PENDAHULUAN
Selain sebagai sumber protein hewani, daging ikan juga kaya akan asam-asam
lemak tak jenuh, mineral, dan vitamin. Harga daging ikan juga lebih murah dari
sumber protein hewani lainnya sehingga dapat dikonsumsi oleh siapa saja
(Afrianto dan Liviawaty, 1989). Namun produk perikanan lebih cepat membusuk
dari pada daging, karena adanya kotoran-kotoran pada isi perut ikan yang
menjadi mikroba pembusuk, diperlukan uji hasil mutu untuk menjamin kualitas
dan Amerika. Maka dari itu di perlukan pengujian bakteri Salmonella untuk
menunjukkan terdapat 146 kasus penolakan dari FDA (Food and Drug
Administration). Sejak tahun 2003 sampai tahun 2008 ditemukan lebih dari 100
negatif yang berbentuk batang tanpa spora dan Salmonella adalah salah satu
bakteri yang sering kali menyebabkan penyakit yang cukup serius apabila
1
mencemari makanan maupun minuman yang dikonsumsi
manusia. Samonella juga dapat hidup pada tubuh makhluk hidup yang berdarah
1.2 Tujuan
Maksud dari pelaksanaan Praktik Kerja Magang (PKM) ini adalah untuk
Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas II
1.3 Kegunaan
1. Mahasiswa, yaitu agar dapat menerapkan ilmu yang dimiliki ketika berada
2
2. Lembaga akademis atau perguruan tinggi, yaitu dapat digunakan sebagai
3
2. METODE PRAKTIK KERJA MAGANG
deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta dan sifat-sifat
suatu daerah tertentu. Menurut Irnawati, et al. (2013), bahwa metode deskriptif
Data adalah deskripsi dasar dari benda, peristiwa, aktivitas dan transaksi
menyampaikan arti tertentu (Turban, 2010). Pada metode ini sasarannya adalah
objek yang diteliti. Pengambilan data yang dilakukan pada PKM ini meliputi data
primer dan data sekunder. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah
primer merupakan data yang diperoleh dari sumberdaya secara langsung, baik
4
Data primer Menurut Istijanto (2005), adalah data yang diperoleh secara
langsung dari sumbernya, sehingga periset merupakan orang yang pertama kali
Data primer dalam Praktik Kerja Magang ini diperoleh dengan cara kegiatan
2.1.1.1 Observasi
melalukan pengamatan secara teliti pada objek penelitian. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Irnawati (2013), bahwa salah satu pengumpulan data yang dilakukan
mempersiapkan terlebih dahulu kepastian apa saja yang ingin diamati, perilaku
generalisasi.
5
Selain itu juga dilakukan pembandingan dan analisa hasil uji dengan standar
2.1.1.2 Wawancara
yang dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kurniawan, et al. (2013),
menjadi beberapa bentuk yaitu verbal dan non verbal. Ada dua bentuk
pertanyaan verbal yaitu, pertanyaan langsung dan tidak langsung, sementara itu
untuk yang non verbal juga mempunya dua bentuk pertanyaan yaitu overt dan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini
mendasarkan pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidaknya
6
2.1.1.3 Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif yang dilakukan peneliti juga dapat di sajikan sebagai metode
pengambilan data. Partisipasi aktif adalah salah satu metode pengumpulan data
informasi yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian. Hail ini sesuai dengan
dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagai dengan
orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggung
jawab bersama.
Partisipasi aktif Menurut Sugiono (2008), merupakan salah satu jenis metode
dilakukan mulai dari preparasi sampel hingga diperoleh hasil sesuai prosedur
pengerjaan.
2.1.1.4 Dokumentasi
7
dokumen yang terkait, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.
Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini tidak begitu sulit, dalam arti
apabila ada kekeliruan penulisan, sumber datanya tetap tidak akan berubah dan
Dokumentasi menurut Siburian (2013) berasal dari kata dokumen yang artinya
Praktik Kerja Magang ini terutama meliputi proses pengujian mikrobiologi bakteri
adalah jenis data yang telah tersedia sebagai tinjuan pustaka pada sebuah
penelitian. Hali ini sesuai dengan pernyataan Nussy (2014), data sekunder
adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sekunder. Data sekunder yang dibutuhkan
dikumpulkan bukan untuk kepentingan studi yang sedang dilakukan saat ini
8
berdasarkan sumber, yaitu data internal dan data eksternal. Data internal adalah
data yang berasal dari dalam organisasi dimana riset sedang dilakukan.
Misalnya, data penjualan dan biaya yang dikomplikasi dalam siklus akuntansi
yang normal merupakan data sekunder internal yang akan diberikan pada
banyak masalah riset, seperti evaluasi startegi pemasaran atau penilaian posisi
yang berasal dari luar organisasi dimana riset sedang dilakukan. Sumber
buku atau jurnal yang menunjang penulisan, pustaka dan arsip BKIPM Kelas II
sekunder meliputi :
c) Sejarah perusahaan
9
3. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA MAGANG
tahun ke tahun baik dalam usaha budidaya maupun hasil tangkap. Akan tetapi
dalam prosesnya tidak lepas dari berbagai macam kendala, salah satunya
pencegahan terhadap masuk serta tersebarnya penyakit ikan. Pada tahun 2002,
Pos Karantina Tanjung Emas tersebut telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan No. KEP 29/MEN/2002 tentang Organisasi dan Tata
Karantina Ikan Kelas I Tanjung Emas pada tahun 2004 yang telah ditetapkan
Karantina Ikan.
Karantina Ikan, maka Stasiun Karantina Ikan Kelas I Tanjung Emas berubah
nama menjadi Balai Karantina Ikan Kelas II Tanjung Emas Semarang yang
10
Karantina Ikan Kelas II Tanjung Emas berdasarkan Surat Keputusan tersebut
ditetapkan sebagai unit kerja yang mempunyai tugas dan tanggung jawab
Organisasi Balai Karantina Ikan Kelas II Tanjung Emas berubah menjadi Balai
pencegahan masuk dan tersebarnya Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK),
Pos Besar Semarang dan Stasiun Kereta Api Tawang. Gambar BKIPM Kelas II
11
Gambar 1. BKIPM Kelas II Semarang, Jawa Tengah
Lokasi BKIPM Kelas II Semarang berada di Jl. Ampenan No. 4 Tanjung Emas,
Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah yang lokasinya masih berada dalam
kawasan pelabuhan Tanjung Emas dengan jarak ±2 km, sedangkan jarak antara
BKIPM Kelas II Semarang dengan Bandara Ahmad Yani Semarang yakni ±8 km.
ketinggian 0,75-3,5 mdpl dan berada pada titik koordinat 6°57'7’’S dan
melaksanakan tugas dan fungsinya dipimpin oleh seorang Kepala Balai yang
dibantu oleh Kepala Bagian Tata Usaha, Bidang Program dan Kerjasama,
berikut:
12
a. Bagian Tata Usaha, memiliki tugas menyelenggarakan pengelolaan
Kepala
R. Gatot Perdana, A.Pi., M.MPi
Kelompok
Jabatan Fungsional
Koordinator Fungsional
Dr. Titis Candra Dewi, S.Pi., M.Sc
13
3.1.4 Sumber Daya Manusia
orang yang terlibat dalam keseluruhan kegiatan karantina ikan mulai dari teknisi
Data pegawai BKIPM Kelas II Semarang sampai dengan bulan Agustus 2017
yaitu sebanyak 62 orang yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil sebanyak 40
sebagai berikut:
d. Diploma IV
e. Diploma III
14
Tabel 1. Jumlah Pegawai BKIPM Kelas II Semarang Berdasarkan Tingkat
3.1.5.1 Sarana
Keamanan Hasil Perikanan Kelas II Semarang adalah ruang kepala balai, ruang
laboratorium.
•Laboratorium Bakteri
mutu hasil perikanan yang meliputi ALT, Salmonella, E-Coli dan juga
pemeriksaan dan identifikasi bakteri yang menyerang ikan karantina dengan uji
biokimia.
•Laboratorium Organoleptik
15
Laboratorium ini mempunyai fungsi melakukan analisa dan penujian
organoleptik.
•Laboratorium Jamur
jamur yang menyerang ikan karantina maupun produk perikanan seperti tepung
ikan dengan metode selotip serta melakukan pengujian formalin pada hasil
perikanan.
•Laboratorium Parasit
Ruang ini mempunyai fungsi mensterilkan alat-alat yang telah digunakan dalam
proses pemeriksaan. Ruang ini dilengkapi dengan alat destruksi yang berfungsi
untuk membersihkan alat dan juga oven yang berfungsi untuk sterilisasi kering.
•Ruang Nekropsi
sampel.
Ruang ini mempunyai fungsi dalam pembuatan media yang akan digunakan di
Ruang ini mempunyai fungsi menyimpan semua media yang akan digunakan
16
•Laboratorium Kualitas Air
kualitas air.
•Laboratorium Basah
Laboratorium ini mempunyai fungsi menyimpan sampel ikan yang masih hidup
3.1.5.2 Prasarana
buah, mesin fax sebanyak 1 buah, mesin fotocopy sebanyak 1 buah, komputer
dapur.
3.2 Tugas dan Fungsi Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan
3.2.1 Tugas Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan
mutu dan keamanan hasil perikanan serta penerapan sistem manajemen mutu
baik di pintu masuk/pintu keluar (bandara, pelabuhan laut, kantor pos) dan
17
Tugas tersebut diterapkan sesuai dengan tujuan adanya balai karantina yang
dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
3.2.2 Fungsi Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan
teknis karantina ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan yaitu:
dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari
18
• Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian HPIK, mutu, dan keamanan
hasil perikanan
perikanan.
operasional.
Visi dari BKIPM Kelas II Semarang adalah “Hasil Perikanan Yang Sehat
ikan yaitu segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus
bermutu dan aman konsumsi mempunyai arti hasil perikanan yang bebas hama
persyaratan standar yang ditetapkan (Bermutu) dan tidak dalam ambang batas
19
bahwa sertifikasi yang diterbitkan karantina ikan, pengendalian mutu dan
keamanan.
penyebaran HPIK serta pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan yang
mampu menjamin lalu lintas hasil perikanan yang sehat, bermutu, aman
layanan sebagai pelaksanaan dari ketentuan mengenai sistem jaminan mutu dan
keamanan hasil perikanan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan dan Keputusan Menteri Kelautan dan
memuat data dan informasi yang sesuai dengan produk yang disertifikasi.
1. Pendaftaran
20
Pengisian formulir permohonan dapat dilakukan secara online maupun datang
3. Laboratorium
permohonan dari pengguna jasa. Lama proses pemeriksaan parasit selama satu
hari, pemeriksaan bakteri selama empat hari, pemeriksaan jamur selama empat
4. Pembayaran PNBP
ikan sesuai dengan Laporan Hasil Uji (LHU) dari laboratorium. Sertifikat
kesehatan ikan yang diterbitkan menyatakan bahwa sampel yang diuji aman dan
biaya untuk proses penerbitan sertifikat kesehatan ikan ini. Pembayaran dapat
21
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel merupakan bahan yang akan diuji, oleh karena itu hasil pengujian
sampel harus dilakukan dengan baik dan hati-hati serta diperlukan beberapa
disimpan sebagai arsip dan cuplikan sampel. Dibuatnya arsip dan cuplikan
pengujian.
sesuai dengan standar operaional prosedur (SOP); c) secara fisik, sampel dapat
penyimpanan, retensi dan atau pemusnahan sampel yang diuji termasuk seluruh
b. Sampel yang diterima ditangani oleh petugas sesuai dengan jenis dan kondisi
sampel.
c. Sampel yang diterima direkam dalam buku penerimaan dan diberi identitas
22
d. Apabila tidak memungkinkan untuk segera diuji, petugas menyimpan sampel
dalam freezer, sampel segar dalam refrigerator atau pada kondisi yang
sesuai. Prosedur dan fasilitas penanganan ini dimaksud agar sampel yang
sebagai berikut:
b. Produk beku dilelehkan dengan cara produk dimsukan ke dalam plastik (poly
bag) kemudian di aliri dengan air mengalir hingga meleleh atau sesuai
23
jam, sampel segar atau dingin disimpan pada suhu 0 – 40oC, sampel beku
telah dilakukan sesuai standar yang disyaratkan. Hal ini dimaksudkan agar
produk perikanan tersebut mempunyai jaminan mutu yang baik. Apabila jumlah
sampel yang masuk dalam jumlah yang besar dan tidak dapat ditangani
seluruhnya maka sampel segera disimpan dalam freezer dan refrigerator untuk
menjaga dan melindungi dari penurunan mutu dan terhindar dari kontaminasi
silang.
mudah tumbuh pada media yang sederhana dan hampir tidak pernah
tidak berspora dan bersifat gram negatif. Salmonella terdapat dimana-mana dan
dikenal sebagai agen zoonotic. Bakteri ini tumbuh pada suasana aerob dan
fakultatif anaerob pada suhu 15oC – 41oC (suhu pertumbuhan optimum 37,5oC)
dan pH pertumbuhan 6 – 8, namun pada suhu 56oC dan keadaan kering akan
mati. Dalam air bisa bertahan selama 4 minggu. Habitat utama Salmonella yaitu
24
Salmonella merupakan mikroflora normal pada beberapa hewan. Sumber
mikroba ini antara lain di air, tanah, serangga, lingkungan pabrik, dapur, feses
hewan, dan pangan hasil laut mentah. Lebih dari 50.000 kasus keracunan
jumlah signigikan. Penyebaran mikroba ini biasanya melalui daging yang tidak
Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada
media.
25
retain sampel.
- Sectio Set : untuk membedah ikan.
- Bunsen : untuk pengkondisian aseptis.
- Cawan petri : untuk tempat media.
35oC ± 1oC.
media LB.
media RV.
media RV.
media RV.
media TTB.
26
- Larutan Brillian Green Dye : sebagai bahan pembuatan
media TTB.
media TTB.
media SCB.
media BSA.
media HE.
media XLD.
media LIA.
media TSIA.
media Malonate.
media MR-VP.
media Citrat.
media Urea.
27
basal Gula.
- Laktosa : sebagai bahan pembuatan
media laktosa.
- Sukrosa : sebagai bahan pembuatan
media sukrosa.
- Pereaksi methyl red (MR) : sebagai pereaksi pada saat
uji MR.
uji VP.
uji VP.
uji Indol.
dan bahan.
reaksi.
pembungkus media.
28
- Kertas label : untuk menandai media.
Vassiliadis Medium + Soya (RVS), Bismuth Green Agar (BGA) atau Brillian
Green Phenol red lactose, Sucrose Agar (BPLS), Xylose Lysine Deoxycholate
(XLD), Tryptic Soy Agar atau Nutrient Agar Miring, Urea Agar (Christensen),
medium, Larutan Natrium Klorida 0,85 %, Nutrient Agar (NA) semi padat.
Pereaksi yang digunakan yaitu larutan alfa naftol, larutan KOH 40%, dan kovac.
memusnahkan segala jenis mikroorganisme dan spora pada alat dan bahan yang
akan digunakan. Sterilisasi terdiri dari dua macam, yakni sterilisasi basah dan
dengan suhu 121°C selama 10-15 menit. Suhu 121oC merupakan batas yang
ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh
perpanjangan waktu yang optimal untuk memberi kesempatan pada uap air agar
Sterilisasi panas kering (oven) biasa digunakan untuk alat-alat gelas atau kaca
29
(cawan petri dan tabung reaksi) dan bahan-bahan lain yang memiliki kemampuan
a. Sterilisasi Kering
alat yang disebut oven. Adapun cara sterilisasi kering dengan oven adalah
sebagai berikut:
alat yang terbuat dari gelas seperti tabung reaksi, labu, cawan petri
dan sebagainya.
ii. Dipanaskan udara dalam oven dengan memanfaatkan gas atau listrik
30
iii. Ditunggu dengan durasi waktu proses sterilisasi 1-2 jam, lebih lama
b. Sterilisasi Basah
7. Diatur suhu 121oC dan tekan “set”, kemudian tekan tombol “next”.
31
Gambar 6. Proses sterilisasi basah dengan autoklaf hirayama tipe HVE-50
autoklaf Hirayama tipe HVE-50 adalah dilakukan dengan cara sebagai berikut:
3. Dinyalakan autoklaf.
32
4.2.3 Pembuatan Media dan Pereaksi
digunakan dalam proses isolasi, pemurnian koloni bakteri dan uji biokimia. Media
uji biokimia merupakan media uji yang digunakan untuk menentukan spesies
bakteri yang tidak diketahui sebelumnya. Ada 12 jenis media yang sering
digunakan dalam uji biokimia walaupun pada dasarnya masih terdapat media uji
biokimia lain yang dapat digunakan. Penggunaan 12 jenis media uji biokimia
biokimia yang berbeda, sehingga media uji biokimia ini sangat membantu proses
atau selektif, kemudian koloni bakteri yang tumbuh diinokulasikan pada media uji
a. Pembuatan Media LB
untuk penggunaan akuades 1000 ml. Kegunaan dari media LB adalah untuk
tahap pra pengkayaan. Bahan dasar LB berbentuk serbuk yang berwarna kuning
apabila telah larut dalam akuades. Media LB merupakan media yang berbentuk
cair.
Erlenmeyer yang diberi magnetic stirer. Untuk pembuatan media LB tidak perlu
alumunium foil dan kertas lalu disterilisasi dengan menggunakan autoklaf dengan
suhu 121⁰C selama 15 menit kemudian tunggu hingga suhu media tidak terlalu
panas. Lalu media disimpan ke dalam LAF dengan suhu ruang (27oC) selama 24
33
jam, setelah itu disimpan ke dalam lemari pendingin (show case). Media LB
b. Pembuatan Media RV
BKIPM Kelas II Semarang, bahan dasar yang digunakan adalah RV 42,5 gram
untuk penggunaan 1 liter akuades. Kegunaan dari media RV adalah untuk tahap
pengkayaan dimana media ini digunakan untuk memperbaiki sel-sel bakteri yang
beaker glass. Kemudian tambahkan larutan MgCl2 sebanyak 100 ml dan larutan
menit kemudian disimpan di dalam LAF dengan suhu ruang (27oC) selama 24
Gambar 8.
34
Gambar 8. Media RV
BKIPM Kelas II Semarang, bahan dasar yang digunakan adalah TTB 46 gram
untuk penggunaan 1 liter akuades. Kegunaan dari media TTB adalah untuk tahap
pengkayaan dimana media ini digunakan untuk memperbaiki sel-sel bakteri yang
beaker glass yang diberi magnetic stirer. Langkah selanjutnya dipanaskan hingga
disterilisasi. Kemudian disimpan di dalam LAF dengan suhu ruang (27oC) selama
basal. Dan di aduk menggunakan vortex mixer agar tercampur. Media TTB
35
Gambar 9. Media TTB
BKIPM Kelas II Semarang, bahan dasar yang digunakan adalah SCB 23 gram
untuk penggunaan 1 liter akuades. Kegunaan dari media SCB adalah untuk
media SCB berbentuk serbuk. Media SCB merupakan media yang berbentuk
cair.
disimpan di dalam LAF dengan suhu ruang (27oC) selama 24 jam, lalu
dimasukkan ke dalam lemari pendingin. Media SCB disajikan pada Gambar 10.
36
Gambar 10. Media SCB
e. Pembuatan media HE
gram untuk penggunaan akuades 1000 ml. Kegunaan dari media HE adalah
pada tahap isolasi dimana media HE adalah media selektif yang mengandung
yang dianalisa. Bahan dasar HE berbentuk serbuk dan merupakan media yang
berbentuk solid.
di atas hot plate sampai mendidih. Setelah mendidih kemudian ditunggu suhu
Setelah media padat, lalu disimpan ke dalam LAF dengan suhu ruang (27oC)
selama 24 jam, setelah itu disimpan ke dalam lemari pendingin (show case).
37
Gambar 11. Media HE
BKIPM Kelas II Semarang, bahan dasar yang digunakan adalah BSA sebanyak
52 gram untuk penggunaan akuades 1000 ml. Kegunaan dari media BSA adalah
pada tahap isolasi dimana media BSA adalah media selektif yang mengandung
yang dianalisa. Bahan dasar BSA berbentuk serbuk dan merupakan media yang
berbentuk solid.
di atas hot plate sampai mendidih. Setelah mendidih kemudian ditunggu suhu
Setelah media padat, lalu disimpan ke dalam LAF dengan suhu ruang (27oC)
selama 24 jam, setelah itu disimpan ke dalam lemari pendingin (show case).
38
g. Pembuatan Media XLD
BKIPM Kelas II Semarang, bahan dasar yang digunakan adalah BSA sebanyak
66 gram untuk penggunaan akuades 1000 ml. Kegunaan dari media XLD adalah
pada tahap isolasi dimana media XLD adalah media selektif yang mengandung
yang dianalisa. Bahan dasar XLD berbentuk serbuk dan merupakan media yang
berbentuk solid.
di atas hot plate sampai mendidih. Setelah mendidih kemudian ditunggu suhu
Setelah media padat, lalu disimpan ke dalam LAF dengan suhu ruang (27oC)
selama 24 jam, setelah itu disimpan ke dalam lemari pendingin (show case).
BKIPM Kelas II Semarang, bahan dasar yang digunakan adalah TSIA 65 gram
untuk penggunaan 1 liter akuades. Bahan dasar media TSIA berbentuk serbuk
yang berwarna merah apabila telah larut dalam akuades. Media TSIA merupakan
39
Langkah pertama dalam pembuatan media TSIA adalah menimbang bahan
beaker glass yang diberi magnetic stirer. Langkah selanjutnya bahan tersebut
tunggu hingga suhu media tidak terlalu panas, kemudian didistribusikan ke dalam
tabung reaksi. Setiap 10 tabung reaksi yang berisi media TSIA diikat
menit kemudian ditunggu hingga suhu media tidak terlalu. Setelah suhu media
tidak terlalu panas, kemudian media diatur dalam posisi miring (slant) di dalam
LAF dengan suhu ruang (27oC) selama 24 jam, lalu dimasukkan ke dalam lemari
pendingin.
BKIPM Kelas II Semarang, bahan dasar yang digunakan adalah LIA 32 gram
untuk penggunaan 1 liter akuades. Bahan dasar media LIA berbentuk serbuk
yang berwarna ungu apabila telah larut dalam akuades. Media LIA merupakan
40
Langkah pertama dalam pembuatan media LIA adalah menimbang bahan
beaker glass yang diberi magnetic stirer. Langkah selanjutnya bahan tersebut
tunggu hingga suhu media tidak terlalu panas, kemudian didistribusikan ke dalam
tabung reaksi. Setiap 10 tabung reaksi yang berisi media LIA diikat
menit kemudian ditunggu hingga suhu media tidak terlalu panas. Setelah suhu
media tidak terlalu panas, kemudian media diatur dalam posisi miring (slant) di
dalam LAF dengan suhu ruang (27oC) selama 24 jam, lalu dimasukkan ke dalam
lemari pendingin.
BKIPM Kelas II Semarang, bahan dasar yang digunakan adalah Simmon Citrate
22,5 gram untuk penggunaan 1 liter akuades. Bahan dasar media LIA berbentuk
41
serbuk yang berwarna hijau apabila telah larut dalam akuades. Media sitrat
citrat sebanyak 22,5 gram dan ditambahkan akuades 1000 ml ke dalam beaker
tunggu hingga suhu media tidak terlalu panas, kemudian didistribusikan ke dalam
tabung reaksi. Setiap 10 tabung reaksi yang berisi media sitrat diikat
menit kemudian ditunggu hingga suhu media tidak terlalu panas. Setelah suhu
media tidak terlalu panas, kemudian media diatur dalam posisi miring (slant) di
dalam LAF dengan suhu ruang (27oC) selama 24 jam, lalu dimasukkan ke dalam
lemari pendingin.
42
k. Pembuatan Media Urea
BKIPM Kelas II Semarang, bahan dasar yang digunakan adalah Urea Agar Base
sebanyak 21,45 gram dan urea sebanyak 20,42 gram untuk penggunaan 1 liter
akuades. Bahan dasar media urea berbentuk serbuk yang berwarna oranye
apabila telah larut dalam akuades. Media urea merupakan media yang berbentuk
solid.
Langkah pertama pembuatan media urea adalah menimbang Urea Agar Base
sebanyak 21,45 gram dan ditambahkan akuades 1000 ml ke dalam beaker glass
atas hot plate sampai mendidih, lalu tutup dengan alumunium foil dan kertas.
selama 15 menit dan ditunggu hingga suhu media tidak terlalu panas. Setelah
suhu media tidak terlalu panas, kemudian dimasukkan urea 20,42 gram dan
dalam posisi miring (slant) di dalam LAF dengan suhu ruang (27oC) selama 24
43
l. Pembuatan Media Pepton
BKIPM Kelas II Semarang, bahan dasar yang digunakan adalah Pepton water 21
gram dan trypton 20 gram untuk penggunaan 1 liter akuades. Bahan dasar media
pepton berbentuk serbuk yang tidak berwarna atau bening walaupun telah larut
bahan dasar pepton yaitu trypton sebanyak 21 gram dan pepton water sebanyak
hot plate sampai mendidih. Setelah mendidih kemudian tunggu hingga suhu
media tidak terlalu pana. Setelah itu didistribusikan ke dalam tabung reaksi.
Setiap 10 tabung reaksi yang berisi media pepton diikat menggunakan karet
disimpan di dalam LAF dengan suhu ruang (27oC) selama 24 jam, lalu
44
m. Pembuatan Media MRVP
BKIPM Kelas II Semarang, bahan dasar yang digunakan adalah MRVP 17 gram
untuk penggunaan 1 liter akuades. Bahan dasar media MRVP berbentuk serbuk
yang berwarna kuning bening apabila telah larut dalam akuades. Media MRVP
10 tabung reaksi yang berisi media MRVP diikat menggunakan karet gelang dan
di dalam LAF dengan suhu ruang (27oC) selama 24 jam, lalu dimasukkan ke
45
n. Pembuatan media Malonate
cair.
beaker glass yang diberi magnetic stirer. Langkah selanjutnya bahan tersebut
tunggu hingga suhu media tidak terlalu panas. Setelah itu didistribusikan ke
dalam tabung reaksi. Setiap 10 tabung reaksi diikat menggunakan karet gelang
di dalam LAF dengan suhu ruang (27oC) selama 24 jam, lalu dimasukkan ke
(sukrosa, laktosa dan dulcitol) di BKIPM Kelas II Semarang, bahan dasar yang
digunakan adalah basal gula dan bahan dasar gula sebesar 1% untuk sukrosa
46
dan laktosa untuk dulcitol sebesar 0,5% dari banyaknya basal gula yang
digunakan. Bahan dasar media gula berbentuk serbuk, sedangkan basal gula
berwarna merah setelah diberi indikator warna methyl red. Media gula
basal gula sebanyak 100 ml dengan bahan dasar gula (sukrosa dan laktosa)
sebesar 1% dan dulcitol sebesar 0,5% dari banyaknya basal gula yang
digunakan, yaitu sebanyak 1 gram. Untuk (sukrosa dan laktosa), untuk dulcitol
sebesar 0,5 gram. Media gula merupakan media yang rentan terhadap
keadaan aseptis dan steril. Setelah dihomogenkan dalam kondisi yang aseptis
dalam LAF.
p. Pembuatan Pereaksi MR
beaker glass yang berisi 300 ml alkohol 95% dan tetapkan volumenya hingga
47
q. Pembuatan Pereaksi Potassium hydroxide 40%
aquades.
magnetic stirer ke dalam beaker glass yang berisi 75 ml alkohol dan perlahan-
colonies) pada media selektif diisolasi dan dilanjutkan dengan konfirmasi melalui
48
Homogenisasi 25 g
sampel
dalam 225 ml LB
inkubasi
selama 24 jam
Pindahkan 0,1 ml Pindahkan 1 ml Pindahkan 1
larutan larutan ml larutan
sampel ke dalam sampel ke dalam sampel ke
10 ml 10 ml dalam 10 ml
media RV media TTB media SCB
Ambil 2 atau lebih koloni terduga pada media agar selektif, gores dan
tusuk ke media agar miring TSI dan LIA
Inkubasi cawan HE, XLD, dan BSA selama 24 jam suhu 35oC ± 1oC
Dilakukan uji biokimia dan uji urease pada koloni terduga positif
Identifikasi
49
● Pra Pengkayaan
larutan LB.
● Pengkayaan
a. Tutup wadah dikencangkan dan dan dikocok perlahan sampel yang diinkubasi.
SCB.
media TTB selama 24 ± 2 jam di waterbath pada suhu 43oC ± 0,2oC, dan
media SCB selama 24 ± 2 jam di pada suhu 35oC ± 1oC. Pada tahap
50
Gambar 24. Tahap Pengkayaan
● Isolasi Salmonella
a. Digoreskan TTB yang diinkubasi ke dalam media HE, XLD, dan BSA
menggunakan jarum loop (3 mm). Disiapkan BSA, HE, XLD sehari sebelum
c. Cawan BSA, HE, dan XLD diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35oC ± 1oC.
Diambil 2 atau lebih koloni Salmonella dari masing-masing media agar selektif
setelah diinkubasi selama 24 jam. Koloni Salmonella yang khas (typical) adalah
sebagai berikut:
51
a. HE : Koloni hijau kebiruan sampai biru dengan atau tanpa inti hitam.
b. XLD : Koloni merah jambu dengan atau tanpa inti hitam. Umumnya
waktu inkubasi. Apabila koloni tipikal tumbuh pada BSA setelah 24 jam
dengan cara menggores agar miring dan menusuk agar tegak. Tanpa
media LIA dengan cara menusuk agar tegak lebih dahulu. Setelah itu
(4cm). Media agar selektif yang telah diambil koloninya disimpan pada
e. Media TSI dan LIA diinkubasi selama 24 jam ± 2 jam pada suhu 35oC ±
memberikan reaksi yang tidak sesuai pada TSI dan LIA yang
52
pada tusukan dinyatakan sebagai kultur negatif. Umumnya kultur
dilakukan dengan cara Sampel Telur dalam satu kontainer dianggap berasal dari
satu sumber yang sama sehingga dilakukan pengujian secara pool. Pengujian
dilakukan pada tiga parameter yaitu kerabang telur, putih telur, dan kuning telur.
Prapengayaan pada kerabang telur dilakukan dengan swab pada sampel 9 butir
atau wadah steril berisi 45 mL BPW 0,1% kemudian diinkubasi pada suhu 35 °C
selama 16-20 jam. Prapengayaan pada putih dan kuning telur dilakukan pada
sampel 9 butir telur dengan memisahkan antara putih dan kuningnya secara
larutan BPW 0.1% kemudian diinkubasi pada suhu 35 °C selama 16-20 jam.
53
kemudian dilanjutkan tahap pengayaan dengan memindahkan 0.1 ml ke dalam
ose biakan bakteri dari media pengayaan yang telah diinkubasi dan
koloni yang terlihat biru kehijauan dengan atau tanpa titik hitam. Tahap
media TSIA dan LIA. Inokulasi dilakukan dengan menusukkan jarum inokulasi ke
dasar media agar dan selanjutnya digores pada bagian miring agar. Kedua
● Uji Biokimia
a. Uji Urease
dalam Rapid Urea Broth. Lalu diinkubasi selama 2 jam dalam waterbath pada
suhu 37oC ± 0,5oC. Reaksi Salmonella yang khas untuk uji urease
b. Phenol Red Dulcitol atau Purple Broth Base dengan 0,5 dulcitol
dikendurkan tutupnya dan diinkubasi selama 48 jam ± 2 jam pada suhu 35oC
pembentukan gas dalam tabung durham dan pH asam (kuning) pada media.
Reaksi negatif ditandai dengan tidak terbentuknya gas pada tabung durham
54
dan warna merah (phenol red sebagai indikator) atau ungu (bromocresol
c. TB
selama 24 jam pada suhu 35oC ± 1oC dan selanjutnya diikuti prosedur di
bawah ini:
- Malonate Broth
- Uji Indol
Dipindahkan 1 ose dari TSI agar miring yang telah diinkubasi selama 24 jam
– 48 jam ke dalam phenol red lactose atau purple lactose broth. Selanjutnya
diinkubasi selama 48 jam ± 2 jam pada suhu 35oC ± 1oC, dan diamati setelah
24 jam.
55
Positif, apabila terjadi pembentukan asam (kuning) dan gas pada tabung
terbentuknya gas pada tabung durham dan warna merah atau ungu sebagai
Dipindahkan 1 ose dari TSI agar miring yang telah diinkubasi selama 24 jam
– 48 jam ke dalam phenol red sucrose atau purple sucrose broth. Selanjutnya
diinkubasi selama 48 jam ± 2 jam pada suhu 35oC ± 1oC dan diamati setelah
24 jam.
Positif, apabila terjadi pembentukan asam (kuning) dan gas pada tabung
terbentuknya gas pada tabung durham dan warna merah atau ungu sebagai
Dipindahkan 1 ose dari TSI agar miring ke dalam media MR–VP Broth dan
inkubasikan selama 48 jam ± 2 jam pada suhu 35oC ± 1oC. Dilakukan uji VP
jam pada suhu 35oC ± 1oC. Lalu ditambahkan alpha naphtol dan dikocok.
Diamati hasilnya setelah 4 jam. Perubahan warna menjadi merah muda eosin
methyl red ke dalam media MR–VP yang telah diinkubasi selama 96 jam lalu
56
positif, ditandai dengan terjadinya difusi warna merah pada media. Terjadinya
Dipindahkan 1 ose dari TSI agar miring ke dalam media simmons citrate
agar miring dengan cara menggores agar miring dan menusuk agar tegak.
warna dari hijau menjadi biru. Umumnya Salmonella memberikan hasil sitrat
positif.
Negatif, apabila tidak ada atau sedikit sekali pertumbuhan dan tidak terjadi
perubahan warna.
kultur murni sebagai pembanding. Pada ke enam sampel ikan, media HE XLD,
dan BSA tidak terdapat perubahan warna seperti ciri dari koloni khas Salmonella.
Pada kultur murni media HE terbentuk koloni biru, pada media XLD terbentuk
koloni merah jambu, dan pada media BSA berwarna metalik. Sampel ikan tidak
57
dilakukan uji lanjut, sedangkan sampel kultur murni dilakukan uji biokimia. Berikut
khas
(+)
LIA Tusukan Ungu Tusukan +
kuning (positif)
(+)
H2S Hitam Tidak hitam +
(positif)
(+)
58
Urease Warna ungu Tidak ada -
sampai merah perubahan (negatif)
warna
(-)
Dulcitol Warna kuning Tidak terjadi +
Perubahan (positif)
Warna (+)
Malonate Warna biru Tidak ada -
perubahan (negatif)
warna
(-)
Indol Warna violet Warna kuning -
pada pada (negatif)
permukaan permukaan
(-)
Lactose Warna kuning Tidak terjadi -
perubahan (negatif)
warna
(-)
Sucrose Warna kuning Tidak terjadi -
perubahan (negatif)
warna
(-)
VP Merah muda Tidak ada -
sampai merah perubahan (negatif)
wana
(-)
MR Warna merah Warna kuning +
menyebar mnyebar (positif)
(+)
59
Citrat Ada Tidak ada +
Pertumbuhan pertumbuhan (positif)
warna biru dan tidak ada
perubahan
warna
(+)
berupa rajungan kaleng (raw material), makarel, lemuru, cumi, udang, dan surimi
sesuai dengan standar mutu makanan SNI 2006 yang menyatakan bahwa ikan
Hasil negatif uji keberadaan Salmonella dapat disebabkan oleh beberapa hal
antara lain yaitu tidak adanya kontaminasi Salmonella pada sampel yang
ikan, akan tetapi bakteri ini potensi penyebarannya lebih rendah dibandingkan
dengan bakteri lain seperti E.coli. Selain itu, pertumbuhan koloni mikroba lain
60
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
melalui uji biokimia dan uji serologi untuk meyakinkan ada atau tidaknya
bakteri Salmonella.
5.2 Saran
61