Anda di halaman 1dari 17

BIOTEKNOLOGI PERIKANAN

Kelompok 2
Anggun Nur Fahsya Uba (2006050003)
Baku Marlyn Neken (2006050017)
Jesnia Tamu Ina (2006050008)
Lexy A. Tana Hawu (2006050010)
Kristiana Trivince Ndaka (2006050027)
Maria Regina Dua Wisang (2006050006)
Melkianus Garung (2006050038)
Merliance Betseba Lawa Papu (2006050005)
Mita Azlina Harahap (2277700157)
Ningsi Ariyanti Pay (2006050040)
Marselina T. Linda (2006050036)
Bioteknologi di Bidang Perikanan

• Bioteknologi perikanan adalah bioteknologi yang ditekankan khusus pada bidang perikanan. Penerapan bioteknologi dalam
bidang perikanan sangat luas, mulai dari rekayasa media budidaya, ikan, hingga pascapanen hasil perikanan.

• Melalui rekayasa gen, dapat diciptakan ikan yang tumbuh cepat, warnanya menarik, dagingnya tebal, tahan penyakit dan
sebagainya. Pada tahap pascapanen hasil perikanan, bioteknologi mampu mengubah ikan melalui proses transformasi
biologi hingga dihasilkan produk yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia.

• Salah satu penyebab rendahnya produksi perikanan Indonesia adalah kemampuan mengolahnya. Sekitar 20-25 persen
produk perikanan tidak dapat dimanfaatkan karena tidak diolah atau mengalami pembusukan.

• Bioteknologi pengolahan hasil perikanan (BPHP) merupakan cabang dari bioteknologi pangan yang sudah lama diterapkan
oleh masyarakat Indonesia untuk mengolah hasil perikanan. Beberapa produk yang telah dihasilkan masyarakat melalui
penerapan bioteknologi antara lain peda, kecap ikan, bekasem, bekasang, terasi dan silase.

• Salah satu sifat mikroba yang menjadi dasar penggunaan BPHP adalah kemampuannya merombak senyawa kompleks
menjadi senyawa lebih sederhana, sehingga dihasilkan pangan berbentuk padat, semi padat dan cair.
Bioteknologi pada Rekayasa Genetika Ikan

• Gen dan kromosom ikan direkayasa untuk dimanfaatkan keterkaitannya dengan seleksi fenotip
kuantitatif dan fenotip kualitatif bagi teknik breeding ikan untuk mendapatkan sifat-sifat superior yang
diwariskan dari induk dengan seleksi gen unggul kepada keturunannya.

• Dalam arti luas, modifikasi genetik merujuk pada perubahan genetik organism yang tidak ditemukan di
alam, termasuk hibrida (keturunan orang tua dari spesies yang berbeda atau sub-spesies). Pengembangan
ikan transgenik dimana para ilmuwan menggunakan teknik DNA rekombinan untuk memasukkan materi
genetik dari satu organisme ke dalam genom ikan atau organisme air lainnya.

• Hewan air, terutama ikan tumbuh dalam sistem akuakultur, menarik perhatian penelitian yang signifikan
karena dua alasan utama. Pertama, ikan bertelur dalam jumlah besar dan telur yang lebih mudah
dimanipulasi, sehingga memudahkan bagi para ilmuwan untuk memasukkan DNA baru ke dalam telur
ikan. Kedua, budidaya merupakan salah satu sektor yang memproduksi makanan tercepat tumbuh secara
global, menunjukkan meningkatnya permintaan produk akuakultur.
Bioteknologi pada Rekayasa Genetika Ikan

1. Pembenihan Selektif

Pembenihan selektif, yang merupakan pembenihan ikan secara tradisional, pertama kali dikembangkan pada ikan mas ribuan
tahun yang lalu. Namun sampai sekarang pembenihan selektif hanya diterapkan pada ikan untuk konsumsi seperti ikan nila,
catfish, dantrout sehingga masih banyak ikan budidaya yang pembenihannya seperti di perairan umum. Program pembenihan
secara selektif telah memberikan peningkatan hasil dan pendapatan yang setabil contohnya terdapat peningkatan tingkat
pertumbuhan 5‑20% pada ikan budidaya seperti Salmon, Nila dan catfish.

2. Manulasi

Manipulasi pada bentuk kromosom merupakan teknik yang bisa digunakan untuk menghasilkan organisme ‘triploid’ yaitu
organisme dengan tiga bentuk kromosom dimana biasanya suatu organisme Cuma memiliki dua bentuk. Keuntungan triploid
lebih terlihat pada fungsi sterilitasnya meskipun tidak mencapai 100%. Contohnya, tiram triploid tidak dapat memproduksi
gonad sehingga dapat dipasarkan sepanjang tahun. Hal ini disebabkan produksi gamet (sel kelamin, ovum atau telur pada
betina dan sperma pada jantan) membuat tiram yang matang gonad memiliki rasa yang tidak enak.
3. Budidaya Sejenis (monosex culture)

Dalam budidaya perikanan, budidaya sejenis (monosex culture) biasanya lebih menguntungkan dari pada
budidaya lainnya.
Produksi ikan secara monosek memberikan banyak keuntungan dan dapat dilakukan dengan cara memanipulasi
perkembangan gamet dan embrio. Pemanipulasian dilakukan dalam bentuk denaturalisasi DNA sel kelamin yang
dilanjutkan dengan manipulasi bentuk kromosom atau sex reversal menggunakan hormone dan tindakan
pembenihan. Penggunaan hormon yang tepat dengan ketat dapat merubah sifat fenotip kelamin ikan. Contohnya,
secara genetik ikan nila jantan akan berubah secara fisik menjadi betina dengan pemberian hormone estrogen.
Ikan‑ikan jantan ini dikawinkan dengan ikan jantan alami untuk menghasilkan semua anakan ikan nila jantan
yang tumbuh lebihcepat dan dapat menghindari perkawinan yang tidak diinginkan yang biasa terjadi pada
budidaya nila secara multi‑sex. Manfaat besar dari teknik ini yaitu semua populasi jantan bisa diproduksi untuk
generasi seterusnya tanpa menggunakan hormon,

4. Hibridasi

Hibridasi merupakan bioteknologi genetik yang semakin mudah dilakukan dengan berkembangnya teknik
pembenihan buatan seperti penggunaan kelenjar hipopisa atau hormon lainnya yang merangsang perkembangan
gamet dan mendorong pemijahan (pengeluaran telur ikan). Hibridasi bisa digunakan juga untuk menghasilkan
anakan satu jenis kelamin (Hibridasi pada ikan nila Nile dan Nila biru)
5. Hipofisa

Hipofisasi adalah proses penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa kepada ikan untuk merangsang kematangan gonad.
Praktikum ini mengajarkan cara mengambil kelenjar hipofisa pada ikan Mas, Ikan Lele dan Ikan Patin.
Contohnya pada ikan Lele. Kepala Ikan Lele dipotong mulai dari mulutnya. Semua bagian mulut, insang dan
aborensen organ dibuang hingga hanya menyisakan tulang tempurung kepalanya. Tulang yang melindungi rongga
otak dikerok dari bagian dalam kepala hingga otaknya terlihat. Otak dikeluarkan dengan bantuan tusuk gigi.
Prosedur terakhir adalah mengeluarkan kelenjar hipofisa dengan bantuan tusuk gigi. Kelenjar hipofisa memiliki
bentuk bulat dan berwarna putih.

6. Perkembangan Teknologi Transgenik

Rekayasa genetik merupakan sebuah istilah yang samar dan pengertiannya menjadi hampir mirip dengan
transgenik (transfer gen) seperti ikan trangenik atau Modifikasi Organisme secara Genetik (GMOs). Teknologi ini
sedang berkembang dengan cepat dan memungkinkan merubah gen‑gen species yang memiliki keterikatan yang
jauh. Transfer gen pada ikan biasanya mencakup gen yang menghasilkan hormon pertumbuhan dan hal ini telah
dibuktikan dengan peningkatan tingkat pertumbuhan yang tinggi pada ikan mas, catfish, salmom, ikan nila,
mudloach,dan trout. Gen anti‑beku yang diterapkan pada tanaman juga diterapkan pada ikan salmon dengan
harapan dapat memperluas pembudidayaan ikan tersebut. Produksi protein gen ini tidak cukup untuk memperluas
jangkauan ikan salmon di perairan dingin tetapi gen ini memungkinkan salmon untuk terus berkembang selama
musim dingin dimana ikan salmon non‑transgenik
Teknik Transfer Gen
1. Mikroinjeksi
Teknik mikroinjeksi yang dikembangakan dari teknik produksi tikus transgenik merupakan teknik yang umum
digunakan dalam introduksi gen pada ikan. Gen yang akan diintroduksi disuntikan ke sel mengunakan gelas pipet
yang sangat kecil (diameter ujung jarum sekitar 0,05–0,15 mm). Pekerjaan ini dilakukan di bawah mikroskop dengan
bantuan sebuah mikromani-pulator pengatur gerak jarum suntik dan volume larutan DNA yang akan disuntikkan.

Terdapat dua masalah dalam pengaplikasian teknik ini pada ikan (Yoshizaki 1998).
 Masalah pertama adalah inti telur ikan yang telah dibuahi relatif sulit diidentifikasi dimikroskop karena ukurannya
kecil dan volume sitoplasma besar (Hacket 1993).
 Korion telur sangat keras dan sulit ditembus oleh mikropipet merupakan masalah kedua yang dihadapi pada kan.

Untuk mengatasi masalah tersebut, beberapa cara telah dikembangkan untuk beberapa spesies berbeda. Beberapa
peneliti menyuntikan gen ke inti telur ikan medaka yang belum matang. Telur yang belum matang tersebut diinkubasi
secara in vitro. Pada fase ini inti telur sudah kelihatan dan akan matang secara spontan dengan cara in vitro. Akan
tetapi, induksi pematangan telur secara in vitro memerlukan prosedur yang rumit dan membutuhkan waktu relatif lama
pada spesies tertentu. Oleh karena itu, kelompok peneliti lain membuat ikan transgenik dengan cara menyuntikkan gen
dengan jumlah copy yang banyak ke sitiplansma telur yang telah dibuahi sebagai alternatif penyuntikan ke inti telur.
Teknik Transfer Gen
2. Elektroforesis
Prinsip metode ini adalah membuat reparable-holes pada membran sel dengan bantuan aliran listrik yang bergetar
(electric pulse). Sel disuspensikan dalam larutan DNA, dan larutan ini dapat masuk ke sel melalui lubang yang telah
terbentuk. Teknik eletroforesis telah digunakan dalam beberapa spesies ekonomis penting seperti channel catfish, carp.
Dalam beberapa kasus, tingkat kelangsungan hidup dan transformasi yang diperoleh dengan elektroforesis tidak
setinggi dengan level yang diperoleh dengan teknik mikroinjeksi. Elektroforesis dilakukan pada saat proses rehidrasi.
Hasil ini menunjukkan bahwa elektroforesis selama rehidrasi dapat meningkatkan penyerapan DNA yang juga berarti
meningkatkan frekuensi transfer gen. Meskipun teknik ini belum sempurna, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
cara ini cukup efektif.

3. Metode Alternatif
Kedua metode transfer gen yang dipaparkan di atas telah digunakan secara rutin pada ikan. Akan tetapi akan
menghadapi masalah bila menggunakan ikan yang perkembangan embrionya terjadi di dalam tubuh induknya.
Akibatnya, transfer gen tidak bisa dilakukan dengan cara mikroinjeksi atau elektroforesis. Alternatif metode transfer
gen untuk spesies seperti itu telah dikembangakan oleh Burns et al. (1993) dengan menggunakan bantuan sebuah
vektor yang dikenal sebagai replication-defective pantropic retroviral. Baru-baru ini juga Sarmasik et al. (2001) telah
berhasil memproduksi ikan transgenik dengan menyuntukan vektor tersebut ke daerah sekitar gonad ikan gapi
(Poecilia lucidai) dan crayfish (Procambarus clarkii). Hasil yang diperoleh dengan cara ini relatif sama dengan hasil
yang diperoleh dengan cara elektroforesis
Bioteknologi pada Media Budidaya Ikan (Pra panen)

Bioteknologi perikanan merupakan perpaduan kemajuan teknologi dengan kehidupan makhluk hidup dalam sektor
perikanan dimana peranananya sanagat luas dimulai dari reakayasa media budaidaya perikanan hingga sampai pada
pasca panen hasil perikanan. Dari bioteknologi perikanan dapat memudahkan manusia dalam memproduksi hasil
perikanan menjadi lebih efektif dan efisien.
Media dari bioteknologi perikanan salah satunya berupa mikroba yang telah terbukti mempertahankan kualitas
media budidaya sehingga aman untuk digunakan sebagai media budidaya ikan. Pada tahap pasca panen hasil
perikanan, bioteknologi mampu mengubah ikan melalui proses transformasi biologi sehingga menghasilkan produk
yang aman untuk dikonsumsi dan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Probiotik sendiri adalah biakan mikroba menguntungkan yang diberikan sebagai suplemen makanan yang
mempunyai pengaruh menguntungkan pada kesehatan mahluk hidup, baik manusia, binatang dan tumbuhan.
Mikroflora yang digolongkan sebagai probiotik adalah mikroba yang memiliki sifat menguntungkan
Berikut peranan mikroba tersebut

a) Penghancur limbah organik


Dalam segi ekologis perairan limbah merupakan faktor penghambat dalam dunia perikanan, terlebih lagi itu
merupakan limbah yang sulit dilakukan oleh tangan manusia itu sendiri. Mikroba dalam hal ini, dapat
menjadi dekomposer positif dengan mengurai  limbah menjadi bahan yang ramah lingkungan.

b) Recycling hara
Di dunia perikanan hara merupakan nutrien dan dalam rantai makanan, Namun, hara dapat menjadi zat yang
sangat beracun apabila dalam kuantitas yang sangat banyak dan beresiko menyebabkan depletion
oxygen (penurunan kadar oksigen) di perairan. Mikroba dalam hal ini dapat membantu percepatan unsur
hara ini untuk mendaur ulang hara tersebut menjadi energi fosil walaupun membutuhkan waktu yang sangat
panjang, namun proses ini tidak lepas dari peranan mikroba tersebut.

c) Merangsang pertumbuhan
Dalam budidaya terutama, mikroba dapat merangsang pertumbuhan untuk cepat tumbuh dan berkembang
menjadi potensi produksi yang sangat besar. Dengan memberikan mikroba diharapkan komoditas perikanan
mampu cepat tumbuh dan bereproduksi dengan hasil yang diharapkan.
d) Biokontrol pathogen
Mikroba dalam hal ini banyak berperan dalam pengolahan hasil perikanan dimana hasil perikanan pasca
panen yang menjadi keresahan masyarakat dalam hal pendistribusian hasil perikanan mereka karena sifat
alami dari produk/komoditas perikanan sendiri yang cepat busuk, namun bioteknologi hal ini menjawab
keresahan masyarakat dengan mendatangkan mikroba sebagai kompetitor dari bakteri patogen tersebut
sehingga pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dapat terkontrol.
Rekayasa yang dilakukan oleh manusia untuk memanfaatkan mikroba sebagai agen bioteknologi yaitu
dengan menggunakan teknik transgenik pada ikan yang telah dimulai dengan mengintroduksi gen tertentu
kepada organisme hidup lainnya. serta mengamati fungsinya secara in vitro.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan ikan transgenik, yaitu:


 Isolasi gen (clone DNA) yang akan diinjeksi pada telur.
 Identifikasi gen pada anak ikan yang telah mendapatkan injeksi gen asing tadi.
 Keragaman dari turunan ikan yang diinjeksi gen asing tersebut.
Produk Bioteknologi Pasca Panen
1. Terasi
Proses pembuatan terasi dilakukan secara fermentasi. Selama fermentasi protein dihidrolisis menjadi turunan-
turunannya, seperti pepton, peptida dan asam-asam amino.

2. Peda
Peda merupakan produk fermentasi dengan bahan baku ikan. Pada umumnya dibuat untuk ikan yang berkadar
lemak tinggi. Selama atau pada waktu fermentasi akan terjadi perubahan kimia antara lain proses reaksi pada
lemak yang memberikan cita rasa khas

3. Bekasam
Bahan baku yang digunakan untuk membuat bekasam pada umumnya adalah ikan air tawar. Proses
pengolahan ini umumnya menggunakan bahan-bahan tambahan untuk berhasilnya fermentasi misalnya
sumber karbohidrat, dan berjalan anaerobik, karbohidrat tersebut akan diuraikan menjadi gula sederhana dan
selanjutnya menjadi alkohol dan asam, basil fermentasi inilah yang akan menjadi bahan pengawet ikan dan
juga memberi rasa dan aroma khas`.
4. Petis
Petis merupakan produk mirip kecap, tetapi umumnya lebih kental, dibuat dari pemakatan air rebusan ikan
dalam pembuatan pindang atau pembuatan ebi.

5. Kecap Ikan
Proses fermentasi ikan yang merupakan proses biologis atau semibiologis pada
prinsipnya dapat dibedakan atas empat golongan, yaitu sebagai berikut :

B. Fermentasi menggunakan asam-asam


A. Fermentasi menggunakan kadar garam tinggi, organik, misalnya dalam pembuatan silase
misalnya dalam pembuatan peda, kecap ikan, terasi ikan dengan cara menambahkan asam-asam
dan bekasem. Fermentasi garam dapat dibedakan propionat dan format.
dengan dua cara, yaitu :
 Fermentasi dengan cara penggaraman kering,
biasanya dilakukan terhadap ikan ikan yang C. Fermentasi menggunakan asam-asam
mempunyai kandungan lemak rendah. mineral, misalnya dalam pembuatan silase ikan
 Fermentasi dengan cara penggaraman basah, yaitu menggunakan asam-asam kuat.
merendam di dalam larutan garam dan cara
tersebut biasanya dilakuka terhadap ikan-ikan
berlemak tinggi.
D. Fermentasi menggunakan bakteri, misalnya
dalam pembuatan bekasem dan chao teri.
Manfaat dan Efek Samping Bioteknologi di Bidang Perikanan

A. Manfaat
Pada tahap pascapanen hasil perikanan, bioteknologi mampu mengubah ikan melalui proses transformasi
biologi hingga dihasilkan produk yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Kondisi ini membuat
Negara Indonesia harus bekerjakeras memenuhi kebutuhan pangannya, sehingga peristiwa kelangkaan
pangan di atas tidak perlu dialami. Langkah pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan sudah mulai
terlihat, salah satu komitmennya adalah meningkatkan produksi ikan menjadi tiga kali lipat dari periode
sebelumnya.

B. Dampak Negatif
Dalam bidang perikanan, kebutuhan adanya penerapan teknologi sangat dinantikan, mengingat adanya
penangkapan ikan yang melebihi potensi lestari (over fishing), banyaknya terumbu karang yang rusak dan
dengan adanya peningkatan konsumsi ikan. Penelitian bioteknologi dalam bidang perikanan, di utamakan
pada tiga kelompok, yaitu: akuakultur, pemanfaatan produksi alam dan prosesing bahan makanan yang
bernilai ekonomi tinggi.
Berikut dampak negatif yang mungkin diakibatkan dari produk bioteknologi :

• Alergi
Gen asing yang disisipkan pada organisme yang menjadi makanan manusia dapat
menyebabkan alergi pada individu tertentu. Untuk mencegahnya, perlu dilakukan pengujian
dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, produk yang mengandung organisme hasil
rekayasa genetika harus diberi label dengan jelas guna memberi informasi kepada konsumen
mengenai produk yang dikonsumsi.

• Hilangnya Plasma Nutfah


Plasma nutfah atau keanekaragaman makhluk hidup dapat musnah akibat dari perkembangan
bioteknologi karena hanya mempertahankan organisme yang unggul saja. Sedangkan
organisme tidak unggul akan punah.

• Rusaknya Ekosistem
Gangguan terhadap kondisi normal lingkungan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai