Anda di halaman 1dari 20

SIMBIOSIS SEBAGAI BENTUK

INTERAKSI ORGANISME

Oleh
Noviana Anjar Hastuti

==========================================================

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekosistem berisi berbagai macam komponen, baik biotik maupun
abiotik. Setiap komponen tersebut terkait satu sama lainnya, masing-
masing komponen tidak dapat berdiri sendiri sehingga pada akhirnya
terbentuklah suatu interaksi. Interaksi pada ekosistem dapat terjadi antara
komponen biotik dengan komponen biotik dan juga antara komponen
biotik dan komponen abiotik. Interaksi antar komponen biotik melibatkan
berbagai macam organisme dan juga memberikan pengaruh tertentu.
Interaksi tersebut dilakukan sebagai usaha suatu organisme untuk
memenuhi kebutuhan akan makanan dan untuk mempertahankan hidup.
Bentuk interaksi antar komponen biotik ini bermacam-macam, dapat
berupa persaingan (kompetisi), pemangsaan (predasi), dan kerjasama
(simbiosis). Persaingan (kompetisi) terjadi diantara beberapa organisme
yang membutuhkan bahan makanan yang sama. Selain melakukan
persaingan, beberapa organisme mendapatkan makanan dengan memangsa
organisme lain. Pola interaksi semacam ini disebut pemangsaan (predasi).
Organisme yang memakan organisme lain disebut predator atau pemangsa,
sedangkan organisme yang dimakan disebut mangsa.
Namun ketika dua spesies hidup sangat dekat dalam suatu lingkungan,
berinteraksi tanpa melakukan kompetisi atau predasi maka akan terbentuk
interaksi baru. Bentuk interaksi tersebut dapat saling menguntungkan, satu
diuntungkan sementara yang lain dirugikan ataupun satu diuntungkan dan
yang lain tidak diuntungkan atau dirugikan. Interaksi semacam itulah yang
dinamakan simbiosis dan organisme yang melakukannya disebut simbion.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Apa definisi dari simbiosis dan bagaimana simbiosis dapat terjadi?
2. Apa saja jenis simbiosis?
3. Bagaimana contoh simbiosis yang terjadi di ekosistem?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Definisi simbiosis dan proses terjadinya simbiosis
2. Jenis simbiosis
3. Contoh simbiosis yang terjadi di ekosistem
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Simbiosis
The word symbiosis literally means "together life". It refers to organisms that
live in close approximation; often one cannot live without the other. In extreme cases,
one organism actually lives inside the other organism (Marietta College, 2008).
Istilah symbiosis berarti ‘hidup bersama’, istilah ini mengacu pada organisme yang
hidup sangat dekat, bahkan kadang suatu individu tidak dapat hidup tanpa individu
yang lain. Bahkan pada beberapa kasus, satu organisme hidup di dalam organisme
lainnya. Simbiosis sendiri berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua kata sym yang
berarti dengan, dan biosis yang berarti kehidupan, sehingga dari kata tersebut
simbiosis dapat diartikan sebagai interaksi yang kuat antara makhluk hidup yang
berbeda jenis yang hidup berdampingan dalam waktu tertentu.
Simbiosis merupakan suatu pola hubungan antara dua makhluk hidup yang
berbeda jenis. When individuals oftwo or more species live in direct and in·timate
contact with one another, their relationship is called symbiosis (Campbell and Reece,
2007: 1202). Ketika individu dari dua atau lebih spesies hidup secara langsung dan
berhubungan dengan satu dan lainnya, maka hubungan ini disebut sebagai simbiosis.

Gambar 1. Simbion di Alam


Dengan demikian dapat dikatakan bahwa simbiosis merupakan bentuk hubungan
interaksi antara dua organisme dari dua spesies yang berbeda yang mana interaksi
tersbut dapat saling menguntungkan, menguntungkan yang satu dan merugikan yang
lain, atau dapat juga menguntungkan organisme satu dan tidak memberikan pengaruh
apapun terhadap organisme yang lain.
B. Terbentuknya Simbiosis
Simbiosis terjadi karena suatu organisme tidak dapat hidup sendiri, saling
membutuhkan satu sama lain, sehingga kemudian mereka saling berinteraksi,
walaupun interaksi tersebut dapat merugikan salah satu organisme. Beberapa bentuk
simbiosis sangat rumit sehingga sangat sulit untuk menjelaskan mana organisme yang
memulai atau yang mengakhirinya. Kebanyakan organisme yang terlibat dalam
interaksi simbiosis hanya mengerti bahwa interaksi yang terjadi diantara mereka
merupakan mekanisme bertahan hidup, cara organisme tersebut untuk
mempertahankan kelangsungan hidup mereka, perilaku yang merupakan insting
dalam menghadapi seleksi alam.
Bentuk hubungan interaksi ini dapat berupa cara suatu organisme untuk bertahan
sehingga menyebabkan satu organisme yang tidak dapat hidup tanpa organisme lain
(obligate) atau berupa hubungan dimana keberadaan suatu organisme tidak begitu
penting bagi organisme lain (facultative). Simbiosis sangatlah luas dan penting dalam
kehidupan bagi banyak organisme dan memiliki peran ekologis yang penting dalam
ekosistem alam.

C. Jenis simbiosis
Segala interaksi baik yang merugikan, menguntungkan dengan yang lain tidak
berpengaruh apapun, ataupun salah satu untung dan lainnya rugi, merupakan
simbiosis. Berdasarkan kualitas hubungan tersebut, simbiosis dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu simbiosis mutualisme, simbiosis parasitisme, dan simbiosis
komensalisme.
1. Parasitisme
a) Karakteristik parasitisme
Parasitisme adalah bentuk interaksi simbiosis yang mana satu organisme
diuntungkan dan organisme lain dirugikan, parasit, organisme yang
diuntungkan mengambil nutrisi dari organisme lain, sedangkan inang,
merupakan organisme yang dirugikan. Arbi dan Vimono (2010: 228)
mengungkapkan bahwa di dalam hubungan parasitisme, organisme parasit
memanfaatkan organisme lainnya (inang) sebagai tempat hidup untuk
melangsungkan sebagian besar siklus hidupnya. Inang seringkali merupakan
tempat tinggal sekaligus sebagai sumber makanan bagi parasit. Dengan kata
lain, parasit memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kondisi
organisme lain yang dijadikan sebagai inangnya.
Pada dasarnya organisme parasit tidak membunuh inang pada saat parasit
tersebut mengambil keuntungan dari inangnya, bahkan walaupun parasit
tersebut memiliki sifat pathogen (menyebabkan penyakit). Namun pada
beberapa kasus tertentu terdapat organisme parasit yang dapat membunuh
inangnya.
Parasit yang tinggal di dalam tubuh inangnya disebut endoparasite,
sedangkan parasit yang hidup di luar tubuh inang disebut ektoparasit. Selain
itu terdapat juga istilah definitve host, yaitu organisme yang yang menjadi
inang bagi parasit dewasa, sedangkan intermedieate host merupakan
organisme yang menjadi inang bagi juvenile parasit. Definitve host biasanya
merupakan predator dari intermedieate host dan siklus kehidupannya akan
lengkap ketika definitve host memakan intermedieate host, melepaskan bentuk
larva untuk menempati ‘tempat tinggal’ baru. Hal tersebut nampak pada siklus
hidup cacing pita pada gambar berikut.

Gambar 2. Siklus Hidup Cacing Pita


Berdasarkan ukuran dan proses memperbanyak diri, parasit juga dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mikroparasit dan makroparasit.
Mikroparasit tidak dapat dilihat langsung, mereka memperbanyak diri
langsung dengan inang yang ‘ditempatinya’ (biasanya sebanding dengan
perkembangan sel dari inang), sedangkat makroparasit dapat terlihat, dapat
tumbuh di dalam inang, namun kemudian mereka dapat memperbanyak diri
setelah keluar dari inang sebelumnya untuk kemudian menginfeksi inang yang
baru. Baik mikroparasit ataupun makroparasit dapat menyebar dari inang satu
ke inang yang baru secara langsung ataupun melewati perantara. Kebanyakan
mikroparasit merupakan protozoa, bakteri, jamur ataupun virus yang dapat
menginfeksi hewan ataupun tumbuhan.
Contoh mikroparasit : protoza Trypanosoma brucei yang menyebabkan
penyakit tidur (sleeping sickness) pada mamalia seperti baboon, monyet,
bahkan manusia disebarkan oleh lalat tse-tse. Lalat tersebut menginjeksi
parasit ke dalam darah mamalia ketika mereka menghisap darah mamalia
tersebut.

b) Contoh simbiosis parasitisme


Beberapa contoh simbiosis parasitisme:
1) Cacing pita-Manusia
Cacing pita sebagai parasit dan manusia sebagai inang. Cacing pita
dewasa hidup dalam usus manusia kemudian hidup dengan mengambil
nutrisi dari manusia. Seperti siklus hidup cacing pita yang digambarkan
pada gambar di atas, cacing pita dapat masuk ke dalam tubuh manusia
apabila manusia memakan daging sapi atau babi yang mengandung larva
cacing pita di dalamnya. Ketika sudah masuk ke dalam tubuh inang cacing
pita akan mendapatkan makanan dari makanan yang dikonsumsi manusia,
manusia akan dirugikan dengan kesehatannya yang terganggu.
Gambar 3. Cacing Pita dan Siklus Hidupnya

2) Kutu-Manusia-Mamalia

Gambar 4. Kutu
Kutu biasa tinggal di rambut manusia atau di bulu mamalia kemudian
menjadi parasit dengan menghisap darah dari inang. Sebenarnya kutu tidak
begitu berbahaya, yang menjadi berbahaya adalah ketika kutu yang tinggal
di inang yang memiliki penyakit tertentu kemudian berpindah ke inang
yang lain, sehingga kutu dapat menjadi penyebar penyakit yang berbahaya
bahkan mematikan.
3) Benalu-tanaman induk
Benalu (Loranthus sp.) dengan tanaman induk yang berasal dari
berbagai tanaman. Benalu tidak bisa menyerap air dan unsur hara dengan
baik karena tidak memiliki akar yang kuat dan sempurna. Oleh karena itu,
benalu hidup menempel pada tanamanan lain dan akarnya masuk ke
pembuluh angkut untuk menyerap air dan unsur hara dari tanaman inang
tersebut sehingga merugikan tanaman inangnya.
Gambar 5. Benalu dan Tanaman Inang
4) Larva tawon dan Ulat Catalpa

Gambar 6. Tawon (kiri) dan Larva Ulat (kanan) dan Larva Dewasa
(Bawah)
Gambar di atas menunjukkan ulat catalpa yang menjadi inang bagi
larva tawon. Tawon dewasa menyengat ulat, menginjeksikan telur mereka.
Telur tersebut kemudian menetas dan memakan ulat dari dalam tubuh,
begitu berhati-hati sehingga tidak mengganggu bagian vital dari sang ulat.
Hingga pada akhirnya mereka muncul dan membuat kepompong dimana
larva tersebut akan menjadi dewasa. Secara teknik tawon merupakan
parasitoid, karena tidak seperti parasit lainnya, serangga ini membunuh
inangnya.
5) Squawroot dan pohon Ek
Gambar 7. Squawroot
Tanaman di atas terlihat seperti jamur, namun sebenarnya tanaman di
atas merupakan tanaman berbunga, squawroot, yang menjadi parasit pada
pohon, biasanya pada pohon ek. Squawroot mendapatkan enegi dengan
‘menyadap’ nutrisi dari pohon ek.
6) Siput Thyca crystallina dan Bintang Laut Biru
Siput parasit Thyca crystallina dapat dengan mudah ditemukan di
alam, yaitu menempel pada bintang laut biru Linckia laevigata. Hampir
pada seluruh bintang laut biru dapat ditemukan gastropoda parasit ini,
bahkan pada satu individu bintang laut kadang terdapat lebih dari dua
puluh individu parasit (KOCHZIUS et al dalam Arbi dan Vimono, 2010:
229).

Gambar 8. Bagian Tubuh Bintang Laut yang Ditempati oleh Siput


Siput parasit ini menempel kuat pada permukaan luar tubuh bintang
laut biru (Linckia laevigata), dan bahkan pada beberapa kasus sering
terlihat adanya lubang pada bagian tubuh bintang laut tersebut yang
menjadi tempat melekat bagi siput ini. Penempelan siput pada sistem
radial hemal dan perihemal pada bintang laut biru adalah dengan
menggunakan proboscis untuk mendapatkan sari makanan dari inang.
Penempelan pada inangnya menunjukkan perilaku yang unik, yaitu
tidak berpindah-pindah tempat penempelan, melainkan pada satu tempat
dari umur juvenil sampai mati. Warna cangkang siput parasit ini biru,
seperti warna inangnya, kemungkinan sebagai salah satu bentuk strategi
untuk penyamaran dari mangsa alaminya (Arbi dan Vimono, 2010: 233)
7) Sea Lamprey dan Ikan

Gambar 9. Sea Lamprey


Sea lamprey “mengait” pada ikan menggunakan “gigi-giginya” untuk
terus menempel pada ikan dan akan memarut kulit ikan sehingga
menyebabkan luka terbuka pada ikan yang kemudian sebagai makanan
bagi lamprey tersebut. Lamprey tidak membunuh inangnya, juga tidak
menginang pada ikan tertentu saja, mereka akan mengait pada berbagai
macam makhluk hidup lain dan mencoba “makan” dari organisme
tersebut.

2. Komensalisme
a) Karakteristik Komensalisme
Simbiosis yang menyebabkan yang satu diuntungkan dan yang lainnya
tidak dirugikan. Dalam interaksi ini salah satu organisme tidak akan terusik
dengan keberadaan organisme lainnya.
b) Contoh Simbiosis Komensalisme
1. Tanaman anggrek dan pohon tempat ia hidup
Bunga anggrek bisa menempel dan “numpang hidup” di pohon mangga
misalnya, namun si anggrek mampu membuat makanannya sendiri
sehingga ia sama sekali tidak merugikan pohon

Gambar 10. Bunga Anggrek yang Menumpang Hidup pada Pohon.


2. Ikan hiu dan ikan remora

Gambar 11. Ikan Hiu dan Ikann Remora


Sementara itu pola hubungan ikan hiu dan remora juga terbilang unik
sebab remora akan mendapatkan sisa makanan yang dikonsumsi oleh hiu
dan hal tersebut sama sekali tidak merugikan si hiu.
3. Cattle Egret and hewan ternak

Gambar 12. Sapi dan Banteng yang Diikuti Oleh Burung Cattle Egret
Hewan ternak yang memakan rumput, akan sekaligus menyibakkan
serangga yang tersembunyi di rumput. Burung akan mengikut hewan
ternak tersebut, sehingga ketika hewan ternak makan maka serangga yang
kemudian tersibak akan dimakan oleh burung. Sapi tidak dirugikan atau
diuntungkan dengan keberadaan burung tersebut, sedangkan burung akan
diuntungkan dengan adanya “perjamuan” makanan gratis”.

3. Mutualisme
a. Karakteristik Mutualisme
Mutualisme merupakan bentuk simbiosis dimana kedua spesies
mendapatkan keuntungan, melalui simbiosis ini spesies dapat meningkatkan
kemampuan mereka dalam bertahan dan berkembang. Pada bentuk hubungan
mutualisme tertentu lebih kepada pengeksploitasian satu sama lain (Smith,
Ecology & Field Biology).
Mutualisme kebanyakan terbentuk dan berkembang dari asosiasi yang
negatif, seperti pemangsa. Pada dasarnya organisme yang berada pada
lingkungan seperti ini memiliki dua pilihan: melarikan diri dari lingkungan
tersebut atau beradaptasi. Sehingga terjadi hubungan antar organisme yang
kemudian dapat membuat satu sama lain saling menguntungkan.
Mutualisme dapat ditemukan dengan beberapa fungsi, seperti: mutualisme
sebagai hubungan untuk memperoleh nutrisi, mutualisme sebagai hubungan
untuk perlindungan, mutualisme sebagai hubungan untuk membantu proses
penyerbukan dan mutualisme yang berperan dalam proses mempertahankan
diri.
b. Contoh simbiosis mutualisme
Beberapa contoh mutualisme yang sering ditemukan antara lain:
1) Lebah dan bunga

Gambar 13. Lebah pada Bunga


Lebah terbang dari bunga yang satu ke bunga yang lain untuk
mengumpulkan nektar, sebagai sumber makanan bagi lebah, maka lebah
mendapatkan keuntungan. Sebaliknya bagi bunga lebah dapat membantu
proses penyerbukan, karena ketika lebah mengumpulkan nektar dari satu
bunga maka tanpa sengaja serbuk sari dari bunga akan menempel pada
lebah. Kemudian ketika lebah kemudian pindah ke bunga lain serbuk sari
tersebut akan jatuh di putik bunga lain, sehingga proses penyerbukan
terjadi.
2) White-winged dove dan Saguaro Kaktus
Kaktus menyediakan makanan bagi burung dove dalam bentuk buah
dari tanaman kaktus. Burung dove mengkonsumsi buah tersebut, kemudian
terbang dan kemudian menjatuhkan biji tanaman kaktus di tempat yang
baru, sehingga kaktus akan tumbuh ditempat baru tersebut.

Gambar 14. White-winged dove pada Saguaro Kaktus


3) Yucca plants and yucca moth
Sama halnya dengan serangga sebagai agen penyebar benih lainnya,
ngengat membantu dalam perkembangbiakan tanaman yucca. Ngengat
biasa meletakkan telur pada tanaman yucca kemudian ketika larva ngengat
menetas dan menjadi dewasa, benih tanaman yucca akan terbawa oleh
ngengat, sehingga tanaman yucca bisa tumbuh di tempat lain.
Gambar 15. Yucca Plants
4) Bakteri Rhizobium sp dan tanaman polong-polongan
Rhizobium (yang terkenal adalah Rhizobium leguminosarum) adalah basil
yang gram negatif yang merupakan penghuni biasa didalam tanah. Bakteri
ini masuk melalui bulu-bulu akar tanaman berbuah polongan dan
menyebabkan jaringan agar tumbuh berlebih-lebihan hingga menjadi kutil-
kutil. Rhizobium merupakan bakteri nitrogen, adalah bakteri yang mampu
mengikat nitrogen bebas dari udara dan mengubahnya menjadi suatu
senyawa yang dapat diserap oleh tumbuhan.

Gambar 16. Bintil-Bintil Akar pada Kacang Polong-Polongan


Akar tanaman polong-polongan tersebut menyediakan karbohidrat dan
senyawa lain bagi bakteri melalui kemampuannya mengikat nitrogen bagi
akar. Jika bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), maka tidak dapat
mengikat nitrogen sama sekali atau hanya dapat mengikat nitrogen sedikit
sekali. Bintil-bintil akar melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam
tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan demikian terjadi penambahan
nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah.
5) Ikan badut dan Anemon

Gambar 17. Ikan Badut dan Anemon


Ikan badut pada anemon dapat membantu mengusir ikan angle atau
ikan butterfly yang biasanya memakan tentakel anemon. Selain itu, ikan
badut dengan warnanya yang cerah dan menarik menjadi umpan bagi ikan-
ikan kecil lain, agar anemon mudah menjerat dan menangkap mangsa.
Keuntungan ikan badut adalah anemon dapat memberi perlindungan dari
pemangsa alaminya. Anemon sebenarya mempunyai sengatan beracun yang
mematikan, namun ikan badut mempunyai cara untuk bisa melindungi diri
dari sengatan tantakel anemon tersebut.
Tentakel anemon dilapisi oleh lendir yang memiliki kandungan tertentu
untuk melindunginya dari sengatan tentakel lain atau tersengat oleh tentakel
sendiri. Lendir inilah yang dimanfaatkan oleh ikan badut untuk kemudian
melindunginya dari sengatan tentakel anemon. Ikan badut dapat bertahan
beberapa saat terhadap sengatan tentakel sebelum lumpuh, dengan cara
menggosok-gosokkan badannya secara cepat pada tentakel ikan badut dapat
melumuri seluruh tubuhnya dnegan lendir antisengat tentakel, sehingga ikan
menjadi kebal.
6) Pohon Acacia dan semutnya

Gambar 18. Semut pada Pohon Acacia


Pohon acacia terlindungi oleh semut yang hidup di pohon tersebut,
semut akan membunuh dan memakan serangga dan merusak tanaman yang
berusaha menyaingi tanaman acacia. Pohon acacia sendiri kemudian
memberi 3 keuntungan bagi semut. Pertama duri besar pada pohon acacia
berongga sehingga dapat memberikan tempat tinggal bagi semut. Kedua,
pohon memiliki ‘kelenjar’ yang berisi “nectaries” yang memproduksi cairan
gula sebagai minuman bagi semut. Ketiga, pohon acacia menghasilkan
‘Beltian’, yang merupakan struktur kecil dari tumbuhan tersebut yang kaya
akan protein dan mengandung gula sehingga menjadi sumber makanan bagi
semut.
7) Udang pembersih dan ikan
Udang pembersih (Lysmata amboinensis) berperan seperti ‘dokter
gigi’, udang tersebut mendapatkan makanan dari membersikan mulut ikan
atau belut laut dari sisa-sisa makanan, jaringan mati, dan parasit. Sedangkan
ikan akan mendapatkan keuntungan yaitu mulut mereka terbebas dari sisa-
sisa makanan, jaringan mati, ataupun parasit yang ada di dalam mulut ikan.
Udang pembersih banyak ditemukan pada kedalaman sekitar 50-65
kaki, namun dapat ditemukan juga pada kedalaman 15 meter. Udang ini
membentuk kelompok yang terdiri dari 20 lebih udang yang dapat
membentuk sebuah ‘stasiun pembersihan’ di kedalaman 2-3 meter (6-9
kaki). Berbagai ukuran dari berbagai jenis ikan yang datang untuk
mengunjungi stasiun pembersih untuk menghilangkan parasit yang
menempel pada tubuhnya.

Gambar 20. Udang pembesih dan belut laut


Ikan atau belut yang akan dibersihkan akan berdiam diri di atas karang
membuka mulut dan insangnya ebar-lebar lalu udang ini mulai memakan
sisa makanan, jaringan mati, dan parasit yang menempel pada tubuh ikan.
Setelah membersihkan tubuh ikan, Lysmata akan masuk ke dalam rongga
mulut ikan, mencapai hingga insang, membersihkannya lalu keluar.
8) Burung jalak-oxpeckers dan kerbau

Gambar 21. Burung Jalak dan Kerbau


Burung jalak memakan kutu yang ada pada tubuh kerbau, sehingga
kerbau dapat terbebas dari parasit kutu dan burung jalak memperoleh
makanan dari kerbau.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Simpulan dari makalah ini adalah:
1. Simbiosis merupakan bentuk hubungan interaksi antara dua organisme dari dua
spesies yang berbeda yang mana interaksi tersebut dapat saling menguntungkan,
menguntungkan yang satu dan merugikan yang lain, atau dapat juga
menguntungkan organisme satu dan tidak memberikan pengaruh apapun terhadap
organisme yang lain.

2. Simbiosis dapat terbentuk ketika dua organisme dari dua spesies hidup sangat
dekat dan berdampingan, sehingga organisme tersebut saling berinteraksi dan
tercipta hubungan yang menyebabkan ketergantungan. Kebanyakan organisme
yang terlibat dalam interaksi simbiosis hanya mengerti bahwa interaksi yang
terjadi diantara mereka merupakan mekanisme bertahan hidup, cara organisme
tersebut untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka, perilaku yang
merupakan insting dalam menghadapi seleksi alam.

3. Segala interaksi baik yang merugikan, menguntungkan dengan yang lain tidak
berpengaruh apapun, ataupun salah satu untung dan lainnya rugi, merupakan
simbiosis. Berdasarkan kualitas hubungan tersebut, simbiosis dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu simbiosis mutualisme, simbiosis parasitisme, dan simbiosis
komensalisme
Simbiosis Spesies A Spesies B
Mutualisme Diuntungkan Diuntungkan
Komensalisme Diuntungkan Tidak terpengaruh
Parasitisme Diuntungkan Dirugikan
4. Contoh simbiosis yang terjadi, diantaranya:
Mutualisme Komensalisme Parasitisme
1. Lebah dan bunga 1. Tanaman anggrek dan 1. Cacing pita-Manusia
2. White-winged dove pohon tempat ia hidup 2. Kutu-Manusia-Mamalia
dan Saguaro Kaktus 2. Ikan hiu dan ikan 3. Benalu-tanaman induk
3. Yucca plants and remora 4. Larva tawon dan Ulat
yucca moth 3. Cattle Egret and hewan Catalpa
4. Bakteri Rhizobium sp ternak 5. Squawroot dan pohon Ek
dan tanaman polong- 6. Siput Thyca crystallina
polongan dan Bintang Laut Biru
5. Ikan badut dan 7. Sea Lamprey dan Ikan
Anemon
6. Pohon Acacia dan
semutnya
7. Burung jalak-
oxpeckers dan kerbau

B. Saran
Setiap makhluk hidup tidak dapat hidup sendiri, pasti membutuhkan organisme
yang lain untuk dapat bertahan hidup ataupun menjaga kelestariannya. Untuk itu, kita
sebagai manusia seharusnya dapat menjaga keseimbangan alam dengan cara tidak
menimbulkan kerusakan di lingkungan, agar tercipta lingkungan yang tetap stabil.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Krisno. 2011. Pemanfaatan Rhizobium sp Guna Menyuburkan Tanah Untuk


Meningkatkan Kualitas Pertanian di Indonesia. Diambil pada tanggal 7 Desember 2013
dari www.aguskrisnoblog.wordpress.com

Arbi dan Vimono. 2010. Hubungan Parasitisme Antara Siput Thyca crystallina dan Bintang
Laut Biru Linckia laevigata di Perairan Ternate, Maluku Utara.Jurnal Oseanologi dan
Limnologi di Indonesia (2010) 36 (2): 227-242. Diambil pada tanggal 2 Desember 2013
dari
http://www.limnologi.lipi.go.id/limnologi/doc/public/7._Naskah_Indra_Bayu__Ucu.pdf

Begon, Harper, and Townsend. 1990. Ecology, Individual, Population, and Communities.
Melbourne: Blackwell Scientific Publications

Campbell, Reece, et all,. 2008. Biology. San fransisco: Pearson Benjamin Cummings

Grabianowski. 2013. How Symbiosis Works. Diambil pada tanggal 3 Desember 2013 dari
www.science.howstuffworks.com/life/evolution/symbiosis.htm

Heru dan Sandra Nurhuda. 2012. White Banded Cleaner Shrimp. Diambil pada tanggal 16
Desember 2013 dari www.aqueros.blogspot.com

Marietta College. 2008. Symbiosis. Diambil pada tanggal 2 Desember 2013 dari
www.marietta.edu

NECSI. 2013. Mutualistic Relationship. Diambil pada tanggal 3 Desember 2013 dari
www.necsi.edu

Mark Jones. 2013. First, Do No Harm: Symbiotic Relationship Pictures. Diambil pada
tanggal 3 Desember 2013 dari www.dsc.discovery.com

Wikispace. 2013. Organism Interaction. Diambil pada tanggal 3 Desember 2013 dari
www.wikispace.com

Anda mungkin juga menyukai