Anda di halaman 1dari 3

Infectious myonecrosis virus

Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian


Infectious Myonecrosis Virus adalah salah satu jenis virus RNA berutas ganda yang digolongkan
dalam famili Totiviridae.[1] Virus ini termasuk dalam famili Totiviridae yang memiliki ciri-ciri, seperti
bentuk partikel ikosahedral dan memiliki diameter 40 nm. Genomnya mengkodekan protein kapsid
dan RNA-dependent RNA polymerase (RdRp).[2] Struktur IMNV tidak memiliki selubung (non-
enveloped) dan panjang total genom virus ini adalah 7,560 pb yang terdiri dari dua buah Open
Reading Frame (ORF), yaitu ORF 1 dan ORF 2 yang saling tumpang tindih tapi terletak pada frame
yang berbeda.[3] ORF 1 menyandikan RNA-binding protein dan protein kapsid, sedangkan ORF 2
menyandikan RNA-dependent RNA polymerase (RdRp).
Indikasi Penyakit

Nama: Infectious Myonecrosis atau infeksi myonekrosis atau lebih akrab disebut dengan penyakit Myo

Tanda-tanda klinis: Ciri-ciri udang di tambak jika terkena myo adalah udang pucat, kemudian memerah
di bagian ruas bawah sampai ekor.

Metode diagnosa: Udang mengalami kram pada jaringan otot, lalu pada segmen badannya terdapat
seperti gumpalan awan putih. Jika sudah parah, jaringan otot akan mati dan berwarna merah.

Sumber : ISW Group

Patogen

Nama: Infectious myonecrosis virus

Tipe patogen: Virus

Sinonim: -

Karakter: virus RNA berutas ganda yang digolongkan dalam famili Totiviridae memiliki panjang diameter
40 nm.

Dampak Patogen

Toksisitas: penyakit bertipe kronis (membutuhkan waktu lama hingga menyebabkan


mortalitas). Baru dapat menyebabkan kematian pada hari ke 9-13 setelah infeksi. Udang dalam
fase post-larva, juvenil dan dewasa pada umur 60-80 hari budidaya rentan terserang virus,
potensi kematiannya 50-70% populasi udang di tambak. Rendahnya salinitas <30 juga
mempercepat replikasi virus, sebaliknya pada salinitas 35 proses replikasi lebih lambat.
Faktor pre-disposing: terjadinya penyakit ini akan turut dipicu menurunnya kualitas air atau
tidak stabilnya kualitas air, terutama fluktuasi suhu. Terdapatnya sisa pakan yang menumpuk
didasar tambak akan berubah menjadi amonia sehingga sangat berpotensi menjadi racun yang
mematikan udang atau setidaknya membuat udang stres dan mudah terserang penyakit.
Transmisi: penularan IMNV terjadi secara horizontal karena kanibalisme dan melalui air, serta
penularan secara vertikal diduga terjadi dari induk ke benur.
Epidemiologi: di Indonesia, penyakit myonecrosis pertama kali diketahui terjadi pada udang
putih dari pertambakan di Situbondo, Jawa Timur, pada tahun 2006 dengan prevalensi 11,11%
dan gejala klinis serupa dengan kejadian wabah myonecrosis di Brazil pada tahun 2002.
Inang atau vektor: dapat ditularkan melalui induk ke benur.
Dosis infeksi: belum ada data
Periode inkubasi: Penyakit ini mulai teramati pada umur 40-60 hari.
Stabilitas Dan Viabilitas

Kerentanan terhadap obat: belum ada data

Kerentanan terhadap desinfektan/probiotik: belum ada data

Inaktivasi fisik: belum ada data

Penanganan

Peringatan dini: udang mulai memucat, terdapat seperti gumpalan putih dibagian perut,
kemudian memerah di bagian ruas bawah sampai ekor.
Pencegahan: dapat dicegah dengan memperketat sistem biosekuriti. Sejumlah langkah yang
bisa dilakukan para petambak untuk meminimalisir penyakit myo, yang pertama adalah selalu
gunakan benur dari indukan yang sudah terbukti bebas dari penyakit atau SPF (Specific
Pathogen Free). Selanjutnya adalah penerapan biosekuriti yang ketat dalam kawasan
pertambakan, kurangi kepadatan tebar benur tanpa oksigen yang cukup untuk supra intensif
dan lakukan pemanenan bertahap. Biosekuriti yang dapat dilakukan contohnya pembalikan
tanah tambak, pengeringan tambak selama 2 minggu, pemberian klorin yang harus di netralkan
nantinya agar tidak menjadi racun yang membunuh udang. Klorin harus dibilas keluar dari
tambak dengan mengalirkan air ke dalam tambak kemudian airnya dibuang. Selanjutnya dapat
dilakukan penyaringan air dengan tambak tandon, serta aplikasi plankton dan probiotik dapat
memutus mata rantai serangan penyakit. Langkah lainnya untuk mencegah penyakit myo dan
penyakit lain masuk tambak baik melalui air, benur, maupun agen pembawa (kepiting, ikan,
burung dan lainnya). Misalkan dengan memasang jaring atau plastik di dasar tambak untuk
mencegah biota air seperti kepiting masuk tambak dan menggunakan alat penghalau burung.
Penerapan biosekuriti juga sebaiknya dilakukan pada satu area pertambakan yang
menggunakan satu saluran atau sumber air dan benur yang sama.
Pengobatan: tidak ada vaksinasi efektif untuk IMNV. Pada awal fase infeksi ketika mortalitas
masih rendah dapat dilakukan: stabilisasi kualitas air khususnya suhu, salinitas, dan pH;
meningkatkan aerasi; memberikan pakan tambahan yang mengandung vitamin C; memberikan
molase (25% dari FR/hari) atau diberi probiotik; dan mengurangi jumlah pakan atau
menghentikan pakan sementara.
Eradikasi: ada baiknya dibentuk klaster pertambakan supaya ada kesepakatan pengelolaan
antar petambak satu kawasan. Kesepakatan yang dimaksud, misalnya jika satu tambak
terserang penyakit makan air tambaknya jangan langsung dibuang melainkan diberi perlakuan
dulu seperti klorin pada air yang akan dibuang untuk meminimalisir penyebaran penyakit ke
tambak lainnya.
Regulasi Dan Informasi Lain

Berdasarkan Keputusan Menteri No.4/2001, impor udang vaname diizinkan untuk dibudidayakan tetapi
hanya induk udang berkualitas unggul dan bebas penyakit yang boleh diimpor.

Anda mungkin juga menyukai