Diphyllobothrium Latum
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9 (KELAS A)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah yang membahas mengenai
“Diphyllobothrium Latum” dalam rangka menyelesaikan penugasan dari mata
kuliah Biomedik III.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada bapak Prof. dr. Hasanuddin
Ishak, M.Sc., Ph.D. yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini.
Serta kepada semua pihak yang telah mendukung dalam proses terciptanya karya
tulis ini.
Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat
sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah
wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya kami dapat memperbaiki bentuk
ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………… i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………... 1
A. Fakta Masalah……………………………………………………………………………. 1
B. Pertanyaan Masalah……………………………………………………………………… 2
C. Tujuan……………………………………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………… 3
1. Aspek Kesehata…………………………………………………………………….... 7
2. Faktor Penyebab……………………………………………………………………... 8
C. Solusi…………………………………………………………………………………….. 9
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………... 10
B. Saran……………………………………………………………………………………. 10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….. 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Fakta Masalah
Cestoda merupakan kelas cacing parasit yang mempunyai badan berbentuk pipih
dorsoventral, bersegmen-segmen, tidak mempunyai rongga badan, mempunyai scolex,
leher dan proglotid. Cacing ini bersifat hermaprodit, cara multiplikasi / reproduksi /
berkembang biak dengan jalan mengeluarkan telur (ovipar) dan kadang-kadang
perbanyakan dalam bentuk larva. Cara infeksi biasanya dengan larva yang mengalami
enkistasi masuk ke traktus digestivus hospes. Dua ordo yang penting dalam kelas cestoda
adalah Pseudophyllidea dan Cyclophyllidea.
Cacing pita dewasa hidup di usus manusia dan juga karnivora pemakan ikan. Pada
manusia, cacing dewasa dapat mencapai panjang 10 m. Cacing pita ikan terjadi dan
endemik di daerah para-polar di mana manusia mengonsumsi ikan mentah atau acar.
Ikan dimakan oleh manusia atau mamalia pemakan ikan dan plerocercoid matang di usus
kecil menjadi cacing dewasa. Jika ikan dimakan oleh ikan predator lain, plerocercoid
tetap berada di otot ikan predator yang hanya bertindak sebagai inang pembawa. Sebagai
1
2
cacing pita, ia tumbuh sekitar 5 cm per hari, melepaskan hingga 1 juta telur per hari, dan
dapat bertahan selama 10 tahun, produksi telurnya tinggi, sehingga badan air dapat
terkontaminasi dengan sangat cepat. Selain manusia, anjing dan kucing juga bisa
terinfeksi.
B. Pertanyaan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
3
4
(K011211223) (K011211223)
Epidemiologi : Pengobatan :
Diphyllobothrium ditemukan Sampel darah dan usus diambil
dengan prevalensi 3,33%. sebanyak lima kali dari hari ke-0
Intensitas Diphyllobothrium hingga hari ke-60 ASE.
adalah 2,33 individu/ikan. Pengambilan sampel darah
Profil hematologi menunjukkan dilakukan melalui vena caudal
status kesehatan ikan laut Asia dan diamati menggunakan
yang dibudidayakan dalam hemositometer. Analisis
penelitian ini berada dalam endoparasit dilakukan dengan
kondisi anemia dan terinfeksi pemeriksaan usus ikan dari usus
anterior sampai rektum posterior
3 St. Nuraini R (K011211248) .Aqilah Luthfiyyah Isran
Epidemiologi : (K011211230)
prevalensi cacing pada kucing Pencegahan :
liar masih cukup tinggi peternak kooperatif, antusias dan
dibandingkan dengan kucing terdapat Peningkatan pengetahuan
peliharaan di kota Surabaya. dalam dampak infeksi cacing.
Jenis telur cacing yang paling Peternak juga dapat mengetahui
banyak ditemukan pada kasus hasil pemeriksaan laboratorium
kucing positif pada kucing liar terkait infeksi cacing. Terdapat 2
adalah Toxocara cati sebanyak sampel pemeriksaan yang
18 sampel (83,4%) dan ditemukan telur cacing tambang
Ancylostoma sp sebanyak 12
sampel (91,7%). Hasil total
pemeriksaan 100 sampel feses
kucing didapatkan sebanyak 30
(30%) sampel positif ditemukan
adanya telur cacing, dan
sebanyak 70 (70%) sampel
negative. Sehingga prevalensi
5
2. Kesimpulan Tabel
1.) Morfologi
Diphyllobothrium latum) adalah salah satu cacing yang paling umum agen
penyebab diphyllobothriosis manusia, zoonosis parasit yang ditularkan melalui ikan
yang signifikan. “Cacing pita ikan” (the broad fish tapeworm) ini memiliki lebar 15 –
20 mm dan memiliki sekitar 4000 proglottid. Scolex memiliki dua organ lampiran
6
yang disebut bothria dan tidak ada kait. Skoleksnya seperti jari dan memiliki alur
longitudinal sederhana masing-masing di sisi ventral dan punggung.
Praziquantel (obat pilihan) 5-10 mg/kg oral dalam dosis tunggal; diminum dengan
cairan selama makan dan Niclosamide (alternatif yang dapat diterima).
Infeksi manusia dengan D. Latum dapat berkisar dari keadaan tanpa gejala hingga
gejala gastrointestinal ringan hingga kasus anemia yang parah serta obstruksi luminal.
Penelitian telah menunjukkan bahwa pada pasien yang terinfeksi D. Latum, 25% akan
menunjukkan gejala sakit perut, diare, kelelahan, sakit kepala, atau anemia pernisiosa.
Menurut data, orang yang paling sering terinfeksi D.Latum ini adalah laki-laki antara usia 30
dan 49. Tanda dan gejala signifikan yang ditemui adalah sakit perut, muntah, diare, selain
pusing, mialgia, anemia, kelelahan, dan dispepsia.
Sangat jarang ditemukan manusia yang terinfeksi akibat cacing ini dan jika
ada, korban banyak menampilkan gejala-gejala sedikit. Seperti, sakit perut, penurunan
berat badan, kelemahan, dan gangguan saraf yang banyak membuat penderitanya
mengeluh. Gejala-gejala tersebut disebabkan karena reaksi penderita terhadap limbah
metabolisme parasit, merosotnya proglotid atau iritasi usus mukosa. Dan dalam
beberapa kasus, gejala tersebut juga dapat merupakan manifestasi psikosomatis
setelah dalam diri penderita terdapat worm.
8
2. Faktor penyebab
C. Solusi
Dari penjelasan diatas bahwa Pencegahan Diphyllobothriasis sangat dibutuhkan,
sebelum kita terkena. Karena pencegahannya sangat berhubungan di kehidupan kita
sehari-hari. Menjaga sanitasi dengan tidak buang air besar sembarangan, tidak memakan
ikan mentah atau setengah matang dan memasak ikan air tawar sampai betul-betul
matang atau membekukannya sampai -10°C selama 24 jam, mengeringkan dan
mengasinkan ikan secara baik, dilarang membuang tinja di kolam air tawar, memberikan
penyuluhan pada masyarakat. Adapun Pengobatan Diphyllobothriasis dengan cara
Praziquantel, dengan dosis untuk dewasa 5-10 mg/kg secara oral dalam terapi dosis
tunggal, dosis untuk anak-anak sama dengan dosis dewasa. (Catatan: praziquantel harus
diminum dengan cairan selama makan.) Alternatif bisa menggunakan obat niclosamide
dengan dosis dewasa 2 gram sekali oral, anak-anak 50 mg/kg (maksimal 2 gram) secara
oral. (Catatan: niclosamide harus dikunyah secara menyeluruh atau dihancurkan dan
ditelan dengan sedikit air.)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Diphyllobothrium latum adalah salah satu cacing yang paling umum agen penyebab
diphyllobothriosis manusia, zoonosis parasit yang ditularkan melalui ikan yang
signifikan. Salah satu faktor dalam penularan D. Latum kepada masyarakat adalah
mengonsumsi ikan asin yang cukup didesinfeksi. Selain pada ikan, infeksi D.latum ini
juga dapat menyerang kucing liar. Jadi diperlukan peningkatan pengetahuan dalam
dampak infeksi D.latum utamanya kepada peternak. Peternak harus kooperatif dan
antusias. Profil hematologi menunjukkan status kesehatan ikan laut Asia yang
dibudidayakan dalam penelitian ini berada dalam kondisi anemia dan terinfeksi.
Dideteksi Diphyllobothrium latum plerocercoids pada ikan yang berasal dari danau
subalpine yang berbeda terkait dengan infeksi D. latus yang sedang berlangsung pada
manusia.
2. Infeksi diphyllobothrium latum menyebabkan status kesehatan ikan laut Asia mengalami
anemia. Infeksi diphyllobothrium juga dapat terjadi saat mengonsumsi daging ikan
mentah atau setengah matang. Hal ini dapat menyebabkan adanya masalah pencernaan,
alergi, infeksi paru-paru, mialgia akut endemik, bakteremia, meningitis, bahkan
kematian. Jadi dapat disimpulkan bahwa Diphyllobothrium latum dapat menyebabkan
diphyllobothriasis pada manusia dan hewan seperti kucing liar melalui konsumsi ikan
mentah atau setengah matang.
B. Saran
Kami sangat menyarankan kepada pembaca agar bisa menerapkan hal yang
disampaikan di makalah ini, terutama yang menyangkut tentang kesehatan dengan
mengonsumsi makanan yang sehat dan pengolahan bahan mentah sehingga dapat di
konsumsi. Saran atau kritik dari berbagai pihak terkait dengan makalah ini akan sangat
membantu kami kedepannya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Haikal Arsyah Alfrial : Radacovská, Alzbeta, Bazsalovicsová, Eva, Costa, Isabel, Blasco,
Orosová, Martina, Gustinelli, Andrea. September 2019. Occurrence of Dibothriocephalus latus
in European perch from Alpine lakes, an important focus of diphyllobothriosis in Europe. Revue
suisse de Zoologie, 126(2) : 219-225
Zulfa zahrah salsabila, Kamil, Sulastri, 2021. Edukasi Kessehatan Dampak Infeksi
Cacing Dan Pemeriksaan Kecacingan Pada Ternak Sapi Di Kelurahan Lempake Kota
Samarinda. JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT TEKNOLOGI LABORATORIUM
MEDIK BORNEO 1(1), 25-29
Platonov, TA, Nyukkanov, AN, & Kuzmina, NV (2021, Maret). Ikan sebagai Penyebab
Diphyllobothriosis pada Populasi Yakutia. Dalam Seri Konferensi IOP: Ilmu Bumi dan
Lingkungan (Vol. 666, No. 2, hal. 022078). Penerbitan IOP.
Siti Annisa Ramadhany : Dewi Hidayati, Annisa Rizqi, Nurindra, Nurlita Abdulgani,
Edwin Setiawan, Nova Maulidina, Nur Syahroni, Yeyes Mulyadi, 2021. Fish Disease Study of
Asian Seabass (Lates Calcarifer) in Floating Marine Cage : Endoparasite and Blood Profile,
Biodiversitas Journal. Hal : 4505 – 4511
Rifa Saudah : Sônia dos Santos Toriani, Eduardo Manoel Pereira, Daniela Delwing
de Lima, Therezinha Maria Novais de Oliveira, 2021. Disorders caused by contaminated
fish meat consumption. Brazilian Journal. Hal : 2525-8761
11