PENDAHULUAN
daratan 94.561 km2 dan 3.241 pulau-pulau yang memiliki empat satuan wilayah
sungai yaitu sungai Rokan, sungai Siak, Sungai Kampar dan sungai Indragiri yang
(Yuniarti, 2000).
Riau. Dengan kondisi demikian juga ditunjang oleh cukup banyaknya spesies ikan
yang terdapat di daerah Riau. Untuk mencapai target produksi perikanan sesuai
produksi tersebut, antara lain kegagalan produksi akibat serangan wabah penyakit
ikan yang bersifat patogenik baik dari golongan parasit, jamur, bakteri, dan virus.
hubungan dengan salah satu spesies parasit dimana inangnya sebagai habitat dan
merupakan tempat untuk memperoleh makanan atau nutrisi, tubuh inang adalah
Secara umum penyakit dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit infeksi dan
non infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit,
jamur, bakteri, dan virus dan penyakit non infeksi disebabkan oleh faktor non
Liviawaty, 2003).
akuakultur. Pemeliharaan ikan dalam jumlah besar dan padat tebar tinggi pada
tinggi akan menyebabkan ikan mudah stress sehingga menyebabkan ikan menjadi
mudah terserang penyakit, selain itu kualitas air, volume air dan alirannya
terinfeksi, mengetahui gejala klinis ikan yang terkena bahan pollutan, dan
Manfaat dari pratikum ini adalah agar praktikan bisa mengetahui bentuk
dari parasit dan cara mengatasi masalah dari parasit yang menginfeksi ikan
budidaya.
3
Parasit dapat ditemukan menginfeksi seluruh organ tubuh ikan baik pada
permukaan tubuh maupun yang terdapat pada bagia dalam tubuh. Parasit yang
menginfeksi bagian luar tubuh ikan seperti sirip, permukaan tubuh, operculum, dan
insang disebut ektoparasit, sedangkan yang menginfeksi organ bagian dalam tubuh
Hal ini sesuai dengan pendapat Kabata (1985) bahwa monogenea salah satu
parasit yang sebagian besar menyerang bagian luar tubuh ikan (ektoparasit) jarang
menyerang bagian dalam tubuh ikan (endoparasit) biasanya menyerang kulit dan
insang.
Ektoparasit adalah parasit yang terdapat di luar tubuh host (inang). Dari
Arthropoda terdiri dari berbagai sub filum yaitu Trilobitomorpha (sudah punah),
(contoh: mites, ticks) dan sub filum Mandibulata (contoh: insecta) merupakan sub
filum yang paling penting dalam dunia veteriner. Pentingnya kedua sub filum di
atas karena dapat berperan sebagai agen penyebab penyakit at patologis pada
4
antara untuk protozoa dan helminth, berperan sebagai vektor bagi bakteri, virus,
pipih seperti kuku. Tubuh Argulus sp ini dilengkapi dengan alat yang dapat
digunakan untuk mengaitkan tubuhnya pada insang dan mengisap sari makanan.
Serangan parasit ini umumnya tidak menimbulkan kematian pada ikan . Argulus
sp ini hanya mengisap darah ikan saja sehingga ikan menjadi kurus, Luka bekas
alat pengisap ini merupakan bagian yang mudah diserang oleh bakteri atau jamur.
Infeksi sekunder inilah yang bisa menyebabkan kematian ikan secara masal.
Akibat yang ditimbulkan oleh infeksi Argulus sp. pada ikan adalah beberapa sisik
tubuh terlepas, terdapat titik-titik merah pada kulit, insang berwarna kehitam-
hitaman dan timbulnya lendir (mukus) yang berlebih pada sirip. Pertahanan
pertama ikan terhadap serangan penyakit berada di permukaan kulit, yaitu mukus,
termasuk kulit, insang dan perut. Pada saat terjadi infeksi atau iritasi fisik dan
kimiawi, sekresi mukus meningkat. Lapisan mukus secara tetap dan teratur akan
diperbarui sehingga kotoran yang menempel di tubuh ikan juga ikut dibersihkan.
Mukus ikan mengandung lisosim, komplemen, antibody (ig M) dan protease yang
dalam tempat pemeliharaan biasanya melalui pergesekan antar kulit ikan yang
terinfeksi Argulus sp. Sifat parasitik Argulus sp. cenderung temporer yaitu
5
mencari inangnya secara acak dan dapat berpindah dengan bebas pada tubuh ikan
lain atau bahkan meninggalkannya. Hal ini dapat dilakukan karena Argulus sp.
mampu bertahan hidup selama beberapa hari di luar tubuh ikan (Purwakusuma,
2007).
Ikan yang terserang penyakit atau parasit pada organ (alat-alat) dalamnya
dengan berdirinya sisik (dropsy). Dapat terjadi pula bahwa ikan yang terserang
organ dalamnya memiliki perut yang sangat kurus. Jika dijumpai pada kotoran
ikan sudah dijumpai bercak darah, ini berarti pada usus terjadi pendarahan
umum penyakit dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit infeksi dan non
infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur,
bakteri, dan virus dan penyakit non infeksi disebabkan oleh faktor non hidup
2003).
yang diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain penanganan ikan, faktor
pakan yang diberikan, dan keadaan lingkungan yang kurang mendukung. Pada
padat penebaran ikan yang tinggi jika faktor lingkungan kurang menguntungkan
misalnya kandungan zat asam dalam air rendah, pakan yang diberikan kurang tepat
6
baik jumlah maupun mutunya, penanganan ikan kurang sempurna, maka ikan akan
menderita stress. Dalam keadaan demikian ikan akan mudah terserang oleh
Salah satu ektoparasit yang dapat merugikan hewan adalah caplak, lalat,
tungau dan kutu. Caplak keras (famili Ixodidae) merupakan salah satu kelompok
Memiliki siklus hidup, dimana salah satu siklus hidupnya berada dalam darah
hewan-hewan vertebrate termasuk ikan. Pada ikan air tawar golongan cyprinidaae
parasit darah memasuki inang tersebut melalui perantara vector, yaitu lintah
Pisciola sp. dan Hemiclepis sp. Setelah setelah ikan tergigit oleh lintah, ada fase
prepaten berkisar 2-9 hari, dimana flagellata tidak ada dalam peripheral darah.
Setelah fase tersebut, muncul flagellata yang bentuknya silinder pada peripheral
darah, yang merupakan fase kedua dari parasit flagellate. Parasit mengalami
pembelahan dan perkembangan pada fase kedua ini, yang dapat diamati pada
Pada ikan yang terserang penyakit terjadi perubahan pada nilai hematokrit,
kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah dan jumlah sel darah putih).
Tripanoplasma borelli
7
ikan dan oprganisme lain Persenyawaan organic di perairan akan dipecah oleh
juga mempengruhi proses metabolisma dalam tubuh ikan, merusak jaringan usus
dan fungsi ginjal (Duffus, 1980). Senyawa beracun ini juga mempengaruhi darah
organ tubuh lainya. Disamping itu senyawa beracun dan logam berat dapat
terhadap adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi tertentu.
perubahan aktivitas pernafasan yang besarnya perobahan diukur atas dasar irama
Sebagai indikator dari toxicant sub lethal juga dapat dilihat dari frekwensi
bentuk ikan. Yang mana digunakan untuk membersihkan pembalikan aliran air
Apolonia, 1978).
merupakan indikator yang sensitif pada kehidupan sebagai peringatan awal dari
kwalitas air. Perubahan faal drah ikan yang diakibatkan senyawa pencemar, akan
ikan. Parameter faal darah dapat diukur dengan mengamati kadar hemoglobin,
Parasitologi Ikan dan Pembuatan Preparat Parasit Darah ini dilaksanakan pada
bertempat di Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum Metode Dasar
Dalam Parasitologi Ikan dan Pembuatan Preparat Parasit Darah adalah ikan mas
(Cyprinus carpio) sebagai sampel, na citrate, alcohol absolute, larutan diff quick,
timbangan, mistar ukur, mikroskop, wadah untuk pengkuran ikan, talang untuk
membedah ikan, timbangan, peralatan bedah ikan, pipet, slide glass, cover glass,
dan pensil.
Terhadap Ikan yang Keracunan Bahan Polutan adalah ikan nila (Oreocromis
niloticus) ukuran 50-10 cm (bersisik atau tidak), sampel air parit Al-faunas,
Metode yang digunakan pada semua praktikum parasit dan penyakit ikan
ini adalah metode pengamatan secara langsung pada objek yang bersangkutan.
10
sama dengan air dimana ikan itu ditangkap/ dimabil. Mukus dari ikan diambil
dengan menggunakan scalpel atau slideglass, diencerkan dengan air local dan
selanjudnya ditutup dengan cover glass. Semua helai insang baik insang kiri
maupun kanan dilepas baru diletakkan pada petri disk secara terpisah. Buka
rongga mulut periksa ada tidaknya parasit pada rongga tersebut. Cuci rongga
hidung dengan menggunakan pipet. Periksa sisik dan sisi bagian dalamnya.
Gunting setiap sirip dan letakkan diatas petri disk secara terpisah. Catat setiap
spesies jan jumlah parasit yang ditemukan pada setiap organ. Parasit yang
ditemukan harus di fiksasi pada larutan fiksasi secara tepat dan tempatkan pada
botol sampel. Berikan label pada botol sampel tersebut dengan menulis nama
ada didalam usus. Periksa organ-organ viscera in situ. Organ-organ viscera (gall
dan urinary bladder, hati, limpah, ginjal, gonad, jantung otak dan mata)
dipindahkan pada petri disk secara terpisah untuk pemeriksaan. Gunting organ
pencernaan mulai dari pangkal anus sampai pada lokasi sekitar insang. Setelah
bagian-bagian tertentu seperti lambung, pyloruc caeca, bagian anterior, tengah dan
parasitnya. Setelah itu mucus dari organ tersebut dikeruk dengan scalpel/ slide.
bawah.
1. Ambil darah ikan mas dengan menggunakan jarum suntik. Penggumpalan darah
2. Letakkan setetes darah pada salah satu ujung slide glass yang tidak berminyak.
3. Tempelkan salah satu ujung slide glass yang mengandung darah, lalu geser
6. Berikan 1 sampai 2 tetes etellan atau Canada balsam pada specimen, lalu tutup
3. Masukkan ikan
tersebut
4.1. Hasil
pada insang ikan mas. Argulus sp. diklasifikasikan kedalam filum Arthropoda,
Gambar 1. Argulus sp. (a. Preoral stylet, b. Sucker, c. Maxilla, d. Kaki thorax
1. Insang pucat
2. Tubuh lemah
3. Gerakannya lambat
borelli .
4.2. Pembahasan
Bentuk tubuh Argulus sp. adalah pipih bulat dengan diameter 5 mm.
Tubuhnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu cephalothorax, thorax, dan abdomen.
Ciri utama yang paling menonjol pada Argulus sp. adalah adanya sucker besar
berfungsi sebagai organ penempel utama pada Argulus sp. dewasa. Selain itu
terdapat preoral dan proboscis untuk melukai dan menghisap sari makanan dari
pada tubuh ikan lain, hal ini dapat dilakukan karena Argulus sp. Mampu bertahan
hidup selama beberapa hari di luar tubuh ikan. Perpindahan ke inang baru dapat
terjadi dengan berbagai sebab, misalnya karena inang mati, inang berhasil
melepaskan diri dari parasit, Argulus jantan mencari pasangan untuk kawin atau
Argulus betina melepaskan diri untuk meletakkan telur dan kemudian bebas
Serangan parasit lebih sering mematikan pada ikan-ikan muda yang biasanya
menginfeksi ikan, Argulus sp. juga dapat berperan sebagai vektor bagi virus atau
bakteri yang sering menyebabkan penyakit pada ikan. Bakteri, virus dan
organisme penyakit lainnya dapat masuk ke dalam tubuh ikan karena integumen
sebagai pertahanan pertama ikan telah dirusak oleh Argulus sp. (R. Heckmann,
2003).
yang hidup di dalamnya, salah satunya adalah ikan. Selain ikan masih banyak
16
akan mati karena tidak ada makanan, ikan-ikan pun akan mati karena zooplankton
yang biasa dimakan tidak ada. Dengan kata lain detergen dan polutan lainnya
dalamnya.
Besar tidaknya pengaruh detergen dan polutan lainnya pada ikan dan
makhluk hidup lain tergantung pada konsentrasi polutan tersebut. Semakin tinggi
5.1. Kesimpulan
Parasit Argulus sp dapat dijumpai pada ikan mas pada bagian sirip-
siripnya. Adapun ciri ciri yang terlihat jika ikan terserang Argulus sp adalah
insang pucat, tubuh lemah, gerakannya lambat, suka berenang ke tepi dan
kelas flagellate.
Ikan yang diberi zat polutan berupa minyak jelantah tidak terlalu
memberikan dampak yang nyata pada ikan nila, tidak ada ikan yang mati. Minyak
5.2. Saran
dan ektoparasit pada ikan sebaiknya mengguanakan ikan yang sudah terindikasi
terserang oleh parasit dan pada pengamatan bakteri sebaiknya bakteri dapat
semestinya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto dan Liviawaty. 1992. Pengendalian hama dan penyakit ikan. Penerbit
kanisius. Yogyakarta.
Kabata, Z. 1985. Parasires and diseases of fish cultured in the tropics. Penerbit
taylor dan prancis. London and Philadelphia.
Larson, A., B.E. Bengston and O. Svaberg. 1976. Effect of Cadmium for
Hematologys and Biochemis on Fish. Chambridge University Press.
London. New York. Melboum.
Poels, C.L.M. 1983. Sub lethal Effect of RhineWater of Rainbouw Trout. Testing
and research Institute of the Netherlands Water Undertakings. KIWA
Ltd. Rijswijk. Netherlands.
Sudarmadi, Sigit. 1993. toksiologi Limbah pabrik kulit terhadap Cyprinus Carpio
L. dan Kerusakan insang. Jurnal Lingkungan dan Pembangunan 13;4 :
hal. 247 260. Jakarta.
Tewari, H.,T.S. Gill and J. Plant. 1987. Impact of Chronic Lead Poisoning on the
Hematological and Biochemistry Profiles on a Fish Barbus Chonchonius
(Ham) Bull. Embirom. Contam.
LAMPIRAN
21
Pena Pensil
OLEH
ANISA LATIPAH
0804113865
BUDIDAYA PERAIRAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Parasit dan Penyakit Ikan yang berjudul Metode Dasar Dalam Parasitologi Ikan,
Hatchery serta para asisten yang telah membantu penulis selama pratikum sampai
pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini, penulis juga
kearah yang lebih baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
ANISA LATIPAH
24
DAFTAR ISI
Isi
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1. Latar Belakang....................................................................... 1
1.2. Tujuan Praktikum .................................................................. 2
1.3. Manfaat Praktikum ................................................................ 2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
25
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman