Oleh
Kelompok 5
A. Latar Belakang
Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang cepat matang gonad, mudah
Menurut Lind et al. (2015) ikan nila jantan memiliki laju pertumbuhan
pada ikan nila menghasilkan ikan dengan ukuran lebih besar dan
Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang cukup populer
laju pertumbuhan yang cepat dan toleran pada kondisi lingkungan yang
tinggi. Tetapi ikan ini juga memiliki kekurangan yaitu mudah kawin
khususnya untuk ikan nila betina setelah ukuran 200 gram akan mulai
bereproduksi. Jadi energi yang dihasilkan oleh ikan nila betina tidak
ditandai dengan ukuran tubuh yang kecil, lambat tumbuh dan cepat
dikarenakan ikan jantan yang nafsu makannya lebih banyak dari ikan
pemanenan untuk memproduksi ikan nila jantan semua. Oleh karena itu
B. Tujuan
C. Manfaat
A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah spuit injeksi ukuran
1 ml, mangkuk untuk fertilisasi, saringan, gelas ukur, mangkuk inkubasi embrio,
seperangkat aerator, pipet transfer, millimeter blok, dan petridish.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah telur ikan nila
(Oreochromis niloticus), madu ( 0ml, 30ml, 60ml), pellet pakan larva, dan air
sumur/ air bersih.
B. Metode
A. Hasil
1. 22 Mei 10 0
2. 23 Mei 10 0
3. 24 Mei 9 1
4. 25 Mei 5 4
5. 26 Mei 5 0
6. 27 Mei 3 2
7. 28 Mei 3 0
8. 29 Mei 3 0
9. 30 Mei 3 0
10. 31 Mei 3 0
11. 1 Juni 3 0
12. 2 Juni 3 0
13. 3 Juni 3 0
14. 4 Juni 3 0
15. 5 Juni 3 0
16. 6 Juni 3 0
17. 7 Juni 3 0
18. 8 Juni 3 0
19. 9 Juni 3 0
20. 10 Juni 3 0
21. 11 Juni 3 0
22. 12 Juni 2 1
23. 13 Juni 2 0
24. 14 Juni 2 0
25. 15 Juni 2 0
26. 16 Juni 2 0
27. 17 Juni 2 0
28. 18 Juni 2 0
29. 19 Juni 2 0
1. 24 Mei 5 mm
2. 29 Mei 1 cm
3. 12 Juni 1,6 cm
4. 19 Juni 1,7 cm
5. 25 Juni 1,75 cm
Tabel 3.3 Hasil Perlakuan Kontrol Pengalihan Kelamin pada Ikan Nila
(Oreochromis niloticus)
Larva Mati Panjang Larva
Ulangan SR (%)
Minggu 1 (mm)
Kelompok 2 30 6 14,7 mm
Perhitungan Kelompok 5 :
SR = x 100%
= x 100%
= 0,2 %
B. Pembahasan
mengubah jenis kelamin secara buatan dari ikan jantan menjadi betina
kelamin, yaitu pada saat otak dan embrio masih berada pada keadaan bi-
tingkah laku dan fungsi). Hal ini dijelaskan pula oleh Yamamoto (1969)
waktu ikan baru menetas gonad ikan belum berdiferensiasi secara jelas
ras ikan). Beberapa jenis ikan, baik ikan konsumsi maupun ikan hias,
Pada dasarnya ada dua metode yang digunakan untuk mendapatkan atau
sederhana. Selain itu juga pada dosis yang optimal kematian ikan dapat
diperlukan adanya bahan lain dalam sex reversal. Salah satu cara yang
dianggap aman yaitu dengan penggunaan bahan alami yang aman dan
Ikan nila jantan memiliki laju pertumbuhan sekitar dua kali lebih cepat
saat gonad ikan belum terdiferensiasi. Cara yang umum dilakukan untuk
androgen. Dalam penelitian ini digunakan tiga jenis madu, yaitu madu
hutan (madu yang diperoleh dari beberapa macam nektar bunga dari
lebah liar di hutan), madu ternak (madu yang diperoleh dari nektar
(madu dari nektar tanaman bakau oleh lebah di daerah hutan bakau).
Analisis kandungan madu yang diuji, dan pemberian chrysin dan kalium
Regulasi diferensiasi kelamin di dalam tubuh ikan dapat dilihat dari level
aromatase pada ikan. Terdapat dua jenis aromatase, yaitu aromatase tipe
SR pada ikan nila yaitu 0,2 %. Nilai kelangsungan hidup pada ikan nila
rendah karena banyak ikan nila yang mati pada saat pemeliharaan. Hal
tidak langsung adalah kondisi lingkungan seperti suhu, PH, dan oksigen
metabolisme tubuh dan kerja hormon. Selain itu jumlah dosis yang tinggi
lebih keras. Hal tersebut membuat ginjalnya harus berkerja lebih ekstra.
IV. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ayoola. S.O dan Idowo, A.A. 2008. Bioteknology and Spesies Development in
Aquakulture. African Journal of Bioteknology. Vol 7 (25).
Campbell, Neil A., and Reece, Jane B. 2000. Biologi. Jakarta: Erlangga
Fitria, S , Yulia Sistina, Isdy Sulistyo .2013. Poliploidisasi Ikan Nilem(Osteochilus
Hasselti Valenciennes, 1842) Dengan Kejut Dingin 40C polyploidization On
Shark Minnow. Seminar Nasional X. Pendidikan Biologi. FKIP UNS.
Hartono, D, P., Pindo, W., & Ninik, P. 2016. The effect of heat shock on the
tetraploidy of catfish, Pangasius hypopthalmus. AACL Bioflux. 9 (2), pp: 196-
203.
Linhart, O., Marek, R., David, G., Martin, K., dan Martha, R. 1991. Improvement
of common carp artificial reproduction using enzyme for elimination of egg
stickiness. Aquat. Living Resour. 16: 450–456.
Purdom, C.E. 1983. Genetic Engineering by the Manipulation of Chromosomes.
Aquaculture. 33. Pp : 287-300.
Putri, D. A., & Mirna, F. 2013. Persentase Penetasan Telur Ikan Betok (Anabas
testudineus) dengan Suhu Inkubasi yang Berbeda. Jurnal Akuakultur Rawa
Indonesia, 1(2) :184-191
Thorgaard, dkk. 1990. Androgenetik Rainbow Trout. Produced Using Sperm from
Tetreploid Males Show Improved Survival. Aquaculture. 85: 215-221.
Wahyuningtias, I., Rara, D., Otong, Z, A. 2015. Pengaruh Suhu Terhadap
Perkembangan Telur Dan Larva Ikan Tambakan ( Helostoma temminckii ).
Jurnal Rekayasa Dan Teknologi Budidaya Perairan. 1 (4). Pp : 440-448.
Zohar, Yonathan. 2013. Fisheries Agroculture and Bioteknology. University of
Maryland Baltimore Country :USA.