Oleh :
AKHMAD RIDANI
G1A113003
Oleh :
AKHMAD RIDANI
G1A113003
NIM : G1A113003
Disetujui oleh :
TIM PEMBIMBING
Mengetahui :
i
JUDUL : PENGARUH PENAMBAHAN PERSENTASE
BAWANG PUTIH (Allium sativum) TERHADAP
KUALITAS IKAN SEPAT SIAM (Trichogaster
pectoralis) KERING
NIM : G1A113003
Disetujui oleh :
PENGUJI
Mengetahui :
Tanggal Yudisium :
ii
iii
RINGKASAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian
skripsi dengan judul “Pengaruh Penambahan Persentase Bawang Putih
(Allium sativum) terhadap Kualitas Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
Kering”. Penelitian skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi strata satu (S1) di Program Studi Teknologi Hasil Perikanan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat.
Penyelesaian laporan skripsi ini tidak lepas dari masukan, bimbingan, dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Hj Agustiana, MP selaku ketua pembimbing serta ibu Hafni Rahmawati,
S.Pi, M.Sc selaku anggota pembimbing atas segala saran, masukan, serta
bimbingan yang telah diberikan selama proses penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu Findya Puspitasari, S.Pi, M.Si, Ph.D selaku penguji tamu yang telah
berkenan meluangkan waktu serta banyak memberikan masukan dan saran
untuk perbaikan skripsi ini.
3. Ibu Ir. Hj. Nooryantini Soetikno, MP sebagai dosen pembimbing akademik atas
segala saran dan bimbingan selama menjadi mahasiswi di Fakultas Perikanan
dan Kelautan.
4. Seluruh Dosen beserta staf Program Studi Teknologi Hasil Perikanan yang
telah sabar dalam membimbing penulis dan membimbing selama kerja di
Laboratorium ataupun selama masa perkuliahan hingga penyelesaian skripsi
ini.
5. Bapak Anang Kursani, Ibu Sri Wardani, Deddy Kurniawan sebagai keluarga
yang selalu memberikan dukungan dari awal perkuliahan sampai pada
penyelesaian skripsi ini.
6. Teman-teman angkatan 2013 yang selalu memberikan support dan bantuan
selama proses penyelesaian skripsi ini ataupun selama masa perkuliahan.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
vi
4.1.1.1. Uji Fisik (Rendemen) .............................................. 20
4.1.1.2 . Uji Kimia ................................................................ 20
4.1.1.3. Uji Organoleptik ...................................................... 25
4.2. Pembahasan ........................................................................... 31
4.2.1. Karakteristik Ikan Sepat Siam ..................................... 31
4.2.1.1. Uji Fisik (Rendemen) .............................................. 31
4.2.1.2 Uji Kimia .................................................................. 32
4.2.1.3 Uji Organoleptik ........................................................ 37
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 43
5.1. Kesimpulan ............................................................................ 43
5.2. Saran ...................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
viii
4.15. Hasil Uji Organoleptik Spesifikasi Tekstur Ikan Sepat Siam
Kering dengan Penambahan Bawang Putih ..................................... 30
4.16. Hasil Uji Tanda Terhadap Nilai Organoleptik Spesifikasi Tekstur
Ikan Sepat Siam Kering dengan Penambahan Bawang Putih ......... 31
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
xi
1
BAB 1. PENDAHULUAN
Salah satu jenis perairan yang cukup luas dan sangat potensial untuk
dilakukan upaya konservasinya yaitu perairan rawa yang luasnya dapat mencapai
994.435 ha. Luasnya perairan rawa tersebut sangat memungkinkan bagi berbagai
jenis biota yang hidup di dalamnya untuk hidup dan berkembang biak dengan baik
terutama ikan rawa (Anonim 2002).
Lahan rawa merupakan lahan basah, atau “wetland”, yang menurut
definisi Ramsar Convention mencakup wilayah “marsh”, “fen”, lahan gambut
(peatland), atau air baik terbentuk secara alami atau buatan, dengan air yang tidak
bergerak (static) atau mengalir, baik air tawar, payau, maupun air asin, termasuk
juga wilayah laut yang kedalaman airnya pada saat keadaan surut terendah tidak
melebihi enam meter (Wibowo dan Suyatno, 1997).
Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) adalah sejenis ikan air tawar anggota
suku gurami (Osphronemidae). Di Jawa Timur ikan ini juga dikenal dengan nama
sliper. Dalam bahasa Inggris disebut Siamese gourami (Siam adalah nama lama
Thailand) atau snake-skin gouramy, merujuk pada pola warna belang-belang di
sisi tubuhnya.
Sepat siam merupakan ikan konsumsi yang bernilai ekonomis dan sebagai
sumber protein. Ikan sepat siam bernilai gizi tinggi selain rasa yang khas sehingga
banyak digemari konsumen. Ikan sepat siam merupakan salah satu ikan lokal
potensial di Kalimantan Selatan. Produksi ikan sepat siam seluruhnya hanya
tergantung hasil tangkapan alam dan pengolahan ikan sepat siam hanya
pengolahan ikan kering. Perlu nya pengembangan dalam bidang pengolahan ikan
sepat siam agar menjadi nilai ekonomis.
Daerah penyebaran ikan sepat siam terdapat di beberapa daerah di
Sumatera Selatan. Banyaknya hasil tangkapan ikan sepat siam baik pada musim
kemarau maupun musim hujan menjadikan faktor untuk melakukan pengolahan
ikan sepat siam dalam bentuk ikan asin. Hal ini juga dilakukan untuk
mengantisipasi kerusakan atau kemunduran mutu ikan sepat yang tidak habis
dijual dipasaran.
1
2
2
3
Bahan lainnya yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau amis adalah
bawang putih. Bawang putih (Allium sativum) telah lama digunakan sebagai salah
satu bumbu masakan oleh masyarakat Indonesia maupun masyarakat lain di
berbagai belahan dunia karena aromanya yang khas. Menurut Putro, dkk (2008),
pemanfaatan bawang putih umumnya hanya terbatas pada pembuatan bubuk,
larutan dan digunakan dalam bentuk segar. Penggunaan bawang putih tidak hanya
sebagai bahan penyedap rasa, tetapi digunakan juga sebagai salah satu bahan yang
dapat memberikan efek kesehatan seperti menghambat pertumbuhan bakteri
patogen (Saparinto, 2006).
1.3.1. Tujuan
3
4
1.3.2. Kegunaan
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai diversifikasi olahan produk hasil perikanan terutama ikan sepat siam.
2. Menambahkan kandungan gizi serta cita rasa pada produk ikan sepat siam
kering.
3. Sebagai tambahan informasi manfaat bawang putih terhadap produk olahan
ikan sepat siam kering.
4
5
Sepat siam (Trichogaster pectoralis) adalah sejenis ikan air tawar anggota
suku gurami (Osphronemidae). Di Jawa Timur juga dikenal dengan nama sliper.
Dalam bahasa Inggris disebut Siamese gourami (Siam adalah nama lama
Thailand). Menurut Saanin, 1968 klasifikasi Ikan Sepat Siam, (Trichogaster
pectoralis) adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciform
Family : Osphronemidae
Genus : Trichogaster
Spesies : Trichogaster pectoralis
Sepat siam merupakan ikan konsumsi yang penting, terutama sebagai
sumber protein di daerah pedesaan. Selain dijual dalam keadaan segar dipasar,
sepat siam kerap diawetkan dalam bentuk ikan asin dan diperdagangkan antar
pulau di Indonesia.
Sirip-sirip punggung (dorsal), ekor, sirip dada dan sirip dubur berwarna
gelap. Sepasang jari-jari terdepan pada sirip perut berubah menjadi alat peraba
yang menyerupai cambuk atau pecut, yang memanjang hingga ke ekornya,
dilengkapi oleh sepasang duri dan 2-3 jumbai pendek. Rumus sirip punggungnya:
VII (jari-jari keras atau duri) dan 10–11 (jari-jari lunak); dan sirip anal IX-XI, 36–
38.
5
6
Tidak seperti jenis sepat yang lain, sepat siam kurang populer sebagai ikan
akuarium. Namun terdapat beberapa varian yang berwarna merah (putih, kuning
atau merah) yang diperdagangkan sebagai ikan hias. Di Thailand, Sepat Siam
merupakan salah satu dari lima ikan air tawar terpenting yang dibudidayakan
untuk konsumsi maupun untuk akuarium.
Penyebaran asli ikan ini adalah di wilayah Asia Tenggara, terutama di
lembah Sungai Mekong di Laos, Thailand, Kamboja dan Vietnam juga dari
lembah Sungai Chao Phraya. Ikan ini diintroduksi ke Filipina, Malaysia,
Indonesia, Singapura, Papua Nugini, Sri Lanka, dan Kaledonia Baru.
Penelitian ikan sepat siam kering sudah dilakukan oleh Riansyah (2013)
tentang pengaruh perbedaan suhu dan waktu pengeringan terhadap karakteristik
ikan sepat siam (trichogaster pectoralis) dengan menggunakan oven pada uji
kimia berpengaruh nyata terhadap kadar air, abu, protein dan karbohidrat, namun
tidak berpengaruh nyata terhadap kadar lemak ikan asin sepat siam. Sedangkan
perbedaan waktu pengovenan berpengaruh nyata terhadap kadar air, abu, protein,
lemak dan karbohidrat.
6
7
7
8
8
9
2.3. Garam
Garam adalah salah satu bahan pengawet yang umum digunakan dalam
pengolahan tradisional di Indonesia, karena sifatnya yang dapat menarik air dari
bahan pangan dan dapat menambah cita rasa (Hudaya dan Daradjat, 1983).
Menurut Hadiwiyoto (2009) garam dapur (NaCl) adalah paling umum dan
banyak digunakan untuk mengawetkan hasil perikanan daripada jenis-jenis bahan
pengawet lainnya. Garam dapur diketahui merupakan bahan pengawet yang
paling tua digunakan sepanjang sejarah. Garam dapur mempunyai daya pengawet
tinggi karena beberapa hal yaitu :
1. Garam dapur dapat menyebabkan berkurangnya jumlah air dalam daging
sehingga kadar air dan aktifitas air akan rendah.
2. Garam dapur dapat menyebabkan protein daging dan protein mikrobia
terdenaturasi.
3. Garam dapur dapat menyebabkan sel-sel mikrobia menjadi lisis karena
perubahan tekanan osmosa.
Pada pengolahan ikan asin, pemindangan atau pemedaan, penggunaan
garam dapur menjadi sangat penting. Kadar garam yang digunakan berkisar 3-
40% tergantung metode yang digunakan. Pada penggaraman basah, yaitu dengan
menggunakan larutan, cukup dengan menggunakan kadar garam 10-15%
sedangkan pada penggaraman kering digunakan jumlah garam yang lebih banyak.
Garam berfungsi untuk memberikan rasa yang khas pada produk olahan.
Selain itu garam juga merupakan penghambat selektif bagi mikroorganisme
tertentu dan mempengaruhi aktifitas air pada suatu bahan sehingga akan
mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme (Buckle et al, 1987)
Garam merupakan bahan pembantu yang sengaja ditambahkan dengan
tujuan untuk meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita rasa, mengendalikan
keasaman dan kebasaan serta untuk memantapkan bentuk dan rupa. Kriteria
tersebut sering disebut dengan kualitas (Winarno, 1984).
Penelitian garam sudah dilakukan oleh emma (2005) tentang pengaruh
fermentasi garam terhadap karakteristik jambal roti. Pengamatan dilakukan
terhadap karakteristik jambal roti yang diolah menurut kombinasi perlakuan
konsentrasi garam 25 %, 30 %, 35 % dengan lama fermentasi garam 24, 36, 48,
60, dan 72 jam. Karakteristik produk diuji secara organoleptik dengan skala
9
10
hedonik. Hasil percobaan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata dari
konsentrasi garam dan lama fermentasi terhadap karakteristik organoleptik jambal
roti. Karakteristik terbaik jambal roti diperoleh dengan fermentasi pada
konsentrasi garam 30% selama 24 jam.
2.4. Pengeringan
10
11
dan kenampakan) yaitu ikan asin sepat dengan penggaraman 5% dan pengeringan
dengan oven 60oC.
Pembuatan ikan asin kering merupakan yang paling sederhana. Ikan asin
kering merupakan produk ikan yang cukup mudah dalam pembuatannya. Jeroan
dan sisik ikan dibuang, kemudian dijemur atau dikeringkan dengan alat pengering.
Menurut Alim (2004), proses pengeringan ikan dapat dilakukan dengan
penjemuran di bawah sinar matahari atau dengan oven. Pengeringan dengan
menggunakan oven memiliki keuntungan yaitu suhu dan waktu pemanasan dapat
diatur. Dengan oven buatan sendiri, ikan asin dapat diproduksi dengan kapasitas
yang lebih banyak. Pengeringan menggunakan panas matahari selain biaya murah,
juga mempunyai daya tampung yang besar. Akan tetapi cara ini sangat tergantung
pada cuaca dan suhu pengeringan tidak dapat diatur.
11
12
12
13
Bahan yang digunakan dalam pembuatan ikan sepat siam kering adalah
ikan sepat siam, bawang putih dan garam. Bahan pengujian kimia (kadar air, abu,
protein dan lemak) adalah larutan asam borat 2%, asam sulfat (H2SO4) pekat,
akuades, NaOH, indikator phenolphtalein, selenium aktif, Na2S2O3.
3.3. Prosedur Penelitian
Penirisan
Penjemuran
(matahari ± 3 hari)
3.5 Hipotesis
Analisis data yang digunakan untuk menganalisis hasil uji kimia (kadar
air, protein, abu dan lemak) produk ikan sepat siam kering dengan penambahan
bawang putih yaitu Analisis of Variance (ANOVA) atau Analisis Sidik Ragam.
14
15
Y ij =μ + τij + εij
Keterangan:
- Yij adalah nilai pengamatan untuk perlakuan ke i pada ulangan ke j
- μ adalah rataan umum
- τij adalah pengaruh perlakuan ke i pada ulangan ke j
- εij adalah pengaruh acak pada perlakuan ke i pada ulangan ke j.
15
16
x′ = √
Keterangan:
x′ = Data transformasi
x = Data sebelum ditransformasi
n (∑ Xi)2– ∑X
Si2O =
n (n – 1)
n (∑ Xi)2– ∑X
Si2A =
n (n – 1)
n (∑ Xi)2– ∑X
Si2B =
n (n – 1)
n (∑ Xi)2– ∑X
Si2C =
n (n – 1)
t Log rerata Si2total = t x Log (∑Si2/t)
Log Si2total = Log Si2O + Log Si2A + Log Si2B + Log Si2C
16
17
Keterangan:
DB = Derajat Bebas
JK = Jumlah Kuadrat
KT = Kuadrat Tengan
t = Perlakuan
n = Ulangan
1
FK (Faktor Koreksi) = (∑xij)
t.n
JKK
KTP =
(t-1)
JKP
KTK =
t(n-1)
KTP
Fhitung=
KTK
17
18
KK = x 100%
Y
Keterangan:
KK = Koefisien Keragaman
KTK = Kuadrat Tengah Kesalahan
Y = Rerata Grand Total
Duncan = R(dbk,p) x √
18
19
BNT = t tabel x √
BNJ = Q (q ; DBK) x √
Keterangan:
X2 = Uji Tanda
n1 = Banyaknya beda bertanda positif
n2 = Banyak beda bertanda negatif
19
20
4.1. Hasil
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan sepat siam
yang didapat dari pasar Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Kemudian dilakukan
pengolahan lebih lanjut dengan penambahan bawang putih pada ikan sepat siam
dan dikeringkan. Selanjutnya, dilakukan pengujian fisik berupa rendemen kimia,
berupa kadar air, abu, protein dan lemak, serta organoleptik.
Analisis ikan sepat siam kering meliputi uji fisik yaitu rendemen, kimia
ikan sepat siam kering meliputi analisis kadar air, kadar abu, protein dan lemak.
Penelitian ini menggunakan bahan baku berupa ikan sepat siam segar yang
dibagi menjadi 4 perlakuan. Pada masing-masing perlakuan memiliki berat
sebagai berikut : O (2,179 gram), A (1,951 gram), B (2,529 gram) dan C (2,259
gram).
Ikan sepat siam kemudian diolah menjadi ikan kering. Ikan yang sudah
kering selanjutnya dilakukan pengujian fisik berupa rendemen yang dihasilkan
pada masing-masing perlakuan yaitu perlakuan O = 23,86%, perlakuan A =
25,37%, perlakuan B = 23,37% dan perlakuan C = 23,90% berdasarkan berat
bersih ikan sepat siam. Lebih jelas pada Lampiran 3.
Parameter kimia yang diuji pada ikan sepat siam kering meliputi kadar air,
abu, protein dan lemak.
4.1.2 Karakteristik Ikan Sepat Siam Kering
a. Kadar Air
Hasil perhitungan data kadar air ikan sepat siam kering dengan
penambahan bawang putih dapat dilihat pada Tabel 4.1.
20
21
Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Kadar Air Ikan Sepat Siam Kering dengan
Penambahan Bawang Putih
PERLAKUAN (t)
ULANGAN
O A B C
1 14,78 15,68 16,1 14,86
2 14,44 13,86 14,3 15,34
3 15,04 15,67 15,36 14,89
Jumlah 44,26 45,21 45,76 45,09
rata-rata 14,75 15,07 15,25 15,03
Tabel 4.1. menunjukkan hasil perhitungan rata-rata ikan sepat siam kering
dengan penambahan bawang putih. Pada perlakuan B memiliki nilai rata-rata
tertinggi sebesar 15,25, perlakuan A memiliki nilai rata-rata yaitu 15,07,
perlakuan C memiliki rata-rata 15,03. Nilai rata-rata terendah terdapat pada
perlakuan O yaitu sebesar 14,75.
Dari perhitungan tersebut dilakukan uji homogenitas dan perhitungan uji
homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil dari uji homogenitas yaitu X2
hitung = 4,16 < X2 tabel 5% = 7,81 dan X2 tabel 1% = 11,34 berarti data
homogen. Data yang homogen selanjutnya dilakukan uji Anova. Hasil
perhitungan Anova kadar air ikan sepat siam kering dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Anova Kadar Air Ikan Sepat Siam Kering dengan
Penambahan Bawang Putih
F Tabel
SK Db JK KT F Hitung
5% 1%
ns
Perlakuan 3 0,38 0,13 0,25 4,07 7,59
Galat 8 4,16 0,52
Total 11 4,54
Berdasarkan hasil perhitungan uji Anova diperoleh hasil F hitung 0,25 < F
tabel 5% dan F tabel 1% sehingga kadar air setiap perlakuan tidak menunjukkan
adanya perbedaan.
b. Kadar abu
Hasil perhitungan data kadar abu ikan sepat siam kering dengan
penambahan bawang putih dapat dilihat pada Tabel 4.3.
21
22
Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Kadar Abu Ikan Sepat Siam Kering dengan
Penambahan Bawang Putih
PERLAKUAN (t)
ULANGAN
O A B C
1 19,45 17,08 17,29 16,56
2 19,05 19,39 17,59 18,84
3 18,95 18,31 18,66 17,3
Jumlah 57,45 54,78 53,54 52,70
rata-rata 19,15 18,26 17,85 17,57
Tabel 4.3. menunjukkan hasil perhitungan rata-rata ikan sepat siam kering
dengan penambahan bawang putih. Pada perlakuan O memiliki nilai rata-rata
tertinggi sebesar 19,15. perlakuan A memiliki nilai rata-rata yaitu 18,26,
perlakuan B memiliki rata-rata 17,85. Nilai rata-rata terendah terdapat pada
perlakuan C yaitu sebesar 17,57.
Dari perhitungan tersebut dilakukan uji homogenitas dan perhitungan uji
homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasil dari uji homogenitas yaitu X2
hitung = 3,18 < X2 tabel 5% = 7,81 dan X2 tabel 1% = 11,34 berarti data
homogen. Data yang homogen selanjutnya dilakukan uji Anova. Hasil
perhitungan Anova kadar abu ikan sepat siam kering dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Anova Kadar Abu Ikan Sepat Siam Kering dengan
Penambahan Bawang Putih
F Tabel
SK Db JK KT F Hitung
5% 1%
ns
Perlakuan 3 4,296 1,432 1,75 4,07 7,59
Galat 8 6,555 0,819
Total 11 10,851
Berdasarkan hasil perhitungan uji Anova diperoleh hasil F hitung 1,75 < F
tabel 5% dan F tabel 1% sehingga kadar abu ikan sepat siam kering setiap
perlakuan tidak menunjukkan adanya perbedaan.
22
23
c. Kadar protein
Hasil perhitungan data kadar protein ikan sepat siam kering dengan
penambahan bawang putih yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Hasil Perhitungan Kadar Protein Ikan Sepat Siam Kering dengan
Penambahan Bawang Putih
PERLAKUAN (t)
ULANGAN
O A B C
1 57,24 56,48 56,56 58,09
2 56,6 56,06 57,07 55,08
3 55,36 55,36 55,56 56,16
Jumlah 169,20 167,90 169,19 169,33
rata-rata 56,40 55,97 56,40 56,44
Tabel 4.5. menunjukkan hasil perhitungan rata-rata ikan sepat siam kering
dengan penambahan bawang putih. Pada perlakuan C memiliki nilai rata-rata
tertinggi sebesar 56,44, perlakuan O dan B memiliki nilai rata-rata sama yaitu
56,40. Nilai rata-rata terendah terdapat pada perlakuan A yaitu sebesar 55,97.
Dari perhitungan tersebut dilakukan uji homogenitas dan perhitungan uji
homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil dari uji homogenitas yaitu X2
hitung = 1,75 < X2 tabel 5% = 7,81 dan X2 tabel 1% = 11,34 berarti data
homogen. Data yang homogen selanjutnya dilakukan uji Anova. Hasil pengujian
Anova kadar protein ikan sepat siam kering dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Hasil Perhitungan Anova Kadar Protein Ikan Sepat Siam Kering
dengan Penambahan Bawang Putih
F Tabel
SK Db JK KT F Hitung
5% 1%
ns
Perlakuan 3 0,453 0,151 0,15 4,07 7,59
Galat 8 8,298 1,037
Total 11 8,751
Berdasarkan hasil perhitungan uji Anova diperoleh hasil F hitung 0,15 < F
tabel 5% dan F tabel 1% sehingga kadar protein setiap perlakuan tidak
menunjukkan adanya perbedaan berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Penambahan
23
24
persentase bawang putih yang berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap kadar
protein dari ikan sepat siam kering.
d. Kadar lemak
Hasil perhitungan data kadar lemak ikan sepat siam kering dengan
penambahan bawang putih yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Hasil Perhitungan Kadar Lemak Ikan Sepat Siam Kering dengan
Penambahan Bawang Putih
PERLAKUAN (t)
ULANGAN
O A B C
1 5,37 7,22 7,77 8,33
2 6,45 7,43 8,95 8,25
3 7,88 8,08 7,82 8,74
Jumlah 19,70 22,73 24,54 25,32
rata-rata 6,57 7,58 8,18 8,44
Tabel 4.7. menunjukkan hasil perhitungan rata-rata ikan sepat siam kering
dengan penambahan bawang putih. Pada perlakuan C memiliki nilai rata-rata
tertinggi sebesar 8,44. perlakuan B memiliki nilai rata-rata yaitu 8,18, perlakuan
A memiliki rata-rata 7,58. Nilai rata-rata terendah terdapat pada perlakuan O yaitu
sebesar 6,57.
Dari perhitungan tersebut dilakukan uji homogenitas dan perhitungan uji
homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil dari uji homogenitas yaitu X2
hitung = 3,98 < X2 tabel 5% = 7,81 dan X2 tabel 1% = 11,34 berarti data
homogen. Data yang homogen selanjutnya dilakukan uji Anova. Hasil pengujian
Anova kadar lemak ikan sepat siam kering dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Anova Kadar lemak Ikan Sepat Siam Kering dengan
Penambahan Bawang Putih
F Tabel
SK Db JK KT F Hitung
5% 1%
Perlakuan 3 6,232 2,077 3,61 ns 4,07 7,59
Galat 8 4,601 0,575
Total 11 10,833
24
25
Berdasarkan hasil perhitungan uji Anova diperoleh hasil F hitung 0,25 < F
tabel 5% dan F tabel 1% hal ini menunjukan bahwa kadar lemak setiap perlakuan
pada ikan sepat siam kering dengan penambahan persentase bawang putih yang
berbeda tidak memberikan pengaruh nyata sehingga H0 diterima dan H1 ditolak.
Tabel 4.9. Hasil Uji Organoleptik Spesifikasi Kenampakan Ikan Sepat Siam
Kering dengan Penambahan Bawang Putih
Panelis Kenampakan
O A B C
1 9 5 7 6
2 9 5 7 6
3 6 6 6 6
4 9 8 6 6
5 9 9 8 9
6 9 7 7 9
7 7 6 8 5
8 7 9 6 8
9 8 8 9 9
10 9 9 9 8
11 8 8 6 7
12 8 7 6 6
13 8 7 8 6
14 8 8 9 7
15 8 9 9 9
16 9 9 9 9
17 9 9 9 9
18 7 8 6 6
19 9 7 7 6
20 7 8 8 7
21 8 9 7 7
25
26
22 9 9 9 9
23 7 7 8 7
24 6 9 7 8
25 7 5 6 6
Jumlah 200 191 187 181
Rata-rata 8,00 7,60 7,50 7,20
Tabel 4.9 nilai tertinggi terdapat pada perlakuan O (tanpa penambahan bawang
putih) sebesar 8, perlakuan ini memiliki kenampakan utuh, bersih, dan agak
kusam. Sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan C (penambahan bawang
putih sebesar 20%) sebesar 7,2. Kenampakan pada perlakuan C yaitu utuh, kurang
bersih dan agak kusam.
Analisis statistik uji tanda nilai organoleptik spesifikasi kenampakan
dilakukan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Analisis statistik uji tanda
data hasil uji organoleptik ikan sepat siam kering spesifikasi rasa dapat dilihat
pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Hasil Uji Tanda Nilai Organoleptik Spesifikasi Kenampakan Ikan
Sepat Siam Kering dengan Penambahan Bawang Putih
Spesifikasi Beda X2 X2 Tabel Keterangan
Perlakuan Hitung 5% 1%
A-O 1,06 3,84 6,63 TBN
B-O 1,89 TBN
Kenampakan C-O 5,88* BN
B-A 0,11 TBN
C-A 4,50* BN
C-B 1,78 TBN
Keterangan : Tidak Berbeda Nyata (TBN)
Berbeda Nyata (BN)*
Berbeda Sangat Nyata (BSN)**
Berdasarkan analisis statistik uji tanda pada nilai kenampakan antar perlakuan
C-O dan C-A berbeda nyata. Sedangkan pada perlakuan A-O, B-O, B-A dan C-B
tidak berbeda nyata, dengan penambahan bawang putih dapat berpengaruh
terhadap kenampakan ikan sepat siam kering.
b. Aroma
26
27
Tabel 4.11. Hasil Uji Organoleptik Spesifikasi Aroma Ikan Sepat Siam Kering
dengan Penambahan Bawang Putih
Panelis Aroma
O A B C
1 4 4 4 3
2 4 4 4 3
3 7 8 8 9
4 9 9 9 9
5 9 8 7 7
6 7 6 8 9
7 6 7 8 8
8 6 7 8 9
9 4 6 8 7
10 6 7 7 7
11 8 7 8 9
12 7 8 8 7
13 9 8 7 7
14 9 8 7 7
15 6 6 7 9
16 9 8 8 8
17 6 7 9 9
18 8 9 8 7
19 9 8 5 7
20 6 7 8 9
21 7 7 8 7
22 7 8 9 9
23 8 9 9 5
24 7 6 7 8
25 6 7 8 9
Jumlah 174 179 187 188
Rata-rata 6,96 7,16 7,48 7,52
27
28
Tabel 4.12. Hasil Uji Tanda Nilai Organoleptik Spesifikasi Aroma Ikan Sepat
Siam Kering dan Penambahan Bawang Putih
Spesifikasi Beda X2 Hitung X2 Tabel Keterangan
Perlakuan 5% 1%
A-O 0,45 3,84 6,63 TBN
B-O 3,36 TBN
Aroma/Bau C-O 0,40 TBN
B-A 2,11 TBN
C-A 0,19 TBN
C-B 0,06 TBN
Keterangan : Tidak Berbeda Nyata (TBN)
Berbeda Nyata (BN)*
Berbeda Sangat Nyata (BSN)**
Hasil perhitungan uji tanda spesifikasi aroma pada ikan sepat siam kering
dengan penambahan bawang putih 0% (perlakuan O), 10% (perlakuan A), 15%
(perlakuan B) dan 20% (perlakuan C) tidak berbeda nyata.
c. Rasa
Data hasil pengujian organoleptik terhadap spesikasi rasa ikan sepat siam
kering, dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13. Hasil Uji Organoleptik Spesifikasi Rasa Ikan Sepat Siam Kering
dengan Penambahan Bawang Putih
Panelis Rasa
O A B C
1 7 5 9 9
2 7 5 9 9
3 6 6 5 7
4 8 9 8 9
5 7 7 9 9
6 6 7 7 8
7 6 7 7 8
8 6 7 8 9
9 7 8 9 8
10 6 5 4 4
11 8 9 9 7
12 7 9 8 8
13 7 7 7 8
14 7 6 5 5
15 7 7 8 9
16 9 9 8 8
17 6 5 7 7
28
29
18 7 6 5 4
19 7 8 9 9
20 5 7 8 9
21 6 8 6 8
22 4 7 8 9
23 8 4 9 9
24 8 9 7 6
25 6 7 7 8
Jumlah 168 174 186 194
Rata-rata 6,72 6,96 7,44 7,76
Tabel 4.14. Hasil Uji Tanda Terhadap Nilai Organoleptik Spesifikasi Rasa Ikan
Sepat Siam Kering dengan Penambahan Bawang Putih
Spesifikasi Beda X2 Hitung X2 Tabel Keterangan
Perlakuan 5% 1%
A-O 1,25 3,84 6,63 TBN
B-O 3,68 TBN
Rasa C-O 4,00* BN
B-A 0,05 TBN
C-A 0,76 TBN
C-B 1,56 TBN
Keterangan : Tidak Berbeda Nyata (TBN)
Berbeda Nyata (BN)*
Berbeda Sangat Nyata (BSN)**
Berdasarkan analisis statistik uji tanda pada nilai rasa antar perlakuan C-O
berbeda nyata. Sedangkan pada perlakuan A-O, B-O, B-A, C-A dan C-B tidak
berbeda nyata.
29
30
d. Tekstur
Data hasil pengujian organoleptik terhadap spesikasi tekstur pada
pengaruh penambahan persentase bawang putih tehadap kualitas ikan siam kering,
dapat dilihat pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15. Hasil Uji Organoleptik Spesifikasi Tekstur Ikan Sepat Siam Kering
dengan Penambahan Bawang Putih
Panelis Tekstur
O A B C
1 6 6 6 8
2 6 6 7 8
3 8 8 8 9
4 8 8 7 8
5 8 7 8 9
6 9 6 7 8
7 6 8 8 6
8 8 8 9 9
9 8 6 7 9
10 7 6 6 6
11 7 8 9 7
12 8 8 8 7
13 7 9 7 8
14 9 8 8 8
15 8 5 6 9
16 8 8 8 8
17 8 8 6 8
18 9 8 7 6
19 8 9 9 8
20 1 3 4 5
21 3 7 8 4
22 8 7 7 8
23 8 7 8 9
24 6 7 6 8
25 8 8 9 9
Jumlah 180 179 183 192
Rata-rata 7,20 7,16 7,32 7,68
30
31
Tabel 4.16. Hasil Uji Tanda Nilai Organoleptik Spesifikasi Tekstur Ikan Sepat
Siam Kering dengan Penambahan Bawang Putih
Spesifikasi Beda X2 Hitung X2 Tabel Keterangan
Perlakuan 5% 1%
A-O 0,56 3,84 6,63 TBN
B-O 0,06 TBN
Tekstur C-O 2,72 TBN
B-A 1,56 TBN
C-A 1,25 TBN
C-B 2,45 TBN
Keterangan : Tidak Berbeda Nyata (TBN)
Berbeda Nyata (BN)*
Berbeda Sangat Nyata (BSN)**
Hasil perhitungan uji tanda spesifikasi tekstur pada ikan sepat siam kering
dengan penambahan bawang putih 0% (perlakuan O), 10% (perlakuan A), 15%
(perlakuan B) dan 20% (perlakuan C) tidak berbeda nyata.
4.2 Pembahasan
Analisis ikan sepat siam kering meliputi uji fisik yaitu rendemen. Uji
kimia meliputi analisis kadar air, abu, protein dan lemak, serta organoleptik.
4.2.1.1 Uji Fisik (Rendemen)
Perhitungan rendemen berdasarkan persentase perbandingan antara berat
akhir dengan berat awal proses. Semakin besar rendemen yang dihasilkan maka
semakin tinggi juga nilai ekonomis dari produk tersebut, begitu juga nilai
efektivitas produk (Amiarso, 2003).
Bahan baku yang digunakan dalam pengolahan ikan sepat siam kering ini
sebanyak 8,918 kg dengan banyak total ikan 220 ekor yang dibagi 4 perlakuan.
dalam pembuatan ikan kering ini dihasilkan rendemen pada masing-masing
31
32
Hasil kadar air yang terdapat pada ikan sepat siam kering dapat dilihat
pada Gambar 4.1.
12,00
10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00
O A B C
Gambar 4.1. Grafik Rata-Rata Kadar Air Ikan Sepat Siam Kering dengan
Penambahan Bawang Putih
32
33
Hasil kadar abu yang terdapat pada ikan sepat siam kering dapat dilihat
pada Gambar 4.
33
34
12,00
10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00
O A B C
Gambar 4.2. Grafik Rata-Rata Kadar Abu Ikan Sepat Siam Kering dengan
Penambahan Bawang Putih
34
35
c. Protein
Protein daging ikan asin sepat siam merupakan komponen terbesar kedua
dalam jumlahnya setelah air. Menurut Hadiwiyoto (1993), protein ikan
merupakan komponen terbesar dalam jumlahnya setelah air dan merupakan
bagian yang sangat berguna bagi manusia.
Hasil kadar protein yang terdapat pada ikan sepat siam kering dapat dilihat
pada Gambar 4.3.
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
O A B C
Gambar 4.3. Grafik Rata-Rata Kadar Protein Ikan Sepat Siam Kering dengan
Penambahan Bawang Putih
35
36
jaringan tubuh ikan kering butterfly dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya
jumlah kadar air dari ikan kering tersebut atau memiliki hubungan terbalik antara
kadar protein dengan kadar air. Muchtadi (1989) menyatakan bahwa tingginya
nilai protein yang terkandung pada pengeringan disebabkan oleh berkurangnya
atau rendahnya kadar air pada perlakuan ini sehingga konsentrasi protein menjadi
lebih pekat.
Menurut Hadiwiyoto (1993) NaCl dapat berinteraksi dengan protein. Pada
konsentrasi rendah menyebabkan protein mengalami salting in dan pada
konsentrasi tinggi protein mengalami salting out. Pada proses salting in protein
akan lebih mudah larut, sebaliknya pada peristiwa salting out protein akan
mengendap dan tidak mudah larut.
d. Lemak
Lemak sebagai bahan atau sumber pembentuk energi di dalam tubuh.
Tersedianya lemak di dalam tubuh ternyata banyak manfaatannya, salah satunya
sebagai penghemat protein, dalam hal ini kalau tersedianya energi dalam tubuh
telah tercukupi oleh lemak dan karbohidrat, maka pemanfaatan protein untuk
penimbul energi dapat dikurangi atau tidak diperlukan (Kartasapoetra dan
Marsetyo, 2003).
Hasil dari kadar lemak yang terdapat pada ikan sepat siam kering dapat
dilihat pada Gambar 4.4.
7,00
6,00
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
0,00
O A B C
Gambar 4.4. Grafik Rata-Rata Kadar Lemak Ikan Sepat Siam Kering dengan
Penambahan Bawang Putih
36
37
a. Kenampakan
Hasil pengujian organoleptik spesifikasi kenampakan pada ikan kering
dengan penambahan bawang putih dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Kenampakan
9 8,00 a 7,64 a 7,48 ab
8 7,24 b
7
6
5
4
3
2
1
0
O A B C
Gambar 4.5. Grafik Rata-Rata Spesifikasi Kenampakan Ikan Sepat Siam Kering
dengan Penambahan Bawang Putih
37
38
Aroma
9
8 7,16 a 7,48 a 7,52 a
6,96 a
7
6
5
4
3
2
1
0
O A B C
Gambar 4.6. Grafik Rata-Rata Spesifikasi Aroma Ikan Sepat Siam Kering dengan
Penambahan Bawang Putih
38
39
Aroma merupakan sensasi yang kompleks dan saling terkait pada produk
olahan daging (Prayitno, dkk., 2009). Setiap produk pangan memiliki aroma yang
khas. Panca indera yang digunakan oleh panelis pada saat pengujian organoleptik
spesifikasi aroma adalah indera penciuman atau hidung (Sunarma, 2014). Grafik
nilai hasil uji organoleptik spesifikasi aroma disajikan pada Gambar 4.6.
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.6. nilai rata-rata spesifikasi aroma ikan
sepat siam kering dengan penambahan bawang putih berkisar antara 6,96 (tanpa
bumbu tambahan), 7,16 (sedikit lemah aroma bumbu 10%), 7,48 (sedikit bumbu
tambahan 15%) sampai dengan 7,52 (kuat dengan aroma bumbu 20%).
Berdasarkan perhitungan uji analisis statistik spesifikasi aroma pada Tabel
4.12 tidak berpengaruh nyata menunjukkan A-O, B-O, C-O, B-A, C-A dan C-B.
Pada ikan sepat siam kering dengan penambahan bawang putih 0% (perlakuan O),
10% (perlakuan A), 15% (perlakuan B) dan 20% (perlakuan C) tidak berbeda
nyata sehingga penambahan bawang putih yang berbeda pada ikan sepat siam
kering tidak memberikan pengaruh terhadap aroma dari ikan tersebut karena
penambahan bawang putih pada pengolahan ikan sepat siam kering dapat
mengurangi atau menutupi bau amis dan tengik pada pengolahan.
Bawang putih menimbulkan rangsangan yang tajam terhadap makanan,
bawang putih berguna sebagai bahan pengawet karena senyawa ini bersifat
bakteriostatik dan germisidal. Sifat bakteriostatik tersebut disebabkan adanya zat
aktif allicin, yang sangat efektif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif
(Syarif dan Irawati, 1989).
Sebagaimana kebanyakan tumbuhan lain, bawang putih mengandung lebih
dari 100 metabolit sekunder yang secara biologi sangat berguna (Challem, 1995).
Senyawa ini kebanyakan mengandung belerang yang bertanggung jawab atas
aroma dan sifat-sifat farmakologi bawang putih (Ellmore dan Fekldberg, 1994).
Dua senyawa organosulfur paling penting dalam umbi bawang putih, yaitu asam
amino non- -glutamil-Salk(en) il-L-sistein (1) dan minyak atsiri S-alk (en)
ilsistein sulfoksida atau alliin (2). Senyawa kimia pada bawang putih sebagai
berikut :
39
40
c. Rasa
Hasil pengujian organoleptik spesifikasi rasa pada ikan kering dengan
penambahan bawang putih dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Rasa
9
7,44 ab 7,76 b
8 6,96 ab
6,72 a
7
6
5
4
3
2
1
0
O A B C
Gambar 4.8. Grafik Rata-Rata Spesifikasi Rasa Ikan Sepat Siam Kering dengan
Penambahan Bawang Putih
Berdasarkan grafik pada Gambar 4.8. nilai rata-rata spesifikasi rasa ikan
sepat siam kering dengan penambahan bawang putih berkisar antara 6,72 (tidak
ada bumbu tambahan), 6,96 (lemah sedikit bumbu tambahan 10%), 7,44 (sedikit
bumbu tambahan 15%) sampai dengan 7,76 (kuat bumbu tambahan 20%). Nilai
spesifikasi rasa tersebut menunjukkan penambahan seiring dengan semakin
meningkatnya persentase bawang putih yang diberikan, akan semakin
memperbesar nilai uji organoleptik spesifikasi rasa ikan sepat siam kering.
Berdasarkan perhitungan uji analisis statistik ikan sepat siam kering
spesifikasi rasa pada Tabel 4.14. perlakuan C-O memberikan perbedaan terhadap
40
41
rasa dari ikan sepat kering sedangkan tidak berbeda nyata untuk perlakuan A-O,
B-O, B-A, C-A dan C-B terhadap penerimaan panelis hal ini dikarenakan
penambahan bawang putih dengan konsetrasi tinggi akan merubah rasa dari ikan
sepat siam kering. Bawang putih dapat menghilangkan cita rasa amis dan bawang
putih juga dapat menambah citarasa pada ikan sepat siam kering tersebut karena
itu semakin tinggi bawang putih semakin tinggi penerimaan panelis.
Sebagaimana kebanyakan tumbuhan lain, bawang putih mengandung lebih
dari 100 metabolit sekunder yang secara biologi sangat berguna (Challem, 1995).
Senyawa ini kebanyakan mengandung belerang yang bertanggung jawab atas rasa
dan sifat-sifat farmakologi bawang putih (Ellmore dan Fekldberg, 1994). Dua
senyawa organosulfur paling penting dalam umbi bawang putih, yaitu asam amino
non- -glutamil-Salk(en) il-L-sistein (1) dan minyak atsiri S-alk (en)
ilsistein sulfoksida atau alliin (2). Senyawa kimia pada bawang putih sebagai
berikut :
d. Tekstur
Hasil pengujian organoleptik spesifikasi aroma pada ikan kering dengan
penambahan bawang putih dapat dilihat pada Gambar 4.10.
41
42
Tekstur
9
8 7,32a 7,68a
7,2a 7,16a
7
6
5
4
3
2
1
0
O A B C
Gambar 4.10. Grafik Rata-Rata Spesifikasi Tekstur Ikan Sepat Siam Kering
dengan Penambahan Bawang Putih
42
43
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini :
1. Perlakuan terbaik yaitu perlakuan C dengan penambahan bawang putih
sebesar 20%.
2. Penambahan bawang putih dengan persentase yang berbeda tidak
memberikan pengaruh terhadap kandungan gizi ikan sepat siam kering.
3. Berdasarkan uji organoleptik spesifikasi aroma dan tekstur dengan
penambahan bawang putih tidak memberikan pengaruh sedangkan pada
spesifikasi kenampakan dan rasa memberikan pengaruh terhadap ikan
sepat siam kering.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan antara lain variasi penambahan bumbu
pada pengolahan ikan sepat siam kering dan daya simpan ikan sepat siam kering
agar berkualitas lebih baik.
43
44
DAFTAR PUSTAKA
Alim, E. 2004. Mutu Cita Rasa Rengginang Berbasis Beras Aromatik dengan
Metode Pengeringan Berbeda. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian
IPB. Bogor.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2009. Standar Mutu Ikan Asin Kering. SNI
01-2721-2009. Jakarta.
Direktorat Gizi dan Departemen Kesehatan R.I. 1979. Daftar Komposisi Bahan
Makanan. Bharata Karya Aksara. Jakarta.
44
45
Harmayani, E., Utami, T. dan Khairina,R. 2000. Pemanfaatan Asap Cair Pada
Pengolahan ”Wadi” Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) Makanan
Hasil Fermentasi. Jurnal Makanan Tradisional Indonesia Vol.2 No.3: 1-
10
Harikedua, J. W., Kaseger, B., Sanger G., Setyaningsih L., Singal A., Pandey E.,
dan Dolonseda S. 1991. Bahan Ajar untuk Mata Kuliah Pengantar
Pengolahan Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan. Universitas Sam
Ratulangi. Manado.
Ida Untari. 2010. Bawang Putih Sebagai Obat Paling Mujarab Bagi Kesehatan.
Surakarta: Muhammadiyah Surakarta, Ilmu Keperawatan. Vol: 7, No.1,
Februari.
Nasoetion, A.H. dan Barizi, 1980. Metode Statistika. Tarsino, Bandung 467
halaman.
45
46
Panjaitan, R., Ira S. Dan Dewita. 2015. Pengaruh Konsentrasi Bawang Putih
(Allium sativum) Berbeda Pada Mie Basah Spirulina Terhadap
Penerimaan Konsumen. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Riau.
Prasetyo dan Suwarno. 2008. Pembuatan Alat Pengering Ikan Teri Hitam Dengan
Sistem Udara Hembus Berkapasistas 12 kg Ikan Basah. Jurnal
Orbit.4(3) : Hal 436-441.
Saanin, 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I. Penerbit Bina Cipta.
Bogor. 520 halaman.
Snedecor G.W. dan Cochran W.G. 1989. Statistical Methods, 8th ed. State
University Press. Lowa.
Sulistiari. 1995. Pembuatan bubuk bawang putih (Allium sativum L.) dengan
pengering hampa udara : kajian pengaruh konsentrasi CaCl2 dan suhu
pengeringan. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan Dan Gizi, Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya.
46
47
Sunarma. 2014. Substitusi Tepung Tulang Ikan Sebagai Sumber Kalsium Pada
Produk Bakso Ikan Patin (Pangasius sp). Skripsi. Program Studi
Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan,
Universitas Lambung Mangkurat.
Syamsiah, I.S. dan Tajudin. 2003. Khasiat dan Manfaat Bawang Putih Raja
Antibiotik Alami. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Tim Penulis PS. 1999. Bawang Putih Dataran Rendah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wetland Database. Wetlands International-Indonesia Programme, PHPA,
Bogor.
Untari. 2010. Bawang Putih Sebagai Obat Paling Mujarab Bagi Kesehatan. gaster.
7 (1): 547:554.
Wibowo, P. and N. Suyatno. 1997. An Overview of Indonesia Wetland Sites-
Included in Wetland Database. Wetlands International-Indonesia
Programme, PHPA, Bogor.
Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta..
47
48
Lampiran
48
49
Nama/NIM :
Tanggal :
Tujuan : Uji Organoleptik
Sampel : Ikan sepat siam kering dengan penambahan bawang putih
49
50
3 Rasa
Sangat enak sekali, spesifik 9
jenis, ada rasa tambahan
Sangat enak, spesifik jenis, ada 7
rasa tambahan
Enak, spesifik jenis, sedikit rasa 6
tambahan
Agak enak, spesifik jenis, sedikit 5
rasa tambahan
Kurang enak, sedikit rasa 3
tambahan
Tidak enak, agak busuk 1
4 Tekstur
Padat, kompak, lentur, kering 9
Padat, kompak, lentur, agak 8
kering
Terlalu keras, tidak rapuh 7
Padat, tidak rapuh 6
Padat, basah, tidak mudah 5
terurai
Kering, rapuh, mudah terurai 3
Sangat rapuh, mudah terurai 1
Sumber : SNI 01 – 2721 – 1992 yang dimodifikasi sesuai penelitian.
50
51
51
52
Perlakuan O
= 0,2386415787 x 100 %
= 23,8641578706 %
= 23,86 %
Perlakuan A
= 0,2537160431 x 100 %
= 25.3716043055 %
= 25,37 %
Perlakuan B
52
53
= 0,2336892052 x 100 %
= 23,3689205219 %
= 23,37 %
Perlakuan C
= 0,2390438247 x 100 %
= 23,9043824701 %
= 23,90 %
53
54
Lampiran 4. Data Hasil Uji Kadar Air Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
Kering dengan Penambahan Bawang Putih (Allium sativum)
a. Uji Homogenitas
PERLAKUAN (t)
ULANGAN
O A B C Jumlah Rata-rata
1 14,78 15,68 16,1 14,86 61,42 15,355
2 14,44 13,86 14,3 15,34 57,94 14,485
3 15,04 15,67 15,36 14,89 60,96 15,24
Jumlah 44,26 45,21 45,76 45,09 180,32
X rata-rata 14,75 15,07 15,25 15,03 60,11
S2J 0,090533333 1,0981 0,8185333 0,0723 2,08
Log S2J -1,043191489 0,0406419 -0,086964 -1,140861703 -2,23
b. Uji Anova
Faktor koreksi = 2709,609
F Tabel
SK Db JK KT F Hitung
5% 1%
ns
Perlakuan 3 0,38 0,13 0,25 4,07 7,59
Galat 8 4,16 0,52
Total 11 4,54
tn
keterangan : Tidak Berbeda Nyata
* Berbeda Nyata
** Berbeda Sangat Nyata
54
55
Lampiran 5. Data Hasil Uji Kadar Abu Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
Kering dengan Penambahan Bawang Putih (Allium sativum)
a. Uji Homogenitas
PERLAKUAN (t)
ULANGAN RATA2
O A B C Jumlah
1 19,45 17,08 17,29 16,56 70,38 17,595
2 19,05 19,39 17,59 18,84 74,87 18,7175
3 18,95 18,31 18,66 17,3 73,22 18,305
Jumlah 57,45 54,78 53,54 52,70 218,47
X rata-rata 19,15 18,26 17,85 17,57 72,82
S2J 0,07 1,3359 0,5186333 1,3529333 3,28
Log S2J -1,15490196 0,1257739 -0,2851396 0,1312764 -1,18
b. Uji Anova
F Tabel
SK Db JK KT F Hitung
5% 1%
ns
Perlakuan 3 4,296 1,432 1,75 4,07 7,59
Galat 8 6,555 0,819
Total 11 10,851
tn
Keterangan : Tidak Berbeda Nyata
* Berbeda Nyata
** Berbeda Sangat Nyata
55
56
Lampiran 6. Data Hasil Uji Kadar Protein Ikan Sepat Siam (Trichogaster
pectoralis) Kering dengan Penambahan Bawang Putih (Allium
sativum)
a. Homogenitas
PERLAKUAN (t)
ULANGAN RATA2
O A B C Jumlah
1 57,24 56,48 56,56 58,09 228,37 57,0925
2 56,6 56,06 57,07 55,08 224,81 56,2025
3 55,36 55,36 55,56 56,16 222,44 55,61
Jumlah 169,20 167,90 169,19 169,33 675,62
X rata-rata 56,40 55,97 56,40 56,44 225,21
S2J 0,9136 0,3201333 0,5900333 2,3252333 4,149
Log S2J -0,03924391 -0,4946691 -0,2291235 0,3664665 -0,40
b. Uji Anova
Faktor Koreksi = 38038,53
F Tabel
SK Db JK KT F Hitung
5% 1%
ns
Perlakuan 3 0,453 0,151 0,15 4,07 7,59
Galat 8 8,298 1,037
Total 11 8,751
tn
Keterangan : Tidak Berbeda Nyata
* Berbeda Nyata
** Berbeda Sangat Nyata
56
57
Lampiran 7. Data Hasil Uji Kadar Lemak Ikan Sepat Siam (Trichogaster
pectoralis) Kering dengan Penambahan Bawang Putih (Allium
sativum)
a. Homogenitas
PERLAKUAN (t)
ULANGAN RATA2
O A B C Jumlah
1 5,37 7,22 7,77 8,33 28,69 7,1725
2 6,45 7,43 8,95 8,25 31,08 7,77
3 7,88 8,08 7,82 8,74 32,52 8,13
Jumlah 19,70 22,73 24,54 25,32 92,29
X rata-rata 6,57 7,58 8,18 8,44 30,76
S2J 1,585233333 0,2010333 0,4453 0,0691 2,3006667
Log S2J 0,200093196 -0,6967319 -0,3513473 -1,160522 -2,01
b. Uji Anova
Faktor Koreksi = 709,787
F Tabel
SK Db JK KT F Hitung
5% 1%
ns
Perlakuan 3 6,232 2,077 3,61 4,07 7,59
Galat 8 4,601 0,575
Total 11 10,833
tn
Keterangan : Tidak Berbeda Nyata
* Berbeda Nyata
** Berbeda Sangat Nyata
57
58
Lampiran 8. Data Hasil Uji Tanda Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
Kering dengan Penambahan Bawang Putih (Allium sativum)
Spesifikasi Kenampakan
X2 =
58
59
Lampiran 9. Data Hasil Uji Tanda Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
Kering dengan Penambahan Bawang Putih (Allium sativum)
Spesifikasi Aroma
X2 =
59
60
Lampiran 10. Data Hasil Uji Tanda Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
Kering dengan Penambahan Bawang Putih (Allium sativum)
Spesifikasi Rasa
X2 =
60
61
Lampiran 11. Data Hasil Uji Tanda Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
Kering dengan Penambahan Bawang Putih (Allium sativum)
Spesifikasi Tekstur
X2 =
61
62
j
Gambar 3. Penyiangan Gambar 4. Pemfilletan
62
63
63
64
64
65
65
66
66