Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN IKAN

PENGARUH PENGGUNAAN PELET KOMERSIAL TERHADAP


PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN
NILA (Oreochromis Niloticus) DENGAN
FEEDING FREQUENCY 5 KALI

THE EFFECT OF THE USE OF COMMERCIAL PELLETS ON


THE GROWTH AND SUSTAINABILITY OF TILAPIA
(Oreochromis Niloticus) FEEDING
FREQUENCY 5 TIMES

Feldya Dheanda Absharina


05051281823016

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu jenis ikan yang sangat banyak dibudidayakan saat ini adalah ikan
nila (Oreochromis niloticus). Ikan nila memiliki potensi cukup besar sebagai ikan
budidaya dengan melihat kemampuan adaptasi yang cukup toleran terhadap kondisi
lingkungan. Budidaya ikan nila diminati oleh pembudidaya ikan karena mudah
dipelihara, laju pertumbuhan dan perkembangbiakannya cepat, serta tahan terhadap
gangguan hama dan penyakit. Meskipun ikan nila merupakan komoditas yang
mudah dibudidayakan terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat
keberhasilan produksi ikan nila, yaitu penyediaan makanan alami secara
berkesinambungan (Rezkyana et al., 2018).
Ikan nila merupakan ikan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di
Indonesia. Permintaan pasar akan ikan nila mengalami kenaikan setiap tahunnya,
sehingga produksi ikan nila perlu ditingkatkan lagi, terutama pada proses
pembesaran ikan nila (Salsabila dan Suprapto, 2019). Ikan nila memiliki
keungggulan dibandingkan sumber protein lain, karena kandungan protein yang
cukup tinggi sekitar 20% , mengandung asam-asam amino yang berpola mendekati
kebutuhan manusia. Daging ikan nila juga mengandung asam-asam lemak tak jenuh
dengan kadar kolesterol yang sangat rendah yang di butuhkan oleh tubuh manusia
(Rieuwpassa et al., 2020). Selain itu, daging ikan nila mengandung sejumlah
mineral dan vitamin yang diperlukan tubuh. Budidaya ikan nila dinilai memiliki
peluang untuk meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan. Adanya permintaan
konsumen terhadap ikan nila maka dalam usaha meningkatkan produksi untuk
memenuhi permintaan konsumen perlu adanya pengembangan budidaya ikan nila
(Eteke et al., 2019). Pengembangan usaha budidaya dengan tujuan meningkatkan
produksi budidaya disertai dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan ikan.
Ikan nila merupakan salah satu komoditas air tawar yang paling banyak diminati
oleh berbagai kalangan baik masyarakat lokal maupun mancanegara (Pasiali et al.,
2019).
Peminat yang banyak membuat pembudidaya ikan nila harus merealisasi dari
target peningkatan produksi, kegiatan budidaya ikan nila yang dilakukan bisa secara
intensif dengan kepadatan tinggi dan input pakan. Konsekuensi dari hal tersebut
dapat menyebabkan penurunan kualitas air. Hal tersebut disebabkan oleh
peningkatan produksi limbah dari sisa metabolit ikan. Hal tersebut menjadikan
faktor pembatas di dalam produksi perikanan, sedangkan budidaya ikan nila, tidak
terlepas dari penggunaan air media budidaya baik kuantitas maupun kualitas
perairan (Wijayanti et al., 2019).

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Manajemen Pemberian Pakan Ikan adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui frekuensi pemberian pakan yang tepat untuk pertumbuhan ikan
2. Mengetahui cara mengevaluasi pakan secara biologis dan kimia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi ikan Nila (oreochromis niloticus)


Klasifikasi ikan nila menurut Saanin (1984), sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata.
Kelas : Osteichtyes.
Ordo : Percomorphii.
Famili : Cichlidan.
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang termasuk
dalam famili Cichlidae dan merupakan ikan asal Afrika. Secara morfologi ikan nila,
umumnya memiliki bentuk tubuh panjang dan ramping, dengan sisik berukuran
besar. Mata ikan nila bentuknya besar menonjol, dan bagian tepinya berwarna
putih. Ikan nila memiliki lima sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sepasang sirip
dada (pectoral fin), sepasang sirip perut (ventral fin), sepasang sirip anal (anal fin),
dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggung, sirip perut, dan sirip dubur ikan nila
mempunyai jari-jari keras dan tajam seperti duri. Sirip punggung ikan nila berwarna
hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir sirip punggung ikan
nila memanjang dari bagian atas, tutup insang (operculum) sampai bagian atas sirip
ekor yang berwarna abu-abu atau hitam. Sirip anus yang hanya satu buah berbentuk
agak panjang. Sementara itu, sirip ekornya berbentuk bulat (Amri dan Khairuman,
2003). Ikan Nila (Oreochromis niloticus) termasuk jenis hewan vertebrata yang
seluruh badannya bersisik dan mempunyai gurat sisik. Ikan nila termasuk dalam
phylum chordata berarti hewan bertulang belakang. Bagian ikan nila terdiri dari
caput (kepala), trunchus (badan), caudal (ekor), yang mana antara trunchus dan
caput tidak terdapat batas yang nyata. Tubuh ikan nila selalu dalam kondisi
berlendir, yang berfungsi untuk mempermudah gerak dalam air.

2.2. Habitat dan Penyebaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


Habitat ikan nila adalah perairan tawar, seperti sungai, danau, waduk, dan
rawa-rawa, tetapi karena toleransinya yang luas terhadap salinitas (euryhaline)
sehingga dapat pula hidup dengan baik di air payau (Ghufran, 2009). Ikan nila
merupakan ikan yang dapat beradaptasi dengan baik. Spesies ini telah banyak
ditemukan mampu hidup di segala macam air, mulai dari sungai, danau, dan saluran
irigasi. Meskipun tergolong ikan air tawar, namun spesies ini dapat beradaptasi
dengan kondisi perairan payau (Cholik, 2005). Selain suhu, faktor lain yang
mempengaruhi kehidupan nila adalah salinitas atau kadar garam. Nila yang masih
kecil atau benih biasanya lebih cepat menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas
dibandingkan nila berukuran besar. Suplai air yang memadai akan memecahkan
berbagai masalah dalam budidaya ikan secara intensif. Selain itu, kualitas air
merupakan salah satu kunci keberhasilan budidaya ikan (Khairuman dan Amin,
2008) Penyebaran ikan nila dimulai dari daerah asalnya yaitu Afrika bagian Timur,
seperti sungai Nil (Mesir), Danau Tanganyika, chad, Nigeria dan Kenya. Ikan jenis
ini dibudidayakan di 110 negara. Di Indonesia, ikan nila tela di budidayakan di
seluruh propinsi ( Suyanto, 2010).

2.3. Kebiasaan Makan Ikan Nila (oreochromis niloticus)


Kebiasaan makan ikan (food habits) adalah kualitas dan oleh kuantitas
makanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara makan (feeding
habits) adalah waktu tempat dan cara makanan itu didapatkan ikan (Iqbal, 2007).
Ukuran mulut ikan dapat memberikan petunjuk terhadap kebiasaan makan bila
dikaitkan dengan ukuran dan tempat gigi berada. Bentuk mulut ikan seperti tabung,
panjang, dan melengkung (Wahyuni, 2007). Menurut Amri dan Khairuman (2003),
ikan nila tergolong ikan pemakan segala (Omnivora), sehingga bisa mengkonsumsi
makanan, berupa hewan dan tumbuhan. Larva ikan nila diberi pakan zooplankton
seperti Rotifera sp. , Daphnia sp., serta alga atau lumut yang menempel pada benda-
benda di habitat hidupnya.

2.4. Kebutuhan Nutrisi Ikan Nila


Menurut Elyana (2011), ikan nila adalah hewan yang memenuhi
kebutuhannya dengan cara memakan hewan dan tumbuhan (omnivora), pemakan
plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat di
manfaatkan sebagai pengendali gulma air. Selain itu, ikan ini mudah berkembang
biak, peka terhadap perubahan lingkungan, mampu mencerna 9 makanan secara
efisiens, pertumbuhannya cepat, dan tahan terhadap serangan penyakit. Pakan
buatan ikan nila umumnya mengandung protein 24-28%. Kebutuhan suplemen
mikronutrien yang penting pada pakan ikan tidak diketahui dengan pasti jumlahnya.
Ikan nila dapat menerima berbagai macam pakan bentuk pellet, baik pellet tepung,
pellet basah, pellet yang tenggelam dan terapung. Ikan nila mampu memanfaatkan
pakan dalam bentuk tepung secara efektif, meskipun tidak seluruh pakan pakan
tersebut dapat dimakan. Bentuk fisik pellet untuk pakan ikan nila perlu
diperhatikan, terutama dalam kestabilan dalam air dan ukurannya. Pakan harus
stabil didalam air agar tidak dikonsumsi ikan dan meminimalisasi hilangnya nutrisi
melalui penghancuran dan pelarutan pakan (Lovell, 1998). Kandungan nutrisi ikan
nila dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Kandungan nutrisi ikan (Sumber : Tartrakoonn et al, 1999)
Nutrien Jumlah dibutuhkan
Protein Larva 35%
Benih – Konsumsi 30%
Asam Amino
Arginin 4,2 %
Histidin 1,7 %
Isoleusin 3,1 %
Leusin 3,4 %
Lysine 5,1 %
Metionin + Cystin 3,2 %
Phenilalanin + Tyrosin 5,5 %
Thereonin 3,8 %
Triptopan 1,0 %
Valin 2,8 %
Lemak 6-10 %
Asam lemak essensial 0,5 % - 18:2n-6
Fosfor < 0,9 %
Karbohidrat 25 %
Digestible energy (DE) 2500 – 4300 Kkal/kg

2.5. FR (Feeding Rate) Dan FF (Feeding Frekuensi)


Feeding Rate (FR) adalah persentase pemberian pakan harian yang ditentukan
berdasarkan Average Body Weight (ABW) dan dihitung berdasarkan biomass ikan.
Pemakaian FR yang tepat dapat menghasilkan pertumbuhan ikan yang optimal dan
penggunaan pakan yang efisien. Akan berlebihan jika memberikan pakan melebihi
ambang ADG-nya, Pemberian pakan yang tidak terkontrol, berakibat pemborosan
pakan dan mengakibatkan amoniaa yang tidak stabil didalam kolam, padahal ikan
dibatasi oleh pertumbuhan berat harian (ADG).
Frekuensi pemberian pakan (Feeding Frequency) merupakan berapa kali pakan
diberikan dalam sehari. Frekuensi ini terkait dengan waktu pemberian pakan.
Umumnya, semakin besar ukuran ikan maka frekuensi pemberian pakannya
semakin jarang. Ikan kecil sebaiknya diberi pakan lebih sering dibandingkan
dengan ikan besar.

2.6. Kualitas Air Ikan Nila


Menurut Prakoso (2014), menyatakan bahwa sebagian besar organisme
akuatik sensitif terhadap perubahan pH, dan lebih menyukai pH netral yaitu antara
7-8,5. Menurut Effendi (2003) bahwa pH air berpengaruh terhadap proses fisiologis
di dalam tubuh organisme akuatik, termasuk ikan. Faktor yang mempengaruhi pH
yaitu konsentrasi karbondioksida senyawa yang bersifat asam. Kisaran pH yang
diperlukan oleh ikan nila yaitu 6-9 (Arie, 2007). Nila dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan kadar dissolved oksigen
(DO) antara 2,0–2,5 mg/l. Secara umum nilai pH air pada budidaya ikan Nila antara
5 sampai 10 tetapi nilai pH optimum adalah berkisar 6-9.
Ikan nila pada umumnya hidup di perairan tawar, seperti sungai, danau,
waduk, rawa, sawah dan saluran irigasi, memiliki toleransi terhadap 12 salinitas
sehingga ikan nila dapat hidup dan berkembang baik di perairan payau dengan
salinitas 20–25% (Setyo, 2006). Ikan Nila termasuk jenis ikan yang tahan dalam
kondisi kekurangan oksigen jika terjadi kekurangan oksigen. Kandungan oksigen
yang baik untuk ikan nila minimal 4 mg/l (Amri dan Khairuman, 2013).
Konsentrasi oksigen terlarut kurang dari 4 mg/l menimbulkan efek yang kurang
menguntungkan bagi hampir semua organisme akuatik (Effendie 2003). Pada
kandungan oksigen terlarut kurang dari 4-5 mg/l, nafsu makan ikan berkurang serta
pertumbuhannya terhambat. Kandungan oksigen terlarut yang baik dalam perairan
adalah 5-7 mg/l (Mulyanto, 1992). Sedangkan oksigen terlarut untuk budidaya ikan
nila yaitu 3mg/1 (Khairuman dan Amri, 2008). Ikan nila hanya dapat tumbuh pada
salinitas 29-35 ppt dan dapat bereproduksi pada salinitas 30-33 ppt (Suyanto,
2010).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu


Kegiatan praktikum ini dilaksanakan di Rumah masing-masing praktikan,
dilaksanakan pada bulan Februari 2021 sampai bulan April 2021.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan pada kegiatan praktikum disajikan dalam Tabel 3.1
sebagai berikut:
Tabel 3.1. Alat yang digunakan:
No Nama Alat Spesifikasi Kegunaan
1. Ember 20 L Sebagai wadah pemeliharaan
2. Alat Tulis - Alat dokumentasi
3. HP - Alat dokumentasi
4. Timbangan 0,01 g Sebagai alat menimbang ikan
5. Penggaris 30 cm Sebagai alat ukur panjang ikan
6. Tissue Secukupnya Untuk memudahkan dalam sampling

3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada kegiatan praktikum disajikan dalam Tabel
3.2. sebagai berikut:
Tabel 3.2. Bahan yang digunakan:
No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan
1. Benih Nila 15 Ekor Sebagai objek praktikum
2. Air 15 L Sebagai media untuk hidup ikan
3. Pakan Kandungan protein 20-30% Sebagai makanan untuk ikan

3.3. Cara Kerja


3.3.1. Persiapan Wadah Pemeliharaan
Sebelum masuk dalam tahap pemeliharaan ikan tentunya kita harus
mempersiapkan wadah atau tempat untuk pemeliharaan tersebut. Persiapan kolam
pemeliharaan yaitu menggunakan ember dengan volume air 15 liter, ember
dibersihkan terlebih dahulu menggunakan kain dan spons supaya lumut atau hama
yang ada di dalam ember hilang, setelah bersih ember diisi air 15 liter. Dibiarkan
terlebih dahulu dan diberi perlakuan jika ada.
3.3.2. Pemeliharaan Ikan
Pemeliharaan benih menggunakan wadah ember bervolume 15 liter, dengan
sistem tertutup sehingga tidak terkena air hujan dan panas matahari. Pemeliharaan
benih dilakukan selama 1 bulan lebih. Padat tebar dilakukan yaitu 1 ekor/liter.
Benih diberi pakan komersil sesuai bukaan mulut benih ikan nila tersebut, seperti
pelet dan diberikan dengan teknik pakan FF 5 kali yaitu pemberian pakan yang
dilakukan 5x sehari pada pukul 07.00, 09.00, 12.00, 15.00 dan 17.00 secara at
satation.
3.4. Parameter yang Diamati
3.4.1. Pertumbuhan Bobot Mutlak
W = Wt – Wo
Keterangan : W : Pertumbuhan biomassa mutlak (g)
Wt : Bobot ikan akhir (g)
Wo : Bobot ikan awal (g)

3.4.2. Pertumbuhan Panjang Mutlak


L = Lt – Lo
Keterangan : L : Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Lt : Panjang ikan akhir (cm)
Lo : Panjang ikan awal (cm)

3.4.3. Kelangsungan Hidup atau Survival Rate


𝑁𝑡
𝑆𝑅 = x 100%
𝑁𝑜

Keterangan : SR : Survival Rate (%)


Nt : Jumlah ikan akhir (ekor)
No : Jumlah ikan awal (ekor)

3.4.4. Rasio Konversi Pakan atau Food Convertion Ratio


𝑭
𝑭𝑪𝑹 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
(𝑾 + 𝑫) − 𝑾𝒐
Keterangan :
FCR = Konversi pakan
F = Jumlah pakan yang diberikan (g)
Wo = Bobot rata-rata individu awal pemeliharaan (g)
Wt = Bobot rata-rata individu akhir pemeliharaan (g)
D = Bobot rata-rata ikan mati (g)

3.4.5. Jumlah Konsumsi Pakan


Jumlah konsumsi pakan (JKP) ikan uji diketahui dengan cara
menimbang jumlah pakan yang dimakan oleh ikan uji selama penelitian.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Hasil dari data sampling yang dilakukan secara acak dapat dilihat pada Tabel
4.1. dibawah ini :
Tabel 4.1. Data sampling selama pemeliharaan
No. Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4
Panjang Bobot Panjang Bobot Panjang Bobot Panjang Bobot
(cm) (g) (cm) (g) (cm) (g) (cm) (g)
1. 3,5 0,8 5,6 2,4 6,1 3,7 7,5 5,2
2. 4 0,6 5,5 1,6 6,8 4,1 8 5,8
3. 4 1,2 6,5 2,9 6,3 3,5 7,5 6,1
4. 4 1,5 7 4,8 6,9 3,6 8 5,7
5. 4 1,3 5,6 2,9 5,9 5,8 9 4,6
6. 4 1,4 6 2,9 6,3 5,9 9 4,9
7. 4 1 6,9 3,2 7,3 5,1 8 5,9
8. 5 1,6 6,9 3,3 5,8 4,8 11 8,7
9. 5 1,7 6,2 2,4 7,6 4,4 10 7,8
10. 4 1,4 5,6 1,6 8,1 4 9,5 4,8
11. 4 1,3 6,5 2,8 6,4 5,1 8 4,7
12. 4 1 5,7 2,7 5,8 3,3 8,5 5,5
13. 5 1,8 5,7 2,4 6,2 3,2 8,5 5,6
14. 5 1,9 6 2,3 6,7 3,1 7 4,8
15. 5 1,8 6,1 2,3 6,4 4 7 4,9
Total 64,5 20,3 73,53 40,5 98,6 63,6 126,5 85

4.1.1. Kelangsungan Hidup Ikan


Kelangsungan hidup ikan ialah persentase ikan uji yang hidup pada akhir
pemeliharaan dari jumlah ikan uji yang ditebar pada awal pemeliharaan dalam
suatu wadah.
Tabel 4.2. Kelangsungan Hidup Ikan
Jumlah Awal Jumlah Akhir SR
15 15 100%

4.1.2. Pertumbuhan dan Konversi Pakan


Pertumbuhan mutlak pada ikan diukur pada awal dan akhir pemeliharaan.
Konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah bobot pakan dalam
keadaan kering yang diberikan selama kegiatan budidaya.
Tabel 4.3. Pertumbuhan dan Konversi Pakan
Pertumbuhan Rata-rata FCR
Bobot/ekor (g) Panjang/ekor (cm)
Awal 1,35 4,3 1,22
Akhir 5,67 8,43
Mutlak 4,32 4,13

4.2. Pembahasan
Pemeliharaan ikan nila dengan padat tebar 1 ekor/liter sebanyak 15 ekor
diperlukan volume air sebanyak 15 liter. Selama pemeliharaan ikan diberi pakan
sesuai perlakuan FF 5x yaitu frekunsi pemberian pakan 5 kali sehari pada pukul
07.00, 09.00, 12.00, 15.00 dan 17.00. Berdasarkan data pada tabel diatas didapatkan
hasil kelangsungan hidup sebesar 100%, dengan kualitas air yang terkontrol seperti
rutin di sifon atau diganti secara berkala, aerator untuk pasokan oksigen terlarut
pada ikan selalu hidup dan pakan yang sesuai kebutuhan membuat ikan dengan
kesehatan yang prima oleh karena itu kelangsungan hidup ikan dari awal hingga
akhir pemeliharaan masih lengkap. Lalu pada pertumbuhan ikan, panjang dan bobot
mengalami kenaikan yang signifikan, terlihat pada tabel diatas bobot mutlak
sebesar 4,32 g dan panjang 4,13 cm. hal ini menunjukkan sedari awal pemeliharaan
ikan didapati pertumbuhan bobot dan panjang sebanyak yang tersebut. Lalu pada
FCR dengan total pakan sebanyak 79 g, ialah sebesar 1,22. Ini mengartikan bahwa
untuk menghasilkan 1 kg daging, dibutuhkan sebesar 1,22 kg pakan. Semakin kecil
angka FCR maka semakin efisien pakan ikan yang diberikan. Pemeliharaan
menggunakan pakan pelet komersil yang dijual dipasaran, angka FCR masih
dikisaran angka 1, pakan yang diberikan sudah termanfaatkan hanya saja masih
belum optimal. Bisa saja yang menjadi penyebabnya ialah ketidak sesuaian nutrisi
pakan terhadap ikan, atau juga pemberian pakan dengan frekuensi 5x tidak efisien
karena jarak waktu pemberian pakan yang singkat.
Kualitas air pada saat pemeliharaan tidak diukur dikarenakan keterbatasan alat,
namun untuk mengontrol lingkungan ikan dilakukan secara rutin penyifonan dan
penggantian air, menjaga pasokan oksigen terlarut (DO) pada ikan, dan menjaga
volume air sesuai volume di awal pemeliharaan yaitu sebanyak 15 liter.
BAB 5
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
1. Pemeliharaan ikan nila dilakukan dengan perlakuan feeding frekwency
sebanyak 5x sehari
2. Pertumbuhan bobot mutlak yang didapat sebesar 4,32 g
3. Pertumbuhan panjang mutlak yaitu 4,13 cm
4. Kelangsungan hidup dari ikan nila yang dipelihar ialah sebesar 100%
5. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan sebanyak 79 gr dengan
biomassa akhir yang didapatkan sebesar 85 g sehingga FCR yang didapat
kan sebesar 1,22.

5.2. Saran
Melakukan budidaya ikan nila diperlukan pemeliharaan dengan kontrol yang
baik, sangat disarankan melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap kualitas
air karena lingkungan tempat hidup ikan juga berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup ikan selain pakan.

Anda mungkin juga menyukai