Anda di halaman 1dari 31

LICHENES & BRYOPHYTA

JURNAL PRAKTIKUM

Disusun untuk memenuhi mata kuliah: Botani Cryptogamae

Dosen pengampu: Ainun Nikmati Laily, M.Si.

Oleh:

1. Tia Ambar Wati (12208183023)

2. Umi Sofiana (12208183028)

3. Ilmi Indah Ayu Nurfahmawati (12208183029)

4. Dewi Iftahun Nikmatul Azizah (12208183038)

5. Jayus Syarifuddin (12208183040)

6. Vivi Anisa Indra Asmuri (12208183113)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

OKTOBER 2019
Praktikum Identifikasi Lichenes & Bryophyta

(Tia Ambar Wati, Umi Sofiana, Ilmi Indah Ayu Nurfahmawati, Dewi Iftahun Nikmatun
Azizah, Jayus Syarifuddin, dan Vivi Anisa Indra Asmuri)

(IAIN Tulungagung)

ABSTRAK

Lichenes atau lumut kerak merupakan organisme hasil asosiasi simbiosis antara alga
(photobiont) dan jamur (mycobiont). Lichenes dikenal dengan nama lumut kerak, karena
bentuknya menyerupai kerak yang menempel di pohon-pohon, tebing atau batuan. Lichenes
(lumut kerak) sebenarnya bukan golongan lumut, tetapi merupakan tumbuhan perintis hasil
simbiosis antara golongan algae (Cyanophyta atau Chlorophyta) dan jamur (Ascomycota atau
Basidiomycota). Apabila sayatan tubuh Lichenes disayat tipis dan dilihat menggunakan
mikroskop maka akan terlihat adanya jalinan hifa atau miselium jamur yang teratur dan di
bagian lapisan permukaanya terdapat Algae yang dijalin oleh hifa itu. Pada Lichenes, Jamur
berperan untuk mengokohkan tubuh dan menghisap air serta nutrisi, sedangkan Algae
berperan untuk melakukan fotosintesis. Satu hal yang tidak disukai oleh Lichenes adalah
udara dan air yang beracun. Itulah sebabnya kita tidak akan bisa menjumpai tumbuhan ini
tumbuh dekat pabrik-pabrik. Karena sifatnya yang peka ini Lichenes sering dipakai sebagai
indikator (penunjuk) adanya pencemaran udara di suatu daerah. Ada tiga macam Lichenes
berdasarkan talusnya, yaitu: Crustose, Foliose, dan Fructicose.
Adapun Bryophyta (Bahasa Yunani “bryon”) berarti lumut. Makhluk hidup ini
sebagian besar berukuran kecil, yang terkecil hampir tidak tampak dengan bantuan lensa,
sedangkan yang terbesar tidak pernah lebih dari 50 cm tingginya atau panjangnya. Bryophyta
lazim terdapat pada pohon, batu, kayu gelondongan, dan ditanah pada setiap bagian dunia dan
hampir semua habitat kecuali di laut. Habitat umum Bryophyta adalah di tempat yang lembap
dna teduh. Lumut dapat dibedakan dari tumbuhan berpembuluh terutama karena lumut tidak
mempunyai sistem pengangkut air dan makanan. Selain itu lumut tidak mempunyai akar
sejati, lumut melekat pada substrat dengan menggunakan rhizoid. Fase hidup yang dominan
pada siklus hidup lumut adalah fase gametofitnya. Lumut diklasifikasikan menjadi tiga kelas
berdasarkan bentuk gametofit dan sporofitnya, yaitu Hepaticopsida (lumut hati),
Anthocerotopsida (lumut tanduk), dan Bryopsida (lumut daun).

Kata kunci: Lichenes, Crustose, Foliose, Fructicose, Bryophyta, Hepaticopsida,


Anthocerotopsida, dan Bryopsida.
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman jenis makhluk


hidup, mulai yang berukuran kecil maupun berukuran besar. Berbagai makhluk hidup
seperti Lichenes (lumut kerak) tumbuh di Indonesia. Jenis-jenis Lichenes yang berada
di Indonesia belum diketahui semua jenisnya. Potensi untuk melakukan penelitian
tentang Lichenes sangat terbuka lebar. Menurut Chandra (2015) Lichenes (lumut
kerak) merupakan gabungan antara fungi dan alga sehingga secara morfologi dan
fisiologi merupakan satu kesatuan. Lichenes merupakan tumbuhan indikator yang
peka terhadap pencemaran udara, hasil simbiosis antara Fungi dan Alga. Simbiosis
tersebut menghasilkan keadaan fisiologi dan morfologi yang berbeda dengan keadaan
semula sesuai dengan keadaan masing-masing komponen pembentuknya (Handoko
dkk, 2015).
Lichenes dimasukkan ke dalam kelompok yang tidak terpisah dari jamur, tapi
kebanyakan ahli berpedapat bahwa lichenes perlu dipisahkan dari fungi atau menjadi
golongan tersendiri. Alasan dari pendapat yang kedua ini adalah karena Jamur yang
membangun tubuh Lichenes tidak akan membentuk tubuh Lichenes tanpa Alga. Hal
lain didukung oleh karena adanya zat-zat hasil metabolisme yang tidak ditemui pada
Alga dan Jamur yang hidup terpisah (Brown, 1985).
Di Indonesia, eksplorasi tentang Lichenes belum banyak yang melakukannya,
sehingga peluang untuk meneliti Lichenes masih terbuka luas dan berpotensi.
Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan antara alga dan fungi sehingga secara
morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Lichenes hidup secara epifit pada
pepohonan, di atas tanah terutama di daerah sekitar kutub utara, di atas batu cadas, di
tepi pantai, atau gunung-gunung yang tinggi. Organisme ini tergolong organisme
perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Lichenes bersifat endolitik
karena dapat masuk pada bagian pinggir batu (Yurnaliza, 2002). Dalam hidupnya
Lichenes tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan
air dalam jangka waktu yang lama. Lichenes yang hidup pada batuan dapat menjadi
kering karena teriknya matahari, tetapi Lichenes tidak mati, jika turun hujan maka
dapat hidup kembali.
Lichenes memiliki warna yang bervariasi seperti putih, hijau keabu-abuan,
kuning, oranye, coklat, merah dan hitam. Lichenes dapat tumbuh baik pada kondisi-
kondisi lingkungan yang sangat ekstrim dari gurun pasir sampai Antartika yang
mempunyai temperatur di bawah 00 C. Perbedaan geografis menghasilkan banyak
sekali variasi Lichenes. Lichenes terkenal kepekaannya akan kondisi alam tempat
hidupnya, apabila terdapat gas polusi maka Lichenes tidak dapat tumbuh dan
berkembang dengan semestinya (Hawksworth, 1984).
Berdasarkan tipe tubuhnya, terdapat tiga macam bentuk Lichenes, yaitu
Crustose, Foliose, dan Fruticose. Crustose memiliki bentuk talus pipih melekat dengan
substratnya sehingga sulit dipisahkan. Foliose mempunyai talus berupa lembaran yang
mudah dipisahkan dan substratnya. Adapun Fruticose memiliki talus tegak mirip perdu
kecil.
Adapun makhluk hidup yang lain, misalnya Bryophyta atau lumut. Makhluk
hidup ini sebagian besar berukuran kecil, yang terkecil hampir tidak tampak dengan
bantuan lensa, sedangkan yang terbesar tidak pernah lebih dari 50 cm tingginya atau
panjangnya. Bryophyta lazim terdapat pada pohon, batu, kayu gelondongan, dan
ditanah pada setiap bagian dunia dan hampir semua habitat kecuali di laut.
Bryophyta hidup subur pada lingkungan yang lembab dan banyak sekali
dijumpai, khususnya di hutan-hutan tropik dan di tanah hutan daerah iklim sedang
yang lembab. Meskipun menyukai habitat yang lembab, Bryophyta merupakan
organisme darat, danyang tumbuh di air tawar hanya merupakan adaptasi sekunder
terhadap kehidupan air. Sifat ini tercermin dari kenyataan bahwa bryophyta air tetap
mempertahankan sifat yang khas bagi tumbuhan darat, antara lain sporanya
mengandung kutin dan dipencarkan oleh angin (Loveless, 1983: 57). Walaupun
Bryophyta selalu dapat dikenali dari strukturnya, bryophyta juga mudah dibedakan
dari tumbuhan darat lain menurut daur hidupnya. Daur hidup bryophyta, seperti halnya
kebanyakan tumbuhan, mengalami pergiliran keturunan antara generasi seksual atau
generasi gametofit yang berbiak secara seksual (dan kadang-kadang juga secara
vegetatif), dan generasi aseksual atau generasi sporofit yang berbiak dengan spora
(Loveless, 1983: 58).
Perbedaan mendasar antara Ganggang dengan Bryophyta dan Tumbuhan
Berpembuluh telah beradaptasi dengan lingkungan darat yang kering dengan
mempunyai organ reproduksi (gametangium dan sporangium), selalu terdiri dari
banyak sel (multiseluler) dan dilindungi oleh lapisan sel-sel mandul, zigotnya
berkembang menjadi embrio dan tetap tinggal di dalam gametangium betina. Oleh
karena itu Bryophyta dan tumbuhan berpembuluh pada umumnya merupakan
tumbuhan darat tidak seperti ganggang yang kebanyakan aquatik (Tjitrosoepomo,
1989).
Lumut dapat dibedakan dari tumbuhan berpembuluh terutama karena lumut
(kecuali Polytrichales) tidak mempunyai sistem pengangkut air dan makanan. Selain
itu lumut tidak mempunyai akar sejati, lumut melekat pada substrat dengan
menggunakan rhizoid. Siklus hidup lumut dan tumbuhan berpembuluh juga berbeda
(Hasandan Ariyanti, 2004). Pada tumbuhan berpembuluh, tumbuhan sesungguhnya di
alam merupakan generasi aseksual (sporofit), sedangkan generasi gametofitnya sangat
tereduksi. Sebaliknya pada lumut, tumbuhan sesungguhnya merupakan generasi
seksual (gametofit). Sporofit lumut sangat tereduksi dan selama perkembangannya
melekat dan tergantung pada gametofit (Polunin, 1990).
Lumut diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan bentuk gametofit dan
sporofitnya, yaitu Hepaticopsida (lumut hati), Anthocerotopsida (lumut tanduk), dan
Bryopsida (lumut daun).
Adapun tujuan dari pratikum ini yaitu untuk mengamati Lichenes & Bryophyta
contoh, melakukan pencandraan pada Lichenes & Bryophyta contoh, menggambar
morfologi Lichenes & Bryophyta contoh, menentukan klasifikasi Lichenes &
Bryophyta contoh. Pengambilan sampel praktikum ini dilakukan di air terjun Alam
Kandung, beberapa lingkungan sekitar tempat tinggal mahasiswa, dan pohon halaman
rumah warga Plosokandang, Tulungagung. Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih
dalam terkait Lichenes & Bryophyta akan disampaikan dalam hasil dan pembahasan
yang ada pada pratikum berikut.

2. Tujuan

Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat:

a. Mengamati Lichenes & Bryophyta contoh.


b. Melakukan pencandraan pada Lichenes & Bryophyta contoh.
c. Menggambar morfologi Lichenes & Bryophyta contoh.
d. Menentukan klasifikasi Lichenes & Bryophyta contoh dengan bantuan sumber.

B. METODE

1. Waktu dan Tempat


Praktikum “Lichenes & Bryophyta” ini dilakukan pada hari Kamis, tanggal 31
Oktober 2019, pukul 13.40-14.40 WIB, di Laboratorium Biologi Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Tulungagung.

2. Alat dan Bahan


a. Alat:
1) Mikroskop.
2) Deglass & object glass.
3) Cawan petri.
4) Pipet.
5) Pinset.
6) Silet.
7) Lup.
8) Kamera.
9) Laptop.
10) Alat tulis.
b. Bahan:
1) Sampel Lichenes contoh dari lingkungan:
a) Talus Crustose (spesies bebas).
b) Talus Foliose (spesies bebas).
c) Talus Fruticose (spesies bebas).
2) Sampel Bryophyta contoh dari lingkungan:
a) Hepaticopsida (spesies bebas).
b) Anthocerotopsida (spesies bebas).
c) Bryopsida (spesies bebas).
3) Tisu.
3. Cara Kerja
a. Pengamatan mikroskopis:
1) Membersihkan deglass & object glass atau kaca penutup dan kaca benda.
2) Mengamati ciri-ciri morfologi Lichenes & Bryophyta contoh dengan
menggunakan mikroskop.
b. Pengamatan makroskopis:
1) Mengambil spesimen Lichenes & Bryophyta contoh kemudian meletakkan
pada cawan petri dengan bantuan pinset.
2) Mengamati ciri-ciri yang nampak pada specimen Lichenes & Bryophyta
contoh.
c. Mengambil foto dan menggambar spesimen Lichenes & Bryophyta contoh.
d. Menentukan klasifikasi Lichenes & Bryophyta contoh (dengan bantuan sumber).
e. Melengkapi lembar kerja praktikum.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Data Hasil Pengamatan

a. Lichenes: Talus Crustose

Lembar Kerja

Gambar Tangan Foto Literatur

Keterangan: url:
http://www.fnanaturesearch.org/im
Gambar mikroskopis dari Lichenes
ages/stories/ns/marked/M/1979.jpg.
talus Crustose: Physcia sp.
Diakses pada 27 Oktober 2019,
pukul 06.37 WIB.

Keterangan:

Gambar makroskopis dari Lichenes


talus Crustose: Physcia sp.
Foto pada Saat Praktikum Klasifikasi

 Kingdom: Fungi

 Division: Ascomycota

 Class: Lecanoromycetes

 Order: Teloschistales

 Family: Physciaceae

Keterangan:  Genus: Physcia

Gambar mikroskopis dari Lichenes  Species: Physcia sp.


talus Crustose: Physcia sp.
(Sumber: ITIS and Species 2000
menggunakan mikroskop dengan
Catalogue of Life: 2019 Annual
perbesaran 100 kali.
Checklist).

Keterangan:

Gambar makroskopis dari Lichenes


talus Crustose: Physcia sp.

b. Lichenes: Talus Foliose

Lembar Kerja

Gambar Tangan Foto Literatur


url: www.mylenedrevo.com.ua
Diakses pada 31 Oktober 2019,
Keterangan: pukul 14.00 WIB.

Gambar mikroskopis dari Lichenes


talus Foliose: Parmelia sp.

Keterangan:

Gambar makroskopis dari Lichenes


talus Foliose: Parmelia sp.

Foto pada Saat Praktikum Klasifikasi

 Kingdom: Fungi

 Division: Ascomycota

 Class: Lecanoromycetes

 Order: Lecanorales

 Family: Parmeliaceae

 Genus: Parmelia
Keterangan:  Species: Parmelia sp.

Gambar makroskopis dari Lichenes (Sumber: ITIS and Species 2000


talus Foliose: Parmelia sp. Catalogue of Life: 2019 Annual
menggunakan mikroskop dengan Checklist).
perbesaran 100 kali.

Keterangan:

Gambar makroskopis dari Lichenes


talus Foliose: Parmelia sp.

c. Lichenes: Talus Fructicose

Lembar Kerja

Gambar Tangan Foto Literatur


Keterangan: url: https://en.wikipedia.org
Diakses pada 31 Oktober 2019,
Gambar mikroskopis Lichenes talus
pukul 14.15 WIB.
Fructicose: Usnea sp.

Keterangan:

Gambar makroskopis Lichenes talus


Fructicose: Usnea sp.

Foto pada Saat Praktikum Klasifikasi

 Kingdom: Fungi

 Division: Ascomycota

 Class: Lecanoromycetes

 Order: Lecanorales

 Family: Parmeliaceae

Keterangan:  Genus: Usnea

Gambar mikroskopis dari Lichenes  Species: Usnea sp.


talus Fructicose: Usnea sp.
(Sumber: ITIS and Species 2000
menggunakan mikroskop dengan
Catalogue of Life: 2019 Annual
perbesaran 100 kali.
Checklist).
Keterangan:

Gambar makroskopis dari Lichenes


talus Fructicose: Usnea sp.

d. Bryophyta: Hepaticopsida

Lembar Kerja

Gambar Tangan Foto Literatur

Keterangan: url: http//duniaplant.blogspot.com


Diakses pada 31 Oktober 2019,
Gambar mikroskopis dari
pukul 14.17 WIB.
Hepaticopsida: Marchantia
polymorpha.
Keterangan:

Gambar makroskopis dari


Hepaticopsida: Marchantia
polymorpha.

Foto pada Saat Praktikum Klasifikasi

 Kingdom: Plantae

 Division: Marchantiophyta

 Class: Marchantiopsida

 Order: Marchantiales

 Family: Marchantiaceae

 Genus: Marchantia

Keterangan:  Species: Marchantia polymorpha

Gambar mikroskopis Hepaticopsida: (Sumber: ITIS and Species 2000

Marchanthia polymorpha. Catalogue of Life: 2019 Annual

Menggunakan mikroskop dengan Checklist).

perbesaran 100 kali.


Keterangan:

Gambar makroskopis dari lumut hati


(Hepaticopsida): Marchanthia
polymorpha.

e. Bryophyta: Anthocerotopsida

Lembar Kerja

Gambar Tangan Foto Literatur

Keterangan:

Kami tidak mendapatkan sampel


Anthocerotopsida dari lingkungan,
jadi kami tidak melakukan
pengamatan morfologi pada lumut
tanduk tersebut.

url: https://de-fairest.blogspot.com
Diakses pada 31 Oktober 2019,
pukul 14.37 WIB.

Foto pada Saat Praktikum Klasifikasi

Keterangan:  Kingdom: Plantae

Kami tidak mendapatkan sampel  Division: Anthocerophyta


Anthocerotopsida dari lingkungan,
 Class: Anthocerotopsida
jadi kami tidak melakukan
dokumentasi pengamatan pada lumut  Order: Anthocerotales
tanduk tersebut.
 Family: Anthocerotaceae

 Genus: Anthoceros

 Species: Anthoceros sp.

(Sumber: ITIS and Species 2000


Catalogue of Life: 2019 Annual
Checklist).

f. Bryophyta: Bryopsida

Lembar Kerja

Gambar Tangan Foto Literatur

url:
http://googleweblight.com/i?u=http://
Keterangan: fredikurniawan.com/klasifikasi-dan-
morfologi-lumut-daun-bryopsida-
Gambar mikroskopis dari lumut daun
sp/&hl=en-ID Diakses pada 31
(Bryophyta): Polytrichum sp. Oktober 2019, pukul 14.20 WIB.

Keterangan:

Gambar makroskopis dari lumut


daun (Bryophyta): Polytrichum sp.

Foto pada Saat Praktikum Klasifikasi

 Kingdom: Plantae

 Division: Bryophyta

 Class: Polytrichopsida

 Order: Polytrichales

 Family: Polytrichaceae

 Genus: Polytrichum

Keterangan:  Species: Polytrichum sp

Gambar makroskopis Bryopsida: (Sumber: ITIS and Species 2000


Polytrichum sp. menggunakan Catalogue of Life: 2019 Annual
mikroskop dengan perbesaran 100 Checklist).
kali.
Keterangan:

Gambar makroskopis Bryopsida:


Polytrichum sp.

2. Pembahasan

a. Lichenes

Lichenes (lumut kerak) merupakan simbiosis mutualisme antara Algae dan


Fungi. Selain Deuteromycota, jamur Ascomycota dan Basidiomycota juga dapat
bersimbiosis dengan Algae membentuk Lichenes. Struktur tubuh Lichenes
berbentuk talus, bagian luar merupakan miselium dan bagian dalam tersusun dari
hifa. Di antara miselium dan hifa jamur terdapat sel-sel Algae. Lichenes terdiri
atas dua bagian, yaitu: bagian dari Algae yang disebut phicobiont dan bagian dari
Fungi yang disebut mycobiont yaitu dari divisi Ascomycota, Deuteromycota, dan
Basidiomycota.

Dalam simbiosis tersebut, Fungi memperoleh bahan organik dari Algae dan
sebaliknya Algae memperoleh air dan mineral dari jamur. Hifa Fungi berperan
mempertahankan kelembapan lingkungan yang sangat dibutuhkan Algae untuk
mensintesis karbohidrat. Habitat Lichenes umumnya di bebatuan (contohnya yaitu
Parmelia), melekat di batang pohon (contohnya yaitu Grafu), dan tempat-tempat
lembap yang lain. Lichenes Cladonia rengiferina berperan sebagai makanan
hewan, Rocella tinctoria sebagai bahan lakmus untuk mengukur indikator pH,
serta Cetraria islandica dan Usnea dasypoga sebagai bahan obat-obatan.
Reproduksi seksual Lichenes terjadi sesuai dengan divi Fungi dan Algae.
Jika askospora atau basidiospora bertemu dengan Algae akan terbentuk Lichenes
baru. Reproduksi aseksual Lichenes dengan cara fragmentasi. Setelah terjadi
fragmentasi terbentuklah soredia. Soredia merupakan sel Algae yang diselubungi
oleh hifa atau miselium jamur. Soredia membentuk tepung soredia. Tepung
soredia akan membentuk Lichenes baru jika mendapat substrat yang sesuai. Ada
tiga macam Lichenes berdasarkan bentuk talusnya, yaitu:

1) Talus Crustose

Krustosa (seperti kerak) yang memiliki talus pipih, datar, berukuran


kecil, dan tumbuh melekat pada substrat (permukaan batu, kulit pohon,
ataupun di tanah) sehingga sulit dipisahkan atau susah untuk dicabut tanpa
merusak bagian substratnya. Sampel yang kami amati dari talus ini adalah
spesies Physcia sp. Bagian Lichen Crustose yang tumbuh terbenam di dalam
batu dan hanya bagian tubuh buahnya yang terdapat di permukaan disebut
endolitik, dan sebaliknya bagian yang tumbuh terbenam pada jaringan
tumbuhan disebut dengan endoploidik/ endoploidal.

Tipe talus Crustose merupakan tipe talus yang paling resisten


dibandingkan dengan tipe talus lainnya. Hal tersebut terjadi karena lumut kerak
dengan tipe morfologi talus Crustose terlindung dari potensi kehilangan air
dengan bertahan pada substratnya, mengingat tipe ini memiliki sifat melekat
erat pada substratnya dan tipe jaringan talus homoiomerous, yaitu keadaan
dimana phycobiont (Alga) berada di sekitar hifa.

Reproduksi Lichenes dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu vegetatif


dan generatif. Reproduksi vegetatif dilakukan dengan cara fragmentasi
soredium. Jika soredium terlepas, kemudian terbawa angin atau air dan tumbuh
di tempat lain. Reproduksi generatif spora yang dihasilkan oleh askokarp atau
basidiokarp, sesuai dengan jenis jamurnya. Spora dapat tumbuh menjadi lumut
kerak baru jika bertemu dengan jenis alga yang sesuai. Sel-sel alga tidak dapat
melakukan perkembangbiakan dengan meninggalkan induknya, melainkan
hanya dapat berbiak dengan membelah diri dalam tubuh lumut kerak.

2) Talus Foliose
Foliose (seperti daun) yang memiliki talus berupa lembaran yang
mudah dipisahkan dengan substratnya. Sampel Foliose yang kami amati pada
pengamatan ini adalah spesies Parmelia sp. Struktur morfologi Foliose terdiri
atas:

a) Korteks atas, berupa jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma dari


hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang berupa gelatin.
Bagian ini tebal dan berguna untuk perlindungan.

b) Daerah Alga, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak di
bawah korteks atas. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar.
Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebut lapisan gonidial sebagai
organ reproduksi

c) Medulla, terdiri dari lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian
tengah yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke segala
arah dan biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa pada bagian yang
lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu yang tebal pada bagian atas
dan tipis pada bagian ujungnya. Dengan demikian, lapisan tadi membentuk
suatu untaian hubungan antara dua pembuluh.

d) Korteks bawah, lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan
membentang secara vertikal terhadap permukaan thallus atau sejajar
dengan kulit bagian luar. Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar
(rhizines). Ada beberapa jenis Lichenes tidak mempunyai korteks bawah.
Dan bagian ini digantikan oleh lembaran tipis yang terdiri dari hypothallus
yang fungsinya sebagai proteksi.

3) Talus Fructicose

Fructicosa (seperti rumpun) yang memiliki talus berbentuk rumpun


tegak mirip perdu kecil dan dapat mencapai ketinggian 10 cm. Sampel yang
kami amati pada praktikum ini adalah spesies Usnea sp. Lichen Fruticose
adalah suatu bentuk lichen yang tersusun dari thallus yang lebat atau lebat dan
pegangan yang kokoh. Fruticose dicirikan oleh photobionts, cara penyebaran
vegetasi, bentuk pertumbuhan dan preferensi substrat Kemampuan lichen
untuk bertahan dari kekeringan yang ekstrem disebabkan oleh kemampuannya
untuk memadamkan kelebihan energi cahaya. Fruticose terdiri dari pegangan
yang akan bertindak sebagai jangkar bagi lumut untuk tumbuh di celah-celah
batu, di atas pasir atau tanah yang lepas.

Lichen fruticose atau „shrubby‟ berbeda dari bentuk yang lain


berdasarkan bentuk lebatnya yang melekat pada tanah hanya pada dasar lichen.
Perbedaan paling penting yang membedakan lichen Fruticose dari bentuk
lichen lain adalah lapisan alga kontinu yang tumbuh di sekitar keliling cabang
lichen. Talus dapat berbentuk bulat atau pipih, tidak bercabang atau
bercabang. Lichen Fruticose memiliki struktur yang halus, bundar, seperti
rambut dan terikat longgar pada batu dan pohon. Meskipun Fruticose
didefinisikan lebat, mereka juga dapat menunjukkan penampilan yang rata dan
seperti tali. Lichen Fruticose bercabang tinggi memiliki rasio permukaan
terhadap volume yang tinggi yang menghasilkan pola pengeringan dan
pembasahan yang cepat dibandingkan dengan lumut yang memiliki rasio
permukaan terhadap volume yang lebih rendah.

Gambar: Struktur talus Lichenes.

b. Bryophyta

Hingga saat ini tumbuhan nonvaskuler: lumut daun, lumut hati, dan lumut
tanduk, dikelompokkan bersama dalam Briofita (Bahasa Yunani bryon, “lumut).
Gamet pada Briofita berkembang di dalam gametangia. Gametangium jantan,
dikenal sebagai anteridium, menghasilkan sperma berflagela. Setiap gametangium
betina, atau arkegonium, menghasilkan satu telur (ovum). Pada beberapa spesies
Briofita, lapisan tipis air hujan atau embun sudah cukup untuk memungkinkan
terjadinya pembuahan, dan dengan demikian beberapa spesies Briofita dapat hidup
bahkan di padang gurun. Ketika air mengalir pada permukaan sebagian besar
Briofita, mereka mengimbibisinya seperti karet busa dan menyebarkannya ke
seluruh tubuh tumbuhan melalui proses difusi yang relatif lambat dan aliran
sitoplasmik. Cara hidrasi tersebut membantu menjelaskan mengapa tempat lembap
dan teduh merupakan habitat Briofita yang paling umum. 1

Briofita tidak memiliki jaringan yang diperkuat oleh lignin, yang


diperlukan untuk menyokong tumbuhan tinggi di daratan. Meskipun Briofita dapat
merentang secara horizontal sebagai hamparan lumut di atas permukaan yang luas,
Briofita selalu memiliki profil yang rendah. Sebagian besar tingginya hanya 1-2
cm, dan bahkan yang paling besar pun umumnya tingginya kurang dari 20 cm. 2

Dalam siklus hidup suatu briofita, seperti lumut daun, kita melihat suatu
contoh spesifik suatu pergiliran generasi haploid dan diploid. Gametofit haploid
merupakan generasi dominan pada lumut dan briofita lainnya. Sporofita umumnya
lebih kecil dan hidupnya lebih pendek, dan ia bergantung pada gametofit untuk
memiliki kebutuhan air dan zat hara. Sporofit diploid menghasilkan spora haploid
melalui pembelahan meiosis dalam suatu struktur yang disebut sporangium. Spora
yang lebih kecil, yang terlindungi oleh sporopollenin, menyebar dan berkembang
menjadi gametofit baru. Siklus hidup briofita berbeda dengan siklus hidup yang
didominasi gametofit pada tumbuhan vaskuler, di mana sporofit diploid
merupakan generasi yang dominan. 3

1
Neil A. Campbell, Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell, Biologi, Edisi Kelima, Jilid II, (Jakarta:
Erlangga, 2000), hlm. 159.
2
Ibid. hlm. 159.
3
Ibid. hlm. 160.
Gambar: Siklus hidup lumut daun. (1) Sebagian besar spesies lumut daun memiliki gametofit jantan
dan betina yang terpisah, yang secara berturut-turut memiliki anteridium dan arkegonium. (2)
Setelah sperma tersebut berenang melalui lapisan tipis yang lembap sampai ke suatu arkegonium
dan membuahi telur. (3) Zigot diploid tersebut akan membelah secara mitosis dan berkembang
menjadi suatu sporofit embrionik di dalam arkegonium. (4) Selama tahapan perkembangan
berikutnya, sporofit itu tumbuh membentuk suatu batang panjang yang muncul dari arkegonium,
akan tetapi dasar sporofit itu tetap menempel pada gametofit betina. (5) Pada ujung batang terdapat
sporangium, yaitu kapsul tempat pembelahan meiosis terjadi dan spora haploid berkembang. Ketika
penutup sporangium membuka, spora akan menyebar. (6) Spora akan berkecambah melalui
pembelahan mitosis, membentuk protonemata (tunggal, protonema) kecil, berwarna hijau seperti
benang yang menyerupai alga hijau. (7) Protonemata haploid it uterus tumbuh dan berdiferensiasi,
dan akhirnya membentuk gametofit yang dewasa secara seksual, yang menyelesaikan siklus hidup
lumut daun.4

Tiga divisi briofita adalah lumut daun (moss), lumuh hati (liverwort), dan
lumut tanduk (hornwort).5

1) Hepaticopsida

Lumut hati atau liverwort (divisi Hepatofita). Lumut hati (liverwort)


merupakan tumbuhan yang kurang mencolok mata dibandingkan dengan lumut
daun. Spesies yang kami amati pada praktikum ini adalah Marchantia
polymorpha. Tubuh lumut hati dibagi menjadi beberapa lobus, yang bentuknya
pasti mengingatkan seseorang akan lobus hati pada hewan (wort artinya herba).
Hutan tropis merupakan rumah bagi spesies lumut hati dengan
keanekaragaman yang paling besar.

Siklus hidup lumut hati sangat mirip dengan siklus hidup lumut daun.
Di dalam sporangia beberapa lumut hati sel-selnya berbentuk kumparan yang
muncul dari kapsul ketika kapsul tersebut membuka, yang membantu
menyebarkan spora. Lumut hati juga dapat bereproduksi secara aseksual dari
berkas sel-sel kecil yang disebut gemmae, yang terpelanting keluar dari
mangkuk yang ada pada permukaan gametofit oleh tetesan hujan.6

4
Neil A. Campbell, Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell, Biologi…, hlm. 161.
5
Ibid. hlm. 160.
6
Ibid. hlm. 160.
Gambar: Lumut hati.7

2) Anthocerotopsida

Kami tidak mendapatkan sampel lumut tanduk dari lingkungan sekitar,


jadi kami tidak melakukan pengamatan pada lumut ini. Adapun berikut ini
adalah sedikit informasi mengenai lumut tanduk, lumut tanduk atau hornwort
(divisi Anthoserofita). Lumut tanduk (hornwort) mirip dengan lumut hati,
tetapi dibedakan melalui sporofitnya, yang membentuk kapsul memanjang
yang tumbuh seperti tanduk dari hamparan gametofit yang menyerupai keset.
Bukti terbaru yang didasarkan pada pada urutan asam nukleat menunjukkan
bahwa lumut tanduk, di antara semua briofita, adalah yang paling dekat
hubungan kekerabatannya dengan tumbuhan vaskuler. 8

Gambar: Lumut tanduk.9

7
Neil A. Campbell, Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell, Biologi…, hlm. 162.
8
Ibid. hlm. 160.
9
Ibid. hlm. 162.
3) Bryopsida

Lumut daun atau moss (divisi Briofita). Briofita yang paling terkenal
adalah lumut daun (moss). Spesies lumut daun yang kami amati adalah
Polytrichum sp. Hamparan lumut daun sesungguhnya terdiri dari banyak
tumbuhan yang tumbuh dalam kelompok yang padat, yang saling menyokong
satu sama lain. Hamparan tersebut memiliki sifat seperti karet busa, yang
memungkinkannya untuk menyerap dan menahan air. Masing-masing
tumbuhan yang ada dalam hamparan tersebut melekat pada substrat dengan sel
yang memanjang atau filamen seluler yang disebut rhizoid. Sebagain besar
fotosintesis terjadi pada bagian atas tumbuhan, yang memiliki banyak
tambahan seperti batang dan seperti daun. Akan tetapi, “batang”, “daun”, dan
“akar” (rhizoid) lumut daun tidak homolog dengan struktur yang sama pada
tumbuhan vaskuler.

Meskipun lumut daun memiliki ukuran tubuh pendek, dampak


kolektifnya pada Bumi sangat besar. Sebagai contoh, lumut gambut atau
Sphagnum, menutupi paling tidak 30% permukaan daratan bumi seperti karpet,
dengan kerapatan tertinggi pada garis lintang utara. Timbunan “gambut”,
hamparan tebal tumbuhan hidup dan mati di tanah yang basah, mengikat
banyak sekali karbon organik karena berlimpahnya bahan-bahan resisten pada
gambut tersebut yang tidak mudah diurai oleh mikroba. Sebagai tempat
menyimpan karbon, rawa gambut tersebut berperan penting dalam
menstabilkan konsentrasi karbondioksida di atmosfer Bumi, dan demikian pula
iklim Bumi, melalui efek rumah kaca yang berkaitan dengan CO 2.10

Gambar: Hamparan lumut gambut (genus: Spaghnum).11

10
Neil A. Campbell, Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell, Biologi…, hlm. 160.
11
Ibid. hlm. 160.
3. Bahan Diskusi

Hasil diskusi bersama anggota kelompok terkait masalah:


a. Bagaimanakah bentuk talus dan spora pada pengamatan mikroskopis? Jelaskan!
Pada Crustose memiliki bentuk talus pipih melekat dengan substratnya
sehingga sulit dipisahkan. Adapun Foliose mempunyai talus berupa lembaran yang
mudah dipisahkan dan substratnya. Sedangkan Fruticose memiliki talus tegak
mirip perdu kecil. Adapun spora dari ketiga talus Lichenes seperti spora pada
Ascomycota karena taksonomi ketiga sampel berasal dari divisi yang sama.
Pada Hepaticopsida bentuk talusnya seperti hati dan berwarna hijau.
Adapun pada Anthocerotopsida bentuk talusnya seperti tanduk, akan tetapi pada
praktikum ini kami tidak berhasil menemukan sampel Anthocerotopsida dari
lingkungan. Sedangkan pada Bryopsida bentuk talusnya seperti daun yang
berukuran sangat kecil-kecil.
b. Bagaimanakah cara reproduksi pada masing-masing Lichenes & Bryophyta
contoh? Jelaskan!
Jawab:
1) Reproduksi Lichenes
a) Secara vegetatif/ aseksual
 Fragmentasi: dilakukan dengan cara memisahkan bagian tubuh dari
Lichenes yang telah memiliki umur tua. Bagian tersebut akan
dipisahkan dari tubuh induknya. Pemisahan dilakukan dengan alami
maupun dengan buatan. Bagian ini kemudian akan mengalami
perkembangan untuk menjadi individu yang baru. Pada bagian-bagian
tubuh yang telah mengalami pemisahan akan disebut dengan fragmen.
Fragmen itu kemudian akan berkembang menjadi individu yang baru.
 Pada beberapa Fruticose yang dimiliki oleh beberapa jenis Lichenes
merupakan bagian tubuh yang akan dilepas. Bagian itu kemudian akan
terbawa oleh oleh angin kemudian akan menempel pada habitat yang
sesuai dengan jenis Lichenes, misalnya di batang kayu.
 Isidia. Isidia juga merupakan bagian yang dapat berkembang menjadi
individu baru. Pada bagian isidia ini tekadang akan dapat tumbuh
menjadi individu yang baru. Pada isidia ini akan lepas dari thallus di
bagian induk. Pada bagian thallus ini di masing-masing thallus
memiliki simbion. Pada simbion di bagian thallus ini akan mengalami
pertumbuhan menjadi individu yang baru. Hal ini akan terjadi dengan
alami maupun dapat pula dilakukan dengan buatan. Pemisahan thallus
atau bagian berpotensi untuk menjadi Lichenes yang baru ini adalah
cara berkembangbiak alami yang dapat dilakukan oleh jenis-jenis
individu berbeda dengan organ penyusun sistem reproduksi.
 Soredia. Pada soredia merupakan sel yang berukuran kecil. Pada bagian
sel ganggang ini ditemukan bagian sel yang sedang melakukan
pembelahan. Sel tersebut akan menyelubungi benang-benang pada
miselium. Pada bagian yang terdapat di suatu badan ini kemudian akan
melakukan pelepasan dari bagian induknya. Pada bagian yang
mengalami robek yakni di dinding thallus. Maka bagian soredium akan
terjadi penyebaran seperti bagian abu. Abu tersebut akan tertiup oleh
angin. Kemudian soredia akan tumbuh menjadi Lichenes baru.
Lichenes ini juga akan memiliki karakteristik yang sama percis dengan
induknya.
b) Secara generatif/ seksual
Pada proses perkembangbiakan dengan seksual yakni pada
Lichenes akan dilakukan dengan terbatas. Pada cara melakukan seksual ini
umumnya yang melakukan pembiakan pada jamur. Hal ini yang akan
dialami oleh perkembangan dengan cara seksual yakni peran jamur
sehingga membangun pertumbuhan pada Lichenes. Berikut adalah
pengelompokkan lichenes berdasarkan komponen cendawan sebagai
penyusun.
 Pada cendawan yang penyusunnya tergolong ke dalam
Pyrenomycetales maka akan terdapat pertumbuhan pada buah yang
akan menghasilkan peritesium. Contoh: Dermatocarpon, Verrucaria.
 Cendawan yang penyusunnya tergolong ke dalam Discomycetes ini
merupakan lichenes yang akan membentuk tubuh buah. Tubuh buah
tersebut berupa apothecium yang berumur panjang. Contoh : Usnea dan
Parmelia.
2) Reproduksi Bryophyta
a) Hepaticopsida
Di dalam sporangia beberapa lumut hati sel-selnya berbentuk
kumparan yang muncul dari kapsul ketika kapsul tersebut membuka, yang
membantu menyebarkan spora. Lumut hati juga dapat bereproduksi secara
aseksual dari berkas sel-sel kecil yang disebut gemmae, yang terpelanting
keluar dari mangkuk yang ada pada permukaan gametofit oleh tetesan
hujan.
Tumbuhan lumut memiliki dua jenis reproduksi. Reproduksi secara
aseksual (vegetatif) dan seksual (generatif). Reproduksi aseksual terjadi
melalui dengan pembentukan spora dengan pembelahan meiosis sel induk
spora yang ada didalam sporangium (kotak spora). Spora tersebut
kemudian akan tumbuhan menjadi gametofit. Tumbuhan lumut terkhusus
lumut hati memiliki reproduksi secara aseksual (vegetatif) yang dilakukan
dengan pembentukan gemmae cup (piala tunas) dan fragmentasi.
Fragmentasi adalah pemutusan sebagian tubuhnya. Sedangkan reproduksi
secara seksual melalui fertilisasi ovum oleh spermatozoid yang kemudian
menghasilkan zigot. Zigot akan tumbuh menjadi sporofit. Sporofit
memiliki umur pendek yaitu sekitar 3-6 bulan.
Dalam siklus hidup tumbuhan lumut, tumbuhan lumut mengalami
pergiliran keturunan atau metagenesis antara generasi gametofit yang
berkromosom haploid (n) dengan generasi sporofit yang memiliki
kromosom diploid (2n). Bentuk lumut gametofit sering kita temukan
karena gametofit lebih dominan dan mempunyai waktu hidup yang lama
dibandingkan dengan bentuk sporofit.
b) Anthocerotopsida
 Reproduksi secara seksual dengan menghasilkan sederet arkegonium
dan anteridium dekat permukaan atas gametofit. Sebagaimana halnya
pada lumut hati atau lumut daun, beberapa spesies lumut tanduk
merupakan tumbuhan uniseksual, sedangkan yang lain merupakan
tumbuhan biseksual. Anteridium Anthoceros bersifat unik, tunggal atau
berkelompok tersembunyi dalam suatu ruangan yang disebut ruang
anteridium pada permukaan dorsal talus, demikian pula dengan
arkegonium, terbenam pada talus yang berdaging. Sporofit lumut
tanduk secara nyata memiliki sejumlah stomata. Tidak mempunyai seta
atau tangkai dan tampak sebagai tanduk yang halus muncul melalui
lapisan basal dari kaki dekat permukaan talus. Secara seksual, dengan
membentuk anteridium dan arkhegonium. Anteridium terkumpul pada
suatu lekukan sisi atas talus arkegonium juga terkumpul pada suatu
lekukan pada sisi atas talus. Zigot mula-mula membelah menjadi dua
sel dengan suatu dinding pisah melintang. Sel diatas terus membelah
yang merupakan sporogenium diikuti oleh sel bagian bawah yang
membelah terus-menerus membentuk kaki ang berfungsi sebagai alat
penghisap, bila sporogenium masak makan akana pecah seperti buah
plongan, menghasilakan jaringan yang terdiri dari beberapa deretan sel-
sel mandul yang dinamakan kolumila inin diselubungi oleh sel jaringan
yang akemudian menghasilkan spora, yang disebut arkespora.
 Reproduksi Aseksual Reproduksi lumut tanduk secara aseksual atau
disebut juga reproduksi vegetatif dapat terjadi melalui beberapa cara,
yaitu dengan cara:
 Fragmentasi atau pemisahan lobus dari bagian utama talus. Sel-sel
bagian basal dari talus yang tua mati dan hancur, dan jika proses ini
terjadi pada talus yang bercabang, maka menyebabkan lobus dari
talus tersebut saling terpisah. Masing-masing lobus selanjutnya
dapat tumbuh lagi menjadi individu yang baru.
 Gemma atau kuncup. Para ahli lumut pernah melaporkan adanya
beberapa spesies Anthoceros dapat menghasilkan gemma yang
melekat pada tangkai yang pendek pada permukaan atas dan
sepanjang tepi talus.
 Tuber/umbi, ada beberapa jenis lumut tanduk membentuk umbi
kecil yang mempunyai kemampuan untuk menjadi gametofit baru.
c) Bryopsida

 Reproduksi seksual (generatif) lumut daun dilakukan denagn cara


peleburan antara sel gamet jantan (spermatozoid) dan gamet betina
(ovum). Spermatozoid dihasilkan oleh alat kelamin jantan (anteridium),
sedangkan ovum dihasilkan oleh alat kelamin betina (arkegonium).
Pada lumut daun, alat-alat kelaminnya terkumpul pada ujung batang
atau ujung cabang-cabangnya, dan dikelilingi oleh daun-daun yang
letaknya paling atas. Ada lumut daun yang bersifat banci atau berumah
satu, yaitu jika terdapat anteridium dan arkegonium, sedangkan yang
bersifat berumah dua jika kumpulan anteridium dan arkegonium
terpisah tempatnya. Apabila anteridium ini sudah masak, maka akan
membuka pada ujungnya, hal ini terjadi karena sel-sel dinding yang
letaknya di ujung menjadi berlendir dan mengembang sehingga
kutikulanya pecah. Hal tersebut juga terjadi pada arkegonium yang sel
telurnya telah siap untuk dibuahi. Pada arkegonium, tepi bagian
dindingnya terbuka dan akan membengkok ke luar dan berbentuk
seperti corong. Apabila ada hujan, air ini sangat membantu
spermatozoid menuju sel telur, dan sel telur ini menghasilkan sakarose
untuk menarik spermatozoid dan gerakannya disebut sebagai gerak
kemotaksis. Setelah terjadi pembuahan, akan terbentuk zigot,
selanjutnya akan berkembang menjadi embrio kemudian berkembang
menjadi sporofit. Pada tempat yang sesuai, spora akan berkecambah
membentuk protonema. Protonema ini terdiri atas benang berwarna
hijau, fototrof, bercabang-cabang, dan dapat dilihat dengan mata biasa
karena mirip seperti hifa cendawan. Dari protonema, muncul rizoid
yang masuk ke dalam tanah. Pada keadaan cukup cahaya, protonema
akan membentuk kuncup yang dapat berkembang menjadi tumbuhan
lumut. Terjadinya kuncup diawali dengan adanya tonjolan-tonjolan ke
samping pada cabang protonema. Lama-kelamaan pada ujungnya akan
terjadi sel berbentuk piramida yang meristematik. Jika sel piramida
terputus, akan tumbuh anakan baru dari sel tersebut.

 Reproduksi lumut daun secara aseksual (vegetatif) dengan


memperbanyak diri dengan spora, limut daun juga melakukan
perkembangbiakan vegetatif dengan kuncup eram. Pembiakan ini
dapat terjadi dengan bermacam-macam cara, pada protonema, talus
dan bagian-bagian lainnya pada lumut. Kuncup eram dapat melepaskan
diri dari induknya dan tumbuh menjadi lumut daun yang baru.

D. SIMPULAN

Lichenes (lumut kerak) merupakan simbiosis mutualisme antara Algae dan Fungi.
Selain Deuteromycota, jamur Ascomycota dan Basidiomycota juga dapat bersimbiosis
dengan Algae membentuk Lichenes. Struktur tubuh Lichenes berbentuk talus, bagian luar
merupakan miselium dan bagian dalam tersusun dari hifa. Di antara miselium dan hifa
jamur terdapat sel-sel Algae. Lichenes terdiri atas dua bagian, yaitu: bagian dari Algae
yang disebut phicobiont dan bagian dari Fungi yang disebut mycobiont yaitu dari divisi
Ascomycota, Deuteromycota, dan Basidiomycota. Lichenes dibagi menjadi tiga
berdasarkan bentuk talusnya, yaitu:

1. Crustose (seperti kerak) yang memiliki talus pipih, datar, berukuran kecil, dan tumbuh
melekat pada substrat (permukaan batu, kulit pohon, ataupun di tanah) sehingga sulit
dipisahkan atau susah untuk dicabut tanpa merusak bagian substratnya, contohnya:
Physcia.

2. Foliose (seperti daun) yang memiliki talus berupa lembaran yang mudah dipisahkan
dengan substratnya. Contoh: Parmelia.

3. Fructicose (seperti rumpun) yang memiliki talus berbentuk rumpun tegak mirip perdu
kecil dan dapat mencapai ketinggian 10 cm. Contoh: Usnea.

Adapun Bryophyta (Bahasa Yunani “bryon”) berarti lumut. Bryophyta sebagian


besar berukuran kecil, yang terkecil hampir tidak tampak dengan bantuan lensa,
sedangkan yang terbesar tidak pernah lebih dari 50 cm tingginya atau panjangnya.
Bryophyta lazim terdapat pada pohon, batu, kayu gelondongan, dan ditanah pada setiap
bagian dunia dan hampir semua habitat kecuali di laut. Habitat umum Bryophyta adalah di
tempat yang lembap dna teduh. Lumut dapat dibedakan dari tumbuhan berpembuluh
terutama karena lumut tidak mempunyai sistem pengangkut air dan makanan. Selain itu
lumut tidak mempunyai akar sejati, lumut melekat pada substrat dengan menggunakan
rhizoid. Fase hidup yang dominan pada siklus hidup lumut adalah fase gametofitnya.
Lumut diklasifikasikan menjadi tiga kelas berdasarkan bentuk gametofit dan sporofitnya,
yaitu Hepaticopsida (lumut hati), Anthocerotopsida (lumut tanduk), dan Bryopsida (lumut
daun).

E. DAFTAR RUJUKAN

Campbell, Neil A., Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi. Edisi
Kelima. Jilid II. Jakarta: Erlangga.

George H. Fried dan George J Hademenos. 1985. Schaums’s Outlines Biologi. Edisi
Kedua. Jakarta: Erlangga.

Kimball, John W. 1983. Biologi. Edisi kelima. Alih Bahasa: Siti Soetarmi Tjitrosomo dan
Nawangsari Sugiri. Jakarta: Erlangga.
Scientica Group. 1985. Biologi. Jakarta: PT Aksara Manunggal Cipta.

Yatim, Wildan. 1987. Biologi Modern. Bandung: Tarsito.

https://www.itis.gov/ Diakses pada Minggu, 27 Oktober 2019, pukul 10.54 WIB.

https://en.m.wikipedia.org Diakses pada Rabu, 30 Oktober 2019, pukul 19.53 WIB.

Anda mungkin juga menyukai