Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

REKAYASA AKUAKULTUR

Natasya
2104110049
BUDIDAYA PERAIRAN

DOSEN :
NOVRETA ERSYI DARFIA, ST, MT
REKAYASA GENETIKA BIOTA BUDIDAYA

● Transgenik merupakan penerapan bioteknologi melalui teknik rekayasa genetika. Transgenik


● adalah suatu teknik yang dapat membuat materi genetik dari organisme yang berbeda jauh
● kekerabatannya dapat dikombinasikan dengan cara transfer materi genetiknya. Pemindahan
● materi genetika (gen) dari suatu organisme untuk dikombinasikan ke dalam materi genetika
● organisme lainnya bertujuan agar gen yang dipindahkan akan diekspresikan oleh organisme
● yang menerima gen tersebut. Dengan kata lain, pada akhir proses akan dihasilkan suatu
● individu yang secara genetika telah berubah gennya karena membawa gen asing. Organisme
● inilah yang disebut organisme transgenik atau sering disebut pula genetically modified organisme
(GMOs).
Dalam satu dekade terakhir kecenderungan penurunan mutu genetik ikan budidaya telah menurunkan
efisiensi usaha budidaya yang telah menjadi masalah yang cukup serius untuk segera ditanggulangi.
Faktor yang turut berperan dalam penurunan mutu genetik di atas adalah akibat manajemen induk dan
benih yang tidak terkontrol pada usaha pembenihan sebagaimana dikemukakan oleh Gustiano & Prihadi
(2006). Untuk mengatasi masalah tersebut harus dilakukan perbaikan mutu genetik agar dapat diperoleh
jenis-jenis ikan yang dapat dibudidayakan secara intensif pada lahan terbatas, mampu menampilkan
pertumbuhan yang baik pada kondisi lingkungan perairan yang marjinal dan memiliki keunggulan dari
aspek ekonomis. Program perbaikan mutu genetik yang dapat diterapkan adalah seleksi dan hibridisasi.
Seleksi merupakan suatu teknik pemuliabiakan klasik untuk memperbaiki sifat yang terukur
(quantitative trait).
Rekayasa kromosom adalah suatu teknik untuk mengubah kromosom ikan normal
diploid (2N) hasil kontribusi 1N set kromosom betina dan 1N jantan. Pada rekayasa
kromosom, individu normal 2N dapat dibuat dengan sumber kromosom dari betina
(ginogenesis) atau jantan saja (androgenesis), serta jumlah kromosom dapat
ditingkatkan menjadi poliploid (3N atau 4N). Penerapan teknologi rekayasa
kromosom di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1985 (Gustiano & Sumantadinata,
1987). Namun demikian perkembangan teknologi ini dalam konteks perbaikkan mutu
genetik ikan tidak berjalan sebagaimana diharapkan karena tidak diletakkan dalam
kerangka program breeding yang besar dan terarah. Di bawah ini akan disampaikan
hasil-hasil telah diperoleh dan dilakukan di Indonesia.
VAKSINASI DAN IMUNISASI BIOTA BUDIDAYA

a. Vaksinasi
Vaksinasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan ketahanan tubuh yang bersifat spesifik
melalui pemberian vaksin. Secara umum aktivitas ini dikenal sebagai imunisasi aktif dan pasif.
Imunisasi pasif diperoleh dengan pemberian serum kebal maupun dengan cara diturunkan oleh
induk ikan yang dikenal sebagai imunitas maternal; sedangkan imunisasi aktif dilakukan melalui
tindak vaksinasi. Induk-induk ikan yang divaksini dapat menurunkan respon imunitas tersebut
pada turunannya. Ellis (1988) telah menguraikan tentang vaksinasi terutama untuk ikan.Ikan akan
merespon imunostimulasi—vaksinasi dengan mensintesis antibodi, dikenal sebagai imunoglobulin
(Corbel 1975). Karena itu, antibodi hanya akan bereaksi terhadap agen penginduksinya dan
berfungsi sebagai aglutinin, presipitin, opsonin dan antitoksin. Imunoglobulin ikan dapat
ditemukan dalam plasma darah, mukus dan cairan tubuh.
Tujuan spesifik vaksinasi adalah untuk memperoleh ketahanan terhadap
suatu infeksi tertentu, sehingga diperoleh sintasan hidup yang tinggi akibat
proteksi imunologik tersebut. Secara umum, manfaat vaksinasi antara lain
dalam hal: peningkatan daya tahan ikan, pencegahan efek samping
kemoterapeutika, proteksi terhadap serangan penyakit infeksi tertentu,
keamanan lingkungan budidaya dari pencemaran bahan kemoterapeutik dan
keamanan konsumen dari residu antibiotik.
Jenis dan Sifat Vaksin Secara umum terdapat 2 jenis vaksin yakni vaksin konvensional dan vaksin
moderen. Penjenisan ini semata-mata didasarkan atas teknologi produksi vaksin yang digunakan.
Produk vaksin dengan teknologi tinggi (hi-tech) dikenal sebagai vaksin moderen; sedangkan
vaksin konvensional diproduksi dengan teknologi sederhana. Vaksin konvensional dibedakan atas
vaksin mati dan vaksin hidup. Vaksin mati berasal dari patogen yang dimatikan, ekstrak atau
bagian-bagian tertentu dari patogen; sedang vaksin hidup berasal dari patogen yang dilemahkan
atau diatenuasi. Vaksin yang termasuk kelompok vaksin moderen atau vaksin biotek adalah vaksin
rekombinan, vaksin monoklonal, protein engineering vaccine dan genetic attenuation vaccine.
Untuk mencapai sasaran vaksinasi yakni sintasan hidup yang tinggi, maka vaksin harus bersifat
antara lain antigenik, imunogenik dan protektif. Sifat-sifat ini menunjukkan, bahwa vaksin yang
diberikan harus memacu terbentuknya antibodi yang menyebabkan ikan tahan (imun) terhadap
patogen tersebut. Disamping itu, vaksin harus aman dan tidak boleh menimbulkan tanda-tanda
sakit yang secara spesifik diakibatkan oleh patogen tersebut.
Dosis dan Cara Imunisasi (Vaksinasi) Sebagai suatu upaya pencegahan penyakit, maka
imunisasi biota budidaya harus dilakukan dan merupakan tahap dalam proses produksi.
Imunisasi dengan vaksin dapat diaplikasikan melalui perendaman, per oral (bersama
dengan pakan) dan injeksi. Pemilihan Imunostimulasi pada Hewan Akuatik 89 cara
aplikasi ini terutama didasarkan atas ukuran ikan. Sangat dianjurkan untuk melakukan
vaksinasi pada fase larva, 1-2 minggu setelah menetas. Umumnya dosis vaksin yang
diberikan sebesar 105 -106 sel/ml. Vaksinasi ini sebaiknya diulangi setelah 2-3 minggu
dari pemberian pertama; dan dapat diulangi pada saat ikan berumur 2 bulan. Beberapa
kendala membatasi pengembangan dan penggunaan vaksin secara meluas pada perikanan
budidaya. Kendala tersebut diantaranya adalah keragaman jenis dan saluran patogen ikan,
kemampuan imunogenik patogen dan keterbatasan informasi tentang patogenesis dan
epizootiologik penyakit ikan.
MANIPULASI HORMON PADA OVULASI IKAN

Teknik manipulasi hormonal ke dalam tubuh ikan secara injeksi merupakan salah satu cara yang
tepat untuk merangsang pematangan gonad. Perlakuan hormon merupakan salah satu solusi untuk
membantu proses reproduksi dengan merangsang steroidogenesis diantaranya sekresi testosteron dan
estradiol (Park, 2002). mengoptimalkan kematangan gonad induk pada usaha pembenihan ikan bawal
bintang. Jenis hormon yang bekerja dalam maturasi (pematangan) gonad pada ikan adalah Gonadotropin.
Hormon hCG dan PMSG merupakan jenis-jenis hormon gonadotropin yang dapat menginduksi
pematangan gonad.
Hormon hCG dalam bidang perikanan berperan memacu terjadinya maturasi gonad dan ovulasi
pada ikan, aplikasi hCG untuk Hormon Pregnant Mare Serum Gonadotropi (PMSG) merupakan hormon
non pituitary gonadotropin dapat digunakan sebagai suplemen media karena mempunyai efek biologis
seperti FSH dan sedikit LH. Hormon PMSG banyak mengandung unsur daya kerja Folikel Stimulating
Hormone (FSH) dan sedikit Luteinizing Hormone (LH) sehingga baik digunakan untuk menginduksi
proses vitelogenesis (pematangan gonad) karena proses vitelogenesis sangat dipengaruhi oleh FSH
Penyuntikkan hormon PMSG 20 IU + hCG 20 IU per kg bobot tubuh dapat meningkatkan performa
reproduksi ikan patin siam (Tahapari dan Dewi, 2013) dan pada belut sawah dapat menginduksi maturasi
gonad (Putra, 2013).
PERBAIKAN MUTU TELUR

Kualitas telur yang baik dapat juga dilihat dari daya tetas telur. Penambahan vitamin C pada
pakan mempengaruhi daya tetas ikan lele. Adanya korelasi positif antara peningkatan dosis
penambahan vitamin C pada pakan dengan peningkatan daya tetas telur dan mencapai puncak
pada dosis tertentu. Azwar (1997) melaporkan bahwa suplementasi vitamin C sangat nyata
mempengaruhi daya tetas telur ikan nila dengan kecendrungan respons kuadratik, yang berarti
peningkatan pemberian vitamin C tidak selalu diikuti dengan peningkatan daya tetas
telur.Penambahan vitamin C 1200 mg/kgpakan menunjukkan hasil yang baik dalampeningkatan
daya tetas telur yaitu 83 %, dantanpa penambahan vitamin C 0 mg/kg pakanmenghasilkan daya
tetas telur 63.33 %.
Beberapa peneliti sebelumnya melaporkan hal yang sama, seperti Dabrowski
dan Bloom (1994) yang memperlihatkan bahwa telur dari ikan rainbow trout
yang menerima pakan dengan penambahan vitamin C sebesar 850 mg/kg pada
pakan menghasilkan derajat tetas telur 25.3–46.7%, sedangkan tanpa
penambahan vitamin C derajat tetas telur hanya sebesar 9.4–22%. Sementara itu
Soliman et al (1986) mencatat bahwa derajat tetas telur Oreochromis
mossambicus yang menerima pakan dengan penambahan vitamin C 1250 mg/kg
pakan mencapai 89.33%, sedangkan induk ikan yang menerima pakan tanpa
penambahan vitamin C daya tetas telurnya 54.25%.
Sedangkan perlakuan Ascorbyl phosphate magnesium (vitamin C) yang dikombinasikan dengan
estradiol-17B pada ikan lele menghasilkan daya tetas 90 % (Sinjal, 2007). Beberapa hasil penelitian
lainnya seperti Makatutu (2002) pada ikan kerapu batik, Sandnes et al (1984) pada rainbow trout,
Soliman et al (1986) pada ikan nila, dan Azwar et al (2001) pada ikan bandeng memberikan
kecendrungan yang sama dengan hasil yang didapat dalam penelitian ini.Tingginya daya tetas telur
dari induk yang menerima perlakuan 1200 mg/kg pakan (83 %) selain disebabkan tingginya
akumulasi lemak dalam telur yang berfungsi sebagai sumber energi utama, juga berkaitan erat
dengan peranan vitamin C dalam biosintesis senyawa prostaglandin yang berperan sebagai hormon
seperti yang dikemukakan oleh Goodman (1994) bahwa bahan baku senyawa prostagladin adalah
asam arakhidonat yang bersumber dari asam lemak esensial. Di sini, vitamin C berperan sebagai
antioksidan untuk menjaga agar asam lemak esensial tidak teroksidasi oleh hadirnya oksigen
sehingga akumulasi asam lemak esensial dalam telur menjadi meningkat seperti telah ditunjukkan
hasil penelitian Mokoginta et al. (2000) dengan menggunakan kristal vitamin C
yang diberikan kepada induk ikan patin. Leray et al (1985) jika telur kekurangan
prostagladin maka berlangsungnya proses pembelahan sel akan gagal dan
akibatnya akan menghasilkan derajattetasteluryangrendahsepertiyang dihasilkan
oleh induk yang menerima pakan dengan dosis vitamin C 0 mg/kg pakan dengan
daya tetas telur 63.33 %.

Anda mungkin juga menyukai