Anda di halaman 1dari 25

RESUME

SALMONELLA SP., SHIGELLA SP., VIBRIO, ESCHERICHIA,


AEROBACTER, KLEBSIELLA, SERRATIA, PSEUDOMONAS DAN
PROTEUS

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bakteriologi 2

Semester 3 Program Studi DIII Analis Kesehatan

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Disusun oleh :

EL RAHMA ALIFA

NIM. P07134118050

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2019
RESUME

A. SALMONELLA SP.
1. Sejarah Salmonella sp.

Pertama ditemukan (diamati) pada penderita demam tifoid pada


tahun 1880 oleh Eberth dan dibenarkan oleh Robert Koch dalam budidaya
bakteri pada tahun 1881 (Todar, 2008). Lalu ditemukan pada tubuh babi
oleh Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) pada
tahun 1885, namun Salmonella sp. dinamai oleh Daniel Edward Salmon,
ahli patologi Amerika (Masita, 2015).

2. Klasifikasi Salmonella

Taksonomi dari Salmonella sp adalah sebagai berikut (D’aoust,


2001) :

a. Kingdom : Bacteria
b. Filum : Proteobacteria
c. Class : Gamma proteobacteria
d. Ordo : Enterobacteriales
e. Family : Enterobacteriaciae
f. Genus : Salmonella
g. Spesies : Salmonella sp
3. Morfologi Salmonella sp.

Salmonella sp adalah jenis gram negatif, berbentuk batang, tidak


membentuk spora, motil (bergerak dengan flagel peritrik). Termasuk
kelompok bakteri Enterobacteriacea, berukuran 2-4 µ x 0,5-0,8 µ. Habitat
Salmonella sp. adalah di saluran pencernaan (usus halus) manusia dan
hewan. Suhu optimum pertumbuhan Salmonella sp. ialah 37 o C dan pada
pH 6-8.

4. Patogenitas Salmonella
Sering bersifat patogen untuk manusia atau hewan bila masuk
melalui mulut. Infeksi oleh bakteri genus Salmonella (oleh sebab itu
disebut Salmonellosis) menyerang saluran gastrointestin yang mencakup
perut , usus halus, dan usus besar atau kolon, yang dapat menyebabkan
enteritidis, infeksi sitonik dan demam enterik (Brooks, dkk., 1996).

Pada manusia semua Salmonella sp. menimbulkan penyakit yang


pada umumnya disebut Salmonellosis, dibagi menjadi 3 golongan:

a. Golongan Gastroenteritis (Food Poisoning)


Ditimbulkan oleh S. enteriditis dan S. typhimurium. Biasanya
terjadi demam, kejang perut dan diare yang terjadi antara 12-72 jam
setelah mengkonsumsi minuman yang terkontaminasi.
b. Golongan Bakterimia (Septikemia)
Disebabkan oleh setiap serotip Salmonella sp. infasi dini
dalam darah setelah infeksi melalui mulut dengan kemungkinan lesi
fokal di paru-paru, tulang, selaput otak, dan sebagainya.
c. Golongan Entericfever (Typhoid Fever /Typhus Abdominalis)
Disebabkan oleh S. typhi, S. paratyphi A, S. Schootmulleri.
Salmonella sp. yang termakan mencapai usus halus dan masuk ke
kelenjar getah bening lalu dibawa ke aliran darah.
5. Penularan dan Penyebaran

Bakteri Salmonella menyebabkan infeksi melalui penularan fecal-


oral. Ini terjadi ketika makanan, air, atau benda yang membawa bakteri
dari kotoran , baik manusia atau hewan, bersentuhan dengan mulut pasien.

Makan daging mentah atau setengah matang merupakan cara paling


umum penyebaran Salmonella. Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit memperkirakan bahwa 94% kasus salmonellosis berasal dari
makanan.

Daging mentah dapat membawa bakteri feses yang ada pada hewan
sebelum disembelih. Telur dari burung yang terkontaminasi juga dapat
membawa bakteri Salmonella. Makan telur mentah khususnya dapat
meningkatkan risiko infeksi Salmonella.

Buah dan sayuran yang tidak dicuci dapat membawa bakteri tinja
juga. Bakteri dapat menginfeksi buah dan sayuran melalui pupuk atau air
yang terkontaminasi. Bakteri juga dapat berasal dari limbah hewan yang
dekat dengan tempat buah atau sayuran ditanam.

6. Pencegahan dan Pemberantasan

Menurut Azwar (1981) dan Suriawiria (1983) bahwa untuk


menanggulangi terjadinya penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri
Salmonella ada beberapa macam cara yaitu:

a. Pemberian zat-zat kimia dengan cara merendam bahan makanan


seperti ikan, udang dan kerang-kerangan dalam larutan yang
mengandung Chlor, misalnya larutan Natrium hipoklorit.
b. Cara radiasi yaitu dengan penyinaran sinar Ultra Violet atau sinar
Gamma, kedua sinar ini dipakai untuk mematikan bakteri sehingga
dapat memperpanjang daya simpan bahan makanan tanpa merusak
nilai gizi dan rasanya.
c. Dengan cara membekukan bahan makan terutama daging dan ikan
pada temperature rendah, yaitu dilakukan proses pendinginan di
bawah titik beku sehingga akan terjadi perubahan intraselluler pada
sel bakteri tersebut.
d. Mengasinkan bahan makanan terutama ikan, yaitu dengan
memberikan garam dimaksudkan untuk memperkecil kemungkinan
hidup bakteri pada konsentrasi garam yang tinggi.
e. Makanan seperti daging merah dan daging unggas harus dimasak,
Simpanlah makanan dengan benar. Sebagai contoh: tidak membiarkan
salad sayur yang dicampur dengan mayones pada suhu kamar selama
beberapa jam.
f. Hindari kontak dengan orang yang terinfeksi atau hewan yang
terinfeksi salmonella seperti kura-kura.
g. Cuci tangan Anda dengan benar setelah menggunakan toilet untuk
menghindari penyebaran penyakit.
7. Pengobatan
a. Infeksi Salmonellosis yang ringan tidak membutuhkan pengobatan.
Kebanyakan pasien akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 24
hingga 48 jam.
b. Untuk pencegahan dan pengobatan akibat infeksi Salmonella secara
khusus, dapat dilakukan tindakan-tindakan berikut:
1) Penggunaan antibiotic sesuai dengan resep dokter
2) Menyediakan vaksin untuk infeksi Salmonella
3) Hindari makanan dan minuman yang berisiko terkontaminasi
bakteri
4) Masak dan bersihkan makanan sebaik-baiknya, hindari bahan
pangan mentah terutama buah dan sayuran
5) Selalu gunakan air dan sabun dalam mencuci tangan.

B. SHIGELLA SP.
1. Latar belakang

Shigella sp. merupakan bakteri berbentuk batang dengan


pengecatan gram bersifat gram negatif, tumbuh pada suasana anaerob dan
fakultatif aerob, tumbuh pada pH 6,4-7,8 dengan suhu 37°C. Disentrik
adalah penyakit gangguan pencernaan yang disebabkan oleh bakteri
shigella sp. dan merupakan bakteri patogen di seluruh pencernaan.

2. Morfologi dan identifikasi

Kekhasan organisme Shigella merupakan batang gram negatif yang


tipis, bentuk coccobacilli terjadi pada perbenihan muda. Kultur Shigella
merupakan fakultatif anaerob, tetapi tumbuh baik secara aerob. Koloni
shigella cembung, bundar, transparan dengan diameter kira-kira 2 mm
dalam 24 jam.

3. Patogenesis Dan Patologi

Infeksi shigella hampir selalu terbatas pada sistem gastrointestinal;


penyebarannya ke dalam aliran darah sangat jarang. Shigella dapat
menular. Dosis menular adalah 103 organisme (biasanya 105 – 108 untuk
salmonella dan vibrios). Proses patologik yang penting adalah invasi sel
epithelial mukosal (misalnya sel M) yang diinduksi oleh fagositosis, lolos
dari vakuola fagositik, pelipatgandaan dan pengembangan dalam sel
epithelial sitoplasma dan melintas ke sel yang berdekatan.

Mikroabses di dinding terminal ielum dan intestine yang besar


mengarah pada nekrosis dari membran mukous, ulserasi suoerfisial,
perdarahan dan pembentukan pseudomembran di area ulserasi. Hal ini
terdiri dari fibrin, leukosit, sel debris, membran mukous nekrotik dan
bakteria. Saat proses penyait reda, jaringan granula akan mengganti borok
dan terbentuk jaringan parut.

4. Pengobatan

Spiprofloksasin, ampisilin, tetrasiklin dan trimetoprim-


sulfametoksazol biasanya menghambat Shigella dan dapat menekan
serangan klinik disentri akut dan memperpendek jangka waktu gejala.
Tetapi obat-obatan ini sering gagal menghilangkan organisme dari saluran
pencernaan dan memungkinkan timbulnya pembawa bakteri. Resistensi
terhadap obat dapat disebar oleh plasmida dan infeksi akan menyebar.
Penggunaan opioids seharusnya dihindari dalam disentri shigella.

5. Pencegahan

Ketika manusia menjadi host pathogenis shigella, kontrol harus


diarahkan pada pengurangan organisme pada tandon air dengan cara :
a. Kontrol sanitasi air, makanan dan susu; pembuangan sampah; dan
kontrol terhadap lalat
b. Pengisolasian pasien dan desinfektan
c. Pendeteksian kasus subklinis dan penyebab, khususnya pembawa
makanan
d. Pengobatan antibiotik pada individu yang terinfeksi.

C. VIBRIO

Bakteri gram negative berbentuk batang melengkung (seperti koma).

Klasifikasi Saintifik

Hidup anaerob, fakulatatif di air asin, tidak membentuk spora, dan


uji positif pada oksidase, anggota bakteri Vibrio bergerak (motil) dengan
flagel di ujung sel (polar flagella) dan mempunyai selubung (Sheath)

a. Kingdom :Bacteria
b. Phylium :Proteobacteria
c. Class :Gammaproteobacteria
d. Ordo :Vibrionales
e. Family :Vibrionaceae
f. Genus :Vibrio Pacini 1854 Type
g. Species :Vibrio cholerae

a. Vibrio Cholerae
1. Morfologi Ciri-ciri organisme
Berbentuk batang pendek atau batang bengkok, seperti
koma , memiliki flagela monotrik dan dapat bergerak aktif, pada
biakan yang diperpanjang, vibrio bisa menjadi batang yang lurus yang
mirip dengan bakteri enterik gram negatif.
2. Kultur
a. V cholerae menghasilkan kolon yang cembung, halus dan bulat
yang keruh (opaque) dan bergranul bila disinari
b. Tumbuh dengan baik pada suhu 37C pada berbagai jenus media,
termasuk media tertentu yang mengandung garam mineral dan
asparagin sebagal sumber karbon dan nitrogen
c. Tumbuh dengan baik pada agar thiosutate-citnare-bil-sucrose
(TCBS), yang menghasikan kolonl berwarna kuning
d. Vibrio adalah oksidase posit, yang membedakan mareka dari
bakterl enterik gram negatif yang tumbuh pada agar darah
e. Ciri yang khas, vibrio tumbuh pada pH yang sangat tinggi (8,5-
9,5) dan sangat cepat mati oleh asam. Karenanya pembiakan pada
media yang mengandung karbohidrat yang dapat ditermentasi,
akan cepat mati.
3. Patogenesis
a. Dibawah kondisi alamiah, V cholerae adalah patogen terhadap
manusia. Seseorang yang memilikl asam lambung normal
memerlukan menelan sebanyak atau lebih V cholera dalam air,
agar dapat menginfeksi, sebab organisme ini sensitif terhadap
asam. Jika mediator adalah makanan, sebanyak 102-104
organisme diperlukan, karena kapasitas buffer yang cukup dari
makanan. Beberapa pengobatan dan kondisi yang dapat
menurunkan kadar asam dalam perut membuat seseorang lebih
sensitif terhadap inteksi oleh V.cholerae
b. V.cholerae yang virulen menempel pada mikrovili pada
permukaan sel epitelial. Disana mereka memperbanyak dan
melepaskan racun kolera dan mungkin musinase dan endotoksin.
4. Pengobatan

Bagian yanng paling penting dalam terapi adalah mengganti


air dan elektrolit untuk mengurangi dehidrasi dan kekurangan garam.
Banyak agen antimikroba yang efektif melawan V cholerae.
Tetrasiklin yang diberikan secara oral dapat mengurangi keluarnya
tinja pada kolera dan memperpendek masa ekskresi vibrio. Pada
beberapa daerah endemik, V cholerae yang resisten terhadap
tetrasklin telah muncul, dibawa oleh plasmid yang mudah berpindah.

b. Vibrio Parahaemolyticus
1. Morfologi
Menyebabkan diare yang tidak berdarah, ditemukan dalam
konsentrasi yang tinggi ketika air laut menjadi lebih hangat, bakteri
ini berbentuk batang, halophilic, fakultatif anerobik yang hidup di air
payau daerah pantai yang menyebabkan penyakit gastroimtestinal
pada manusia.
2. Patogen
Penyakit akibat V. Parahaemolyticus sesudah melalui masa
inkubasi kurang dari 24 jam akan terjadi diare cair yang berat yang
mendadak disertai mual, muntah nyeri perut dan kadang kadang
demam. Dalam waktu 72 jam gejala akan menghilang, meskipun
kadang kdang pada individu dengan imunitas yang rendah
(immunocompromised) gejala dapat bertahan sampai 10 hari. Pada
penyakit yang berat diperlukan pengganti cairan dan elektrolit.
3. Pengobatan
Sebagian besar Vibrio parahaemolyticus tidak memerlukan
pengobatan. Penderita sebaiknya minum cukup cairan untuk
mengganti cairan yang hilang. Pada penyakit berat yang berlangsung
lama, dapat diberikan antibiotic misalnya tetrasiklin atau
ciprovloxacine, sesuai dengan hasil uji kepekaan organisme terhadap
antibiotik.
4. Pencegahan
a. Memasak makanan laut terutama kerang tiram dengan matang
b. Mencegah agar luka terbuka tidak terpapar air laut hangat
c. Vibrio Vulnificus
1. Morfologi
Bakteri gram negative ini berbentuk batang lurus atau seperti
koma termasuk dalam kelompok vibrio ‘halophilic’ (yang untuk
hidupnya memerlukan garam). Organisme ini hidup di air laut
hangat dengan kadar garam yang rendah (0.5-2.0% NaCl) misalnya
yang terletak dekat garis pantai dimana air sungai yang tawar
bertemu dengan air laut yang asin serta kolam air payau dan kolam
di daerah sepanjang pantai. Vibrio vulnificus memproduksi
lipopolisakarida (LPS) pada membrane telurnya. Bakteri ini
tergantung pada ada tidaknya kapsul yang membungkus bakteri juga
pada adanya fimbriae dan toksin RTX.
2. Patogenesis
a. Ditularkan melalui makanan terutama karena makan keran
mentah KLB umumnya terjadi di musim kemarau, kadang-
kadang terjadi wabah kecil yang mematikan
b. Masuk melalui luka yang terpapar air laut hangat
c. Pada individu normal, infeksi V.vulnificus biasanya
menyebabkan muntah, diare dan nyeri perut
d. Pada penderita dengan sistem inum yang lemah (terutama yang
menderita penyakit hati kronis), bakteri dapat memasuki aliran
darah dan menyebabkan septikemi primer dengan gejala khas,
yaitu : demam, menggigil, lesi kulit yang melepuh, syok septik,
kematian penderita.
3. Pengobatan
Infeksi Vibrio vulnificus dapat diobati jika diagnosis dapat
ditetapkan pada stadium dini dengan menggunakan tetrasiklin atau
fluorokuinolon misalnya cephalosporin. Jika terjadi pada tempat
luka, dilakukan debrimen,fasiotomi dan kadang-kadang diperlukan
amputasi pada anggota gerak yang terinfeksi.
4. Pencegahan

Tidak makan kerang (oysrers dan shellfish) mentah,


memasak kerang (shellfish) dengan air mendidih sampai kulit
terbuka, menghidari kontaminasi silang makanan matang dengan
bahan makanan laut yang masih mentah, menghindari paparan pad
aluka terbuka oleh air asin hangat atau kerang mentah berasal dari air
asin, menggunakan srung tangan pada waktu memasak kerang

D. ESCHERICHIA, AEROBACTER DAN KLEBSIELLA

a. Escherichia
1. Sejarah
Escherichia adalah genus bakteri Gram-negatif yang tidak
membentuk spora, bersifat anaerob fakultatif, berbentuk batang dan
masuk ke dalam famili Enterobacteriaceae. Genus ini pertama kali
ditemukan oleh Castellani dan Chalamos. Mereka memberi nama
genus tersebut sebagai Esherichia untuk menghormati Theodor
Escherich, penemu Escherichia coli.
2. Klasifikasi
Domain : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Genus : Eschericia
Spesies : E. albertii E. coli E. fergusonii E. hermannii
3. Morfologi
Morfologi dari genus Esherichia adalah memiliki bentuk
batang lurus, bergerak dengan flagel peritrih atau tidak dapat
bergerak. Mudah tumbuh pada pembenihan sederhana. Laktosa
diragikan oleh hampir semua dari spesies ini. Tersusun dari 45% lipid
dan 55% protein, berbentuk batang pendek, berbentuk coccobasil,
termasuk dalam bakteri Gram negatif, memiliki ukuran 0,4-0,7 um x
1,4um, sebagian besar bersifat gerak positif dan beberapa strain
memiliki kapsul.
4. Patogenitas
Kebanyakan dari spesies Escherichia adalah flora usus
komensal, strain tertentu dari beberapa spesies, khususnya E.coli yang
bersifat patogen bagi manusia yang dapat menyebabkan infeksi
saluran kemih, penyakit gastrointestinal dan penyakit lainnya yang
menyerang saluran pencernaan. Escherichia juga dikaitkan dengan
keseimbangan mikrobiota dari saluran reproduksi wanita bagian
bawah.
5. Penularan
Penularan bisa dilakukan makanan yang dalam
pengolahannya tidak bersih atau terkontaminasi, sanitasi air yang
buruk, kontak langsung dari individu ke individu lain dan kontak
dengan binatang
6. Pengobatan
a. Istirahat yang cukup
b. Meningkatkan asupan cairan agar terhindar dari dehidrasi
c. Memantau perkembagan gejala infeksi
7. Pencegahan
a. Segera cuci tangan setelah dari kamar mandi
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyiapkan makanan
c. Pastikan peralatan yang digunakan bersih begitupula dengan
makanan yang dikonsumsi
d. Jika tidak ada air dan sabun, gunakan pembersih tangan yang
mengandung alkohol kadar minimal 60% untuk mengurangi
bakteri di tangan
e. Menghindari makanan yang dapat memperburuk gejala seperti
mengonsumsi susu dan makanan yang tinggi lemak
f. Memasak semua makanan hingga matang sempurna

b. Aerobacter
1. Sejarah
Nama lain dari Aerobacter yakni Enterobacter, genus bakteri
Gram-negative umum, anaerob fakultatif , berbentuk batang , non-
spora dari keluarga Enterobacteriaceae . Ini adalah tipe genus dari
ordo Enterobacterales. Beberapa strain bakteri ini bersifat patogen dan
menyebabkan infeksi oportunistik. Genus ini ditemukan oleh
Hormaeche dan Edwards pada tahun 1960.
2. Klasifikasi
Kingdom : Bakteri
Divisi : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobactericea
Genus : Enterobacter
Spesies : Enterobacter Aerogenes, E. intermedius, E. kobei, E.
nimipressuralis, E. pyrinus , E. sakazakii dll.
3. Morfologi
Enterobacter merupakan genus umum Gram-negative,
berbentuk batang, berukuran 0,5 µm x 3,0 µm, bakteri patogen yang
menyebabkan infeksi oportunistik, begerak dengan flagel peritrih ,
beberapa spesies bersimpai, sitrat dan asetat dapat digunakan sebagai
sumber tunggal karbon, tes Voges-Proskauer biasanya positif dan
merah metil negative, gelatin dilarutkan dengan lambat, tidak ada
pembentukan H2S pada agar TSIA, genus Enterobacter
memfermentasi laktosa dengan produksi gas selama inkubasi 48 jam
pada 35-37 ° C di hadapan garam empedu dan deterjen. Itu adalah
oksidase-negatif, indol negatif, dan urease-variable, bersifat aerob
fakultatif maka bakter ini dapat hidup pada pH 3,3 secara aerob dan
pH 4 secara anaerob.
4. Patogenitas
Enterobacter merupakan bakteri patogen yang dapat menyebabkan
infeksi oportunistik pada kulit, saluran pencernaan, saluran kemih dan
kelamin, saluran pernapasan. Saluran kemih dan saluran pernapasan
adalah tempat infeksi yang paling umum.
5. Penularan
a. Secara langsung
Penularan bakteri dapat terjadi ketika orang yang
terinfeksi bersin, batuk, ciuman, atau berhubungan seksual. Ibu
hamil juga dapat menularkan bakteri ke anak yang tengah
dikandung melalui plasenta atau kontak dengan jalan lahir saat
persalinan.
b. Secara tidak langsung
Bakteri dapat tertinggal pada benda-benda sekitar, seperti
handuk, meja, hingga gagang pintu. Bakteri yang terdapat pada
benda tersebut dapat berpindah ketika benda tersebut disentuh
orang lain.
c. Melalui gigitan hewan
Misalnya pada penyakit Lyme, yang ditularkan oleh
gigitan kutu.
6. Pengobatan
Pengobatan tergantung pada resistensi antibiotik lokal. Obat
yang sering digunakan :
a. Cefepime , sefalosporin generasi keempat dari kelas antibiotik β-
Lactam.
b. Imipenem ( carbapenem ) seringkali merupakan antibiotik pilihan.
c. Aminoglikosida seperti amikacin juga terbukti sangat efektif.
d. Kuinolon bisa menjadi alternatif yang efektif.
e. Antibiotik Kloramfenikol
f. Penicilin
g. Clindamysin
7. Pencegahan
a. Rutin mencuci tangan setelah beraktivitas.
b. Menerima vaksin.
c. Menjaga kebersihan ketika mempersiapkan makanan.
d. Melakukan hubungan seksual yang aman.
e. Tidak berbagi barang pribadi, seperti handuk atau baju.

c. Klebsiella
1. Sejarah
Klebsiella sp. pertama kali diteliti dan diberi nama oleh
bacteriologist Jerman yang bernama Edwin Jklebs (1834 – 1913).
Klebsiella sp. merupakan bakteri gram negatif dari famili
Enterobactericeae yang dapat ditemukan di traktus gastrointestinal dan
traktus respiratori.
2. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gama Proteobacteria
Ordo : Enterobacteria
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Klebsiella
Spesies :Klebsiella pneumonia, Klebsiella oxytoca, Klebsiella
ozaena, Klebsiella rhinoscleromatis, Klebsiella planticola, Klebsiella
terrigena, Klebsiella ornitinolitika, Klebsiella singaporensis,
Klebsiella variicola, Klebsiella senegalensis, Klebsiella miletis,
Klebsiella aerogenes
3. Morfologi
Berbentuk batang pendek, termasuk bakteri gram negatif
ukuran 0,5-1,5 x 1-2 µm, tidak memiliki spora, tidak memiliki flagela,
menguraikan laktosa, membentuk kapsul baik invivo atau invitro dan
koloninya berlendir.
4. Patogenitas
Anggota genus Klebsiella biasanya mengekspresikan 2 jenis
antigen pada permukaan sel mereka yaitu : Lipopolisakarida (O
antigen) dan Polisakarida kapsul (K antigen), kedua antigen ini
berkontribusi pada patogenitas.
a. Klebsiella sp. merupakan bakteri enterik yang kadang - kadang
ditemukan dalam jumlah kecil sebagai flora normal saluran napas
atas..
b. Klebsiella sp. menyebabkan berbagai infeksi pada manusia seperti
pneumonia, infeksi saluran kemih, bakterimia. Klebsiella sp.
berperan dalam penyebab pneumonia pada komunitas masyarakat
atau yang disebut Community Acquired Pneumonia (CAP), juga
mengakibatkan infeksi nosokomial yang dikenal dengan Hospital
Acquired Pneumonia (HAP). Infeksi nosokomial adalah infeksi
yang terjadi di rumah sakit dan menyerang pasien yang sedang
dalam proses perawatan.
5. Penularan dan Penyebaran
Dapat ditularkan melalui udara yang terhirup, dari darah
contohnya dari luka, serta perpindahan langsung bakteri dari infeksi di
dekat paru-paru.
6. Pengobatan
Pengobatan tergantung pada sistem organ yang terlibat. Secara umum
terapi awal pasien dengan bakteremia mungkin adalah empiris.
Pemilihan agen antimikroba spesifik tergantung pada pola-pola
kerentanan setempat. Setelah bakteremia dikonfirmasi pengobatan
dapat dimodifikasi.
7. Pencegahan
a. Peningkatan derajat kesehatan dan daya tahan tubuh
b. Pencegahan infeksi nosokomial
c. Memasak makanan hingga matang
E.
E. SERRATIA, PSEUDOMONAS DAN PROTEUS

a. Serratia
1. Sejarah
Serratia marcescens adalah salah satu spesies bakteri patogen
oportunistik dari famili Enterobacteriaceae. Bakteri ini dulu disebut
Monas prodigiosus atau Bacillus prodigiosus. Namun sejak tahun
1920-an, seorang apoteker Venesia bernama Bartolomeo Bizio
mengganti nama spesies ini menjadi Serratia dari nama seorang
fisikawan, Serafino Serrati, dan marcescens yang berarti "memudar"
(karena bakteri ini dapat mengalami pemudaran warna koloni)
2. Klasifikasi
Klasifikasi Serratia marcescens sebagai berikut (Rosidah,
2016) :
Kingdom : Bakteri
Phylum : Proteobakteri
Class : Gamma proteobakteri
Marga : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Serratia
Spesies : Serratia marcescens
3. Morfologi (bentuk)
Beberapa karakteristik dari bakteri ini adalah :
a. Motil (bergerak)
b. Berbentuk batang
c. Anaerob fakultatif
d. Berdiameter 0,5-0,8 µm dan panjang 0,9-2 µm.
e. Tumbuh pada suhu 5–40 °C ditemukan di tanah, air, dan
permukaan tanaman.
f. Beberapa galur (strain)m S.marcescens dapat menghasilkan
pigmen prodigiosin yang berwarna merah gelap hingga merah
muda, tergantung pada usia koloni bakteri tersebut.
4. Fisiologi (sifat hidup)
Habitat normal bakteri Serratia marcescens ditemukan pada
air, tanah, tanaman serta flora normal pada usus manusia. Ditemukan
juga pada roti yang lembap karena bakteri ini juga dapat menyerang
makanan, selain itu ditemukan sebagai sebab infeksi nokosomial
(infeksi yang terjadi ketika masuk rumah sakit). Penularannya lewat
air, cairan, suntikan maupun kontak langsung (Mary glowgoski,
2011).
5. Patogenitas
Patogenitas Serratia marcescens menginfeksi : saluran
kencing, saluran pernafasan (pneumonia), mata, meningitis, kulit yang
terluka dan saluran pencernaan (pada anak-anak).
6. Penyebaran
Bakteri Serratia sp. merupakan genus bakteri yang
mempunyai sebaran luas di lingkungan. Bakteri Serratia sp. secara
umum terdapat di tanah, air, berassosiasi dengan tanaman. Bakteri ini
merupakan bagian flora normal usus manusia, karena berperan dalam
meragikan laktsosa (Astrid,2008).
7. Pengobatan
Infeksi akibat Serratia sp. memerlukan pemilihan antibiotik
yang tepat karena bermunculan tipe yang menunjukkan resistensi baru
terhadap suatu jenis antibiotik (Gupta et al., 2014).
8. Pencegahan dan Pemberantasan
a. Selalu menjaga kesehatan agar sistem imun kita kuat sehingga
terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri apapun
b. Pemberian vaksin
c. Menjaga kebersihan
d. Pencegahan untuk penyakit cacar putih pada terumbu karang
tanduk rusa, pipis ketika kita sedang bermain atau berenang di
laut dan tidak membuang limbah dari kamar mandi atau toilet ke
laut langsung.

b. Pseudomonas
1. Sejarah
Pseudomonas berasal dari bahasa Yunani yaitu pseudo berarti
palsu dan monas berarti satu unit. Pseudomonas sp merupakan bakteri
hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis
hidrokarbon.
2. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Spesies pseudomonas : Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas
flouresen, Pseudomonas putida, Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas
mendocina
3. Morfologi (bentuk)
Pseudomonas aeruginosa
1. Berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,6 x 2 μm
2. Terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan terkadang
membentuk rantai yang pendek
3. Bakteri gram negatif
4. Bersifat aerob, katalase positif, oksidase positif
5. Tidak mampu memfermentasi tetapi dapat mengoksidasi
glukosa/karbohidrat lain
6. Tidak berspora, tidak mempunyai selubung (sheat) dan
mempunyai flagel monotrika (flagel tunggal pada kutub) sehingga
selalu bergerak.
4. Patogenitas
Pseudomonas aeruginosa menimbulkan berbagai penyakit diantaranya
yaitu :
a. Infeksi pada luka dan luka bakar menimbulkan nanah hijau
kebiruan
b. Infeksi saluran kemih
c. Infeksi pada saluran napas mengakibatkan pneumonia yang
disertai nekrosis
d. Otitis eksterna ringan pada perenang
e. Infeksi mata
5. Penularan
Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari saluran yang telah
diinfeksinya. Apabila menginfeksi pada saluran pernapasan maka
akan meninggalkan saluran tersebut dan berpindah pada inang rentan
yang lain. Mengingat merupakan patogen nosokomial, Pseudomonas
aeruginosa arah pemindah sebarannya dapat melalui penanganan dan
penggunaan alat yang tidak steril. Kemudian akan menginfeksi inang
lain yang rentan pada bagian tertentu misalnya saluran kencing. Inang
rentan ini biasanya pasien bedah, pasien yang terluka atau luka bakar,
pasien yang menjalani pengobatan radiasi, juga pasien dengan
peralatan yang menembus tubuh.
6. Pengobatan
Pseudomonas aeruginosa tidak boleh diobati dengan terapi
obat tunggal karena tingkat keberhasilan rendah dan bakteri dengan
cepat jadi resisten. Pola kepekaan bakteri ini bervariasi secara
geografik. Maka, diperlukan tes kepekaan sebagai pedoman untuk
pemilihan terapi antimikroba. •Penisillin bekerja aktif terhadap
Pseudomonas aeruginosa antara lain : tikarsilin, mezlosilin, dan
pipeasilin digunakan dengan dikombinasikan bersama aminoglikosida
biasanya gentamisin, tobramisin/ amikasin. •Obat lain yang aktif
terhadap Pseudomonas aeruginosa antara lain aztreonam, imipinem,
kuinolon baru, termasuk siprofloksasin.

7. Pencegahan
Pseudomonas aeruginosa tidak boleh diobati dengan terapi obat
tunggal karena tingkat keberhasilan rendah dan bakteri dengan cepat
jadi resisten. Pola kepekaan bakteri ini bervariasi secara geografik.
Maka, diperlukan tes kepekaan sebagai pedoman untuk pemilihan
terapi antimikroba. Penisillin bekerja aktif terhadap Pseudomonas
aeruginosa antara lain : tikarsilin, mezlosilin, dan pipeasilin digunakan
dengan dikombinasikan bersama aminoglikosida biasanya gentamisin,
tobramisin/ amikasin. Obat lain yang aktif terhadap Pseudomonas
aeruginosa antara lain aztreonam, imipinem, kuinolon baru, termasuk
siprofloksasin.

c. Proteus
1. Sejarah
Penggunaan pertama istilah “Proteus” dalam tata nama
bakteriologis dibuat oleh Hauser (1885) yang dijelaskan di bawah
istilah ini tiga jenis organisme yang terisolasi dari daging busuk.
Salah satu dari tiga spesies yang diidentifikasi oleh Hauser adalah
Proteus vulgaris. Spesies proteus menyebabkan infeksi pada manusia
ketika bakteri meninggalkan saluran usus. Mereka ditemukan dalam
infeksi system disaluran kencing dan menyebabkan bateremia,
Pneumonia, dan lesi fokal pada pasien yang lemah atau mereka yang
menerima transfuse melalui pembuluh darah. Proteus mirabilis
menyebabkan infeksi system saluran kencing dan infeksi lain. Proteus
Vulgaris dsn Proteus Morganella merupakan pathogen Nosokomial.
2. Klasifikasi
a. Filum : Proteobacteria
b. Kelas : Gamma Proteobacteria
c. Ordo : Enterobacteriales
d. Family : Enterobacteriaceae
e. Genus : Proteus
f. Spesies :
Proteus vulgaris, Proteus morganii, Proteus mirabilis, Proteus
rittgeri.
3. Morfologi (bentuk)
Proteus sp. termasuk dalam famili enterobakteriaceae,
berbentuk batang, gram negatif, tidak berspora, tidak berkapsul, flagel
peritrik, ada yang cocobacilli, Polymorph (berbagai bentuk),
berpasangan atau membentuk rantai, berukuran 0,4-0,8 x 1.0-0,3 mm,
termasuk dalam bakteri non fruktosa fermenter, bersifat fakultatif
aerobe/anaerob.
4. Patogenitas
Proteus sp. termasuk kuman patogen, menyebabkan infeksi
saluran kemih atau kelainan bernanah seperta abses, infeksi luka.
Proteus sp. Ditemukan sebagai penyebab diare pada anak anak dan
menimbulkan infeksi pada manusia.
5. Penularan
Penyebaran penyakit oleh Proteus sp. melalui air sumur yang
digunakan penduduk untuk mandi, mencuci, makan dan minum yang
kemungkinan bakteri ini untuk masuk ke tubuh dan masuk melalui
luka yang menyebabkan infeksi pada saluran kemih serta dapat
menyebabkan diare.
6. Pengobatan
Pengobatan Proteus vulgaris Pengobatan bakteri Proteus
vulgaris dapat di gunakan beberapa antibiotik seperti : Ciprofloksasin,
Seftazidim, Netilmic, Sulbaktam atau cefoperazo, Meropenem,
Piperasilin atau tazobactam dan Unasyn
Pengobatan Proteus mirabilis Infeksi Proteus mirabilis dapat
diobati dengan sebagian besar jenis penisilin atau sefalosporin kecuali
untuk kasus tertentu. Tidak cocok bila digunakan nitrofurantoin atau
tetrasiklin karena dapat meningkatkan resistensi terhadap ampisilin,
trimetoprim, dan siprofloksin.
7. Pencegahan
Pencegahan dari infeksi bakteri Proteus sp ini antara lain adalah :
a. Memperhatikan kebersihan sarana umum terutama sumur yang
digunakan sebagai sumber mata air untuk kehidupan sehari-hari.
b. Memperhatikan kebersihan diri , mencuci tangan setiap buang air.
c. Menjaga kebersihan makanan dan minuman , memasak air hingga
benar benar matang agar terhindar dari infeksi bakteri.
d. Memperhatikan kebersihan luka yang sedang diderita agar bakteri
Proteus vulgaris maupun bakteri yang lain tidak mudah
menginfeksi tubuh.
e. Menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit
seperti pemberian multivitamin penambah imunitas tubuh.
f. Hindari terjadinya nosocomial infection melalui penggunaan
kateter urina yang tidak steril.

Anda mungkin juga menyukai