Anda di halaman 1dari 3

Teknologi Transgenik Dalam dua dekade terakhir telah dikembangkan metode yang dapat menggantikan metode selective breeding,

yaitu transfer gen atau pupolar dengan istilah transgenesis/transgenik. Transgenik adalah pengintriduksian satu gen atau lebih ke embrio suatu organisme. Selanjutnya, gen tersebut dapat ditransmisikan paa generasi berikutnya. Gen asing yang diintroduksi biasanya berkaitan dengan karakter fenotipe penting dalam budidaya ikan, sehingga dengan metode ini akan didapatkan ikan-ikan yang memiliki sifat-sifat yang lebih unggul daripada ikan normal. Ikan hasil trangenik yang pernah dilakukan adalah salmon atlantik, di mana hasil pertumbuhannya mencapai 2-6 kali lipat ikan salmon atlantik nontransgenik. Ikan nila mampu tumbuh 2-7 kali lebih besar, bahkan ikan mud loach mampu tumbuh 35 kali lebih besar daripada ikan normal. Kalau diurai lebih lanjut, ada beberapa metode transgenik yang dikenal, antara lain mikroinjeksi, electroporation, sperm delivery, particle bombardment, dan lipofection. Di antara metode-metode transgenik tersebut, yang umum digunakan adalah mikroinjeksi. Dengan metode ini, gen asing diintroduksi ke dalam embrio ikan dengan menggunakan jarum injeksi berdiameter sangat kecil (5-7 mikrometer). Satu mikrometer sama dengan seperjuta meter. Penggunaan mikroskop sangat diperlukan selama proses mikroinjeksi berlangsung. Penggunaan Mikroinjeksi Mikroinjeksi memiliki beberapa bagian penting, yaitu mikromanipulator, mikroinjektor, dan jarum mikroinjeksi. Mikromanipulator berfungsi mengatur posisi sehingga jarum mikroinjeksi dapat menembus blastodisk telur, sedangkan mikroinjektor mendorong larutan DNA yang akan dimasukkan ke bagian blastodisk. Penggunaan mikroinjeksi dalam transgenik ikan didukung oleh beberapa faktor, seperti jumlah telur yang relatif banyak, dan fertilisasi terjadi secara eksternal sehingga memudahkan introduksi gen asing pengkode target. Selain itu, dengan fertilisasi eksternal, kita dapat mengatur waktu sehingga jumlah telur yang diinjeksi bisa maksimal.

Keuntungan lainnya adalah embrio ikan dapat dipelihara dalam media air tanpa suplemen. Sebab perkembangan embrio cukup mengandalkan nutrient dari kuning telur. Embrio ikan tidak memerlukan manipulasi yang kompleks seperti pada mammalia, yang harus dilakukan kultur in vivo dan transfer embrio ke dalam rahim induk. Kelemahan Meski demikian, metode mikroinjeksi pada telur ikan juga memiliki beberapa kelemahan. Misalnya sel telur harus bias ditangani. Dengan demikian, keberhasilan teknologi transgenik sangat bergantung dari operator. Operator yang sudah lihai atau terampil bisa melakukan mikroinjeksi sebanyak 60 telur, hanya dalam satu menit saja. Salah satu elemen penting dalam menentukan keberhasilan prises transgenesis ialah adanya promoter yang merupakan bagian dari konstruksi gen. Promoter adalah sekuen DNA, di mana RNA polimerase menempel (bind) dan menginisiasi transkripsi. Promoter yang bisa digunakan harus memenuhi tiga syarat berikut. Pertama, mampu aktif tanpa memerklukan faktor pemicu (constitutive). Kedua, dapat aktif pada semua jaringan otot (ubiquitous). Ketiga, dapat aktif kapan saja (house keeping). Sedangkan promoter yang biasa digunakan adalah promoter beta-actin ikan medaka, yang telah digunakan pad ikan rainbow trout, nila, ikan mas, dan lele. Teknologi transgenik dapat menyediakan produksi rata-rata bagi designer fish untuk pangsa pasar. Misalnya permintaan percepatan penampakan luar dari ikan, tekstur dagingnya yang banyak, serta memiliki rasa, warna, dan komposisi tertentu. Calon gen lain yang memberi keuntungan pada pertumbuhan ikan (termasuk pengaturan pertumbuhan) adalah pengkodean untuk pelepasan hormon pertumbuhan (growth hormone/GH) dan insulin sebagai factor pertumbuhan. Pada metabolisme mineral, GH yang ditransfer melalui mikroinjeksi bisa meningkatkan keseimbangan positif kalsium, magnesium, dan fosfat, serta menimbulkan retensi ion Na2+, K serta Cl-.

Dengan demikian, efek utama dari GH adalah meningkatkan pertumbuhan tulang panjang dan tulang rawan. Akhirnya, ikan tumbuh lebih cepat dan lebih besar daripada ikan normal yang biasa dipelihara petani ikan. Sumber: Taufik Budhi Pramono, Staf pengajar Budidaya Perairan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto-Harian Suara Merdeka Edisi 4 Mei 2009.

Anda mungkin juga menyukai