JURNAL PRAKTIKUM
Oleh:
OKTOBER 2019
Praktikum Identifikasi Lichenes & Bryophyta
(Tia Ambar Wati, Umi Sofiana, Ilmi Indah Ayu Nurfahmawati, Dewi Iftahun Nikmatun
Azizah, Jayus Syarifuddin, dan Vivi Anisa Indra Asmuri)
(IAIN Tulungagung)
ABSTRAK
Lichenes atau lumut kerak merupakan organisme hasil asosiasi simbiosis antara alga
(photobiont) dan jamur (mycobiont). Lichenes dikenal dengan nama lumut kerak, karena
bentuknya menyerupai kerak yang menempel di pohon-pohon, tebing atau batuan. Lichenes
(lumut kerak) sebenarnya bukan golongan lumut, tetapi merupakan tumbuhan perintis hasil
simbiosis antara golongan algae (Cyanophyta atau Chlorophyta) dan jamur (Ascomycota atau
Basidiomycota). Apabila sayatan tubuh Lichenes disayat tipis dan dilihat menggunakan
mikroskop maka akan terlihat adanya jalinan hifa atau miselium jamur yang teratur dan di
bagian lapisan permukaanya terdapat Algae yang dijalin oleh hifa itu. Pada Lichenes, Jamur
berperan untuk mengokohkan tubuh dan menghisap air serta nutrisi, sedangkan Algae
berperan untuk melakukan fotosintesis. Satu hal yang tidak disukai oleh Lichenes adalah
udara dan air yang beracun. Itulah sebabnya kita tidak akan bisa menjumpai tumbuhan ini
tumbuh dekat pabrik-pabrik. Karena sifatnya yang peka ini Lichenes sering dipakai sebagai
indikator (penunjuk) adanya pencemaran udara di suatu daerah. Ada tiga macam Lichenes
berdasarkan talusnya, yaitu: Crustose, Foliose, dan Fructicose.
Adapun Bryophyta (Bahasa Yunani “bryon”) berarti lumut. Makhluk hidup ini
sebagian besar berukuran kecil, yang terkecil hampir tidak tampak dengan bantuan lensa,
sedangkan yang terbesar tidak pernah lebih dari 50 cm tingginya atau panjangnya. Bryophyta
lazim terdapat pada pohon, batu, kayu gelondongan, dan ditanah pada setiap bagian dunia dan
hampir semua habitat kecuali di laut. Habitat umum Bryophyta adalah di tempat yang lembap
dna teduh. Lumut dapat dibedakan dari tumbuhan berpembuluh terutama karena lumut tidak
mempunyai sistem pengangkut air dan makanan. Selain itu lumut tidak mempunyai akar
sejati, lumut melekat pada substrat dengan menggunakan rhizoid. Fase hidup yang dominan
pada siklus hidup lumut adalah fase gametofitnya. Lumut diklasifikasikan menjadi tiga kelas
berdasarkan bentuk gametofit dan sporofitnya, yaitu Hepaticopsida (lumut hati),
Anthocerotopsida (lumut tanduk), dan Bryopsida (lumut daun).
1. Latar Belakang
2. Tujuan
B. METODE
Lembar Kerja
Keterangan: url:
http://www.fnanaturesearch.org/im
Gambar mikroskopis dari Lichenes
ages/stories/ns/marked/M/1979.jpg.
talus Crustose: Physcia sp.
Diakses pada 27 Oktober 2019,
pukul 06.37 WIB.
Keterangan:
Kingdom: Fungi
Division: Ascomycota
Class: Lecanoromycetes
Order: Teloschistales
Family: Physciaceae
Keterangan:
Lembar Kerja
Keterangan:
Kingdom: Fungi
Division: Ascomycota
Class: Lecanoromycetes
Order: Lecanorales
Family: Parmeliaceae
Genus: Parmelia
Keterangan: Species: Parmelia sp.
Keterangan:
Lembar Kerja
Keterangan:
Kingdom: Fungi
Division: Ascomycota
Class: Lecanoromycetes
Order: Lecanorales
Family: Parmeliaceae
d. Bryophyta: Hepaticopsida
Lembar Kerja
Kingdom: Plantae
Division: Marchantiophyta
Class: Marchantiopsida
Order: Marchantiales
Family: Marchantiaceae
Genus: Marchantia
e. Bryophyta: Anthocerotopsida
Lembar Kerja
Keterangan:
url: https://de-fairest.blogspot.com
Diakses pada 31 Oktober 2019,
pukul 14.37 WIB.
Genus: Anthoceros
f. Bryophyta: Bryopsida
Lembar Kerja
url:
http://googleweblight.com/i?u=http://
Keterangan: fredikurniawan.com/klasifikasi-dan-
morfologi-lumut-daun-bryopsida-
Gambar mikroskopis dari lumut daun
sp/&hl=en-ID Diakses pada 31
(Bryophyta): Polytrichum sp. Oktober 2019, pukul 14.20 WIB.
Keterangan:
Kingdom: Plantae
Division: Bryophyta
Class: Polytrichopsida
Order: Polytrichales
Family: Polytrichaceae
Genus: Polytrichum
2. Pembahasan
a. Lichenes
Dalam simbiosis tersebut, Fungi memperoleh bahan organik dari Algae dan
sebaliknya Algae memperoleh air dan mineral dari jamur. Hifa Fungi berperan
mempertahankan kelembapan lingkungan yang sangat dibutuhkan Algae untuk
mensintesis karbohidrat. Habitat Lichenes umumnya di bebatuan (contohnya yaitu
Parmelia), melekat di batang pohon (contohnya yaitu Grafu), dan tempat-tempat
lembap yang lain. Lichenes Cladonia rengiferina berperan sebagai makanan
hewan, Rocella tinctoria sebagai bahan lakmus untuk mengukur indikator pH,
serta Cetraria islandica dan Usnea dasypoga sebagai bahan obat-obatan.
Reproduksi seksual Lichenes terjadi sesuai dengan divi Fungi dan Algae.
Jika askospora atau basidiospora bertemu dengan Algae akan terbentuk Lichenes
baru. Reproduksi aseksual Lichenes dengan cara fragmentasi. Setelah terjadi
fragmentasi terbentuklah soredia. Soredia merupakan sel Algae yang diselubungi
oleh hifa atau miselium jamur. Soredia membentuk tepung soredia. Tepung
soredia akan membentuk Lichenes baru jika mendapat substrat yang sesuai. Ada
tiga macam Lichenes berdasarkan bentuk talusnya, yaitu:
1) Talus Crustose
2) Talus Foliose
Foliose (seperti daun) yang memiliki talus berupa lembaran yang
mudah dipisahkan dengan substratnya. Sampel Foliose yang kami amati pada
pengamatan ini adalah spesies Parmelia sp. Struktur morfologi Foliose terdiri
atas:
b) Daerah Alga, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak di
bawah korteks atas. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar.
Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebut lapisan gonidial sebagai
organ reproduksi
c) Medulla, terdiri dari lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian
tengah yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke segala
arah dan biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa pada bagian yang
lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu yang tebal pada bagian atas
dan tipis pada bagian ujungnya. Dengan demikian, lapisan tadi membentuk
suatu untaian hubungan antara dua pembuluh.
d) Korteks bawah, lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan
membentang secara vertikal terhadap permukaan thallus atau sejajar
dengan kulit bagian luar. Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar
(rhizines). Ada beberapa jenis Lichenes tidak mempunyai korteks bawah.
Dan bagian ini digantikan oleh lembaran tipis yang terdiri dari hypothallus
yang fungsinya sebagai proteksi.
3) Talus Fructicose
b. Bryophyta
Hingga saat ini tumbuhan nonvaskuler: lumut daun, lumut hati, dan lumut
tanduk, dikelompokkan bersama dalam Briofita (Bahasa Yunani bryon, “lumut).
Gamet pada Briofita berkembang di dalam gametangia. Gametangium jantan,
dikenal sebagai anteridium, menghasilkan sperma berflagela. Setiap gametangium
betina, atau arkegonium, menghasilkan satu telur (ovum). Pada beberapa spesies
Briofita, lapisan tipis air hujan atau embun sudah cukup untuk memungkinkan
terjadinya pembuahan, dan dengan demikian beberapa spesies Briofita dapat hidup
bahkan di padang gurun. Ketika air mengalir pada permukaan sebagian besar
Briofita, mereka mengimbibisinya seperti karet busa dan menyebarkannya ke
seluruh tubuh tumbuhan melalui proses difusi yang relatif lambat dan aliran
sitoplasmik. Cara hidrasi tersebut membantu menjelaskan mengapa tempat lembap
dan teduh merupakan habitat Briofita yang paling umum. 1
Dalam siklus hidup suatu briofita, seperti lumut daun, kita melihat suatu
contoh spesifik suatu pergiliran generasi haploid dan diploid. Gametofit haploid
merupakan generasi dominan pada lumut dan briofita lainnya. Sporofita umumnya
lebih kecil dan hidupnya lebih pendek, dan ia bergantung pada gametofit untuk
memiliki kebutuhan air dan zat hara. Sporofit diploid menghasilkan spora haploid
melalui pembelahan meiosis dalam suatu struktur yang disebut sporangium. Spora
yang lebih kecil, yang terlindungi oleh sporopollenin, menyebar dan berkembang
menjadi gametofit baru. Siklus hidup briofita berbeda dengan siklus hidup yang
didominasi gametofit pada tumbuhan vaskuler, di mana sporofit diploid
merupakan generasi yang dominan. 3
1
Neil A. Campbell, Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell, Biologi, Edisi Kelima, Jilid II, (Jakarta:
Erlangga, 2000), hlm. 159.
2
Ibid. hlm. 159.
3
Ibid. hlm. 160.
Gambar: Siklus hidup lumut daun. (1) Sebagian besar spesies lumut daun memiliki gametofit jantan
dan betina yang terpisah, yang secara berturut-turut memiliki anteridium dan arkegonium. (2)
Setelah sperma tersebut berenang melalui lapisan tipis yang lembap sampai ke suatu arkegonium
dan membuahi telur. (3) Zigot diploid tersebut akan membelah secara mitosis dan berkembang
menjadi suatu sporofit embrionik di dalam arkegonium. (4) Selama tahapan perkembangan
berikutnya, sporofit itu tumbuh membentuk suatu batang panjang yang muncul dari arkegonium,
akan tetapi dasar sporofit itu tetap menempel pada gametofit betina. (5) Pada ujung batang terdapat
sporangium, yaitu kapsul tempat pembelahan meiosis terjadi dan spora haploid berkembang. Ketika
penutup sporangium membuka, spora akan menyebar. (6) Spora akan berkecambah melalui
pembelahan mitosis, membentuk protonemata (tunggal, protonema) kecil, berwarna hijau seperti
benang yang menyerupai alga hijau. (7) Protonemata haploid it uterus tumbuh dan berdiferensiasi,
dan akhirnya membentuk gametofit yang dewasa secara seksual, yang menyelesaikan siklus hidup
lumut daun.4
Tiga divisi briofita adalah lumut daun (moss), lumuh hati (liverwort), dan
lumut tanduk (hornwort).5
1) Hepaticopsida
Siklus hidup lumut hati sangat mirip dengan siklus hidup lumut daun.
Di dalam sporangia beberapa lumut hati sel-selnya berbentuk kumparan yang
muncul dari kapsul ketika kapsul tersebut membuka, yang membantu
menyebarkan spora. Lumut hati juga dapat bereproduksi secara aseksual dari
berkas sel-sel kecil yang disebut gemmae, yang terpelanting keluar dari
mangkuk yang ada pada permukaan gametofit oleh tetesan hujan.6
4
Neil A. Campbell, Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell, Biologi…, hlm. 161.
5
Ibid. hlm. 160.
6
Ibid. hlm. 160.
Gambar: Lumut hati.7
2) Anthocerotopsida
7
Neil A. Campbell, Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell, Biologi…, hlm. 162.
8
Ibid. hlm. 160.
9
Ibid. hlm. 162.
3) Bryopsida
Lumut daun atau moss (divisi Briofita). Briofita yang paling terkenal
adalah lumut daun (moss). Spesies lumut daun yang kami amati adalah
Polytrichum sp. Hamparan lumut daun sesungguhnya terdiri dari banyak
tumbuhan yang tumbuh dalam kelompok yang padat, yang saling menyokong
satu sama lain. Hamparan tersebut memiliki sifat seperti karet busa, yang
memungkinkannya untuk menyerap dan menahan air. Masing-masing
tumbuhan yang ada dalam hamparan tersebut melekat pada substrat dengan sel
yang memanjang atau filamen seluler yang disebut rhizoid. Sebagain besar
fotosintesis terjadi pada bagian atas tumbuhan, yang memiliki banyak
tambahan seperti batang dan seperti daun. Akan tetapi, “batang”, “daun”, dan
“akar” (rhizoid) lumut daun tidak homolog dengan struktur yang sama pada
tumbuhan vaskuler.
10
Neil A. Campbell, Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell, Biologi…, hlm. 160.
11
Ibid. hlm. 160.
3. Bahan Diskusi
D. SIMPULAN
Lichenes (lumut kerak) merupakan simbiosis mutualisme antara Algae dan Fungi.
Selain Deuteromycota, jamur Ascomycota dan Basidiomycota juga dapat bersimbiosis
dengan Algae membentuk Lichenes. Struktur tubuh Lichenes berbentuk talus, bagian luar
merupakan miselium dan bagian dalam tersusun dari hifa. Di antara miselium dan hifa
jamur terdapat sel-sel Algae. Lichenes terdiri atas dua bagian, yaitu: bagian dari Algae
yang disebut phicobiont dan bagian dari Fungi yang disebut mycobiont yaitu dari divisi
Ascomycota, Deuteromycota, dan Basidiomycota. Lichenes dibagi menjadi tiga
berdasarkan bentuk talusnya, yaitu:
1. Crustose (seperti kerak) yang memiliki talus pipih, datar, berukuran kecil, dan tumbuh
melekat pada substrat (permukaan batu, kulit pohon, ataupun di tanah) sehingga sulit
dipisahkan atau susah untuk dicabut tanpa merusak bagian substratnya, contohnya:
Physcia.
2. Foliose (seperti daun) yang memiliki talus berupa lembaran yang mudah dipisahkan
dengan substratnya. Contoh: Parmelia.
3. Fructicose (seperti rumpun) yang memiliki talus berbentuk rumpun tegak mirip perdu
kecil dan dapat mencapai ketinggian 10 cm. Contoh: Usnea.
E. DAFTAR RUJUKAN
Campbell, Neil A., Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi. Edisi
Kelima. Jilid II. Jakarta: Erlangga.
George H. Fried dan George J Hademenos. 1985. Schaums’s Outlines Biologi. Edisi
Kedua. Jakarta: Erlangga.
Kimball, John W. 1983. Biologi. Edisi kelima. Alih Bahasa: Siti Soetarmi Tjitrosomo dan
Nawangsari Sugiri. Jakarta: Erlangga.
Scientica Group. 1985. Biologi. Jakarta: PT Aksara Manunggal Cipta.