Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam sistem kesehatan nasional dan rencana pokok program reformasi


dibidang kesehatan telah digariskan bahwa tujuan reformasi kesehatan adalah
tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesepakatan umum dari
tujuan nasional (Anonimus, 2004). Lingkungan yang sehat sangat penting untuk
mempunyai generasi penerus yang kuat dan mampu meneruskan roda pembangunan
bangsa.

Penyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga
disebut typhus atau types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella
typhi terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit
infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai dari usia
balita, anak-anak dan dewasa. Bila musim sedang berganti di Indonesia, terutama di
kota-kota besar, sering ditemukan penyakit tifus yang merupakan penyakit usus
halus. Di Indonesia, diperkirakan antara 800 – 100.000 orang terkena tifus atau
demam tifoid sepanjang tahun. Demam ini terutama muncul di musim kemarau dan
konon anak perempuan lebih sering terserang. Yang jelas, meski tifus bisa menyerang
anak di atas umur 1 tahun, korban paling banyak adalah anak usia 5 tahun.

Kuman tifus terutama dibawa oleh air dan makanan yang tercemar, karena
sumber air minum di Jakarta, umpamanya, kurang memenuhi syarat. Sayuran dapat
saja dicuci dengan air kali yang juga dipakai untuk penampungan limbah. Kakus pun
berakhir di got atau kali. Padahal kuman tifus berasal dari kotoran manusia yang

91
sedang sakit tifus. Karena kota-kota besar merupakan kakus terbuka raksasa, maka
kuman tifus pun berada dalam banyak minuman dan makanan yang lolos oleh proses
memasak. Keadaan itu menyebabkan kenyataan : mungkin tidak ada orang di kota-
kota besar yang tidak pernah menelan kuman tifus. Bila hanya sedikit kuman yan
terminum, biasanya orang tidak terkena tifus. Namun, kuman yang sedikit demi
sedikit masuk ke tubuh menimbulkan suatu reaksi imun yang dapat dipantau dari
darah, dikenal dengan reaksi Widal yang positif.

Salah satu bakteri penyebab tifus adalah Salmonella typhimurium. Infeksi oleh
bakteri ini terjadi dari memakan makanan yang terkontaminasi dengan feses yang
mengandung bakteri Salmonella typhimurium dari organisme pembawa (hosts).
Setelah masuk dalam saluran pencernaan maka bakteri ini akan menyerang dinding
usus yang menyebabkan kerusakan dan peradangan. Infeksi dapat menyebar ke
seluruh tubuh melalui aliran darah karena dapat menembus dinding usus ke organ-
organ lain seperti hati, paru-paru, limpa, tulang-tulang sendi, plasenta dan dapat
menembusnya sehingga menyerang fetus pada wanita hamil, dan juga membrane
yang menyelubungi otak. Substansi racun yang diproduksi dan dilepaskan oleh
bakteri ini dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh. Pada seseorang yang terinfeksi
oleh Salmonella typhimurium pada fesesnya terdapat kumpulan Salmonella
typhimurium yang bisa bertahan sampai berminggu-mnggu atau berbulan-bulan.

Bila demam tifoid masih terbilang ringan, istilahnya gejala tifus atau
paratifus,dokter akan menyarankan banyak istirahat, banyak minum, dan obat
antibiotik yang diberikan harus dihabiskan. Perawatan dan pengobatan bertujuan
menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah
terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Sebab, meski masih
tahap ringan, kuman terus menyebar dan berkembang-biak dengan cepat. Sayangnya,
diagnosa demam tifoid pada anak-anak cukup sulit dilakukan. Pada sejumlah anak,
mereka tak mengeluh mual, pusing, atau suhu tubuhnya tinggi. Anak hanya bisa

92
menangis atau rewel. Pemeriksaan laboratorium pun kerap sulit dilakukan karena
anak umumnya meronta jika harus diambil darahnya. Untuk tifus yang sudah berat,
penderita diharuskan menjalani perawatan di rumah sakit. Biasanya selama 5-7 hari
harus terus berbaring.Setelah melewati hari-hari itu, proses penyembuhan akan
dilanjutkan dengan memobilisasi bertahap.

Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau


types bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit,
mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali.
Pengobatan penyakit tifus dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan
melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk mencegah penularan. Pasien
harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun, kemudian baru
boleh duduk, berdiri dan berjalan. Selain obat-obatan yang diberikan untuk
mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan rasa pusing (Paracetamol), Untuk
anak dengan demam tifoid maka pilihan antibiotika yang utama adalah kloramfenikol
selama 10 hari dan diharapkan terjadi pemberantasan/eradikasi kuman serta waktu
perawatan dipersingkat. Namun beberapa dokter ada yang memilih obat antibiotika
lain seperti ampicillin, trimethoprim-sulfamethoxazole, kotrimoksazol, sefalosporin,
dan ciprofloxacin sesuai kondisi pasien. Demam berlebihan menyebabkan penderita
harus dirawat dan diberikan cairan Infus.

Penelitian tentang efek spasmolitik telah dilakukan oleh Morales et al (1994),


tentang penghambatan ileum pada marmut oleh Lozoya et al (1994). Penelitian ini
menunjukkan bahwa daun jambu biji terbukti sebagai antibakteri Salmonella
typhimurium. Hal ini karena pada daun jambu biji mengandung senyawa-senyawa
antara lain : tannin, minyak atsiri, flavanoid, ursolic, oleanolic, karoten, yang dapat
berfungsi sebagai senyawa antibakteri (Supandiman, 1997; Sujatno, 1997). Tanaman
pare (Momordica Charantia L) merupakan salah satu tanaman yang juga senyawa-
senyawa seperti tannin, minyak atsiri, flavanoid, ursolic, oleanolic, karoten, alkaloid

93
yang cukup banyak pada buahnya. Berdasarkan hal tersebut maka buah pare memiliki
potensi yang cukup besar untuk digunakan sebagai antibakteri Salmonella
typhimurium. Penggunaan pare sebagai antibakteri Salmonella typhimurium
dimaksudkan untuk mendapatkan alternatif antibakteri Salmonella typhimurium dari
tumbuh-tumbuhan serta obat penyakit tifus yang bersifat alami.

1.1 Maksud dan Tujuan


Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui Salmonella dan Shigella
yang terdapat dalam specimen urin
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengisolasi
Salmonella dan Shigella yang terdapat dalam specimen urine.

94
1.1. Kerangka Operasional

Sampel feces

Media Perbenihan
Selenit Broth

Inkubasi 37°C,24 jam

Pewarnaan Gram Media Selektif


Bismuth Sulfur Agar
Salmonella Shigella Agar
Inkubasi 37°C,24 jam

Triple Sugar Iron Agar


Pewarnaan Gram

Inkubasi 37°C,24 jam

Gula-gula MR/VP Urea SC SIM

Manitol Maltose Sukrosa Laktosa Glukosa

Inkubasi 37°C,24 jam

Cocokkan Pada Tabel Biokimia

95
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tentang Salmonella

Salmonella sering bersifat pathogen untuk manusia atau hewan bila masuk
melalui mulut. Bakteri ini ditularkan dari hewan kepada manusia atau produk
hewan kepada manusia, dan menyebabkan enteritis, infeksi sistemik, dan
demam enteric. Terdapat lebih dari 2400 serotipe Salmonella termasuk lebih
dari 1400 dalam DNA hibridisasi group 1 yang dapat menginfeksi manusia (
Jawetz, dkk, 2001), diantaranya adalah S. typhi, S. paratyphi A, S. paratypi C,
sebagai penyebab penyakit atau demam enteric ( Supardi I., dkk. 1998)

Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif


berbentuk tongkat yang menyebabkan tifus, paratifus, dan penyakit
foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan
menghasilkan hidrogen sulfida. Salmonella dinamai dari Daniel Edward
Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald
Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali
menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.

2.1.1. Klasifikasi Salmonella

Lignieres 1900
Kerajaan: Bakteria

Filum: Proteobakteria

Kelas: Gamma Proteobakteria

Ordo: Enterobakteriales

Famili: Enterobakteriakceae

96
Genus: Salmonella
Spesies S. typhi. S. choleraesuis, S. enteritidis, Salmonella paratyphi
S.bongori, S. enterica

2.1.2. Morfologi Salmonella

Salmonella typhi merupakan salah satu genus dari family


Enterobacteriaceae, berbentuk batang gram negative, fakultatif aerob, bergerak
dengan flagel peritrich (Supardi I., dkk, 1999) mudah tumbuh pada perbenihan
biasa dan tumbuh baik pada perbenihan yang mengandung empedu, tidak
membentuk spora, ukuran 1 – 3,5 x 0,5 – 0,8 µm, besar koloni 2,4 µm.
(Jawetz et al, 1995, Bakhri S., 2002).

Badan Bakteri

Flagella

(Dikutip dari : http://. Image. Google. Co.id )

2.1.3. Sifat – Sifat Biologis

Salmonella typhi dapat memproduksi H2S, tetapi tidak dapat


membentuk gas dari glukosa. Berbeda dengan yang lainnya, tidak dapat
melakukan deckarboksilasi terhadap ornitin, dan tidak memfermentasikan
rhamnosa. Bakteri Salmonella ini dapat tumbuh pada suhu antara 5 – 470
C, dengan suhu optimum 35 – 37 oC. Beberapa sel tetap dapat hidup
selama penyimpanan baku. Disamping itu Salmonella dapat tumbuh pada

97
pH optimum 6,5 -7,5. Nilai pH minimum dapat bervariasi bergantung
kepada serotype, suhu inkubasi, komposisi media dan jumlah sel. Pada
pH di bawah 4,0 dan di atas 9,0 Salmonella akan mati secara perlahan.
Bakteri ini tidak dapat dibedakan hanya dari sifat-sifat biokimia dan
morfologinya, oleh karena itu perlu diindentifikasi secara serologic.
Berdasarkan skema Kautmann White yang membeedakan Salmonella
berdasarkan sifat-sifat antigeniknya. (Supardi I., dkk, 1999)

2.1.4. Daya Tahan

Salmonella mati pada suhu 56 oC dan juga pada suasana kering.


Dalam air dan es dapat bertahan dalam waktu lama. Tumbuh subur pada
medium yang mengandung garam empedu, tahan terhadap zat kimia
seperti brilliant green, sodium deoksikolat dan sodium tetrationat. Bakteri
ini juga mati pada pemanasanbasah, saperti pada suhu 50 oC selama 1
jam, atau pada suhu 60 oC selama 15 menit. Pada biakan Salmonella
sanggup bertahan selama beberapa bulan, bahkan beberapa tahun. Di luar
tubuh individu, di lingkungan alam yang basah, Salmonella typhi dan
Salmonella lainnya secara bertahap akan mati, tetapi beberapa minggu
lamanya, misalnya pada dalam tanah yang basah atau air limbah yang
kotor. Pada keadaan kering Salmonella lebih cepat mati dalam beberapa
jam, sehingga penyebaran malalui debu atau material yang terkontaminasi
kering sangat., kecil dari pada penyebaran melalui atau bahan makanan
yang basah. (Dickens, 1995., Jawets, et al., 1995, Bakhri S, 2002)

2.1.5. Struktur Antigen

Salmonella typhi memiliki tiga jenis antigen, yaitu : antigen O


(somatic) antigen H (flagella) dan antigen Vi (parmukaan). Antigen O
terdapat di lapisan dinding luar bakteri, mempunyai komponen protain
lipopolisakarida (LPS) dan lipid. (Jawets, et al., 1995, bakhri S, 2002).

98
Antigen O bersifat hidrifilik dan memungkinkan bakteri membentuk
suspense yang homogeny dalam larutan salin. Antigen ini dapat tahan
hidup terhadap panas hingga suhu 100 oC selama 2-5 jam, tahan terhadap
alcohol juga etanol 96% pada suhu 37oC selama 4 jam. Antigen O juga
tidak terpengaruh apabila bakteri disuspensikan dalam formeldehid 0,2%.
Antigen O apabila berada dalam tubuh merespon terbentuknya Ab Ig M.
Antigen H terdapat di flagella, fimbriae dan pili pada bakteri yang
mempunyai komponen protein. (Gerard dan Koeswardono, 1982; Jawetz
et al., 1995, Bakhri S, 2002). Antigen A labil terhadap panas dan alcohol,
tetapi tahan terhadap formaldehid 0,04 – 0,22%. Pemanasan dengan suhu
melebihi 600Cakan melepaskan flagella dari bakteri dan dengan
pemanasan suhu 1000 C selama 30 menit akan melepaskan semua
flagella. Antigen vi terdapat pada selaput dinding bagian luar dari bakteri
adalah mengandung polisakarida tang bersifat asam dan dapat rusak
dengan pemanasan suhu 600 C selama 1 jam dengan penambahan fenol
dan asam. Dari beberapa penelitian, mendukung konsep bahwa virulensi
strain salmonella typhi pada pada individu berkolarasi dengankandungan
antigen Vi dan bukan saja virulen terhadap manusia tetapi juga pada
binatang (chimpanzee) (Cruickshank et al., 1975; Jawetz et al., 1995;
Bakhri S, 2002).

Ketiga macam antigen tersebut dalam tubuh penderita akan


menimbulkan tiga macam antibody yaitu aglutininO, agglutinin H dan Vi.
Pada demam thypoid antigen O dan atau antigen H dapat meningkat pada
minggu pertama penyakit dan mencapai puncakanya pada akhir minggu
ketiga. Antibody matanterhadap antigen Vi terbentuk lebih lambat dan
dapat terjadi peningkaytan titer yang berarti setelah 1 bulan. Penuingkatan
titer natibodi terhadpat antigen O dan H dapat bertahan sampai beberapa
bulan (Setyawati E, 1997).

99
2.1.6 penyakit yang ditimbulkan

Pada manusia menimbulkan penyakit typhus abdominalis.Masa


inkubasinya antara 7 – 14 hari.Gejalanya berupa : demam dengan suhu
tinggi (40 C(empat puluh derajat Celcius ) terutama sore hari , sering kali
meracau dan gelisah (delirium).Penderita sangat lemah dan
apatis,anorexia dan sakit kepala Beberapa penderita mengalami deare.
Tetapi umumnya mengalami konstipasi(tidak bisa buang air
besar).bakterinya masuk kedalam aliran darah ,pada penyakit yang berat
dapat terjadi perforasi usus dan peritonitis .Angka kematian ± 25%.

2.1.7 Cara penularan penyakit

Melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh bakteri.


Hal ini dapat terjadi, antara lain :

- Melalui air untuk kepentingan rumah tangga, yang tidak memenuhi syarat
kesehatan
- Daging, telur, susu yang berasal dari hewan sakit yang dimasak kurang
matang
- Makanan dan minuman berhubungan dengan binatang yang mengandung
bakteri Salmonella typhi, seperti lalat, tikus, kucing dan ayam

Setelah sembuh dari penyakitnya, penderita akan kebal terhadap


thypus, untuk waktu cukup lambat. Infeksi ulangan (reinfeksi) dapat
terjadi, tetapi biasanya gejalanya sangat ringan.Mantan penderita juga
dapat menjadi karier karena bakterinya menetap dan berkembang biak
dalam kandungan empedunya.Bahan yang berbahaya untuk penularan
adalah feces penderita atau karier.

100
2.1.8 Bahan pemeriksaan laboratorium

Sampel feces diperiksa dengan mikroskop setelah pewarnaan dan


ditanam pada perbenihan. Kultur darah dan kultur urin dilakukan sewaktu
penderita demam

2.1.9 Pencegahan

Pencegahan penyakit dilakukan terutama dengan menjaga


kebersihan makanan dan minuman, peningkatan hengenis pribadi,
perbaikan sumber air untuk keperluan rumah tangga, peningkatan sanitasi
lingkungan khususnya perbaikan cara pembuangan feces manusia serta
pemberantasan tikus dan lalat. Selain itu, pengawasan penjualan bahan
makanan (telur,susu,sayuran,dan sebagainya).Dan tempat pemotongan
hewan.

2.2. Tinjauan Umum Tentang Shigella


2.2.1. klasifikasi Shigella
Castellani & Chalmers 1919
Kerajaan : Bakteria
Filum : Proteobakteria
Kelas : Gamma Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Famili : Enterobakteriaceae
Genus : Shigella
Spesies : S. boydii, S. dysenteriae,S. flexneri, S. sonnei
2.2.2. morfologi dan fisiologi
Shigella berbentuk batang (basil) dengan ukuran 0,5 – 0,7 µm x 2 – 3
µm, pada pewarnaan gram bersifat gram negative tidak berflagel. Sifat
pertumbuhan adalah aerob dan anaerob fakultatif, pH pertumbuhan 6,4 –
7,8. Suhu pertumbuhan optimum 37oC, kecuali Shigella sonei dapat tumbuh

101
pada suhu 45oC. Sifat koloni kuman adalah koloni sedang, tidak berwarna,
jernih, smooth, keeping jika ditanam pada media Mac Conkey. Asil koloni
yang tumbuh pada Salmonella Shigella Agar adalah koloni kecil – kecil,
tidak berwarna, jernih, smooth (Anonim,1993)
2.2.3. Daya tahan
Shigella sp krang tahan terhadap agen fisik dan kimia. Tahan dalam 0,5
% fenol selama 5 jam dan dalam 1 % fenol dalam setengah jam, tahan
dalam es selama 2 bulan, dalam air laut 2 – 3 bulan. Tahan terhadap suhu
rendah dengan kelembaban cukup. Garam empedu dengan konsentrasi
tinggi menghambat pertumbuhan strain tertentu. Kuman akan mati pada
suhu 55oC (Anonim, 1993)
2.2.4. Pathogenik dan Gejala klinis
Disentri basiler atau shigellosis adalah infeksi usus akut yang dapat
sembuh sendiri yang disebabkan oleh Shigella. Shigellosis dapat
menyebabkan 3 bentuk diare yaitu disentri dengan tinja lembek, disertai
darah, mucus dan pus, waterdiarrhea yaitu tinja yang berbentuk cair, dan
kombinasi keduanya yaitu tinja berbentuk cair disertai darah, mucus dan
pus.
Masa inkubasi adalah 2 – 4 hari atau bias lebih lama sampai 1 minggu.
Pada ornag yang sehat diperlukan 200 kuman untuk menyebabkan sakit
(Anonim,1993)
Setelah masa inkubasi, secara mendadak timbul nyeri perut, demam dan
tinja encer. Satu hari atau beberapa hari kemudain jumlah tinja meningkat
karena infeksi meliputi ileum dan kolon, melekat pada permukaan mukosa
dan menembus lapisan epitel dan berkembang biak ke dalam lapisan
mukosa. Lalu terjadi reaksi hebat yang menyebabkan terlepasnya sel – sel
dan timbulnya luka pada permukaan mukosa usus. Tinja ini berkurang
encernya tetapi mengandung lender dan darah. Tiap gerakan usus disertai
dengan tenensmus yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah.

102
Demam dan diare ini sembuh secara spontan dalam 2 – 5 hari pada lebih
dari setengah kasus otang dewasa. Namun pada anak – anak dan orang tua,
enyakit ni berlangsung lama. Kehilangan cairan dan elektrolit dapat
menyebakan dehidrasi,asidosis, bahkan kematian.
Setelah sembuh, kebanyakan orang mengeluarkan bakteri disentri dalam
waktu yang singkat, namun beberapa diantaranya menjadi pembawa yang
kronis yang dapat mengalami serangan penyakit berulang – ulang (Jawetz,
2005).
2.2.5. Epidemiologi
Disentri basiller adalah penyakit yang endemis di Indonesia. Hal ini
antara lain disebabkan oleh sanitasi lingkungan yang belum memadai.
Penyebaran kuman Shigella yaitu dari manusia ke manusia yang lain dan
carrier merupakan reservoir kuman. Dari carrier, Shigella disebarkan dari
tinja oleh lalat, melalui tangan yang kotor, makanan yang terkontaminasi,
serta berbagai barang yang terkontaminasi oleh Shigella ke orang lain yang
sehat. Hal yang juga harus diperhatikan adalah kebersihan air minum. Untuk
hal itu perlu dilakukan pengawasan sumber air minum (Anonim, 1993)
2.2.6. Pemeriksaan Laboraturiu Mikrobiologi
2.2.6.1 Media Pemupuk
Sampel ditanam pada media Selenite broth atau Tetrathionate broth
yang menghambat bakteri saluran usus normal akan tetapi
mempercepat ertumbuhan Shigella. Sesudah inkubasi 18 – 24 jam
bakteri ditanam pada media selektif (Gani A.2003)
2.2.6.2.Media Differential dan Selektif
(Soemarno,2000)
Tumbuh mudah pada media biasa, dengan situasi aerob, dengan suhu
optimum 36oC, non lactose fermented.
Mas Conkey : Koloni tidak berwarna, jernih, keeping, sedang,
bulat, smooth.

103
EMB Agar : Koloni tidak berwarna, sedang, keeping, smooth,
bulat.

Endo Agar : Koloni tidak berwarna atau merah muda, kecil –


sedang, keeping, smooth.

104
SSA : Koloni tidak berwarna, kecil – kecil, keeping,
smooth, bulat.

2.2.6.3.Biokimia
Media yang digunakan untuk reaksi biokimia adalah
 Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Media ini terdiri dari 0,1% glukosa, 1 % sukrosa, 1 % laktosa. Ferri
sulfat untuk mendeteksi produksi H2S, protein dan indicator phenol
red. Shigella bersifat alkali acid. Alkali terbentuk karena adanya
proses dekarbosilasi protein membentuk amina yang bersifat alkali
dengan adanya fenol red sehingga terbentuk warna merah. Acid
terbentuk karena Shigella memfermentasikan glukosa menghasilkan
asam. (Gani A.2003)
 Sulfur Indol Motility (SIM)
Media SIM adalah perbenihan semi solid yang dapat digunakan
untuk mengetahui pembentukan H2S, indol dan motility dari
bakteri.Shigella pada umumnya membentuk indol tetapi ada
beberapa spesies tidak membentuk indol dan motility negatif. (Gani
A.2003)
 Citrate
Bakteri yang memanfaatkan sitra sebagai sumber karbon akan
menghasilkan natrium karbonat yang bersifat alkali, dengan adanya

105
indicator brom thymol blur menyebabkan terjadinya warna biru.
Pada Shigella tidak memanfaatkan sitrat, sehingga pada penanaman
media sitrat hasilnya negatif. (Gani A.2003)
 Urea
Bakteri tertentu menghidrolisis urea dan membentuk ammonia
dengan terbentuknya warna merah karena adanya indicator phenol
red, Shigella pada media urea memberikan hasil negatif. (Gani
A.2003)
 Metil Red
Media ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari beberapa
bakteri yang memproduksi asam sebagai hasil fermentasi dari
glukosa dalam media ini, yang dapat ditunjukkan dengan
penambahan indicator metal red. Shigella memproduksi asam kuat
sehingga pada penambahan larutan metal red akan terbentuk warna
merah. (Gani A.2003)
 Voges proskauer
Bakteri tertentu dapat memproduksi acetyl methyl carbinol dari
fermentasi glukosa yang data diketahui dengan penambahan larutan
voges proskauer, Shigella tidak memproduksi acetyl metal carbinol
sehingga penanaman pada media ini memberikan hasil negatif.
(Gani A.2003)
 Fermentasi karbohidrat
Sejenis kuman dapat menfermentasikan gula – gula (jenis
karbohidrat) dengan atau tanpa pembentukan gas dan ada yang
tidak meragikan glukosa sama sekali. Jika terjadi fermentasi maka
media akan terlihat berwarna kuning karena perubahan pH menjadi
asam dan gas.. (Gani A.2003)

106
BAB III

METODE KERJA

3.1.Alat

- Objek Glass - Lampu Spritus

- Deck Glass - Mikroskop

- Ose - Tabung Reaksi

- Nal - Pipet Tetes

- Petridish - Inkubator

- Autoclave - Nal

- Kapas Steril - NaCl 0,9% .

3.2. Bahan

 Sampel Urin

 Media BHI Broth

 Media Blood Agar Plate (BAP)

 Media Endo Agar Plate

 Media Eosin Methilen Blue Agar (EMBA)

 Media Mac Conckey (MC)

 Media Gula – Gula (Glukosa, Mannitol, Maltosa, Laktosa dan Sukrosa)

 Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA)

107
 Media Shalmonella Shigella Agar ( SSA )

 Medis Bismuth Sulfit Agar (BSA)

 Media Urea

 Meda Media Sulfur Indol Motyliti

 Media MR-VP

 SCA ( Simmont Citrat

3.4. Cara Kerja Pembiakan

Hari I

 Sampel disentrifuge 3000 rpm selama 15 menit, kemudian di lakukan


pewarnaan Gram dan ditanam di media Selenit.

 Sampel yang telah ditanam pada media perbenihan yaitu BHIB dibuat
preparat kemudian dilakukan pewarnaan gram, lalu diamati dibawah
mikroskop dengan pembesaran objektif 100 X .

 Sampel ditanam pada media selektif yaitu media SSA dan BSA, lalu di
inkubasi 370 Cselama 24 jam.

Hari II

 Koloni yang tumbuh pada media SSA dan BSA dibuat preparat kemudian
dilakukan pewarnaan gram.

 maka dilanjutkan penanaman pada media gula – gula, TSIA, SC, VP, MR dan
SIM untuk uji biokimia.

108
 Media yang telah ditanam diinkubasi selama 370 C selama 24 jam.

Hari III

 Media – media yang telah ditanami, diamati pertumbuhannya dan hasilnya


dicatat.

 Hasil pengamatan media dan tes-tes tersebut dibandingkan dengan sifat – sifat
cultural dan table hasil uji biokimia untuk ditentukan diagnosanya.

 Dilakukan uji sensitifitas, koloni diambil dari media TSIA, kemudian di


tanam di media MHA, diinkubasi 370C selama 24 jam

 Amati hasil dari uji sensitifitas

109
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pemeriksaan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan adanya stain bakteri
salmonella didalam sampel.Adapun hasil pemeriksaannya yaitu :

 Penanaman Pada BHI-B

Terjadi
kekeruhan
pada media

 Pewarnaan Gram

Bentuk : Basil (batang)


Susunan : Monobasil
Warna : Merah
Sifat : Gram (–) Negatif

110
 Penanaman Pada Media Culture

A B

Keterangan:

A. Koloni Salmonella pada media Bismuth Sulfit Agar

B. Koloni Salmonella pada media salmonella Shigella Agar

 Penanaman Pada Media TSIA

Slant : Acid (Kuning)

Butt : Acid (Kuning)

H2S : (-) Negatif

Gas : (+) Positif

 Hasil Test uji Biokimia

1. Test IMViC dan Urea

 SIM medium : H2S : positif (+)

111
Indol : positif (+)

Motility : Positif (+)

 MR : Positif (+)

 VP : Negatif (–)

 SCA : positif (+)

 Urease : Negatif (–)

SIM MR VP SCA Urea

2. Gula-gula

 Glukosa : positif (+)

 Manitol : Positif (+)

 Sucrose : Negatif (-)

 Laktosa : Negatif (-)

 Maltosa : negatif (-)


Lak Man Suc Glu Mal

112
4.2.Pembahasan

Pada pemeriksaan ini, sampel yang digunakan adalah feces. Sampel tersebut
kemudian di tanam pada media selenit, kemudian di inkubasi pada suhu 37oC selama
18-24 jam .Sampel tersebut di inkubasi dengan tujuan agar bakteri dapat tumbuh pada
suhu 37C, sampel yang telah di inkubasi kemudian dilakukan pewarnaan gram.
Diambil seujung ose sampel, kemudian dioleskan diatas object glass, biarkan preparat
tersebut kering pada suhu kamar. Setelah kering, preparat tesebut lalu difiksasi
dengan lampu spirtus, dan kemudian diwarnai dengan pewarnaan gram.Hasil yang
didapatkan setelah pemeriksaan di bawah mikroskop yaitu bakteri gram negatif (-)
,berbentuk basil ( batang ) dengan warna merah yang berasal dari pewarna
Safranin.Dan berdasarkan hasil pewarnaan tersebut dicurigai bakteri tersangka
tersebut adalah Strain Salmonella.

Setelah didapatkan bakteri yang diinginkan,sisa sampel nanah tersebut


ditanam pada media selektif yaitu media SSA dan BSA.Media yang telah ditanami
tersebut di inkubasi selama 24 jam pada suhu 37⁰C.Setelah 24 jam, koloni yang
tumbuh pada media kemudian diamati.

a. Pada media SELENIT terjadi pertumbuhan, hal ini ditandai dengan terjadinya
kekeruhan pada media.

b. Pada media SSA, didapatkan hasil pertumbuhan koloni bakteri yaitu memiliki
ciri-ciri berbentuk keci, tidak berwarna, keping, dan anhaemolysis.

c. Pada media BSA didpatkan hasil pertumbuhan koloni yaitu memiliki ciri-ciri
berbentuk kecil-kecil, jernih, berwarna hijau dan tengahnya hitam serta
dikelilingi zona berwarna hitam juga. Berbentuk keping, smooth, metalik, dan
kadang-kadang koloni kelihatan hitam saja.

Jika ciri-ciri yang diinginkan untuk bakteri tersangka telah


didapatkan,kemudian dilanjutkan dengan tes uji biokimia.

113
Koloni yang berasal dari media selektif tadi kemudian ditanam pada media
TSIA. Setelah diinkubasi selam 24 jam pada suhu 37⁰C, jika didaptkan
pertumbuhan koloni maka dilanjutkan dengan penanaman pada media uji
biokimia yaitu media gula-gula(Laktosa, Maltosa, Sukros, Glukosa, dan
Manitol), SIM, MR/VP, Simmon’s Citrate, LIA dan Urease. Setelah masa
inkubasi berakhir media kemudian diamati dan pada media tertentu
ditambahkan reagen untuk melhat hasilnya.

 Media Gula-gula(Malosa dan Manitol) didapatkan hasil positif karena media


tersebut terjadi perubahan warna dari biru menjadi kuning kekeruhan.
Perubahan warna tersebut disebabkan karena bakteri yang tumbuh di
dalamnya mampu memfermentasikan gula-gula tersebut berupa produk asam.
Sdangkan pada gula-gula lainnya (Glukosa, Sukrosa, dan laktosa) didapatkan
hasil negatif (-) karena tidak adanya perubahan warna pada media tersebut.Hal
tersebut berarti bahwa tidak terjadi fermentasi gula-gula oleh bakteri.
 Media SIM(Sulfur Indol Mutility),untuk sulfur hasil yang didapat adalah
negatif karena warna koloni yang terbentuk adalah putih(bukan hitam) yang
berarti bakteri tidak menhasilkan H2S. Hal ini menandakan bakteri yang
tumbuh tidak mampu mendesulfurasi cysteine yang terkandung dalam media
SIM.Untuk indolnya setelah penambahan reagent Kovac’s didapatkan hasil
negatif karena pada media tidak terbentuk cincin merah pada permukaan
media. Warna merah dihasilkan dari resindol yang merupakan hasil reaksi dari
asam amino tryptopan menjadi indol dengan penambahan Covac's. Bakteri
yang mampu menghasilkan indol menandakan bakteri tersebut menggunakan
asam amino tryptopan sebagai sumber carbon. Sedangkan untuk mutilitynya
dadapat hasil positif karena didaerah tusukan terlihat adanya benang-benang
pergerakan. Hal ini menandakan bakteri mempunyai alat gerak dalam proses
pertumbuhannya

114
 MR/VP,untuk MR didapatkan hasil positif (+) karena setelah
penambahanMethyl Red terbentuk cincin merah pada permukaan media.
Berarti terjadi fermentasi asam campuran (asam laktat, asam asetat, dan asam
formiat) oleh bakteri. Sedangkan untuk VP didapatkan hasil negatif (-)karena
setelah penambahan KOH 10% dan α-naphtol tidak terbentuk warna mrah
pada merah melainkan warna kuning. Ini disebabkan bakteri tidak
memfermentasikan butanadiol oleh bakteri.
 Urease,hasil yang didapat adalah negatif karena warna media tidak berubah
menjadi warna merah muda.
 Simmon’s Citrate didapatkan hasil positif (+), berarti telah terjadi perubahan
media dari warna hijau menjadi biru.Yang berarti pada bakteri pada media
terjadi fermentasi citrate oleh bakteri sebagai makanannya.

115
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pemeriksaan yang diperoleh,dari pembahasan dapat disimpulkan


bahwa tidak terdapat bakteri Salmonella spesies melainkan proteus vulgaris pada
sampel.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut :

5.2.1 Agar pada saat melakukan praktikum agar para mahasiswa memakai APD(Alat
Pelindung Diri) seperti masker.handscoon,dan jas lab.

5.2.2 Pada saat penanaman dilakukan,praktikan harus memperhatikan kesterilan


tempat penanaman agar tidak terjadi kontaminasi.

116

Anda mungkin juga menyukai