA H1041211003


URAY DEA H1041211004
KETI AGUSTI H1041211011
DEVI PERMATASARI H1041211013
SUMIATI H1041211019
ALEX PRATAMA SITUMORANG H1041211035
ADE VARISKA SEMBIRING H1041211053
ISTIQOMAH H1041211076
SONY NOVITA H1041211087
LIRA HERLINDA H1041211090

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Megabiodiversity merupakan julukan dari negara Indonesia dengan kekayaan
alam yang dimilikinya. Keanekaragaman hayati di Indonesia terdiri atas flora dan
fauna. Biodiversitas dapat diketahui keragaman bentuk, ukuran, penampilan, dan
sifat yang dijumpai didalam hutan (Priskila et al, 2018).
Kalimantan Barat mempunyai bentang alam yang kaya akan keanekaragaman
jenis organisme. Bentang alam tersebut dapat berupa pantai, hutan, gunung maupun
bukit. Keanekaragaman jenis yang banyak didaerah sana salah satunya yaitu jamur
makroskopis. Penelitian dari Anggraini et al (2015) mendapatkan sekitar 26 jenis
fungi makro di Hutan Hujan Mas, Desa Kawat, Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten
Sanggau dan Rahmawati et al (2018) melaporkan 18 jenis fungi makro berasal dari
kelas Basidiomycetes di Hutan Bayur Kabupaten Landak, Kalimantan Barat.
Penelitian tersebut membuktikan bahwa diversitas jamur makro di Kalimantan
Barat cukup tinggi.
Jamur makroskopis merupakan kelompok fungi yang mempunyai ukuran
yang dapat diamati dengan mata telanjang. Jamur makro memegang peranan
penting dialam. Ekosistem hutan tropis mempunyai jamur sebagai dekomposer
bersamaan dengan bakteri sehingga mempercepat dekomposisi bahan organik
serta membantumenjaga kestabilan ekosistem melalui siklus karbon (Bahrun &
Muchroji, 2005). Ketidakseimbangan antara keanekaragaman jenis jamur dengan
terbatasnya data akan keberadaan jamur makro menjadi dasar pentingnya
dilakukan praktikum ini agar kekayaan jamur makro dapat dilestarikan dan
dimanfaatkan secara optimal. Praktikum lapangan ini dilaksanakan dengan 8
stasiun atau titik lokasi sehingga sampel yang didapat akan tergantung pada rona
lingkungan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari praktikum lapangan ini adalah apa saja jenis-jenis
jamur makroskopis yang terdapat di Kelurahan Sedau Kecamatan Singkawang
Selatan Kecamatan Singkawang Selatan Kalimantan Barat?
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum Lapangan Sistematika Cryptogamae acara jamur
makroskopis adalah untuk mengetahui jenis-jenis jamur makroskopis yang
terdapat di Kelurahan Sedau Kecamatan Singkawang Selatan Kalimantan Barat.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum Lapangan Cryptogamae acara jamur
makroskopis adalah dapat melakukan identifikasi terhadap jenis jenis jamur
makroskopis serta morfologinya yang dapat dijadikan referensi atau bahan kajian
untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi dan Karakter Morfologi Jamur Makroskopis


Menurut Alexopoulus (1962) menyatakan bahwa taksonomi memiliki dua
arti yaitu pertama untuk memberi nama organisme berdasarkan sistem yang
diterima internasional dan yang kedua menunjukkan hubungan kekerabatan satu
dengan yang lainnya. Penggolongan yang digunakan untuk mengkasifikiasikan
jamur ialah kerajaan (kingdom), Divisi, Kelas (Classis), Ordo (Bangsa), Suku
(Familia), Marga (Genus) danJenis (Spesies). Sekitar 30.000 spesies fungi yang
sudah diidentifikasi. Berdasarkan macam spora yang dihasilkan ada empat
kelompok yaitu Phycomyetes, Ascomycetes, Basidiomycetes dan Fungi
Imperfecti (Deuteromycetes). Jamur makroskopis umumnya termasuk dalam
kelas Basidiomycets sedangkan kelas Ascomycetes hanya sedikit spesies yang
masuk dalam fungi makroskopis (Nurfajrina et al, 2021).
Kelas Basidiomyecetes berasal dari Bahasa Yunani yaitu basis : dasar dan
myketes : jamur/fungi. Fungi ini mempunyai lebih banyak spesies dari yang lain.
Fungijenis ini dikenal dengan jamur (mushroom), jamur kelentos (puffball) dan
lainnya. Kelompok jamur ini tercatat 12.000 spesies termasuk jamur karat sebagai
penyakit tanaman budidaya (Tjirtrosoepomo, 2005).
Ciri khas Basidiomycetes yaitu miselia memiliki septa, mempunyai hubungan
keran dan bentuk tangkai yang khas, basidum tidak memiliki segmen di tempat
terbentuknya spora (basidiospora). Basidiomycetes mempunyai ciri ciri penghasil
spora seksual yang dikenal dengan basidiospora. Anggotanya banyak dari jamur
payung dan jamur daging. Tipe hifa bersekat dengan miselium bercabang.
Basidiosporabertangkai sterigma atau duduk langsung pada Basidum/epibasidum.
Secara taksonomi ada 2 subkelas utama yaitu Holobasidiomycetidae, dengan
basidium hanya sebuah sel dengan 2,4 atau lebih basidiospora dan
Phragmobasidiomycetidae, basidium bersekat tapi sekat terdapat 1 basidiospora.
Subkelas tersebut dibagi lagi menjadi beberapa
kelompok atas bentuk dari badan buah yaitu Aphyllophorales atau Polyporales
(terdapat8 ordo), Mushroom (Agaricales, Boletales, Russulales), Gasteromycetes
(puffbalss, stinkhorns, bird’s nets fungi), Fungi atau jamur agar-agar
(Auriculariales, Dacrymyctales, Tremallales). Subkelas Holobasidiomycetidae
dibagi menjadi 2 kelompok atas dasar himeniumnyasebagai berikut :
1. Hymenomycetes ciri-cirinya basidia dengan hymenium terbuka secara ektensif
saat masak. Spora telah masak ditembakkan. Kelompok jamur ini yaitu toadstool
dan mushroom (jamur payung), bracket polypores (jamur keranjang) dan coral
fungi (jamjur karang).
Ordo Polyporales atau Aphyllophorales merupakan ordo ini mempunyai
hymenium terbuka, basidiospore seperti koma, sterigma tumbuh miring.
Himenium tersusun pada satu sisi sporofor, dua sisi atau seluruh permukaan.
Bentuk hymenium ada yang bergerigi, kasar, dan menutup insang. Contoh genus
dari ordo ini yaitu Polyporus, Fomitopsis, Ganoderma, Laetiporus, Phaeolus,
Tramates (Melisa, 2012).

Gambar 2.1 Ganoderma sp. (Candrika et al., 2014)

Famili Exobasidiaceae ciri-ciri jamur ini tidak memiliki tubuh buah. Hidup
endoparasitik pada tumbuhan lain serta basidiumnya dapat keluar diantara sel
epidermis. Famili Corticeae ciri-ciri jamur ini mempunyai tubuh buah rata dan
merekat pada substrat. Kebanyakan hidup parasit dan himenofora datar atau
berkerut sedikit. Famili Thelephoraceae mempunyai tubuh buah seperti kipas di
samping atau tegak dengan substrat. Himenium di lapisan bawah tubuh buah.
Famili Clavariceae dengan tubuh buah berbentuk gada atau bercabang tegak
dengan seluruh tubuh buah ditutupi lapisan himenium. Famili Hydnaceae
kelompok fungi dengan himenofora seperti tonjolan berupa spina atau duri.
Himenium terletak di sisi bawah tubuh buah seperti kipas atau payung dengan
tangkai di tengah. Famili Polyporaceae ini dengan tubuh buah berbentuk kipas,
himenofora seperti buluh atau pori berupa lubang. Sisi dalam lubang dilapisi oleh
himenium. Fungi ini mempunyai tubuh buah yang berumur beberapa tahun saat
pembentukan lapisan himenofora (Tjirtrosoepomo, 1998).
Ordo Hymenochactales merupakan ordo jamur yang umumnya saprofit di
kayu lapuk. Sebagian besar setanya sederhanaberwarna gelap dengan dinding
yang tebal. Basidocarp berwarna coklat emas sampai coklat kemerahan. Genus
dari ordo ini yaitu Phellinus, Hymenochata,Coltricia (Sastrahidayat, 2011).

Gambar 2.5 Phellinus sp.


Ordo Cantharellas merupakan ordo yang hidup di daratan membentuk
mikoriza dengan spora putih dan basidiospora halus. Contoh genus yaitu
Cantharellus dan Craterellus (Sastrahidayat,2011).

Gambar 2.3 Cantharellus sp. (Robert & Solem, 2010)

Ordo Gomphales memiliki tipe badan buah yang banyak. Genusnya yaitu
Gomphus dengan basidiocarp berkerut dan spora berwarna kuning (Sastrahidayat,
2011).
Gambar 2.4 Gomphus sp.
2. Gasteromycetes mempunyai basidia dengan hymenia tidak saling membuka
basidium, basidiospore bebas dari basidum. Ordo dari kelompok ini yaitu Lycoperdales-
puffballs (jamur bintang bumi), Tulostomatales-stalked puffballs (jamur bola bertangkai),
Phallales-stink horns(jamur tanduk) dan Nidulariales-bird’s nest fungi (jamur sarang
burung) (Sastrahidayat, 2011).
Ordo Lycoperdales mempunyai spora dewasa membuat tubuh buah terbuka.
Gleba serbuk meliputi spora-spora, mempunyai benag kepitalium dengan dinding
dua sampai empat lapisan. Dua lapisan pembungkus tubuh buah. Contoh spesies
yaitu Calvatia gigantean, Lycoperdon pretense dan Geastrum sp (Dwidjoseputro,
1976).

Gambar 2.5 Calvatia gigantean

Ordo Tulastomatales mempunyai Puffball bertangkai dengan tangkai


terpendam di tanah, basidiospora berwarna gelap, saprofit. Genus nya yaitu
Calostama dengan tangkai lengket di daerah tropisdan Tulostoma bertangkai gelap
(Sastrahidayat, 2011).

Gambar 2.6 Tulostoma sp Gambar 2.7 Calostama sp

Ordo Sclerodermatales dengan tubuh buah tertutup dengan peridium keras dan
tebal, gleba gelap serta himenium tidak jelas. Ada tiga famili antara lain
Sclerodermatacea, Astraceae, Tulostumataceae dan Calostomataceae (Dwidjoseputro,
1976).

Gambar 2.8 Sclerodermataceae


Ordo Nidulariales merupakan ordo jamur ini terdiri atas jamur bird’s nest dan
jamur penembak spora. Bentuk basidiocarp oval menyerupai terompet dengan
peridium lapisannya 1-3. Genus dari ordo ini yaitu Cyathus menyerupai corong,
Crucibulum seperti mangkuk, Nidula seperti mangkuk peridiole, Sphaerobolus
merupakan jamur penembak spora dengan satu peridiole (Sastrahidayat, 2011).

A B
Gambar 2.9 A). Cyathus sp. B). Crucibulum sp. (Ediriweera et al., 2014).

Ordo Phallales umumnya saprofit dengan basidiocarp belum matang seperti


telur. Genusnya yaitu Mutinus, Dictyophora, Neodictyon dan Clathrus
(Sastrahidayat, 2011).

Subkelas Phargmobasidiomycetidae ciri utamanya yaitu basidium mempunyai


septa dengan spora ketebalan atas dan dasar berbeda. Ordo kelompok ini antara lain
Auriculariales, Dacrymycetales, Tulasnellales, Ceratobasidioales dan Tremellaes
(Sastrahidayat, 2011).
Ordo Auriculariales bangsa ini terdapat 6 famili dan 3 genus, bersifat saprofit
hidup pada kayu lapuk dengan dua tipe phrgmobasidia. Blastopora bersepta dan
dapat berkecambah secara tidak langsung menggunakan conidia (Sastrahidayat,
2011).
Gambar 2.10 Auricularia sp. (Ediriweera et al., 2014)

Ordo Ceratobasidiaceae ordo fungi ini basidiocarp tidak mereduksi.


Basidiospora berkecambah tidak langsung. Kebanyakan parasite seperti
Ceratobasidum dan Thanatephorus (Sastrahidayat, 2011).
Ordo Dacrymycetales ordo ini membuat kayu menjadi busuk, basidia aseptaste
seperti garpu, sterigmata ada dua dengan basidiospore bersepta dan berkecambah
langsung atau tidak langsung. Genusnya antara lain Dacrynyces, Calocera dan
Guepiniopsis (Sastrahidayat, 2011).

Gambar 2.11 Calocera sp (Ediriweera et al., 2014).


Ordo Tremellales ciri utamanya dimorphic, haploid, banyak anggota spesies bersifat
mycoparasite membentuk haustorium jaringan inang. Contohnya Tremella (Sastrahidayat,
2011).

Gambar 2.12 Tremella sp (Robert & Solem, 2010).


Subkelas Teliomycetidae cirinya dengan teliospore berdinding tebal, binukleat. Dua
ordo yaitu :
Ordo Uredinales Jamur hidup parasit atau dikenal jamur karat. Sifat umum
yaitu miselia bersel satu dan terdiri dari dua famili antara lain : Famili
Melampsoraceae dengan teliospore tersusun seperti karang atau kerak. Contoh
genusnya yaitu Cronartium (Sastrahidayat, 2011).

Gambar 2.13 Cronartium sp.

Famili Puccniacea teliospore bertangkai dengan spora ada yang terlepas ada
yang berkelompok dalam satu tangkai. Genus yang berperan penting yaitu
Gymonosporangium, Phakospora dan Physopella (Melisa, 2012).

Gambar 2.14 Gymonosporangium sp (George, 2013).

Ordo Ustilaginales kelompok jamur parasit di alam yang menghasilkan lapisan


berwarna hitam halus sebagai tempat kumpulan spora. Jamur yang termasuk ordo
ini ialah jamur api sebab sporanya berwarna hitam seperti serbuk arang
(Sastrahidayat, 2011).
2.2 Sebaran dan Habitat Jamur Makroskopis
Jamur hidup di alam sebagai parasite, saprofit maupun simbion. Jamur
sebagai parasit tumbuh di organisme hidup untuk mendapatkan nutrisi dari sel
inang. Jamur sebagai saprofit dengan melakukan siklus nutrien dari organisme
mati seperti pepohonan lapuk, bangkai hewan dan lainnya. Jamur berperan sebagai
simbion dengan mempengaruhi organisme lain yaitu melakukan interaksi
penyerapan nutrisi dari inangnya dan bermanfaat untuk organisme lain (Suryani et
al, 2020).
Jamur makroskopis kebanyakan tumbuh di hutan sebab kandungan tanah
humus yang melimpah dan juga dapat hidup di berbagai habitat tropis maupun
dingin.Habitat jamur ini biasanya di semua kaya dan serasah daun karena tempat
ketersediaanbahan organik untuk sumber nutrisi bagi fungi. Sebagian besar dapat
ditemukan pada dahan pohon contohnya Auricularia sp. Makrofungi yang tumbuh
di gumuk pasir dan padang rumput hanya tumbuh selama musim hujan saja
(Suryani et al, 2020).
Kehidupan jamur makroskopis memiliki karakteristik faktor lingkungan yang
berbeda. Faktor penentu adanya pertumbuhan fungi makroskopis adalah jenis
vegetasi sebagai subsrat dan sumber bahan organik. Keragaman makrofungi
tergantung pada sifat habitat subsrat dan inangnya. Komposisi dan jenis vegetasi
dalam ekosistem terrestrial merupakan faktor penentu utama produktivitas fungi.
Makrofungi kelompok ascomycota dan basidiomycota tumbuh subur di daerah
yang kaya akan karbohidrat, lignin dan selulosa yang banyak dijumpai di
tumpukan sampah atau serasah daun ataukayu yang lapuk (Suryani et al, 2020).

2.3 Peranan Jamur Makroskopis


Peranan jamur makroskopis sebagai bahan obat-obatan, kosmetik dan pangan
sudah ada sejak lama. Jamur dijadikan makanan sejak zaman romawi yang
dipercaya dapat memperpanjang umur dan meningkatkan imunitas. Jamur
makroskopis secara luas dapat menguraikan bahan organik misalnya selulosa,
hemiselulosa, lignin, protein. Jamur makroskopis menguraikan senyawa organik
menjadi senyawa yang mudah diserap guna pertumbuhan dan perkembangan
organism sekitarnya (Hasanudin, 2014).
Jamur makroskopis mempunyai peranan penting dalam menjaga ekosistem
hutan. Peran jamur dapat membantu penyuburan tanah akibat persediaan nutrisi
bagi tumbuhan menjadi lebih subur. Golongan fungi makroskopis mempengaruhi
rantai terhadap kelangsungan hidup perkecambahan anakan pohon. Kelompok
jamur makroskopis yaitu dari kelas Basidiomycetes. Basidiomycetes dapat
berperan dalam pendegradasi senyawa lignoselulosa sebab mampu menghasilkan
enzim-ezim demi keberlangsungan hidup di alam (Tambaru et al, 2016).
Jamur makroskopis dapat dijadikan sebagai bahan pangan contohnya jamur
merang atau V.volvacea. Jamur ini dibudidayakan untuk makanan yang mana
spesies ini menghasilkan enzim protease. Jamur dibudidayakan untuk nilai gizi
yang dikandungnya serta pengobatan. Mereka rendah lemak, protein yang tinggi
dan vitaminserta fungi juga mengandung banyak mineral dan elemen serat sebagai
makanan (Badalyan, 2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 30 April 2023 berlokasi di
bukit sedau atau hutan disekitar Pantai di Kelurahan Sedau Kecamatan
Singkawang SelatanKalimantan Barat. Waktu pelaksanaan praktikum lapangan
dimulai dari pukul 10.00-15.00 WIB. Senin, 1 Mei 2023 pukul 09.30-selesai
dilakukan preparasi sampel dan dilanjutkan dengan tahap identifikasi di
Laboratorium Biologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura Pontianak.

3.2 Deskripsi Lokasi


Kalimantan Barat mempunyai potensi alam untuk pariwisata salah satunya
Pantai terletak di Kelurahan Sedau Kecamatan Singkawang Selatan Kalimantan
Barat.Pemandangan pantai ini sangat memanjakan mata dengan batuan granit di
sekitar pantai. Tempat pariwisata bagian terestrial ini kaya akan jenis tumbuhan
tingkat rendah yang dapat digunakan untuk keperluan penelitian. Keadaan laut yang
cukup baik akan kekayaan jenis tumbuhan dan hewan lautnya. Secara geografis
berada pada koordinat N : 00051’55,3 dan E : 108054’22,5 sekitar 8 km kearah utara
dari Kota Singkawang. Area ini terletak di sisi barat Kalimantan Barat, sebelah
timur berbatasan dengan Kabupaten Bengkayang, sebelah barat dan utara
berbatasan dengan Laut Natuna, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Mempawah. Area Terestrial ini merupakan daerah berbatu yang
menanjak dengan 8 titik lokasi terestrial dapat dilihat pada gambar 3.1. Daerah ini
mempunyai kondisi terrestrial yang cukup baik untuk menjadi habitat jamur
makroskopis sehingga tempat ini dipilih oleh Mahasiswa Biologi 2021 untuk
diadakannya praktikum lapangan Sistematika Cryptogamae.
Gambar 3.1 Peta Lokasi Praktikum
Sistematika Cryptogamae

Rona lingkungan pada area terestrial umumnya dengan kondisi yang cerah
berawan. Banyak permukiman warga serta ditemukan vegetasi khusus tiap 8
stasiun. Berikut tabel kondisi rona lingkungan di beberapa stasiun (Tabel 3.1)

Tabel 3.1 Stasiun titik koordinat dan rona lingkungan di kawasan terrestrial
Stasiun Titik Koordinat Rona lingkungan
I N 00O51’44,53” Kondisi lingkungan dan cuaca cerah berawan
E 108 O54’19.37” lokasi banyak terdapat rumput dan cuaca cerah
berawan lokasi banyak terdapat rumput dan
pohon tumbang. Lingkungan didominasi paku
pakuan. Vegetasi didominasi pohon pisang dan
rerumputan.

II N 00 O51’43.03” Cuaca cerah berawan ada yang terpapar sinar


E 108 O54’18.64” matahari langsung ada juga yang tidak, vegetasi
didominasi pohon kelapa dan rumput liar serta
tumbuhan selasih.

III N 00 O51’42.93 Cuaca cerah berawan, lokasi ada yang terpapar


E 108 O54’17.92 sinar matahari dan ada juga yang terlindung dari
sinar matahari. Vegetasi didominasi oleh pohon
kelapa dan bunga ketul (Bidens pilosa).

IV N 00 O51’717” Udara lingkungan teresterial lembab, lokasi


E 108 O54’315” berada pada sepanjang jalan perbukitan.
V N 00 O51’43.92” Vegetasi dominan pepohonan, bidang dataran
E 108 O54’19.46” tinggi dengan lokasi yang sedikit curam.

VI N 00 O51’43.06” Cuaca cerah berawan, lokasi ada yang terdapat


E 108 O54’19,03” sinar matahari dan ada yang terlindung dari sinar
matahari vegetasi dominan pohon kelapa.

VII N 00 O51’42.32” Cuaca panas terik, tanah kering tidak terlalu


E 108 O54’17.87” lembab, dekat dengan permukiman warga.

VIII N 00 O51’44.84” Cuaca cerah berawan, lokasi di lereng perbukitan


E 108 O54’20.65” dengan dataran sedikit curam, lokasi terlindungi
pepohonan dengan tanah lembab. Vegetasi
dominan oleh pepohonan, rerumputan liar dan
tumpukan serasah.

3.3 Alat dan Bahan


3.3.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum lapangan jamur makroskopis adalah
alat tulis, amplop coklat, GPS (Global Positioning System), higrometer, kamera
canon eos 6000D, kertas label, luxmeter, masker, pH tester, selotip, sprayer,
sarung tangan, toples plastic.

3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum lapangan jamur makroskopis adalah
Alkohol 70 %.

3.4 Cara Kerja


3.4.1 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode jelajah atau
Cruise Method (Rugayah dan Pratiwi, 2004) yaitu menjelajahi hutan wilayah
terestrial berdasarkan banyak jenis jamur makroskopis yang ditemukan.
Pengambilan sampel didasarkan pada warna tubuh jamur, tekstur, bentuk dan
tepian tudung, bentuk bilah serta ada tidaknya tangkai. Sampel yang didapat
didokumentasi pada habitat asli lalu dilakukan dengan 2 cara preparasi yaitu
preparasi basah untuk jamur yang berdaging dengan memasukkan sampel dalam
botol flakon dan ditambahkan alkohol 70 % lalu tutup diberi isolasi agar tidak ada
kontak dengan udara luar. Preparasi keringdilakukan untuk jamur yang berkayu
yaitu dengan menyemprotkan sampel dengan bantuan sprayer lalu kering
anginkan dan masukkan dalam amplop coklat. Hasil sampel tersebut dibawa untuk
dilakukan identifikasi lanjut di laboratorium.

3.4.2 Pengamatan Morfologi dan Identifikasi Sampel


Sampel yang telah didapat diamati karakter morfologinya meliputi
penampakanbentuk tubuh, ukuran tubuh, ada tidaknya tangkai warna tubuh jamur
makroskopis sertamelihat habitat dan jenis subsrat lalu sampel didokumentasi dan
diidentifikasi. Identifikasi dilakukan di Laboratorium Biologi, Jurusan Biologi
menggunakan buku identifikasi jamur yaitu Introductory Mycology oleh
Alexopoulus et al. (1996), Mushroom and Other Fungi of the Midcontinental
United States oleh Huffman et al. (2008), dan A Guide to Common Fungi of The
Hunter- Central Rivers Region oleh Moore et al. (2014), Polypores of British
Columbia oleh Ginn’s (2017) serta skripsi dan jurnal berkaitan dengan jamur
makroskopis.

3.4.3 Pengukuran Parameter Lingkungan


Pengukuran parameter lingkungan ada 2 yaitu parameter fisika dan
parameter kimia. Parameter fisika terdiri atas suhu udara, kelembaban udara,
intensitas udara, dan kelembaban tanah. Parameter kimia yaitu pH tanah.
Pengukuran suhu udara menggunakan termometer konvensional. Pengukuran
kelembaban udara diukur dengan nilai relatif yaitu kelembaban relatif udara
(relative humidity/HR). Kelembaban relatif udara (%) diukur dengan alat
termohigrometer. PengukuranpH tanah dilakukan dengan menggunkan soil tester.
Pengukuran intensitas cahaya menggunakan luxmeter.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan praktikum lapangan yang telah dilakukan di Kelurahan Sedau


Kecamatan Singkawang Selatan Kalimantan Barat ditemukan anggota divisi
Basidiomycota yang terdiri dari 3 ordo yaitu Agaricales, Auriculariales dan
Polyporales, 8 Famili terdiri dari Auriculariaceae, Cortinariaceae,
Ganodermataceae, Marasmiacea, Polyporaceae, Pluteacea, Schizophyylaceae, dan
Tricholomataceae, 16 Spesies yaitu Auricularia sp., Campanella sp., Favolus sp.,
Fomes sp., Ganoderma sp., Gymnopilus sp., Hexagonia sp., Marasmius sp.,
Pycnoporus sp., Pleurotus osteratus, Pluteus sp., Rigidoporus sp., Schzophyllum
sp., Trametes sp., Tricholomopsis sp dan Volvariella sp., (Tabel 4.1)
Tabel 4.1 Jenis-jenis Jamur Makroskopis di Kelurahan Sedau Kecamatan
Singkawang Selatan Kalimantan Barat

Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Agaricomycetes Agaricales Cortinariaceae Gymnopilus Gymnopilus sp.


Marasmiaceae Campanella Campanella sp.
Marasmius Marasmius sp.
Pluteaceae Pluteus Pluteus sp.
Volvariella Volvariella sp.
Schizophyllaceae Schizophyllum Schizophyllum sp.
Tricholomataceae Pleurotus Pleurotus sp.
Tricholomopsis Tricholomopsis sp.
Auriculariaceae Auricularia Auricularia sp.
Auriculariales Ganodermataceae Ganoderma Ganoderma sp.
Polyporales Polyporaceae Favolus Favolus sp.
Fomes Fomes sp.
Hexagonia Hexagonia sp.
Pycnoporus Pycnoporus sp.
Rigidoporus Rigidoporus sp.
Trametes Trametes sp.

Total 1 3 8 16 16
Anggota Famili Cortinariaceae terdapat 1 spesies yaitu Gymnopilus sp.
ditemukan pada titik 2,1 dan 8 (Gambar 4.1)

Gambar 4. 1Gymnopilus sp. a). Lamella b). Stipe

Anggota Famili Marasmiaceae terdapat 2 spesies yaitu Campanella sp. yang


ditemukan pada titik 2,1,8 dan Marasmius sp. yang ditemukan pada titik 4 (Gambar
4.2).

1 2
Gambar 4.2 Famili Marasmiaceae (1) Campanella sp. (2) Marasmius sp.
a). Pileus b). Lamella c). Stipe

Anggota Famili Pluteaceae terdapat 2 spesies yaitu Pluteus sp. yang ditemukan
pada titik 3 dan Volvariella sp.yang ditemukan pada titik 1, dan 5 (Gambar 4.3).

1 2
Gambar 4.3 Famli Marasmiaceae (1) Pluteus sp. (2) Volvariella sp. a).
Pileus b). Fruit body c). Stipe

Anggota Famili Schizophyllaceae terdapat 1 spesies yaitu Schizophyllum sp.


yang ditemukan pada titik 2,3,6 dan 8 (Gambar 4.4).

Gambar 4.4 Schizophyllum sp. a). Lamella b). Stipe c). Fruit body
Anggota Famili Tricholomataceae terdapat 2 spesies yaitu Pleurotus sp. yang
ditemukan pada titik 7 dan Tricholomopsis sp. yang ditemukan pada titik 7 (Gambar
4.5).

1 2
Gambar 4.5 famli Tricholomataceae (1) Pleurotus sp. (2) Tricholomopsis
sp. a). Pileus b). Fruit body c). Stipe

Anggota Famili Auriculariaceae terdapat 1 spesies yaitu Auricularia sp. yang


ditemukan pada titik 1, 3, 4, 5, 6, dan 8 (Gambar 4.6).

Gambar 4.6. Auricularia sp. a). Margin b). Pileus c). Pileus d). Fruit body

Anggota Famili Ganodermataceae terdapat 1 spesies yaitu Ganoderma sp.


yang ditemukan pada titik 2,3, 5, dan 7 (Gambar 4.7).

Gambar 4.7 Ganoderma sp. a). Pileus b). Base

Anggota Famili Polyporaceae terdapat 6 spesies yaitu Favolus sp. yang


ditemukan pada titik 6, Fomes sp. yang ditemukan pada titik 7, Hexagonia sp. yang
ditemukan pada titik 5, 6, dan 8, Pycnoporus sp. yang ditemukan pada titik 1, 2, 3,
5, 6, dan 8, Rigidoporus sp. yang ditemukan pada titik 6, dan Trametes sp. yang
ditemukan pada titik 4 dan 6 (Gambar 4.9).
1 2 3

4 5 6
Gambar 4.9 Famili Polyporaceae (1) Favolus sp (2) Fomes sp. (3) Hexagonia sp. (4)
Pycnoporus sp. (5) Rigidoporus sp. (6) Trametes sp. a). Margin b). Garis Pertumbuhan c).
Fruit body d). Base e). Pori-pori

Kondisi lingkungan terrestrial ditemukannya jamur makroskopis di Kelurahan


Sedau Kecamatan Singkawang Selatan Kalimantan Barat rata-rata suhu berkisar
290-340C, kelembaban 10%-60 %, intensitas cahaya 4322-9876 lux dan pH tanah
berkisar 6,1- 7,0. Jenis jamur banyak ditemukan pada kayu lapuk dan sedikit di
temukan pada substrat pepohonan hidup. Hasil Pengukuran faktor lingkungan pada
saat pengambilan sampel jamur makroskopis di Kelurahan Sedau Kecamatan
Singkawang Selatan Kalimantan Barat dapat dilihat pada (tabel 4.2).
Tabel 4.2 Parameter Lingkungan di Kelurahan Sedau Kecamatan Singkawang
Selatan Kalimantan Barat

Suhu (oC) Kelembapan (%) Intensitas Cahaya (lux) pH tanah


290 -340 C 10%-60 % 4322-9876 lux 6,1- 7,0

4.2 Pembahasan

Jamur merupakan organisme tidak memiliki klorofil, eukariotik, dan dinding


selnya dilindungi oleh zat kitin. Jamur makroskopis merupakan kelompok jamur
yang berukuran besar sehingga dapat dilihat dengan mata secara langsung. Jamur
makroskopis mempunyai strutur umum meliputi bilah, tudung, tangkai, cincin serta
volva. Jamur makroskopis memiliki tubuh buah yang unik, dapat ditemukan dan
dilihat dengan mata telanjang dan bisa dengan tangan (Sumarni, 2017). Jamur
makroskopis ditemukan sebanyak 9 Famili yang terdiri dari Auriculariaceae,
Cortinariaceae, Ganodermataceae, Hygrophoraceae, Marasmiacea, Polyporaceae,
Pluteacea, Schizophyylaceae, dan Tricholomataceae.

4.2.1 Famili Cortinariaceae


a. Gymnopilus sp.
Gymnopilus sp. merupakan jamur makro dengan pileus berwarna oren sampai
kecoklatan. Permukaan yang halus dengan pinggaran yang rata namun saat tua
pileusnya tersobek (Pleated). Tipe himenofor berupa gills tetapi tidak tertempel
langsung pada stipe dengan jarak antar gills rapat. Stipe jamur ini mempunyai
tekstur berdaging dengan warna kekuningan. Pileus berwarna coklat mengkilap
dengan diameter sekitar 3,5-5 cm. bagian bawah pileus berwarna oren.
Habitat di kayu yang lapuk dan hidup berkoloni atau berkelompok.
Pertumbuhan jamur ini banyak dihutan terutama di serasah daun. Sebaran jamur ini
terdapat pada daerah dengan kelembaban tinggi sekitar 80%-90% (Syafrizal et al.,
2014).
Peranan Gymnopilus sp. sebagai antibakteri dan antioksidan. Ekstrak sporakarp
jamur ini dinyatakan mempunyai antibakteri dan antioksidan sebab terdapat
senyawa bisnoryangonin (Lee et al., 2008). Ekstrak tubuh buah Gymnopilus
penetrans mempunyai aktivitas antivitas antibakteri dan antioksidan (Nurhayati et
al., 2021).

4.2.2 Famili Marasmiaceae


a. Campanella sp.
Campanella sp. mempunyai bentuk tubuh conchate menyerupai payung, warna
tubuh buah putih dengan bentuk tudung berkerut (rugose/rugulose). Jamur ini
mempunyai tepi tudung halus (even) dan bertekstur lembut. Bilah tersusun secara
distant dan berwarna putih. Morfologi jamur ini tidak mempunyai volva, pori dan
cincin. Tangkai terletak di tengah (Central), bentuk tangkai bulat berwarna putih
dan bertekstur lembut.
Habitat jamur Campanella sp. tumbuh di serasah kayu. Hidup secara
berkelompok dan mempunyai aroma yang tidak menusuk. Tumbuh baik di tanah
lembab dan daun-daun lapuk dan mudah beradaptasi dengan banyak serasah
(Fatayaturrahmi, 2018).
Peranan Campanella sp. sebagai jamur ini tidak dapat dikonsumsi karena
beracun. Jamur ini dapat digunakan untuk pelapukan kayu atau disebut fungi
pelapuk. Jamur ini banyak ditemukan didaerah perkebunan sawit karena dapat
berperan sebagai bioindicator dan biofilter terhadap lingkungan (Fatayaturrahmi,
2018).
b. Marasmius sp.
Marasmius sp. merupakan jamur dengan tubuh buah berwarna putih sampai
oren. Bagian tepi putih, bergelombang dan berlendir. Bagian hymenium (gill) putih
dan terdapat tangkai (adnate). Bentuk tudung buah ukuran ¾ lingkaran. Tudung
berbentuk cembung bagian pusat lebih gelap dengan alur radial. Bentuk tubuh buah
conchate, bentuk tudung lebar (plane) dengan permukaan berkerut
(rugulose/rugose), tepi tudung bergelombang (wavy). Tidak mempunyai pori,
cincin dan volva tetapi mempunyai tangkai yang terletak ditengah (central).
Habitat tumbuh di tanah yang lembab dan kayu yang lapuk. Jamur ini juga
ditemukan pada ranting dan daun yang mati dengan mengaitkan miseliumnya.
Tempat kering juga dapat membuat jamur ini tumbuh dalam keadaan tertentu
(Hasanudin, 2014).
Peranan Marasmius sp. sebagai dekomposer/pengurai. Jamur ini tidak dapat
dimakan karena mengandung racun. Jamur ini termasuk jamur liar akan tetapi
negara Afrika Barat menjadikan jamur ini sebagai makanan untuk diet serta jamur
ini memiliki kemampuan mendegradasi selulosa dan lignoselulosa menjadi
senyawa sederhana sebagai sumber karbon (Tristina et al., 2022).

4.2.3 Famili Pluteaceae

a. Pluteus sp.
Jamur ini memiliki bentuk tubuh buah berupa tudung (cap) berlamela dan
bertangkai (stipe). Tudung berwarna krem coklat dengan diameter 2,1 cm dan
bentuk bagian atas convex dan bentuk bagian bawah bundar (ovoid). Tubuh
berwarna cream kecoklatan dengan tudung bagian tengah berwarna lebih gelap.
Bentuk tudung berbentuk kerucut dengan tangkai pendek. Tubuh buah sangat halus
dengan tangkai padat.
Habitat Pluteus sp. tumbuh sendiri-sendiri (soliter) pada substrat berupa kayu
atau akar pohon besar. Waktu pertumbuhan jamur ini pada musim semi dan gugur.
Jamur ini ditemukan di batang kayu busuk, tunggul serta puingpuing kayu pohon
dengan daun yang lebar (Minnis et al., 2006).
Peran jamur Pluteus sp. sebagai bahan makanan dalam jenis Pluteus cervinus
merupakan salah satu jenis jamur makro yang dapat dimakan dan sangat potensial
untuk dikembangkan dalam bentuk budi daya. Potensi pengembangan budidaya
jamur Pluteus sp. dapat dilakukan lebih lanjut (Noverita et al., 2017).

b. Volvariella sp.
Volvariella sp. atau dikenal dengan jamur merang merupakan jamur yang
mempunyai spora berwarna merah muda, volva terdapat dibagian batang. Volva
dianggap penting untuk identifikasi jamur ini. Jamur ini mempunyai volva coklat
muda. Tudung berkembang seperti cawan berwarna coklat tua keabu-abuan dan
bagian batang berwarna coklat.
Persebaran jamur ini secara kosmpolitan yang hidup di tanah, kayu, kulit padi
dan dapat dibudidayakan. Jamur ini terdapar di daerah tropis dan subtropic terutama
masyarakat Asia Tenggara. Jamur ini dikenal warm mushroom hidup di suhu
relative tinggi antara 30-38 ˚C dengan suhu optimum pada 35 ˚C (Irawati, 2017).
Volvariella sp. dapat dikonsumsi atau sebagai bahan obat-obatan sehingga
banyak dibudidayakan. Jamur ini mengandung sumber berbagai macam enzim
khususnya tripsin yang berguna untuk membantu pencernaan. Jamur ini bermanfaat
untuk Kesehatan dalam menurunkan kolestrol, meningkatkan kekebalan tubuh
(Oktarina et al., 2011).

4.2.4 Famili Schizophyllaceae

a. Schizophyllum sp.
Schizophyllum sp. merupakan jamur makroskopis yang mempunyai tubuh buah
yang banyak dan berukuran kecil. Jamur ini berwarna putih kusam seperti kipas.
Bentuk badan buahnya mengipas dan memiliki bilah serta berwarna putih hingga
kelabu atau abu kecokelatan. Jumlah tubuh buah banyak lebarnya sekitar 2,5-23,25
cm. Permukaan atas berwarna keabu-abuan dan insang-insang kelabu seperti garpu
pada permukaan bawahnya. Insang yang menggulung keatas merupakan ciri khas
Schizophyllum sp. (Arif et al., 2007). Permukaan tudung bertepung hingga berbulu
(hairy), tepi tudung bergelombang (undulated). Tipe himenofor berupa lamella
menempel pada tangkai, lamella berwarna coklat cerah. Tangkai berbentuk silinder
dengan permukaan yang kasar dan berwarna putih hingga krem. Tekstur buahnya
berdaging.
Schizophyllum sp. tumbuh berkelompok pada batang kayu (lobe-lobe) yang
sudah mati dan kayu lapuk. Habitat umumnya ditemukan pada bagian jaringan yang
mati pada pohon yang masih hidup, kayu lapuk atau pada pohon jarum. Hidup
sebagai saprofit dengan menempel pada substrat selain itu juga bersifat
kosmopolitan (Meliawati & Kuswytasari, 2013).
Schizophyllum sp. mengandung Beta-carotene yang tinggi yang berguna untuk
penglihatan, pertumbuhan dan imunitas. Jamur ini juga berperan sebagai bahan
obat-obatan karena mampu menghasilkan senyawa bioaktif dalam menghambat sel
kanker seperti HeL a, MCF7, T47D dan WiDr. Kandungan lain seperti
exopolysaccharide (EPS) dapat mencegah sel tumor (Joshi et al., 2013).

4.2.5 Famili Tricholomataceae

a. Pleurotus ostreatus
Pleurotus ostreatus mempunyai bentuk tubuh seperti kipas, berwarna putih
kecoklatan. Bentuk bagian tengah menyerupai corong. Tubuh buah jamur ini licin,
lunak dan bertangkai pendek. Tangkai terletak di tepi tudung dan tumbuh
membentuk banyak tangkai. Jamur ini mempunyai bilah secara eksentrik.
Pleurotus ostreatus mudah dikenali di lapangan, karena cara tumbuh badan buah
yang khas. Tumbuh secara berkelompok di kayu yang sudah lapuk. Pleurotus
ostreatus dapat ditemukan di daerah beriklim tropis dan panas (Susan & Retnowati,
2017).
Peranan jamur Pleurotus ostreatus digunakan sebagai bahan makanan karena
kandungan nutrisinya. Jamur ini dapat meningkatkan metabolism sel dan
menurunkan kadar kolesterol. Jamur ini juga berperan sebagai anti-tumor dan anti-
bakteri dalam mengobati berbagai penyakit seperti diabetes, lever dan sebagainya
(Wiardani, 2010).
b. Tricholomopsis sp.
Tricholomopsis sp. merupakan jamur dengan tubuh buah berbentuk menyerupai
payung yang berwarna kuning keemasan. Tipe hymenium tersusun rapi dibawah
tudung. Tangkainya panjang dan kurus. Bentuk tudung melebar (Broadly Convex),
permukaan tudung mempunyai bercak (Areolate/Cracked), tipe tudung terbelah
(Rimos), perlekatan bilah menempel (Adnaxed), tepi bilah terkikis (Eroded). Jamur
ini mempunyai tudung seperti fibril. Konteks berwarna kuning krem pada pileus
dan bersambung dengan stipe. Cetakan spora berwarna putih dan diitutupi tebal
dengan sisik fibrillose berwarna cokelat kecil. Lamella ramai, adnate atau sinuate.
Habitat Tricholomopsis sp. jamur ini ditemukan pada awal musim penghujan.
Hidup soliter Banyak ditemukan menempel pada substrat dapat berupa kayu dan
batang pohon di pegunungan serta tanah berpasir dan bekas terbakar. Hidup pada
tempat yang lembab seperti kayu lapuk (Polese, 2005).
Peranan Tricholomopsis sp. dalam bidang ekologi dalam ekosistem hutan. Jamur
ini berperan sebagai pengurai bahan-bahan organik mati seperti kayu mati atau kayu
lapuk dan serasah. Jamur ini dikenal dengan jamur kayu yang dapat digunakan
sebagai bioremidiasi (Limaryadi & Sumaryati, 2021).

4.2.6. Famili Auriculariaceae


a. Auricularia sp.
Auricularia sp merupakan anggota Basidomycetes dari Familia Auriculariaceae.
Jamur ini disebut dengan jamur kuping sebab bentuknya menyerupai
telinga(kuping), berwarna coklat muda sampai kemerahan. Struktur tubuh berupa
basidiocarp dengan tubuh buah yang kenyal seperti gelatin. Tubuh buahnya
berlekuk-lekuk bersifat kartilaginous. Jamur ini tipe berdaging dengan diameter
sekitar 2-15 cm. Permukaan tudung yang halus dan licin, bagian bawahnya
menyerupai bludru dan berbulu halus. Tubuh buah mengandung karbohidrat,
protein, mineral, kalsium, fosfor (Wu et al., 2010).
Persebaran jamur ini secara pantropis yang dapat ditemukan dikondisi berbagai
jenis kayu lapuk. Suhu pertumbuhan dengan suhu yang hangat sampai daerah
pegunungan yang suhunya sejuk. Suhu toleransi jamur ini sekitar 16-36˚𝐶 idealnya
sekitar 25-28 ˚𝐶. Kelompok jamur ini tumbuh pada tempat dengan kelembaban
yang tinggi (Chang & Quimino, 1989).
Auricularia sp. termasuk dalam jamur yang dapat dimakan sebagai bahan
masakan. Jamur ini mengandung nutrisi baik untuk kebutuhan energi didalam
tubuh. Peranan lain sebagai bahan obat-obatan dalam memperbaiki sirkulasi darah,
mengobati atherosclerosis. Jamur ini juga berperan sebagai bahan penawar racun
yang menyebabkan terganggunya aktivitas enzim dalam penurunan kadar sel darah
merah (Agus, 2016).

4.2.7 Ganodermataceae
a. Ganoderma sp.
Ganoderma sp. memiliki tubuh buah berbentuk setengah lingkaran dengan
ukuran diameter 10 cm. Tekstur tubuh buah keras dan kaku, bagian atas memiliki
garis radial berwarna cokelat kehitaman, bagian bawah terdapat himenofor atau
pori-pori kecil. Bagian tepi berwarna putih sampai abu-abu. Batang kecil dan halus.
Jamur ini langsung melekat pada substrat atau tidak mempunyai tangkai buah
(stipe), mempunyai tipe akar semu (rhizoid) dan miselia sebagai perekat mycelia
pad.
Habitat hidup pada pohon lapuk dan hidup berkelompok dengan jarak antar
jamur berdekatan. Tumbuh menempel langsung pada substrat (sesil) berupa kayu
mati dan bersifat saprofit (Hapuarachchi et al., 2018).
Peranan jamur ini sebagai dekomposer/ pengurai bahan organik. Jamur ini tidak
disarankan untuk dikonsumsi. Jamur ini bersifat parasit fakultatif yang
mengakibatkan penyakit busuk pada akar yang telah mati, beberapa jamur ini dapat
dimanfaatkan sebgaai obat (Hapuarachchi et al., 2018).

4.2.8 Polyporaceae

a. Favolus sp.
Favolus sp atau dikenal dengan jamur sarang lebah. Bentuk tubuh buah seperti
kipas, melekat lateral pada tangkai dan berwarna kuning kecoklatan sampai cokelat
muda. Bentuk tubuh buah yang keras dengan tekstur permukaan yang halus.
Permukaan pori berwarna coklat muda dan tidak bertangkai sejati.
Sebaran habitat jamur ini di kayu yang sudah mati. Persebarannya endemik di
Asia dan Australia. Jamur ini dapat tumbuh di suhu lembab seperti pegunungan.
Tumbuh secara alami di daerah tropis (Susan dan Retnowati, 2017).
Favolus sp. digunakan sebagai antioksidan sekaligus meningkatkan kinerja
enzim nitric oksida sintase (NOS) berguna untuk memelihara tubuh dari penyakit
misalnya hipertensi, diabetes melitus, aterosklerosis, serangan jantung, ischemia,
stroke, hypoksia, kanker, gagal ginjal (Rai, 2007). Favolus sp. berperan dalam
farmakologi seperti imunomodulator, antitumor, antiviral dan antihiperlipidemik
(Zmitrovich dan Kovalenko, 2016).

b. Fomes sp.
Fomes sp. mempunyai tekstur tubuh buah kaku dengan ukuran lebar sekitar 4
cm. Tudung jamur berwarna hitam dengan bentuk tubuh buah seperti kipas tetapi
tidak bertangkai. Bentuk tudung setengah lingkaran dengan zona bervariasi, dan
berkuku. Jamur ini tidak mempunyai cincin dan cawan dengan akar semu yang
menempel pada tumbuhan.
Habitat di kayu lapuk dan bersifat soliter. Tumbuh pada pohon yang mati dan
bersifat parasit pada pohon. Fomes sp. menempel pada pohon-pohon besar baik
keadaan hidup maupun mati yang terdapat di hutan tropis dengan intensitas cahaya
yang rendah. Jamur ini mempunyai adaptasi yang baik terhadap ketingggian suatu
daerah dengan tingkat kelembaban (Tampubolon et al., 2013).
Peranan Fomes sp. sebagai bahan obat-obatan. Kandungan triterpenoid dan
polisakarida dalam jamur ini digunakan sebagai pengobatan kanker. Senyawa
didalam jamur ini dapat meningkatkan kekebalan tubuh serta sebagai antimikroba,
antitumor dan antioksidan (Tristina et al., 2022).

c. Hexagonia sp.
Hexagonia sp. mempunyai tubuh buah berwarna coklat. Bentuk jamur ini seperti
kerang dengam diameter sekitar 4 cm. Jamur ini dalam keadaan kering akan
berkerut. Bentuknya hampir bulat dan agak membungkuk. Pori-pori permukaan
berwarna putih hingga keabu-abuan.
Habitat Hexagonia sp. tumbuh pada lingkungan lembab tetapi saat kemarau
tubuhnya akan membungkuk dapat beradaptasi terhadap perubahan suhu.
Penyebaran jamur ini secara berkelompok. Jamur ini melekat pada batang yang
ditumbuhi oleh tumbuhan lain. Jamur ini sering ditemui pada kayu yang masih
hidup (Hasanudin, 2014).
Peranan Hexagonia sp. dapat dikonsmsi namun ada beberapa yang beracun.
Jamur yang dapat dikonsumsi mempunyai nilai gizi tinggi. Jamur yang beracun
dimanfaatkan sebagai pengurai dalam ekosistem hutan sebab jamur mengubah
bahan organik menjadi senyawa yang diserap dan digunakan untuk
pertumbuhannya (Hasanudin, 2014).

d. Pycnoporus sp.
Pycnoporus sp. memiliki pileus dengan tekstur keras dan tebal. Bentuk tubuh
buah setengah lingkaran dengan permukaan pileus yang halus dan tepi yang
berlekuk teratur. Tubuh buah berbentuk spathulate seperti kipas, berwarna putih
kekuningan, bentuk tudung buah lebar (plane), permukaan tudung warty (butir
kasar) dengan tepi tudung bergerigi (serrate). Memiliki pori dibawah tudung
berbentuk bulat. Jamur tidak mempunyai bilah, tangkai, cincin serta volva.
Habitat Pycnoporus sp. tumbuh di kayu yang lapuk dan hidup secara soliter
maupun berkelompok. Jamur ini dapat ditemukan menempel di kayu yang mati.
Penyebaran jamur ini pada batang yang keras atau khusunya di pohon mangga
(Mangifera indica) yang telah mati (Fauzi, 2021).
Peranan jamur Pycnoporus sp. tidak dapat digunakan sebagai makanan. Jamur
ini berperan sebagai fungi pelapuk pada saat kondisi lembab. Fungi pelapuk ini
dapat berperan dengan memanfaatkan sisa tumbuhan hidup untuk diuraikan
menjadi komponen kimia sederhana. Komponen kimia tersebut akan digunakan
dalam merombak sisa-sisa limbah (Djarwanto et al., 2008). Pycnoporus sp.
mengandung efek bakteriostatik serta bakterisida yang kuat terhadap Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus berasal dari senyawa phenoxazine tipe I yaitu
cinnabarine atau asam cinnabarinic (Diaz-Godiez et al., 2016).

e. Rigidoporus sp.
Jamur Rigidoporus sp. ini mempunyai ciri-ciri tubuh buahnya yang keras seperti
kayu. Jamur ini tidak memiliki tudung tapi umumnya memiliki tudung, duduk atau
melekat, sering menyirap, rapuh ketika segar, namun keras setelah kering. Tudung
berwarna cokelat kemerahan dan kusam, pinngir tidak merata atau bergerigi.
Permukaan pori berwarna jingga hingga cokelat kemerahan, cokelat muda hingga
kelabu, pori bulat hingga bersegi.
Habitat Rigidoporus sp. tumbuh baik didalam hutan. Pola penyebaran jamur ini
secara berkelompok dan menyebar. Jamur ini dapat hidup di tingkat kelembaban
yang tinggi agar dapat beradaptasi serta melekat pada substrat berupa tanah, kayu
lapuk dan serasah (Annisa et al., 2017).
Peranan Rigidoporus sp. dalam bidang ekologis di ekosistem hutan yaitu
dekomposer. Hidup sebagai saprofit dengan menggunakan bahan-bahan organik
dari sisa organisme mati. Jamur ini tidak dimanfaatkan sebagai makanan karena
mengandung senyawa racun (Annisa et al., 2017).

f. Trametes sp
Trametes sp merupakan jamur dengan struktur pileus agak keras, bagian tepi
bergelombang dan melengkung. Pileus jamur ini berwarna putih kecoklatan dengan
garis berwarna kuning kecoklatan. Jamur ini mempunyai lamella yang berpori-pori
dengan stipe yang lateral. Permukaan pileus halus dan diameter 7 cm. Tipe margin
halus (entire) dengan himenofor bertipe porus berbentuk bulat. Tubuh buah
berbentuk seperti kipas dengan garis konsentris berwarna coklat kemerahan. Jamur
ini mempunyai tangkai yang pendek panjangnya sekitar 1 cm dan tidak memiliki
cincin.
Trametes sp hidup berkelompok dengan habitat alami akar pohon. Habitat jamur
ini dapat di tanah, serasah kayu, kayu yang lapuk sebagai saprofit. Jamur ini tumbuh
dengan posisi tumpang tindih dan menyerap nutrisi dari akar pohon (Norfajrina et
al., 2021).
Trametes sp ini tidak dapat dikonsumsi karena mengandung racun. Jamur ini
berperan sebagai saprofit dilingkungan karena berperan dalam proses pelapukan
kayu. Jamur ini juga mempunyai kemampuan dalam merombak lignin dan selulosa
serta sebagai dekomposer dalam menguraikan sisa organisme yang telah mati
(Norfajrina et al., 2021). Trametes versicolor dimanfaatkan sebagai bahan obat
tradisional oleh masyarakat China kuno sebagai anti-inflamasi, imuno-modulator,
antikanker dan antivirus (Pop et al., 2018).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan di Kelurahan Sedau Kecamatan
Singkawang Selatan Kalimantan Barat terdapat divisi Basidiomycota yang terdiri
dari 3 ordo yaitu Agaricales, Auriculariales dan Polyporales, 9 Famili terdiri dari
Auriculariaceae, Cortinariaceae, Ganodermataceae, Hygrophoraceae,
Marasmiacea, Polyporaceae, Pluteacea, Schizophyylaceae, dan Tricholomataceae,
17 Spesies yaitu Auricularia sp., Campanella sp., Favolus sp., Fomes sp.,
Ganoderma sp., Gymnopilus sp., Hexagonia sp., Hygrocybe sp., Marasmius sp.,
Pycnoporus sp., Pleurotus osteratus, Pluteus sp., Rigidoporus sp., Schzophyllum
sp., Trametes sp., Tricholomopsis sp dan Volvariella sp., Habitat jamur ini dapat
menempel pada substat berupa kayu lapuk, serasah daun dan sebagainya serta
mempunyai peranan penting sebagai bahan pangan, obat-obatan dan keseimbangan
ekosistem terutama di hutan.

5.2 Saran
Saran yang dapat dilakukan untuk praktikum lapangan sistematika
cryptogamae mengenai jamur makroskopis selanjutnya yaitu sebaiknya dilakukan
di 2 lokasi yang berbeda-beda untuk mengetahui keanekaragaman jenis jamur
yang ada disana tetapi masih didalam kecamatan singkawang selatan selain itu
juga dapat dilakukan pada musim penghujan dan kemarau karena perbedaan
musim dapat mempengaruhi pertumbuhan spora jamur yang akan berdampak pada
keanekaragaman jenis disana.
DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulus, C. (1962). Introductory Micology. Second Edition. New


York: JohnWiley and Sons Inc .
Anggraini, K. Khotimah, S & Turnip, M. (2015). Jenis-Jenis Jamur
Makroskopis di Hutan Hujan Mas Desa Kawat Kecamatan
Tayan Hilir Kabupaten Sanggau.Protobiont, 4, 60-64.
Annisa, I. Kamawanti, H.A.E & Wahdina. (2017). Keanekaragaman Jenis
Jamur Makroskopis di Arboretum Sylva Universitas
Tanjungpura. Jurnal Hutan Lestari, 5(4): 969-977.
Arif, A. M, Muin. T. Kuswinanti & V. Harfiani. (2007). Isolasi dan
Identifikasi Jamur Kayu dari Hutan Pendidikan dan Latihan
Tbo-tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep. Jurnal
Perennial, 3(2):49-54.
Badalyan, S. (2012). Edible Ectomycorrhizal Mushrooms. Berlin:
Springer-Verlag.Bahrun. & Muchroji. (2005). Bertanam Jamur
Merang. Jakarta: PT. Musi Perkasa Utama.
Chang, S.T. & T.H. Quimino (1989). Tropical Mushrooms, Biological Nature
and Cultivation Methods. The Chinese University Press. Hongkong.
Darwis, W. Ulandasari, U. Wibowo, R.H. Supriyadi. & Astuti, R.R.S (2020).
Biodiversitas Fungi Makroskopis di sekitar Kawasan Cagar Alam
Tanjung Laksaha Pulau Enggano Bengkulu. BIOEDUKASI, 11(1).
Diaz-Godinez, G. Tellez, M. Rodriguez, A. Obregon-Barbosa, V. de Lourdes
Acosta-Urdapilleta, M. & Villegas, E. (2016). Enzymatic,
antioxidant, antimicrobial, and insecticidal activities of Pleurotus
pulmonarius and Pycnoporus cinnabarinus grown separately in an
airlift reactor. BioResources, 11(2): 4186-4200.
Djarwanto. Suprapti, S. & Martono, D. (2008). Koleksi, Isolasi dan Seleksi
Fungi Pelapuk di Areal Hutan Tanaman Industri Pulp Mangium dan
Ekaliptus. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 26(4): 361-374.
Dwidjoseputro, D. (1976). Pengantar Mikologi. Penerbit Alumni. Malang.
Dwidjoseputro, D. (1978). Pengantar Mikologi. Penerbit Alumni. Bandung.
Ediriweera, S. Wijesundera, R.L.C. Nanayakkara, C. & Weerasena, J. (2014).
Macrofungi from the Sigiriya wilderness in Sri Lanka. Journal of
Mycopathological Research, 52(1)
Fatayaturrahmi. (2018). Jenis-jenis Jamur Makroskopis yang terdapat pada
Perkebunan Sawit PTPN VI Unit Usaha Ophir Pasaman Barat.
Skripsi. STKIP PGRI Sumbar. Padang.
Fauzi, A.A. (2021). Karakteristik Habitat dan Pemanfaatan Jamur
Makroskopis di Sekitar Kawasan Hutan di Kecamatan Cenrana
Kabupaten Maros. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Makasar.
Hapuarachci, K.K. Karunarathna, S.C. Phengsintham, P. Kakumyan, P. Hyde,
K.D. & Wen, T.C.M. (2018). Amauroderma (Ganodermataceae,
Polyporales)- bioactivecompounds, beneficisl properties and two
new records from Laos. Asian Journal of Mycology.
Harahap, L.C. Syamsi, F. & Efendi, Y. (2017). Inventarisasi Jamur Tingkat
Tonggi
(Basidiomycetes) di Taman Wisata Alam Muka Kuning Batam. Jurnal
Simbiosa, 6(2): 74-84.
Hasanudin. (2014). Jenis Jamur Makroskopis Sebagai Media
Pembelajaran Biologi (Studi di TNGLBlangjerango Kabupaten
Gayo Lues). Jurnal Biotik, 2, 1-76.
Irawati, Wahyu. (2017). Pengaruh Ketebalan Media dan Pemotongan
Jerami terhadap Produksi Jamur Merang. Jurnal Hutan Tropis,
5(1): 56-63.
Joshi, M. Patel, H. Gupte, S. & Gupte, A. (2013). Nutrient Improvement
for Simultaneous Production of Exopolysaccharide and Myvelial
Biomass by Submerged Cultivation of Schizophyllum commune
AGMJ-1 Using Statistical Optimization. Biotech, 3:307-318.
Lee, I.K. Cho, S.M. Soek, S.J. & Yun, B.S. (2008). Chemical constituents
of Gymnopilus spectabilis and their antioxidant activity.
Mycobiology, 36(1): 55-59.
Limaryadi. & Sumaryati, S. (2021). Jenis-jenis Jamur Makroskopis di
Pulau Kemujan, Taman Nasional Karimunjawa. Jurnal Mikologi
Indonesia, 5(1): 41-47.
Meliawati, D. & Kuswytasaei, D. (2013). Isolasi dan Identifikasi Jamur
Kayu Lignolitik dari Vegetasi Mangrove Wonorejo. Jurnal Sains
dan Seni Pomits, 2(1):16-19.
Melisa. (2012). Inventerisasi Jenis-Jenis Jamur Kelas Basidiomycete di
Kawasan Hutan Air Terjun Sambulan Kelurahan Muara
Tuhup Kabupaten MurungJaya.
Minnis, A.M. Sundberg, W.J. Methven, A.S. Sipes, S.D. & Nickrent,
D.L. (2006). Annulate Pluteus species, a study of the genus
Chamaeota in the United States. Journal Mycotaxon, 96: 31-
39.
Norfajrina. Istiqamah. & Indriyani, S. (2021). Jenis-Jenis Jamur (Fungi)
Makroskopisdi Desa Bandar Raya Kecamatan Tamban Catur. Al
Kawnu: Science and Local Wisdom Journal, 1(1), 17-33.
Nurhayati, O.D. Putra, I.P. Anita, S.H. & Yanto, D.H.Y. (2021). Notes Some
Macro Fungi From Taman Eden 100, Kawasan Toba, Sumatera
Utara, Indonesia: Description and its Potency. BIOEDUSCIENCE,
5(1): 30-39.
Nurlita, A.I. Putra, I.P.P. & Ikhsan, M. (2021). Catatan Pemanfaatan
Schizophyllum commune di Kampung Udapi Hilir, Papua Barat.
Integrated Lab Journal, 9(1).
Noverita, N. Sinaga, E. & Setia, T.M. (2017). Jamur Makro berpotensi
pangan dan obat di Kawasan Cagar Alam Lembah Anai dan Cagar
Alam Batang Palupuh Sumatera. Jurnal Mikologi Indonesia, 1(1).
Oktarina. Umarie, I. & Shiddieqy, L.A. (2011). Penggunaan Beberapa
Macam Limbah Tumbuhan Sebagai Media Tumbuh Jamur Merang
(Volvariella volvaceae). Agritech, 13(1), 67-85.
Polese, J.M. (2005). The Pocket Guide to Mushrooms London: Divis,
Cologne.
Pop, R.M. Puia, I.C & Puia, A. (2018). Characterization of Trametes
versicolor: medicinal mushroom with important health benefits.
Not Bot Horti Agrobo, 46 (2): 343-349.
Priskila. Ekamawati, H. A. & Herawatingsih, R. (2018).
Keanekaragaman Jenis Jamur Makroskopis di Kawasan
Hutan Sekunder Areal luphhk-Hti PT. Bhatara Alam Lestari
Kabupaten Mempawah. Jurnal Hutan Lestari, 6.
Rahmawati, Linda, R. & Tanti N.Y. (2018). Jenis-Jenis Jamur
Anggota Kelas Basidiomycetes di Hutan Bayur, Kabupaten
Landak, Kalimantan Barat.Jurnal Mikologi Indonesia, 55-
66.
Rai, I.N. (2007). Bunga dan Buah gugur pada tanaman manggis
(Garcinia mangostana L.) asal biji dan sambungan.
Agritrop, 26(2):66-73.
Robert. & Solem, J. (2010). Fungi and Slime Molds of Howard
Country, MD. Index Fungorum.
Sastrahidayat, I. R. (2011). Mikologi Ilmu Jamur. Malang: Universitas
BrawijayaPress.
Sumarni, S. (2017). Identifikasi Jenis Jamur Makroskopis di Kawasan
Hutan Lindung Bukit Renatap Desa Ensaid Panjang
Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang, Piper, 13(25):
148-163.
Suryani, Y. Taupiqurahman, O. & Kulsum, Y. (2020). Mikologi.
Padang: PT.Freeline Cipta Ganesha.
Susan. & Retnowati. (2017). Catatan Beberapa Jamur Makro dari
Pulau Enggano Diversitas dan Potensinya. LIPI. Bogor.
Syafrizal, S. Yeni, L.F. & Titin. (2014). Inventarisasi Jamur
Makroskopis di Hutan Adat Kantuk dan Implementasinya
dalam Pembuatan Flipbook. Skripsi. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak.
Tambaru, R. H. (2016). Jenis-Jenis Jamur Basidiomycetes Familia
Polyporaceae di Hutan Pendidikan Universitas Hasanudin
Bengo-Bengo Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros. Jurnal
Biologi Makasar, 1.
Tampubolon, D.Y. Y. Pangestiningsih, F. Zahra & F. Mani. (2013). Uji
Patogenisitas Bacillus thurimgiensis dan Metarhizium anisipliae
Terhadap Mortalitas Spodoptera litura Fabr
(Lepidoptera:Noctuidae) di Laboratorium. Jurnal Online
Agroekoteknologi, (19): 784-791.
Tjirtrosoepomo, G. (1998). Taksonomi Tumbuhan . Yogyakarta:
Gajah MadaUniversity Press.
Tjirtrosoepomo, G. (2005). Taksonomi Tumbuhan . Yogyakarta:
Gajah MadaUniversity Press.
Wiardani, I. (2010). Budidaya Jamur Konsumsi. Lily Publisher.
Yogyakarta.
Wu, J. Li, Liu. Sufen. & Han. (2010). Rhizoctonia Fubfi enhance the
Growth of the Endangered Ochid Cymbidium georingii.
Published on the NRC Research Press.
Zmitrovich, I.V. Ezhov, O.N & Wasser, S.P. (2012). A survey of species
of genus Trametes Fr. (higher Basidiomycetes) with estimation
of their medicinal source potential. International Journal of
Medicinal Mushrooms, 14(3).
LAMPIRAN

Lampiran 1. Klasifikasi Jamur Makroskopis Divisi Basidiomycota Kelas


Agaricomycetes di Kelurahan Sedau Kecamatan Singkawang Selatan
Kalimantan Barat

No Gambar Klasifikasi

1 Kingdom: Fungi
Divisi: Basidiomycota
Kelas:Agaricomycetes
Ordo:Agaricales
Famili:Cortinariaceae
Genus: Gymnopilus
Spesies: Gymnopilus sp.

Kingdom: Fungi
2 Divisi: Basidiomycota
Kelas:Agaricomycetes
Ordo:Agaricales
Famili: Marasmiaceae
Genus: Campanella
Spesies: Campanella sp.

Kingdom: Fungi
Divisi: Basidiomycota
3 Kelas:Agaricomycetes
Ordo:Agaricales
Famili: Marasmiaceae
Genus: Marasmius
Spesies: Marasmius sp.

Kingdom: Fungi
Divisi: Basidiomycota
Kelas: Agaricomycetes
4 Ordo: Agaricales
Famili: Pluteaceae
Genus: Pluteus
Spesies: Pluteus sp.
Kingdom: Fungi
5 Divisi: Basidiomycota
Kelas:Agaricomycetes
Ordo:Agaricales
Famili: Pluteaceae
Genus: Volvariella
Spesies: Volvariella sp.

Kingdom: Fungi
6 Divisi: Basidiomycota
Kelas:Agaricomycetes
Ordo:Agaricales
Famili: Schizophyllaceae
Genus: Schizophyllum
Spesies: Schizophyllum sp.

Kingdom: Fungi
7 Divisi: Basidiomycota
Kelas:Agaricomycetes
Ordo:Agaricales
Famili: Tricholomataceae
Genus: Pleurotus
Spesies: Pleurotus sp.

Kingdom: Fungi
Divisi: Basidiomycota
8 Kelas:Agaricomycetes
Ordo:Agaricales
Famili: Tricholomataceae
Genus: Tricholomopsis
Spesies: Tricholomopsis sp.
Kingdom: Fungi
9 Divisi: Basidiomycota
Kelas:Agaricomycetes
Ordo: Auriculariales
Famili: Auriculariaceae
Genus: Auricularia
Spesies: Auricularia sp.

10 Kingdom: Fungi
Divisi: Basidiomycota
Kelas:Agaricomycetes
Ordo: Polyporales
Famili: Ganodermataceae
Genus: Ganoderma
Spesies: Ganoderma sp.

11 Kingdom: Fungi
Divisi: Basidiomycota
Kelas:Agaricomycetes
Ordo: Polyporales
Famili: Polyporaceae
Genus: Favolus
Spesies: Favolus sp.

12 Kingdom: Fungi
Divisi: Basidiomycota
Kelas:Agaricomycetes
Ordo: Polyporales
Famili: Polyporaceae
Genus: Fomes
Spesies: Fomes sp.
13 Kingdom: Fungi
Divisi: Basidiomycota
Kelas:Agaricomycetes
Ordo: Polyporales
Famili: Polyporaceae
Genus: Hexagonia
Spesies: Hexagonia sp.

14 Kingdom: Fungi
Divisi: Basidiomycota
Kelas:Agaricomycetes
Ordo: Polyporales
Famili: Polyporaceae
Genus: Pycnoporus
Spesies: Pycnoporus sp.

15

Kingdom: Fungi
Divisi: Basidiomycota
Kelas:Agaricomycetes
Ordo: Polyporales
Famili: Polyporaceae
Genus: Rigidoporus
Spesies: Rigidoporus sp.

16 Kingdom: Fungi
Divisi: Basidiomycota
Kelas:Agaricomycetes
Ordo: Polyporales
Famili: Polyporaceae
Genus: Trametes
Spesies: Trametes sp.
Lampiran 2. Pengambilan Sampel Jamur Makroskopis Divisi Basidiomycota Kelas
Agaricomycetes di Kelurahan Sedau Kecamatan Singkawang Selatan
Kalimantan Barat

Lampiran 3. Preparasi Sampel Jamur Makroskopis Divisi Basidiomycota Kelas


Agaricomycetes di Kelurahan Sedau Kecamatan Singkawang Selatan
Kalimantan Barat

Lampiran 4. Identifikasi Sampel Jamur Makroskopis Divisi Basidiomycota Kelas


Agaricomycetes di Kelurahan Sedau Kecamatan Singkawang Selatan
Kalimantan Barat

Anda mungkin juga menyukai