Anda di halaman 1dari 20

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keamanan pangan telah menjadi isu utama saat ini baik di dalam maupun

di luar negeri. Dengan perkiraan jumlah populasi dunia mencapai 11 milyar pada

tahun 2050, sektor pertanian (termasuk perikanan) ditantang untuk bisa

melipatgandakan produksi pangan di tahun 2025 dan tiga kali lipat di tahun 2050,

dengan kondisi lahan dan air per kapita berkurang dan tantangan kondisi

lingkungan meningkat. Peningkatan produksi perikanan, dalam hal ini seafood,

diperlukan sekitar 7 kali lipat di tahun 2020 (Hew & Fletcher 2003).

Beberapa permasalahan perikanan terutama dalam budidaya ikan dapat

teratasi dengan bioteknologi molekuler, salah satu teknologi tersebut adalah “

dengan pengembangan“Teknologi Transgenik”. Transgenik adalah memindahkan

gen dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya, baik dari satu hewan ke

hewan lainnya atau dari satu tanaman ke tanaman lainnya. Salah contoh dari

teknologi transgenetik ini yaitu ikan Salmon transgenik.

Metode transgenik yang telah dilakukan pada bidang akuakultur antara

lain yaitu penggunaan vektor yang dinamakan replicationdefective pantropic

retroviral (salah satu elemen vektor) untuk menginfeksi sel lines ikan.

Perkembangan riset transgenik yang dilakukan sudah sampai tahapan dapat

menghasilkan generasi pertama (F-1) yang masih membutuhkan verifikasi untuk

mendapatkan keturunan-keturunan transgenik homozigot yang dapat digunakan

untuk memproduksi massal ikan transgenik heterozigot hasil perkawinan dengan

ikan normal. Ikan transgenik dapat diproduksi melalui beberapa cara, yaitu
2

penyuntikan ke germinal vesicle telur (Ozato et al., 1986) atau sitoplasma embrio

pada fase satu sel (Chourrout et al., 1986), elektroporasi pada embrio (Powers et

al., 1992) atau pada sperma (Kang et al., 1999), infeksi dengan retroviral (Lin et

al., 1994a; Gaiano et al., 1996), dan dengan partikel gun (Zelenin et al., 1991).

Meskipun semua metode tersebut telah berhasil memfasilitasi pemindahan gen

pada jenis ikan, metode penyuntikan adalah lebih umum digunakan.

Teknologi ikan transgenik bertujuan untuk meningkatkan laju

pertumbuhan ikan, mengatur kematangan gonad, diferensiasi seks dan sterilitas,

tahan terhadap penyakit, mengadaptasi ikan terhadap lingkungan baru (freeze

resistance), merubah karakteristik biokimia dari daging ikan sehingga

menciptakan rasa daging yang diinginkan, mengubah metabolisme sehingga

terjadi efisiensi pakan. Pada tulisan ini akan dikaji mengenai pengertian

transgenic pada ikan, bagaimana metode atau proses yang digunakan , serta

bagaimana keunggulan dan kelemahan dari ikan transgenetik tersebut.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penulisan paper ini adalah memberikan pengetahuan mengenai

transgenik pada ikan salmon dengam metode mikroinjeksi. Sedangkan manffat

dari paper ini yaitu memberikan pengetahuan menganai transgenik, prinip dasar

dari transgenik, proses atau tahapan tahapan transgenik pada ikan terutama ikan

salmon serta mengetahui kelebihan dan kelemahan dari ikan transgenik.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Transgenik

Transgenik terdiri dari kata trans yang berarti pindah, dan gen yang berarti

pembawa sifat. Jadi transgenik adalah memindahkan gen dari satu makhluk hidup

ke makhluk hidup lainnya, baik dari satu hewan ke hewan lainnya atau dari satu

tanaman ke tanaman lainnya, atau dari gen hewan ke tanaman dan sebaliknya

(Alimuddin, 2010).

Transgenik secara definisi adalah “ The Use of Gene Manipulation to

Permanently Modify the Cell or Germ Cells of Organism “ (Penggunaan

Manipulasi Gen untuk Mengadakan Perubahan yang tetap pada Sel Makhluk

Hidup). Transgenik atau teknologi DNA rekombinan (rDNA) merupakan

rekayasa genetik yang memungkinkan kombinasi ulang (rekombinasi) atau

penggabungan ulang gen dari sumber yang berbeda secara in vitro (Karim,2002)

2.2. Prinsip Dasar Transgenik

Teknologi transgenesis merupakan piranti yang sangat ampuh dalam

menganalisis fungsi biologi molekuler dan dalam menghasilkan trait (karakter)

penting yang komersial dalam akuakultur khususnya ikan hias (Glick &

Pasternak, 2003).

Adapun prinsip dasar teknik memproduksi ikan transgenik didasarkan

kepada beberapa tahapan yaitu: 1). Penentuan ikan spesies; menurut Ozato et al.

(1994), menyarankan penggunaan jenis ikan “model” sangat perlu untuk

kepentingan pengembangan penelitian. Ikan yang digunakan mempunyai

karakteristik ideal di antaranya; siklus hidup dan reproduksi pendek, dalam satu
4

tahun dapat memijah beberapa kali; produksi telur, dan sperma ikan banyak. 2).

Menyiapkan spesifik gen dengan spesifik produk dari gen tersebut yang

diinginkan. 3). Isolasi DNA yang mengandung gen target atau gen of interest

(GOI). 4). Isolasi plasmid DNA bakteri yang akan digunakan sebagai vector. 5).

Manipulasi sekuen DNA melalui penyelipan DNA ke dalam vektor. (a)

pemotongan DNA menggunakan enzim restriksi endonuklease. (b)

penyambungan ke vektor menggunakan DNA ligase. 6). Transformasi ke sel

mikroorganisme inang 7). Pengklonan sel-sel dan gen asing. 8). Identifikasi sel

inang yang mengandung DNA rekombinan yang diinginkan. 9). Penyimpanan gen

hasil klon dalam perpustakaan DNA. 10). Memasukkan (mentransfer)

perbanyakan gen hasil rekombinan yang telah dimurnikan tersebut ke dalam

masing-masing telur atau sperma ikan yang dipilih sebagai ikan transgenik. 11).

Pembuahan buatan dengan menggabungkan telur dan sperma tersebut pada wadah

tertentu dalam media air.

Secara umum prinsip dasar transfer gen digambarkan dalam diagram pada

Gambar1.

Gambar1. Roadmap Secara Umum Dasar – Dasar Transfer Gen


5

2.3. Teknik Transfer Gen

Pembentukkan ikan transgenik melalui transfer “ DNA contruct ” dapat

dilakukan dengan beberapa metode (Tsai, 2008), diantaranya adalah :

2.3.1. Microinjection (Mikroinjeksi)

Mikroinjeksi adalah metode yang paling banyak digunakan karena

mempunyai keberhasilan yang lebih tinggi diband ingkan dengan metode yang

lain. Pertama kali, metode mikroinjeksi dilakuan oleh Gurd on (1963) pada telur

amphibia dengan menginjeksikan sitoplasma ke dalam zygot katak, namun

hasilnya tidak berpengaruh pada perkembangan embrio selanjutnya. Pada ikan

juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya telah dilakukan

oleh Chourrout et al (1986) pada ikan Rainbow Trout (Salmo gairdneri), dan

Ozato et al (1986) pada ikan Medika (Oryzias latpes).

2.3.2. Retroviral Infection (Infecksi pada Virus),

Pada metode ini, virus ditumpangi oleh gen yang dikehendaki dan

diintroduksikan kedalam embrio hewan. Virus mempunyai ukuran yang sangat

kecil dan mampu menembus inti sel dan virus m empunyai genom yang terdiri

dari RNA yang mempunyai kemampuan untuk mentraskripsikan DNA. Bila satu

sel diinfeksi dengan retrovirus maka akan menghasilkan DNA virus, setelah DNA

ditranskripsikan akan berintegrasi dan menjadi bagian dari genome induk. Un

species ikan telah dilakukan diantaranya oleh Lin et al (1994) dan Gaiano et

al (1996) pada ikan Zebrafish (Brachydanio rerio).

2.3.3. Sperm-mediated Gene Transfer

Spermatozoa merupakan sarana seluler yang spesifik dirancang untuk

mentransfer DNA asing kedalam oosit, sperma terlibat langsung dalam proses
6

fertilisasi. Matriks DNA diikat pada daerah postacrosomal oleh komponen protein

spesifik dan akan bergabung dengan genome induk setelah terjadi

fertilisasi. Pengikatan gen oleh sperma secara optimal bila sperma dalam keadaan

motil dan konsentrasi DNA cukup t inggi. Metode ini juga telah dicobakan oleh

Muller et al (1992) dalam Tsai (2008).

2.3.4. Particle Bombardment (Partikel Gun atau Bi olistik)

Metode ini banyak digunakan pada tanaman dengan cara DNA diikat

pada suatu mikropartikel. Transfer gen dengan metode ini mempunyai banyak

keuntungan yaitu mudah ditangani dengan satu kali tembakan akan menghasilkan

beberapa sasaran, partikel dapat mencapai sasaran yang lebih dalam dan dapat

digunakan pada berbagai macam jaringan (Potrykus, 1996). Pada ikan telah

dicobakan oleh Kolenikov et al (1990).

2.3.5. Electroporation (Elektroporasi)

Pada metode ini gamet atau embrio ditempatkan pada suatu cuvet yang

mana membran selnya permiabel terhadap molekul DNA bila mendapatkan aliran

(pulsa) listrik pendek (beberapa saat). Ketika aliran listrik dihilangkan dan

membran selnya kembali seperti semula, beberapa fragment DNA asing akan

tinggal dalam gamet atau embrio. Metode ini mudah dan cepat dan

memungkinkan untuk melakukannya pada ratusan oosit ikan atau telur ikan yang

telah difertilisasi dalam satu kali kejutan (Inoue et al, 1990).

2.4. Transgenetik pada Ikan Salmon (Oncorhynchus nerka)

Para ilmuwan menduplikat DNA yang membawa informasi genetika

hormon pertumbuhan.Gen tersebut disisipkan kedalam suatu bagian melingkar

DNA yang disebut plasmid yang dapat direproduksi didalam bakteria.Kemudian,


7

plasmid tersebut masuk kedalam bakteria. Saat bakteria tersebut tumbuh di

laboratorium, mereka memproduksi miliaran kopi plasmid yang membawa gen

hormon pertumbuhan.

Gen pengontrol hormon pertumbuhan (growth hormone) merupakan gen

target yang paling banyak digunakan dalam transgenik ikan. Introduksi gen

hormon pertumbuhan (GH) pada ikan telah berhasil diaplikasikan dalam rangka

peningkatan kecepatan pertumbuhan (Parenrengi dkk., 2009).

Gen hormon pertumbuhan disisipkan kedalam telur ikan, kemudian gen

tersebut akan ada di setiap sel dalam tubuh ikan salmon tersebut.Telur-telur

tersebut dibiarkan menetas, menghasilkan sekelompok ikan yang sebagian

berubah secara genetika dan yang lainnya tidak. Ikan dengan gen yang terintegrasi

dengan benar digunakan untuk menciptakan stok pembiakan jenis baru, yang

tumbuh lebih cepat.

Hampir 10 tahun ikan transgenik tersimpan dalam tangki penelitian

Departemen Perikanan dan Kelautan Kanada di Vancouver Barat. Ribuan salmon

transgenik berenang lamban dan terus mengunyah karena diberi makan 20 kali

sehari. Ikan salmon dirancang tumbuh delapan kali lebih cepat dan berat 37 kali

lebih besar dari ukuran normal, seperti dikutip Berita Bumi (Oktober 1999).

Peneliti menemukan kunci genetis untuk memacu pertumbuhan 11 spesies

ikan bernilai komersial, juga udang. Terciptanya ikan super tanpa sengaja yakni

dengan adanya gen yang memungkinkan flounder mampu hidup di air beku. Gen

itu digabungkan dengan gen pemicu pertumbuhan dengan harapan salmon dapat

tumbuh sampai 20 – 30% lebih besar. Kedua gen disuntikkan ke embrio salmon

sehingga terus memproduksi hormon pertumbuhan. Hasilnya, salmon tumbuh 400


8

– 600% lebih cepat dalam 14 bulan pertama, dan dapat dipasarkan setahun lebih

cepat dari salmon biasa (Rudiyanto,2011).

2.5. Kelebihan dan Kekurangan Ikan Transgenik

2.4.1. Kelebihan Ikan Transgenik


Hasil penelitian transgenik pada ikan telah memberikan dampak yang

positif pada pertumbuhan ikan dan terbukti bahwa gen luar yang ditranfer telah

mampu berintregrasi dengan genomnya, hal ini dapat dilihat dari hasil

pertumbuhan keturunannya yang cukup meyakinkan yaitu sekitar 4-6 kali lipat

pada ikan salmon. Adapun FCR (food conversi ratio) atau perbandingan antara

pakan yang diberikan dengan daging yang dibentuk pada ikan transgenik

mencapai 0,76 sedangkan nontransgenik sebesar 1,02, ini berarti bahwa ikan

transgenik untuk menghasilkan satu kilogram daging hanya memerlukan pakan

sebanyak 0,76 kg, sedangkan pada ikan biasa untuk menghasilkan daging satu

kilogram memerlukan 1,02 kg pakan, dengan demikian menunjukkan bahwa

didalam pemanfaatan pakan ikan trangenik lebih efisien dibandingkan dengan

ikan nontransgenik (Alimuddin, 2010).

2.4.2. Kekurangan Ikan Transgenik

Ikan transgenik lebih agresif dan memakan lebih banyak makanan.

Mereka juga tidak berenang sebaik ikan liar, sehingga mereka dapat dapat

berkumpul di suatu area dan memonopoli persediaan makanan dan sumber daya

lain. Hal ini dapat mempunyai efek menghancurkan lingkungan alami, khususnya

karena sebagian besar ikan yang direkayasa saat ini – misalnya salmon, trout, carp

dan tilapia – adalah pemangsa/ predator. Pengalaman lalu telah menunjukkan

bahwa memperkenalkan spesies-spesies predator besar kedalam lingkungan baru

dapat menyebabkan bencana ekologi (Alimuddin, 2010).


9

III. METODE

3.1. Metode Mikroinjeksi

Teknologi transgenik dengan mikroinjeksi pada ikan dilakukan melalui

mikrophile yang terdapat pada chorion telur (oosit) Menurut Sumantadinata

(2008), mpetode ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

3.1.1. Persiapan Gen

Pertama-tama dipersiapkan gen yang akan ditranfer. Persiapan ini dimulai

dari isolasi DNA, yang dapat diisolasi dari darah, daging, sirip ataupun sisik.

Misalnya dari sisik dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :

a. Isolasi dan Purifikasi DNA

Sampel dari jaringan ikan ditimbang sebanyak 25-50 mg lalu dicacah

menggunakan skapel, kemudian dimasukkan ke dalam tabung evendorf ukuran 2

ml. Kemudian 200 µl Tissue Lysis Buffer dan 40 µl Proteinase K ditambahkan ke

dalam tabung yang berisi sampel jaringan, kemudian dicampur dengan segera dan

diinkubasi pada suhu 55 oC selama 1 jam (atau sampai jaringan hancur dengan

sempurna). Sebanyak 200 µl Binding Buffer ditambahkan lagi ke dalam tabung

lalu dihomogenkan dengan segera, kemudian diinkubasi selama 10

menit pada suhu 70 oC. Selanjutnya sebanyak 100 µl Isopropanol ditambahkan ke

dalam tabung, kemudian dihomogenkan.Kemudian sampel dipindahkan ke dalam

high filter tube yang telah dipasangkan dengan collection tube. Sampel

disentrifuge selama 1 menit dengan kecepatan 9200 rpm. Setelah itu dibuang

collection tube, ditambahkan 500 µl Inhibitor Removal Buffer, kemudian

disentrifuge selama 1 menit pada kecepatan 9200 rpm. Setelah itu dibuang
10

collection tube, ditambahkan 500 µl Wash Buffer, kemudian disentrifuge selama

1 menit pada kecepatan 9200 rpm. Membuang supernatan dari collection tube,

kemudian disentrifuge selama 10 detik dengan kecepatan 14.000 rpm. Membuang

collection tube, memasangkan tabung evendorf baru pada high filter tube.

Sebanyak 200 µl Elution Buffer (yang telah diinkubasi hingga suhu 70 oC)

ditambahkan ke dalam high filter tube, kemudian disentrifuge selama 1 menit

dengan kecepatan 9200 rpm. Membuang high filter tube, menambahkan 140 µl

Isopropanol, kemudian disentrifuge selama 30 menit dengan kecepatan 14.000

rpm. Membuang supernatan, menambahkan 66,7 µl Et-OH (Alkoho l 70%)

dingin, kemudian disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 14.000 rpm.

Membuang supernatan (pelet tidak boleh ikut terbuang), kemudian diangin-

anginkan hingga pelet mengering (kurang lebih selama 12 jam). Sebanyak 20 µl

TE ditambahkan ke dalam tabung, dan DNA to tal siap diproses lebih lanjut.

b. Isolasi Promotor (Restriksi DNA).

Mencari sekuen promoter region gen pengkode, tergantung pada jenis gen

yang akan ditranfer, misal gen GH ikan jenis lain yang telah dilaporkan

sebelumnya pada gene bank (Nasional Center for Biotechnology Information-

NCBI). Mencari dan menentukan enzim restriksi yang sesuai untuk

memotong promoter regiongen pengkode, misalnya untuk GH adalah BamHl,

Ball , Sfil, Sbal, dan EcoRl.

Hasil dari pemotongan dengan enzim restriksi kemudian dielektroforesis

dan dibandingkan berat molekulnya dengan DNA marker. Pita (band) yang sesuai

dengan DNA marker untuk promotor gen pengkode dipisahkan dengan cara

memotong gel yang berisi band tersebut kemudian diisolasi dari gel dengan
11

menggunakan DNA elution kit. Diperoleh suspect DNA promotor gen pengkode,

misalnya promo tor gen pengkode GH.

3.1.2. Koleksi Telur, Sperma & Fertilisasi

Koleksi telur dan sperma dapat dilakukan melalui pemijahan buatan

(induced breeding) dengan menggunakan hormon. Jenis hormon yang dapat

digunakan diantaranya adalah GnRHa, LHRHa, Ovaprim (GnRHa ikan Salmon +

dopamin), Ovopel (GnRHa mamalia + dopamin).

Motilitas sperma ini viabilitas telur dapat dipertahankan apabila disimpan

dalam larutan Ringer pada suhu 4 oC, dan biasanya selama 2 (dua) jam dari waktu

fertilisasi. Setelah telur dan sperma dikumpulkan atau dikoleksi, maka dilakukan

fertilisasi, yaitu dengan menyatukan sperma dan ovum (telur) dalam suatu wadah

dan kemudian diaduk dengan bulu ayam selama kira-kira satu menit. Setelah itu

telur siap untuk dilakukan transfer gen secara mikroinjeksi.Bentuk struktur telur

ikan salmon yang telah dibuahi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Telur Ikan Salmon yang Telah Dibuahi


Sumber: https://www.google.com

3.1.3. Injeksi Gen ke dalam Telur

Mikroinjeksi gen pada telur dapat dilakukan secara manual ataupun

dengan mengg unakan mesin yang diseput dengan “ Gen Pusher “. Dalam
12

transgenik mikroinjeksi, penginjeksian gen dapat dilakukan pada dua tempat,

yaitu :

1. Pada pronukleus, apakah pronukleus jantan atau betina. Metode Mikroinjeksi

Gen pada Pronukleus Telur (Zygot) dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Metode Mikroinjeksi Gen pada Pronukleus Telur Ikan


(Pinkert, 1994)

2. Pada zygot, yaitu pada blastodisnya. Mitode Mikroinjeksi Gen pada Telur

(Zygot) Ikan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Metode Mikroinjeksi Gen pada Telur (Zygot) Ikan


(Grabher dan Wittbrodt, 2007)

Pada ikan injeksi atau trans gen dilakukan pada mikropil, sebagai contoh

diameter lubang mikropil telur ikan salmon 17 ųm, dalamnya 4 ųm, dan diameter

mikropil canalnya 1,2 ųm (Riehl, 1980 dalam Hew dan Fletcher ( 2003).
13

3.1.4. Pemeriksaan/Pengujian

Sebelum ikan transgenik tersebut dirilis, terlebih dahulu dilakukan

pengujian atau pemeriksaan baik secara genetik maupun fenotip. Pemeriksaan ada

tidaknya transgen yang terintegrasi di dalam genom dianalisis dengan southern

blot. Untuk ekspresi transgen diperiksa dengan metoda northern blot. Ikan

transgenik yang berkembang dari zigot tersebut dikenal sebagai ”Founders” dan

bersifat hemizygote. Untuk perbanyakan ikan transgenik, founders fish ini

kemudian dikawinkan dengan ikan non transgenik. Untuk mendapatkan ikan

transgenik yang homozygote, ikan transgenik hemizygote dikawinkan antar

sesamanya.

Ikan transgenik yang homozygote ini kemudian dipelajari fenotifnya

dengan mengamati pertumbuhan, konversi pakan dan bentuk-bentuk

morfologinya (ada tidaknya kelainan pada organ).


14

IV. PENUTUP

4.1.Kesimpulan

Transgenik atau teknologi DNA rekombinan (rDNA) merupakan rekayasa

genetik yang memungkinkan kombinasi ulang (rekombinasi) atau penggabungan

ulang gen dari sumber yang berbeda secara in vitro. Metode transgenik terdiri

dari: Microinjection, retroviral Infection, Sperm-mediated Gene Tranfer, Particle

Bombardment dan Electroporation, namun yang paling sering digunakan adalah

metode mikroinjection dan elektroporation. Gen hormon pertumbuhan disisipkan

kedalam telur ikan, salmon tersebut. ikan salmon dirancang tumbuh delapan kali

lebih cepat dan berat 37 kali lebih besar dari ukuran normal. metode transgenik

microinjention terdiri dari persiapan gen (isolasi dan purifikasi serta restriksi dna),

koleksi telur, sperma dan fertilisasi, injeksi gen ke dalam telur, dan

pemeriksaan/pengujian ekspresi ikan trangenik. Kelebihan ikan transgenik adalah

pertumbuhan yang cepat, pakan yang dibutuhkan sedikit, tahan terhadap penyakit

pada lingkungan yang cukup ekstrim. Kelemahan ikan transgenik adalah apabila

ikan samon transgenik ini di lepaskan ke habitat perairan alami, maka dapat

menyebabkan ketidakseimbangan ekologi.


15

DAFTAR PUSTAKA

Alimuddin. 2010. Transgenik Mikroinjeksi Pada Ikan. Jurnal Akuakultur


Indonesia, 7(2): 115–127.

Chourrout, D., R. Guyinard and L. M. Houdebine. 1986. High efficiency gene


transfer in rainbow trout (Salmo gairdneri) by microinject ion into egg
cytoplasm. Aquaculture, 51: 43- 50.
Hew, C.L., and G.L. Fletcher. 2003. Transgenic Fish. World Scientific,
Singapore-New Jersey-London-Hongkong.

Kang, J.H., Yoshizaki, G., Homma, O., Strunsmann, C.A., and Takashima, F.
1999. Effect of an osmotic differentiation on the efficiency of gene transfer
by electroporation of fish spermatozoa. Aquaculture, 173:297- 307.

Karim, Y.M. 2002. Upaya Peningkatan Produksi Akuakultur melalui Aplikasi


Teknologi Transgenik. Makalah Falsafah Sains. Institut Pertanian Bogor.

Kolenikov,V.A., A. A. Alimov, V. A.Barmint A. 1990. High velocity mechanical


injection of foreign DNA into fish eggs. Genetika, 26 (2) : 22~26.

Lin, S., Gaiano, N., Culp, P., Burns, J.C., Friedmann, T., Yee, J.K..1994.
Integration and germ-line transmission of a pseudotyped retroviral vector
in zebrafish. Science, 265:666-668.

Ozato, K., H. Kondoh, H. Inohara, and Y. Wakamatsu . 1986. Production of


transgenic fish: introduction and expression of chicken δ-crystallin gene in
medaka embryos. Cell differ., 19: 237~244.

Rudiyanto, 2011. Rekayasa Genetika (Transgenik). Jurnal Ristek April 2011, Vol.
4 No. 1

Sumantadinata, Komar. 2008. Transgenetik Ikan Salmon dengan Metode


Mikroinjeksi. Jurnal Ristek Juli 2008, Vol. 1, No. 5.

Tsai, H.J. 2008. Use of Transgenic Fish Possessing Special Genes as Model
Organisms and Potential Applications. Journal of Genetics and Moleculer
Biology, 19 (1) : 22~38.

Zelenin, A.V., Alimov, A.A., Barmintzev, V.A. 1991. The delivery of foreign
gene into fertilized fish eggs using high-velocity microprojectiles. FEBS
Letters, 287:118-12
16
17

PAPER GENETIKA DAN PEMULIAAN IKAN

TRANSGENIK IKAN SALMON


DENGAN METODE MIKROINJEKSI

OLEH :

SANNADA HAFIZHA
1504116627
BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
18

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat, ridha dan rahmat-Nyalah saya dapat menyelesaikan paper Genetika dan

Pemuliaan Ikan yang berjudul “Transgenik Ikan Salmon dengan Metode

Mikroinjeksi” dengan tepat waktu sesuai waktu yang telah ditentukan.

Pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Netti

Aryani, MS yang telah memberikan petunjuk dan saran demi terlaksananya

pembuatan paper ini .

Saya menyadari paper ini terdapat kekurangan dan masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat saya

harapkan demi kesempurnaan dan perbaikan paper saya kedepannya.

Pekanbaru, Desember 2018

Sannada Hafizha
19

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Road Map Secara Umum Dasar – Dasar Genetika .............................. 4
2. Struktur Telur Ikan Salmon yan Telah Dibuahi ................................... 11
3. Metode Mikroinjeksi Gen pada Pronukleus Telur Ikan ...................... 12
4. Metode Mikroinjeksi Gen pada Telur (Zygot) Ikan ............................ 12
20

DAFTAR ISI

Isi Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... iii

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat .................................................................. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Pengertian Transgenik .............................................................. 3
2.2. Prinsip Dasar Transgenik.......................................................... 3
2.3. Teknik Transfer Gen ................................................................. 5
2.3.1. Microinjection ................................................................. 5
2.3.2. Retroviral Infection ......................................................... 5
2.3.3. Sperm-mediated Gene Transfer ...................................... 5
2.3.4. Particle Bombardment .................................................... 6
2.3.5. Electroporation ............................................................... 6
2.4. Transgenik Pada Ikan Salmon ................................................. 6
2.5. Kelebihan dan Kekurangan Ikan Transgenik ........................... 8
2.5.1. Kelebihn Ikan Transgenik ............................................... 8
2.5.2. Kekurangan Ikan Transgenik ......................................... 8

III. METODE
3.1. Metode Mikroinjeksi ................................................................ 9
3.1.1. Persiapan Gen.................................................................. 9
3.1.2. Koleksi Telur, Sperma dan Fertilisasi ............................. 11
3.1.3. Injeksi Gen ke dalam Telur ............................................. 11
3.1.4. Pemeriksaan/ Pengujian .................................................. 13

IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan ............................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai