Anda di halaman 1dari 25

V.

MAKANAN &
HUBUNGAN
MAKAN
- Hewan bersifat heterotrof= sangat bergantung pada organisme
lain.
masalah makan pada hewan mrpkn masalah interaksi antar
spesies, hewan-tumbuhan or hewan-hewan.
V.1. Makanan Hewan
- utk mendapatkan makanan dr lingkungan, hewan harus
mampu beradaptasi dgn lingkungan.
- Jenis makanan yg dimakan hewan ditentukan secara genetik
& hasil proses belajar
Dari jenis makanan yg dimakan dpt ditinjau dari 2 aspek:
1.Aspek kuantitatif: Mencakup masalah kelimpahan makanan yg
terdpt pada habitat hewan serta berapa jlh yg dikonsumsi setiap
hari
2.Aspek kualitatif: Mencakup masalah kelezatan (palatabilitasnya)
[=ditentukan oleh jumlah kandungan senyawa kimia & struktur
makanan] , nilai gizi, daya cerna serta ukurannya.
V.I.I. Nilai Gizi
Tergantung dr kandungan komposisi makanan tsb (Air, mineral,
vitamin, protein, karbohidrat, lemak)
 Kurangnya salah satu kandungan komposisi makanan ex:protein
pada makanan yg biasa dimakan, maka hewan tsb akan berusaha
mencari makanan pengganti & memakannya dlm jlh yg byk
meskipun kandungan proteinnya sedikit. Namun apabila hewan tsb
tdk bisa mengatasinya maka hewan akan mengalami cekaman
fisiologis= akan menjurus ke kanibalisme meskipun hewan tsb
herbivor.

- Hewan herbivor konsumsi tumbuhan C3 dan C4, hasil penelitian


menyebutkan bhw tumb. C3 lebih disukai & bernilai gizi tinggi
dibandingkan tumb. C4.
V.1.2. Daya Cerna
ditentukan oleh komposisi kimiawi & struktural makanan, serta
adaptasi fisiologis & adaptasi struktural sistem pencernaan makanan
hewan. Ex: Herbivor = enzim selulose, Karnivor= enzim protease.
mrpkan masalah dari hewan herbivor sedangkan hewan karnivor
masalahnya cenderung kepada bagaimana mencari,
menemukan,menangkap & menangani mangsanya.
 Mamalia, Aves, Mollusca & serangga herbivor saluran
pencernaannya mengandung mikroflora bakteri pencerna selulosa.
 Hewan Ruminantia mengandung Protozoa ( Diplodinium) yg dapat
mencerna selulosa.

V.1.3. Ukuran Makanan


 Ukuran makanan mrpkn masalah dari hewan karnivor

 Ukuran tubuh hewan mangsa harus dalam batas kemampuan


hewan predator untuk menguasai & melumpuhkan mangsanya,
namun ukuran tubuh mangsa tdk boleh juga terlalu kecil krn
energi yg dikeluarkan=energi yg diterima.
 Jika ukuran tubuh hewan predator < mangsa maka si predator
menyerang mangsanya dengan bergerombol, ex: bangsa serigala,
semut, dsb.
 Jenis hewan predator yg ukuran tubuh mangsanya sangat kecil
membutuhkan cara khusus untuk menangkapnya, ex: menangkap
mangsanya dlm jlh byk. Contoh hewan: Trenggiling(Manis
javanica), makanannya berupa serangga kecil seperti semut, rayap.

V.I.4. Klasifikasi Sumberdaya Makanan


Menurut Tilman, sumberdaya makanan dpt dibagi 2:
1. Bersifat Esensial

- Mrpkn jenis makanan yg bersifat sangat penting (vital) untuk


metabolisme, pertumbuhan & perkembangan hewan predator , dan
tdk dapat digantikan oleh jenis makanan lain.
2. Bersifat dapat digantikan, ada 2 macam:
Bersifat Komplementer= saling melengkapi

Bersifat antagonistik= 2 jenis tumbuhan yg berbeda memiliki


kandungan zat yang dapat saling menggantikan, tetapi tidak
bisa dikonsumsi secara bersamaan krn bisa berakibat tidak
baik pada proses metabolisme tubuh si predator.

V.2. Strategi Mencari Makan


- Menurut teori mencari makan optimum, strategi hewan dalam
mencari makan ialah mendapatkan perolehan semaksimal mungkin
dengan resiko seminimal mungkin.
- Mencari makan secara berkelompok akan memberi keuntungan bila
ketersediaan sumberdaya makanan di lingkungan berlimpah.
- Keuntungan Mencari makan secara berkelompok: 1. Sumberdaya
makanan dpt dengan mudah & cepat ditemukan; 2. bahaya yg
mengancam akan lebih cepat diketahui.
V.3. Kebiasaan Makan
- Berdasarkan Macam Makanan yang dimakannya:
1. Hewan Herbivor
2. Hewan Karnivor
3. Hewan Omnivor
4. Hewan Saprovor (Saprofag) termasuk bakteriovor & fungivor
- Berdasarkan kebiasaan makan:
1. Monofag = mangsa terdiri dari 1 spesies saja
2. Oligofag = mangsa terdiri dari 2-3 spesies
3. Polifag = mangsanya lebih dari 3 spesies

V.4. Aspek Terapan Hubungan Makanan


- Beroperasinya mekanisme hubungan makan krn
populasi predator(parasitoid) & populasi mangsa (inang)
berinteraksi sbg suatu sistem umpan-balik Menghasilkan
(feedback system), dimana mangsa(inang) Homeostatis
menghasilkan umpan-balik positif
sedangkan predator (parasitoid) menghasilkan
umpan-balik negatif.
 Dalam ekologi dikenal istilah Pengendali Potensial, sbg contoh,
serangga herbivor yg menyerang tanaman sangat merugikan, oleh krn
itu para petani menggunakan predator (parasitoid) serangga pemangsa
serangga herbivor.
 Faktor efektivitas pengendalian :
1. Derajat hubungan makan (monofag, oligofag or polifag).
2. Daya mencari & mendapatkan mangsa (inang)
3. Daya berbiak hewan predator (parasitoid) relatif terhadap daya
berbiak mangsa (inang)
4. Bagaimana daya adaptasi serta kisaran toleransi hewan
predator (parasitoid)terhadap faktor lingkungan.
 Contoh pengendalian secara Biologi:
* Dikebun kubis digunakan jenis Hymenoptera parasitoid seperti:
Diadegma Apanteles
Untuk mengendalikan hama ulat kubis seperti:
Plutella Crocidolomia
V.5. Rantai & Jaring Makanan
- Interaksi hubungan makan akan menghasilkan rantai makanan yg
menggambarkan hubungan linier antara mangsa dengan predator pada
tingkatan trofik berurutan.
- Adanya polifag & omnivor yg melibatkan mangsa dari tingkatan
trofik yg berbeda-beda sehingga menyebabkan rantai makanan seperti
beranastomosis membentuk Jaring Makanan.
- Corak jaring makanan ada bermacam-macam, ada yg memberikan
peluang besar pada komunitas untuk stabil, ada pula komunitasnya
menjadi rawan berubah (Gb. V.5)
- Rantai makanan dlm komunitas biotik suatu ekosistem, tidak selalu
berawal dari tumbuhan hijau, pada hewan non-carnivore yg hidup didasar
lautan (zona afotik) memanfaatkan detritus yg turun dari zona eufotik.
- Rantai makanan sbg suatu sirkuit energi dalam suatu komunitas dpt
dibagi atas 2:
1. Sirkuit Merumput (grazing circuit)= Konsumen primernya
mendapat energi dari tumbuhan hijau
2. Sirkuit detritus organik= Konsumen primernya mendapat energi
dari detritus (detritivor)
Gb. Jaring Makanan
Gb. Piramida
Makanan
- Konsekuensi dari rantai & jaring makanan adalah timbulnya fenomena
“magnifikasi biologis” (biomagnifikasi;konsentrasi rantai makanan). (Penjls. Gb.
V.7)
V.6. Analisis Makanan Hewan
- Secara umum dikenal 2 cara menganalisis makanan hewan, yaitu:
1. Pengamatan Langsung
- Pengamatan ini relatif mudah dilakukan pada jenis hewan yg berukuran
besar, diurnal, aktifitasnya dalam habitat mudah diamati, but sangat banyak
menghabiskan waktu & tenaga.
- Pengamatan langsg dapat memberikan informasi yg akurat.
2. Pengamatan tak Langsung
- Analisis isi lambung
Analisis isi kandungan relatif yg belum dicerna yg terdapat di bagian
anterior saluran pencernaannya (tembolok; lambung). Isi lambung di identifikasi
macamnya dan aspek kuantitatif nya dapt dinyatakan secara numerikal (jumlah),
gravimetrik(berat) ataupun volumetrik(isi).
- Cara penelusuran radioisotop
Cara ini dilakukan dengan menandai makanan dengan menggunakan
radioisotop yg usia-paruhnya relatif panjang, seperti: Ca 45 , C14 , Co60 , dsb, yg
sudah diketahui besarannya di masukkan ke dalam lingkungan kemudian diamati
jalur perpindahannya serta laju kecepatan perpindahannya dideteksi dan diukur
dengan menggunakan alat khusus (spt. Pencecah Geiger)
 
V.8. Mekanisme Pertahanan & Perlindungan Diri
 Mempertahankan diri dari pemangsa potensialnya dilakukan melalui
mekanisme pertahanan secara kimiawi, struktural ataupun perilaku.
V.8.1. Mekanisme pertahanan secara kimiawi
- Beberapa Hewan herbivor mempunyai kemampuan utk menetralisir
efek toksik yg terkandung pada beberapa golongan tumbuhan,
diantaranya: Papaveraceae, Solanaceae, Rubiaceae...dsb. Bahkan
mampu memanfaatkan toksisitas tumbuhan tsb utk mempertahankan
dirinya sendiri terhadap predator. Ex: Ulat kupu-kupu Danaida chryssipus
yg memakan daun tumbuhan Asclepias curassavica yg mengandung zat
glukosida kardiak. Jadi pupa & kupu-kupu yg mengandung zat tsb akan
terhindar dari dampak predasi burung insektivor.
V.8.2. Mekanisme pertahanan & perlindungan lainnya
- Hewan dapat jg menghindar, melindungi & mempertahankan diri
dari predator secara perilaku or melalui mekanisme struktural or kedua-
duanya. Ex: Trenggiling (Manis javanica) seluruh permukaan tubuhnya
diliputi sisik keras, melindungi dirinya dgn menggulungkan tubuhnya
dengan bagian kepala di bagian terdalam sehingga menyerupai bola.
Trenggiling (Manis javanica)

- Ada juga hewan yg mengelabui predatornya terkadang jg mangsanya


dengan mekanisme pewarnaan tubuh.
- Berbagai macam pewarnaan, diantaranya:
1. Pewarnaan kriptif = pola pewarnaan yg sedemikian rupa
coraknya shg menyebabkan kehadiran hewan tersebut kurang
nampak dlm lingkungan normal. Pola warna yg sangat mirip
dengan corak latar belakang hewan = kemiripan protektif
2. Pewarnaan disruptif=Corak pewarnaan tubuh yg memberikan
kesan terpisah-pisah or terputus-putusnya gambaran umum
hewan. Ex: Burung Charadrius vociferus
3. Pewarnaan obiliteratif=warna bagian tubuhnya yg paling
terdedah pada cahaya berwarna lebih gelap krn kaya pigmen
melanin (biasanya bag.dorsal), sedangkan warna bagian tubuh yg
kurang terdedah warnanya lebih terang.
- apabila bentuk serta warna tubuhnya menyerupai objek
tertentu(daun, ranting, bunga, kulit pohon.. dsb)=kemiripan
agresif, ex: Belalang Tenodera Belalang Phasma
(mirip ranting) (mirip daun)
 4. Pewarnaan aposematik=pewarnaan tubuh yg sangat
mencolok, misalnya warna kombinasi hitam dengan kuning
atau merah, berselang seling. Hewan dengan perwarnaan ini
seringkali mengandung zat toksik yg menyebabkan hewan itu
tidak palatabel sebagai mangsa & zat itu dpt juga digunakan
untuk melumpuhkan mangsanya. Pewarnaan ini sering
terdapat pada jenis Hymenoptera (lebah, penyengat, semut),
Lepidoptera & Coleoptera.

Coccinellidae
Latreille, 1807
V.8.3. Fenomena Mimikri
- Adalah terjadinya peniruan suatu pola pewarnaan or
penampilan tubuh lainnya dari suatu species (=model) oleh
species lain (=mimik) melalui proses evolusi.
- Ada 2 macam Mimikri pada jenis serangga:
1. Mimikri Batesia=mimik bersifat palatabel & penampilan
luarnya sangat miripdgn species model yg tdk palatabel, yg
memperlihatkan pewarnaan aposematik & kelimpahannya
lebih tinggi dari species mimik.
2. Mimikri Mülleria=model & mimik keduanya mrpkan species
yg tdk palatabel.

Danaus plexippus (model) Limenitis archippus (mimik)


V.9. Koevolusi Hubungan Makan
- Organisme pemangsa (predator) atau organisme mangsa
mengalami koevolusi, ini berarti bahwa suatu perubahan
evolusioner pada organisme mangsa akan menyebabkan
terjadinya perubahan evolusioner pula pada organisme pemangsa
(begitu jg sebaliknya).
- Hasil koevolusi species organisme yg terlibat dalam
hubungan makan, bersifat umpan-balik, sering dikenali dari
kesesuaian fenotipenya.
Ex: Jenis burung madu (Nectariniidae)
bentuk paruhnya yg panjang & ramping,
sehingga sangat cocok untuk berhubungan
dengan bunga yg membentuk bumbung
yg panjang untuk mengisap madu
dari dasar bunga.

Anda mungkin juga menyukai