Anda di halaman 1dari 30

PENYAKIT BAKTERIAL DAN

MIKAL PADA CRUSTACEA


DRH NEMAY A. NDONG, M.SC
FKH-UNDANA
2020
Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease

• Early Mortality Syndrome (EMS).


• disebabkan oleh Vibrio parahaemolyticus strain unik VPAHPND. Pada penelitian
lain menyebutkan bahwa dapat disebabkan juga oleh Vibrio harveyi.
• Tipe patogen: bakteri gram negatif
• Karakter: plasmid virus ini mengandung dua gen yang memproduksi toksin
yang jika hadir bersamaan menyebabkan AHPND yaitu Pir A dan Pir B. Toksin
mirip dengan yang dihasilkan oleh Photorhabdus spp. (bakteri
Enterobacteriaceae gram negatif). Bakteri Vibrio dapat membelah diri tiap
10-20 menit sehingga dapat merubah dinamika ekosistem kolam budidaya
dengan cepat. Vibrio harveyi yang memiliki plasmid yang membawa gen
toksin mirip Pir-AB.
• Tanda-tanda klinis: udang yang mengalami penyakit AHPND
menunjukkan kosongnya saluran pencernaan dan hepatopankreas
berwarna pucat dan mengecil, kulit menjadi lunak, dan bintik
hitam pada hepatopankreas. Kematian dapat terjadi pada hari ke-
10 setelah tebar dan udang yang lemas tenggelam didasar kolam.
• Metode diagnosa: tanda-tanda ini mungkin mirip dengan penyakit
lain, maka diperlukan konfirmasi dengan melakukan uji
histopatologi hepatopankreas atau dideteksi dengan polymerase
chain reaction (PCR).
Dampak Patogen
• Toksisitas: dapat menyebabkan mortalitas (kematian) 100% pada
fase post-larva (PL) pada hari ke-35 budidaya. Infeksi penyakit
dapat terjadi bersamaan dengan penyakit lain
seperti WSSV dan EHP.
• Faktor pre-disposing: penyakit ini dapat turut dipicu oleh
tingginya konsentrasi materi organik yang berasal dari pakan,
pupuk dan molase; suhu tinggi; salinitas tinggi; pH tinggi;
rendahnya keragaman plankton di kolam; dan suhu rendah sekitar
20°C selama 48 jam dapat memicu terjadinya infeksi.
• Transmisi: dapat terjadi secara horizontal dari kanibalisme dan
vertikal dari indukan. Setelah itu bakteri akan masuk ke organ
pencernaan berkolonisasi dan menginfeksi lambung terlebih
dahulu dan kemudian menuju hepatopankreas.
• Epidemiologi: dilaporkan pertama kali terjadi di Tiongkok pada
2009 yang awalnya dinamakan covert mortality disease. Kemudian
dilaporkan terjadi di Vietnam, Malaysia, Thailand, Mexico, dan
Filipina. Belum ada laporan bahwa AHPND terjadi di wilayah
Indonesia.
• Inang atau vektor: organisme air seperti kepiting, ikan, plankton,
maupun burung berpotensi membawa sumber penyakit tetapi
perlu dikonfirmasi lebih lanjut. Bakteri ini dapat terbawa oleh
zooplankton karena V. parahaemolyticus dapat menempel pada
kitin (salah satu zat penyusun karapas udang). Polychaeta (kelas
cacing) juga berpotensi menjadi agen pembawa patogen.
• Dosis infeksi: bakteri Vibrio dengan jumlah populasi > 1 x 10³
CFU/ml berpotensi menyebabkan penyakit ini.
Stabilitas Dan Viabilitas
• Kerentanan terhadap obat: tidak ada data, namun penggunaan
antibiotik dihindari untuk menghindari resistensi udang terhadap
antibiotik. Vibrio yang dihasilkan dari adanya biofilm di dasar kolam
dapat bertahan meskipun diberi perlakuan antibiotik (Chloramphenicol
dan Tetracycline).
• Kerentanan terhadap desinfektan/probiotik: tidak ada data.
• Inaktivasi fisik: dibekukan pada suhu -18°C sampai -24°C atau
dipanaskan pada suhu 55°C selama 5 menit atau pada suhu 80°C selama
1 menit. Dapat juga diinaktivasi pada pH 5 selama 15 menit.
Penanganan
• Peringatan dini: melakukan sampling lengkap secara rutin untuk
memeriksa kesehatan udang dan terbebas dari Vibrio, udang yang lemas
dan berubah perilakunya dapat menjadi peringatan dini potensi
terserang penyakit, adanya perubahan warna, adanya tanda
kulit/karapas yang mengelupas bukan karena siklus molting.
• Pencegahan: treatmen air sebelum masuk kolam budidaya, penggunaan
benur SPF, manajemen budidaya yang baik dengan menjaga kualitas air
tetap stabil tidak terjadi perubahan secara mendadak, mengurangi
ukuran kolam untuk mempermudah pengelolaan, menambah aerasi
untuk meningkatkan kapasitas energi.
• Eradikasi: udang yang positif AHPND didesinfeksi menggunakan
kaporit 100 ppm selama 3-7 hari kemudian dikubur; dasar tambak
dibersihkan dari sisa-sisa molting udang, pakan, dan lumpur lalu
didesinfeksi menggunakan kaporit 100 ppm dan pengeringan
minimal 15 hari; desinfeksi peralatan tambak (kincir, anco, dll)
dengan kaporit 100 ppm; serta saluran inlet dan outlet dikeringkan
kemudian diberi kapur tohor 2 ton/hektar. Sebelum kolam
digunakan kembali dilakukan pemeriksaan ulang pada dasar dan
dinding serta sumber air dipastikan bebas AHPND.
Regulasi Dan Informasi Lain
• Persebaran penyakit AHPND terjadi lewat transportasi udang hidup
yang terjangkit penyakit kemudian dibawa ke tempat lain. Contoh
kasusnya adalah menyebarnya AHPND dari Asia ke Meksiko. Kasus
lain adalah hewan hidup yang biasa digunakan sebagai pakan
udang dapat membawa sumber penyakit AHPND. Contoh kasusnya
adalah penyebaran AHPND melalui polychaeta dari Tiongkok ke
Thailand.
• Udang yang terjangkit bakteri Vibrio ini sangat mungkin berpotensi
berbahaya juga jika dikonsumsi oleh manusia terutama pada olahan
makanan yang menggunakan udang mentah atau setengah
matang. Vibrio parahaemolyticus dapat menyebabkan gastrienteritis
pada manusia.
• Indonesia masih terbebas dari EMS/AHPND dan terus melakukan
pencegahan agar tetap terbebas dari penyakit ini melalui pembentukan
tim taskforce pencegahan penyakit AHPND beranggotakan unsur
pemerintah, pelaku usaha, akademisi dan pakan yang dibentuk oleh KKP.
Langkah lain yang diambil yaitu dengan memastikan proses pembenihan
udang benar-benar aman dari kontaminasi penyakit EMS/AHPND tidak
terkecuali dengan menggunakan induk udang yang benar-benar terbebas
penyakit.
Necrotizing Hepatopancreatitis

• Nama lain Texas Necrotizing hepatopancreatitis (TNHP), Texas pond


mortality syndrome (TPMS), Peru necrotizing hepatopanceratitis (PNHP)
• Stadium rentan : kematian pada fase pembesaran
• Etiologi :
- Bakteri intraseluler rickettsia-like, aplha proteo bacteria.
- Bakteri obligat pada sel hepatopankreas, bakteri gram negatif
- Terdapat dua jenis morfologi bakteri NHP yang menginfeksi
hepatopankreas yaitu: reickettsia-like berbentuk batang 0.3 mikron x 0,9
mikromeer tidak berflagela dan bakteri helix 0,2 x 2,6-2,9 mikrometer,
berflagela
• Penularan
- Bakteri NHP dapat dikeluarkan bersama feses.
- Udang yang terinfeksi NHP akam membawa bakteri sepanjang
hidupnya
- Penularan melalui media air
• Faktor pendukung
- Suhu dan sanitasi berperan penting dalam munculnya penyakit ini
- Suhu yang tinggi (>29-35 derajat celcius) dan slinitas antara 20-40
ppt memicu perkembangan penyakit epizootic ini
• Gejala klinis
- Udang yang terserang NHPB hepatopankreasnya mengcil dan berwarna
pucat/putih dengan garis kehitaman (melanisasi)
- Teksturnya lunak dan berair (edema)
- Tubuh udang dan insangnya lembek, otot abdomen mengalami atrofi, insang dan
kaki reangnya berwarna hitam
- Pada permukaan tubuh teramati banyak organisme fouling
- Gejala ini mirip dengan udang terinfeksi bacteria shell disease dimana pada
kutikula terdpat lesi ulcerative atau erosi alat gerak yang melanisasi
- Udang mengalami perlambatan pertumbuhan (usus kosong), letargi, anorexia,
FCR buruk
• Perubahan patologi : secara mikroskopis terdapat atrofi dan
granuloma di hepatopankreas. Bakteri intraseluler teramati secara
massif pada tubulus hepatopankreas. Sel sel tubulus
hepatopankreas mengalami perubahan bentuuk dari kolumner
hingga kuboid (atrofi) yang mengadung vakuola dengan sedikit
atau tanpa lipid dan tidak ada vakuola sekretori.
• Metode diagnisa
- Pda meotode wet mount, hepatopankreas hanya memiliki sedikit droplet
lemak dan terdapat melanisasi
- ISH, PCR
- Terdapat empat fase perkembangan penyaki ini; inisiasi, akut, transisi
dan kronis
- Fase akut dan transisi ditandai dengan lesi patognomonik pada
hepatopankreas,
- Diagnosa dengan teknik molekuker membutuhkan sampel positif NHP
fase inisial atau kronis
• Pencegahan dan pengendalian
1. Mengelola kualitas air secara teratur dan kontinyu
2. Memonitor dan mengeloa dasar tambak secara intensif
3. Menjaga ketepatan waktu pemberian pakan dan kualitas pakan
4. Membatasi kepadatan penebaran benur
5. Mendeteksi serangan gejala NHP
• Pengobatan antibiotik oksitetrasiklin (1,5 gr bahan aktif/kg paka) :
efektif
• Penggunaan kapur Ca(OH)2 pada dasar selama persiapan tambak
dapat membantu menurunkan kejadian NHP
CAYFISH PLAQUE (jamur)

• Penyakit Crayfish Plague atau biasa disebut sebagai penyakit


krebspest merupakan jenis penyakit lobster air tawar yang cukup
dikenal diberbgai daerah di eropa maupun Amerika utara. Penyakit
yang disebabkan oleh jamur ini terjadi secara horizontal dari
zoospora di air.
• Penyakit ini dapat hidup pada suhu 4-20oC. Sedangkan pH yang
sesuai untuk perkembangan penyakit ini adalah pada ph 6-7,5.
Meski begitu, penyebaran penyakit ini bergantung pada beberapa
faktor, salah satunya adalah suhu air..
• SIKLUS HIDUP
- Fungi ini bermultiplikasi dengan hifa vegetative dan ramifikasi melalui
jaringan hospes, kemudian menghasilkan sporangia ekstramatrikal yang
melepaskan spora amoeboid utama.
- Pada awalnya spora ini mengkista kemudian melepaskan zoopora
biflagelata (zoopore sekunder) yang berenang di air.
- Ketika melekat pda hospes rentan, spora akan germinasi dan
memproduksi hifa begetative invasive.
- Zoopora yang berenang bebas bersifat koemotatktik, tertarik pada
bagian kutikula. Zoopora akan mengkista lagi dan menginfeksi daerah
lain
• Gejala penyakit ini adalah munculnya bercak putih pada abdomen
dan basal. tampak adanya abnormalitas cara berjalannya lobster
yang menjadi tampak kaku. Tampak juga adanya bintik melanisasi
pada karier atau lobster yang sudah terinfeksi secara akut. Setelah
tampak bintik tersebut, lobster akan mengalami kematian pada 6-
10 hari kemudian.
• Metode diagnosa
- Hostopatologi, PCAR dan ISH
- Pada wet mount akan teramati hifa bercabng aseptat
- Hifa berbentuk granuler padat dengan globulus retraktif (hifa
muda aktif) atau vakuola dengan sitoplasma dibagian tepi (hia
dewasa).
• Cara Mencegah Penyakit Lobster Air Tawar
- Personal Higienis. Personal higienis merupakan uapaya melakukan
sanitasi terhadap personel pelaksana kegaiatan pembudidaya.
Seperti contohnya mencuci tangan dengan sabun, mencuci sepatu
dengan dalam larutan klorin 200 mg/l
- Water Treatment. Air yang akan digunakan untuk pemeliharaan
udang harus terbebas dari bahan polutan, seperti pestisida,
detergent hingga limbah pencemar. Upaya water treatment dapat
diakukan dengan rajin mengganti air, menambahkan larutan klorin
30% pada air selama 24 jam atau melalui penyinaran ultraviolet
- Peralatan Produksi. Menjaga kubersihan dan kualitas peralatan
produksi adalah hal yang sangat penting. Sebaiknya setiap tangki
pemeliharaan larva atau benih dilengkapi dengan seser, beker
glass, selang spion dan termometer yang berfungsi untuk
mengantisipasi penularan penyakit. Sebelum digunakan, peralatan
produksi harus disterilkan dengan larutan klorin 400 mg/l
- Pakan. Pemberian pakan, khususnya pada masa pemeliharan larva
harus yang baru. Penetasan kista arteimia sebaiknya dilakukan
melalui mekanisme desinfeksikasi menggunakan larutan chlorin 30
mg/l atau formalin 10 mg/l sebelum ditetaskan.
- Pemberian Suplemen Organik Cair GDM. Pemberian Suplemen
Organik Cair adalah salah satu cara untuk mencegah serangan
penyakit. Ini berfungsi untuk meningkatkan kekebalan tubuh udang,
sehingga udang tidak mudah sakit dan lebih kebal terhadap
serangan penyakit. Selain itu, penambahan Suplemen Organik Cair
GDM juga sangat bermanfaat untuk menningkatkan kualitas air,
sehingga air terbebas dari cemaran patogen penyebab penyakit.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai