Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pola kemunduran mutu ikan
dari segi organoleptik, kimiawi, biokimiawi, serta aktivitas enzim proteolitik.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum proses kemunduran mutu ikan dilaksanakan pada hari Jumat, 23
April 2015 pada pukul 14.00-16.00 WIB dan Kamis, 29 April 2015 pukul 16.0018.00 WIB. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku
Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum proses kemunduran mutu ikan
yaitu ikan patin (pre rigor, rigor, dan post rigor), akuades, TCA 7%, K2CO3, asam
borat, dan HCL. Alat yang digunakan pada praktikum yaitu scoresheet
organoleptik, alat bedah, wadah, homogenizer, pH meter, kertas saring, dan cawan
conway.
Prosedur Kerja
Organoleptik
Ikan patin yang digunakan dimatikan terlebih dahulu. Setelah dimatikan,
ikan patin kemudian ditimbang dan diukur morfometriknya. Setelah diukur
morfometriknya, kemunduran mutu ikan diuji secara organoleptik tiap satu jam
sekali. Pengujian dilakukan hingga ikan mencapai fase post rigor. Diagram alir
prosedur kerja Praktikum Proses Kemunduran Mutu Ikan dapat dilihat pada
Gambar 1.
Ikan patin
Pematian ikan
Pengukuran morfometrik
Keterangan:
Keterangan:
Penyaringan
Filtrat
Data
Keterangan:
Perlakuan sampel
1 ml buffer tris
1 ml kasein
1 ml katepsin
Perlakuan standar
1 ml buffer tris
1 ml kasein
1 ml tirosin
Penambahan TCA
7% 1 ml
Perlakuan blanko
1 ml buffer tris
1 ml kasein
1 ml akuades
Penyaringan
Filtrat
Penambahan folin 1
ml
Inkubasi selama 10
menit
Pengukuran
absorbansi pada 720
nm
Data
Keterangan:
Berat (g)
305
P.total (cm)
31.8
P.baku (cm)
29.3
Lebar (cm)
3.7
Tinggi (cm)
11.3
Indikator uji organoleptik seperti mata, insang, daging, tekstur, bau dan
lendir menunjukkan penurunan yang terjadi pada setiap waktu pengamatan.
Insang dan lendir tubuh ikan menunjukkan fase awal post rigor pada jam ke 12
hingga 14 ditandai dengan nilai skor organoleptik 5. Bau serta tekstur merupakan
indikator yang paling cepat menurun, pada jam ke 11 hingga 12 skor organoleptik
yang diperoleh adalah 5 dan menurun drastis menjadi 1 pada jam ke 14. Grafik
penurunan mutu ikan dapat dilihat pada Gambar 5.
10
8
6
nilai organoleptik
4
2
0
10
12
14
16
waktu (jam)
M ata
Daging
Insang
Bau
Lendir
Tekstur
kemunduran mutu ikan mas. Herawati et al. (2014) menyatakan bahwa ikan mas
yang dimatikan langsung akan lebih bertahan lama terhadap proses kemunduran
mutu karena ikan tidak terlalu banyak mengeluarkan energi. Perbedaan yang ada
pada hasil penelitian tersebut dan yang telah dipraktikumkan hanya pada spesies
yang digunakan. Perbedaan spesies dapat berpengaruh terhadap proses
kemunduran mutu karena kandungan kimia maupun kandungan mikroba di dalam
tubuh antar spesies berbeda.
Tahap kemunduran mutu ikan menurut Sanger (2010) dibagi menjadi
tiga, yaitu pre rigor, rigor mortis dan post rigor. Ikan pre rigor memiliki kondisi
seperti ikan hidup dengan nilai organoleptic 9-8. Amat segar atau segar, apabila
kondisi ikan masih berada dalam tahap rigormortis dengan nilai organoleptik 8-7.
Kurang segar, apabila kondisi ikan berada dalam tahap post rigor hingga
dinyatakan busuk dengan nilai organoleptic <6. Standar mutu ikan segar menurut
SNI 01-2729.2-2006 adalah semua jenis ikan hasil perikanan yang baru ditangkap
atau panen dan belum mengalami penangan dan pengolahan. Bentuk bahan baku
berupa ikan segar yang sudah atau belum disiangi. Bahan baku berasal dari
perairan yang tidak tercemar. Bahan baku harus bersih, bebas dari setiap bau yang
menandakan pembusukan, bebas dari tanda dekomposisi dan pemalsuan, bebas
dari sifat-sifat alamiah lain yang dapat menurunkan mutu serta tidak
membahayakan kesehatan, secara organoleptik bahan baku harus mempunyai
karakteristik kesegaran seperti kenampakan (mata cerah, cemerlang), bau (segar),
tekstur (elastis, padat dan kompak). Penyimpanan bahan baku yang terpaksa harus
disimpan dalam wadah yang baik dan tetap dipertahankan suhunya dengan
menggunakan es curai sehingga suhu pusat bahan baku mencapai suhu maksimal
5C, saniter dan higienis.
Analisis pH
Nilai pH yang diperoleh dari ikan patin yang diuji sangat beragam
dengan selisih yang sedikit. Nilai pH pada jam ke-0 sebesar 6,42. Nilai pH pada
jam ke-4 sebesea 6,33 dan nilai pH pada jam ke-12 sebesar 6,32. Perubahan nilai
pH disebabkan oleh kemunduran mutu ikan yang terjadi mulai dari pre rigor,
rigor mortis hingga post rigor. Grafik perubahan nilai pH ikan patin dapat dilihat
pada Gambar 6.
6.42
7
6.33
6.32
6
5
pH 4
3
2
1
0
10
12
Waktu (Jam)
mortis sebesar 11,24% dan kadar TVB saat ikan patin memasuki 10-12 jam atau
sudah memasuki tahap post rigor sebesar 12,84%. Grafik kadar TVB ikan patin
dapat dilihat pada Gambar 7.
14
12.84
11.24
12
10.70
10
8
6
4
2
0
10
12
Waktu (Jam)
0.18
0.17
0.18
0.16
0.14
0.12
Aktivitas katepsin
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02 0.02
0
10
12
Waktu (jam)
Herawati DP, Darmanto YS, Romadhon. 2014. Pengaruh cara kematian dan
tahapan penurunan kesegaran ikan terhadap kualitas pasta ikan mas
(Cyprinus carpio). Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Perikanan. 3(3): 23-31.
Hermawan A. 2012. Hubungan salinitas terhadap persebaran ikan medaka kepala
timah (Aplocheilus panchax) di Sungai Opak Daerah Istimewa
Yogyakarta [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta.
Jiang ST. 2000. Enzymes and Their Effects on Seafood Texture. Di dalam: Haard
NF dan Simpson BK, editor. Seafood Enzymes Utilization and Influence
on Postharvest Seafood Quality. New York (US): Marcel Dekker Inc.
Kaparang R, Harikedua SD, Suwtja IK. 2013. Penentuan mutu ikan tandipang
(Dussunieria acuta C.V) asap kering selama penyimpanan suhu kamar.
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan. 1(1): 1-6.
Karungi C, Byaruhanga YB, Moyunga JH. 2003. Effect of pre-icing duration on
quality deterioration of iced perch (Lates niloticus). Journal of Food
Chemistry. 85: 13-17.
Mahatmanti FW, Sugiyo W, Sunarto W. 2010. Sintesis kitosan dan
pemanfaatannya sebagai anti mikrobia ikan segar. Sainteknol. 8(2): 101111.
Munandar A, Nurjanah Nurilmala M. 2009. Kemunduran mutu ikan nila
(Oreochromis niloticus) pada penyimpanan suhu rendah dengan
perlakuan cara kematian dan penyiangan. Jurnal Teknologi Pengolahan
Hasil Perikanan Indonesia. 7(2): 88-101.
Naibaho OH, Yamlean PVY, Wiyono W. 2013. Pengaruh basis salep terhadap
formulasi sediaan salep ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.)
pada kulit punggung kelinci yang dibuat infeksi Staphylococcus aureus.
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi. 2(2): 27-33.
Nurhayati T, Salamah E, Tampubolon K, Aprilan A. 2011. Peranan inhibitor
katepsin dari ikan patin (Pangasius hypophthalmus) untuk menghambat
kemunduran mutu ikan bandeng (Chanos chanos Forskal). Jurnal
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 14(1): 49-55.
Nurilmala M, Nurjanah, Utama RH. 2009. Kemunduran mutu ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus) pada penyimpanan suhu chilling dengan perlakuan
cara mati. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 7(1): 1-16.
Ozogul Y, Ozyurt G, Ozogul F, Kuley E, Polat A. 2004. Freshness assessment of
european eel (Anguilla anguilla) by sensory, chemical
microbiological methods. Jornal of Food Chemistry. 92:745-751.
and
Sanger G. 2010. Mutu kesegaran ikan tongkol (Auxis tazard) selama penyimpanan
dingin. Warta WIPTEK. 35: 39-43.
Simpson BK. 2000. Digestives Proteinases from Marine Animals. Di dalam:
Haard NF dan Simpson BK, editor. Seafood Enzymes Utilization and
Influence on Postharvest Seafood Quality. New York (US): Marcel
Dekker Inc.
Susanto E, Agustini TW, Swastawati F, Surti T, Fahmi AS, Albar MF, Nafis MK.
2011. Pemanfaatan bahan alami untuk memperpanjang umur simpan ikan
kembung (Rastrelliger neglectus). Jurnal Perikanan. 8(2): 60-69.
(Unimus) Universitas Muhammadiyah Semarang. 2013. Modul Penanganan Mutu
Fisis (Organoleptik). Semarang (ID): Fakultas Teknologi Pangan,
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Wangsadinata V. 2008. Sistem pengendalian mutu ikan swanggi (Priacanthus
macracanthus) (studi kasus di CV Bahari Express, Pelabuhan Ratu,
Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Contoh perhitungan kadar TVB
Kadar TVB (%)
=
=
=0
UA2
UArata-rata