Sumber :
https://www.google.com/search?safe=strict&rlz=1C1SQJL_enID888ID889&s
xsrf=ALeKk006GBMXO3PXnxcbYXbuG6E7yrnp7g%3A1582653034418&
https://biotechnology78.wordpress.com/2017/12/25/bioteknologi-dalam-
bidang-perairan-dan-kelautan-dwi-cahyani-1157020015/
https://farhanbiouinsgd.wordpress.com/2017/12/26/bioteknologi-dalam-bidang-
kelautan-dan-perairan/
Hampir 75% permukaan bumi ditutupi oleh air, sehingga sudah tidak asing
bagi kita untuk mengetahui bahwa perairan merupakan lingkungan yang kaya
akan sumber aplikasi bioteknologi dan memberikan solusi potensial beberapa
masalah penting. Organisme akuatik dapat hidup pada rentangan kondisi ekstrim,
seperti pada laut kutub yang sangat dingin, tekanan yang sangat tinggi pada dasar
laut dalam, salinitas tinggi, temperatur yang tinggi, dan kondisi minim sinar
matahari. Berdasarkan hal tersebut, organisme akuatik berkembang melalui jalur
metabolisme yang menakjubkan, mekanisme reproduksi dan adaptasi sensori.
Organisme ini memiliki kekayaan informasi genetik unik dan aplikasi yang
potensial.
Pada bidang akuakultur teknologi rekyasa genetika yang selama ini telah
banyak digunakan untuk ikan-ikan konsumsi (salmon, nila, udang, patin, mas) ini
berguna untuk meningkatkan laju pertumbuhan ikan, mengatur kematangan
gonad, diferensiasi seks dan sterilitas; meningkatkan resistensi terhadap patogen,
mengadaptasi ikan terhadap lingkungan baru (freeze resistance), merubah
karakteristik biokimia dari daging ikan sehingga menciptakan rasa daging yang
diinginkan, mengubah jalur metabolisme sehingga terjadi efisiensi pakan.
b. Gen Hijau
Saat ini fokus komoditas yang digunakan dalam kegiatan rekayasa genetik
ikan di Indonesia meliputi jenis-jenis ikan air tawar sebagai berikut: ikan mas,
nila, lele, patin, dan gurame. Untuk komoditas air ekosistem payau diwakili
oleh udang windu, udang vaname, dan ikan kerapu. Secara umum
perkembangan riset transgenik yang dilakukan sudah sampai tahapan dapat
menghasilkan generasi pertama (F-1) yang masih membutuhkan verifikasi
untuk mendapatkan keturunan-keturunan transgenik homozigot yang dapat
digunakan untuk memproduksi massal ikan transgenik heterozigot hasil
perkawinan dengan ikan normal. Dengan hasil yang diperoleh sejalan dengan
perkembangan penelitian transgenik yang telah dilakukan di Indonesia,
teknologi ini telah dikuasai mulai dari aktivitas isolasi gen, pembuatan
kontruksi gen, penyisipan gen asing ke dalam ikan target. Namun demikian
keberhasilan dan pengujian produk sebagaimana yang diharapkan masih
membutuhkan pengujian lebih lanjut.
1. Mikroinjeksi
2. Elektroporasi
1. Bidang Kesehatan
Kualitas air harus memenuhi 3 persyaratan, yaitu kualitas fisik, kimia, dan
biologis. Kualitas fisik berdasarkan pada kekeruhan, temperatur, warna, bau, dan
rasa. Kualitas kimia adanya senyawa-senyawa kimia yang beracun, perubahan
rupa, warna, dan rasa air, serta reaksi-reaksi yang tidak diharapkan menyebabkan
diadakannya standar kualitas air minum. Standar kualitas air memberikan batas
konsentrasi maksimum yang dianjurkan dan yang diperkenankan bagi berbagai
parameter kimia, karena pada konsentrasi yang berlebihan kehadiran unsur-unsur
tersebut dalam air akan memberikan pengaruh negatif, baik bagi kesehatan
maupun dari segi pemakaian lainnya. Kualitas biologis didasarkan pada kehadiran
kelompok-kelompok mikroba tertentu seperti mikroba patogen (penyakit perut),
pencemar (terutama Coli), penghasil toksin dsb.
Menghasilkan berbagai obat – obatan yang di buutuhkan hewan air
Meneliti berbagai penyakit untuk ditemukan cara pengobatannya
Memajukan perkembangan obat – obatan dan cara pengobatannya
Meningkatkan kesehatan masyarakat baik di masa sekarang maupun di masa
depan
Memajukan ilmu kedokteran dalam ilmu akuatik
Meningkatkan mutu kesehatan makhluk hidup diair tawar maupun air asin
Biologi membantu kita memahami tubuh dan organ dalam hingga sel melalui
ilmu anatomi, fisiologi, dan histologi.
Biologi membantu manusia dalam memahami respon tubuh terhadap bahan
kimia tertentu.
Biologi membantu manusia dalam menemukan spesies yang bisa
dimanfaatkan menjadi obat.
Biologi membantu manusia dalam menentukan proses biologis dalam
pembentukan senyawa obat-obatan tertentu, misalnya antibiotik dan insulin
(biological engineering).
2. Bidang Lingkungan
Antifouling Agen
Istilah biofilming mempunyai arti organisme yang menempel
sehingga membentuk sebuah lapisan biologi. Biofouling adalah proses
penempelan organisme laut pada suatu substrat.
Permasalahan biofouling selama ini diatasi dengan penggunaan bahan
kimia sintetis Trybutyltin (TBT) sebagai antifouling yang berfungsi untuk
menghambat penempelan organisme tersebut pada substrat.
Ekosistem laut kaya akan sumber daya hayati, salah satunya adalah
biota yang memiliki pola hidup menempel pada substrat. Biota tersebut
memiliki peran penting dalam ekosistem laut. Selain sebagai filter feeder,
biota tersebut juga berperan penting sebagai sumber makanan makhluk
hidup lainnya. Namun, permasalahan muncul ketika biota penempel ini
berinteraksi langsung dengan benda ciptaan manusia. Proses penempelan
ini dikenal dengan istilah biofouling
Biosensor
Biosensor merupakan suatu alat deteksi yang terdiri
dari transducer dan elemen sensor biologi. Biosensor menghasilkan suatu
sinyal elektrik yang proporsional terhadap konsentrasi
analit. Transducer mengubah sinyal biokimia yang dihasilkan oleh elemen
sensor biologi menjadi suatu respon elektrik yang dapat diukur seperti arus
listrik, potensial, dan absorbansi sehingga dapat dijelaskan untuk analisis.
Elemen sensor biologi berperan sebagai komponen utama pengenal analit
yang selektif pada biosensor.
Salah satu materi biologi lainnya yang dapat digunakan sebagai
elemen sensor biologi adalah sel khamir. Khamir dapat digunakan sebagai
elemen sensor biologi karena mudah ditumbuhkan dan dapat digunakan
pada beberapa jenis transducer. Sel khamir memiliki keungulan
dibandingkan mikroorganisme lain karena memiliki dinding sel yang kuat
dan mampu bertahan pada kondisi fisika – kimia dalam kisaran yang luas.