PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan identifikasi Salmonella pada bahan
makanan dan minuman secara mikrobiologi melalui identifikasi secara
makroskopis, biokimia, dan mikroskopis.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Praktis
Dari praktikum dan dengan pembuatan laporan ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi mahasiswa sebagai tambahan referensi sehingga
dapat menambah keterampilan di bidang mikrobiologi khususnya
mengenai teknik identifikasi Salmonella dalam bahan makanan dan
minuman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Uji Urease
Uji urease digunakan untuk mengetahui kemampuan mikroba
menghidrolisis urea menjadi amonia. Enzim urease akan menguraikan urea
menjadi amonia. Uji urease menunjukkan hasil positif jika terjadi perubahan
warna dari kuning menjadi merah keunguan. Hasil uji urease negatif jika tidak
terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah keunguan (Sugianto,
2012).
3. Uji Dekarboksilasi Lysin
Uji Dekarboksilasi Lysin menggunakan media Xylose-Lysine-
Desoxycholate Agar medium digunakan untuk isolasi Salmonella danmemilah
organisme lain dengan cara memfermentasi xylose, dekarboksilasi lysine dan
produksi H2S. Fermentasi xylose sangat lazim bagi kebanyakan organisme
enterik kecuali, Shigella, Providencia, Edwardsiella. Pada media ini,
Salmonella akan membentuk koloni merah dengan inti hitam, sedang
Pseudomonas dapat tumbuh dengan warna merah dan Eschericia berwarna
kuning. Mikroba lain yang dapat tumbuh pada media ini antara lain Arizona,
Proteus, Aerobacter, Klebsiella,Citrobacter. Begitu banyak mikroba yang dapat
tumbuh, sehingga media ini kurang dapat memilah Salmonella pada tahap
awal.Lebih baik digunakan untuk tahap konfirmasi kontaminan Salmonella
(Sugianto, 2012).
4. Uji -galaktosidase
Uji -galaktosidase digunakan utuk identifikasi beberapa jenis
bakteri seperti Salmonella.Enzim -galaktosidase merupakan enzim yang dapat
mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Beberapa mikroorganisme
seperti E. coli, dapat menggunakan laktosa sebagai sumber karbon. Selain
laktosa, substrat alamiah dari enzim, adalah bahan yang sangat penting, ONPG
(o-nitro-phenyl--D-galactopyranoside), dapat digunakan pula.-galaktosidase
dapat mengkatalisis ONPG menjadi galaktosa dan o-nitrofenol. ONPG tidak
berwarna tetapi setelah hidrolisis menjadi o-nitrofenol, akan timbul warna
kuning pada larutan yang alkali. beberapa jenis bakteri yang mampu
melakukan fermentasi terhadap karbohidrat Streptococcus, Lactobacillus,
Zygomonas, Saccharomycetes, Escherichia, Enterobacter, Salmonella
(Sugianto, 2012).
5. Uji Indol
Uji Indol bertujuan untuk menentukan kemampuan bakteri dalam
memecah asam amino triptofan. Media ini biasanya digunakan dalam
indetifikasi yang cepat.Hasil uji indol yang diperoleh negatif karena tidak
terbentuk lapisan (cincin) berwarna merah muda pada permukaan biakan,
artinya bakteri ini tidak membentuk indol dari tryptopan sebagai sumber
karbon, yang dapat diketahui dengan menambahkan larutan kovacs. Asam
amino triptofan merupakan komponen asam amino yang lazim terdapat pada
protein, sehingga asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh
mikroorganisme akibat penguraian protein (Sugianto, 2012).
6. Uji Voges Proskauer
Uji Voges Proskauer bertujuan untuk mengidentifikasi jenis bakteri.
Untuk membedakan bakteri Escherichia coli dengan
Enterobacteraerogenes.Hasilnya uji ini negatif, karena tidak terbentuk warna
merah pada medium setelah ditambahkan -napthol dan KOH, artinya hasil
akhir fermentasi bakteri ini bukan asetil metil karbinol (asetolin).Salmonella
positif jika pada uji biokimia yang dilakukan hasilnya sebagai berikut
(Sugianto, 2012) :
1. TSIA : butt (+), slant (-), gas positif atau negatif dan H 2S positif atau
negatif.
2. Hidrolisis urea : negatif
3. Dekarbosilasi lysine : positif
4. Reaksi voges proskauer : negatif
5. Produksi indol : negatif
6. Uji serologi: terjadi aglutinasi pada penambahan antisera polivalen O, H,
dan Vi.
Pada biakan contoh setelah dilakukan uji biokimia dan serologi
didapatkan hasil sebagai berikut(Sugianto, 2012) :
a) TSIA : butt (-), slant (-), gas negatif dan H2S negatif
b) Hidrolisis urea : positif
c) Dekarbosilasi lysine : negatif
d) Reaksi voges proskauer : negatif
e) Produksi indol : negatif
7. Uji Serologi
Uji serologi tidak terjadi aglutinasi pada penambahan antisera
polivalen O, H, dan Vi. Karena hasil dari uji biokimia dan uji serologi contoh
atau sampel berbeda dengan hasil kontrol positif, maka koloni yang tumbuh
dari biakan BGA pada contoh bukanlah Salmonella, sehingga hasil dari
pengujian ini dapat dinyatakan sebagai negatif koloni/25 gr. Hasil ini telah
memenuhi syarat seperti pada SNI 01-4473-1998 yang mensyaratkan cemaran
Salmonella pada mayonnaise adalah negatif koloni/25 gr (Sugianto, 2012).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.2 Bahan
3.2.2.1 Salmonella Shigella Agar Powder
3.2.2.2 Mac Conkey Agar Powder
3.2.2.3 Simmons Citrat Agar Powder
3.2.2.4 Aquadest
3.2.2.5 Aquadest steril
3.2.2.6 Kuning Telur
3.2.2.7 Putih Telur
3.2.2.8 Jamu
3.3 Langkah Kerja
3.3.1 Bagan Langkah Kerja
SCB
MCA
Pembuatan
Media SSA
Kuning Telur
Putih Telur
Jamu
Sampel
Inokulasi Sampel positif pada
Media MCA dan SSA
Inokulasi Sampel pada Media SCB
Pengamatan koloni bakteri pada
media MCA dan SSA
Interpretasi Hasil
Pemeriksaan
D. Persiapan Sampel
a. Sampel padat (telur)
Semua alat dan bahan yang diperlukan dipersiapkan dan
diberi label.
Sampel putih dan kuning telur dipisahkan dalam wadah
terpisah yang steril.
Ditimbang 10 gram putih dan kuning telur secara terpisah
menggunakan neraca analitik lalu dimasukkan ke dalam
labu erlenmeyer.
Dilarutkan putih dan kuning telur dengan 90 ml aquadest
steril. Diaduk hingga homogen.
Bahan dengan pengenceran tersebut siap dipergunakan
untuk pemeriksaan.
b. Sampel cair (jamu)
Sampel jamu dituangkan ke dalam beaker steril. Sampel
jamu dihomogenkan terlebih dahulu.
Dipipet 10 ml jamu ke dalam labu erlenmeyer atau botol
steril.
Dilarutkan sampel tersebut dengan 90 m aquadest steril.
Diaduk/dikocok hingga homogen.
Bahan dengan pengenceran tersebut siap digunakan untuk
pemeriksaan
E. Inokulasi Sampel Putih Telur, Kuning Telur dan Jamu pada Media
SCB (Pengayaan)
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Sampel yang akan diinokulasi dihomogenkan.
3. Dipipet 10 ml sampel putih telur, kuning telur dan jamu lalu
diinokulasikan ke dalam media SCB. Pengerjaan dilakukan di
dekat api bunsen.
4. Dihomogenkan sampel dengan media SCB.
5. Diberi label berupa identitas sampel yang jelas pada tabung reaksi.
6. Diinkubasi media menggunakan incubator pada suhu 37o C selama
24 jam.
7. Setelah waktu inkubasi, diamati apakah terbentuk kekeruhan pada
sampel. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya kekeruhan
dari sampel setelah diinkubasi. Hasil positif ini kemudian akan
dilanjutkan pada proses selanjutnya.
F. Inokulasi Sampel Putih Telur, Kuning Telur dan Jamu positif pada
Media MCA dan SSA (Penanaman pada media selektif)
1. Disiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan.
2. Sampel putih telur, kuning telur dan jamu positif diinokulasikan 1
ose ke dalam media MCA dan SSA. Pengerjaan dilakukan di dekat
api bunsen dengan metode cawan gores (streak plate).
3. Diberi label identitas sampel yang jelas pada media.
4. Diinkubasi media yang telah diinokulasikan menggunakan
incubator pada suhu 37o C selama 24 jam.
Setelah waktu inkubasi, diamati media apakah tumbuh koloni. Hasil positif
ditunjukkan dengan terbentuknya koloni bening pada media SSA dan koloni
merah bata pada media MCA. Hasil koloni positif ini diamati secara makroskopis.
BAB IV
PEMBAHASAN
selama 24 jam
Pada media glukosa
menunjukkan hasil yang positif
yaitu terbentuknya gelembung
gas pada tabung durham dan
warna media menjadi kuning
Uji gula-gula pada Pada media laktosa
media glukosa, menunjukkan hasil yang
laktosa, dan manitol negative yaitu tidak terbentuk
gas dalam tabung durham dan
tidak terjadi perubahan warna
Pada media manitol
menunjukkan hasil yang
negative yaitu tidak terbentuk
gas dalam tabung durham dan
tidak terjadi perubahan warna
6 Dari hasil penanaman bakteri yang
postif pada media TSI dan SSA di
lanjutkan pada pemeriksaan
mikroskopis dengan cat gram
Koloni yang berwarna bening
hasil pemeriksaan mikroskopis:
Bentuk : batang
Ukuran : pendek dan kurus
Sifat : gram negative
Penataan : sendiri-sendiri dan
Pemeriksaan
bergerombol
mikroskopis Pelaporan : basil (+) gram (-)
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pemeriksaan Salmonella pada Sampel Kuning Telur, Putih Telur,
dan Jamu
Pemeriksaan dan identifikasi bakteri Salmonella dapat dilakukan dengan
mengisolasi dari bahan makanan. Bahan makanan yang umum diisolasi adalah
daging dan telur yang tidak diolah dengan baik. Pada praktikum ini sampel
yang digunakan adalah telur mentah dan jamu .
Telur meskipun masih utuh dapat mengalami kerusakan, baik
kerusakan fisik maupun kerusakan yang disebabkan oleh pertumbuhan
mikroba. Mikroba dari air, udara maupun kotoran ayam dapat masuk ke
dalam telur melalui pori-pori yang terdapat pada kulit telur. Telur yang telah
dipecah akan mengalami kontak langsung dengan lingkungan, sehingga lebih
mudah rusak dibandingkan dengan telur yang masih utuh. Tanda-tanda
kerusakan yang sering terjadi pada telur adalah sebagai berikut :
1. Perubahan fisik, yaitu penurunan berat, pembesaran kantung
udara di dalam telur, pengenceran putih dan kuning telur.
2. Timbulnya bau busuk karena pertumbuhan bakteri pembusuk.
3. Timbulnya bintik-bintik berwarna karena pertumbuhan bakteri
pembentuk wama, yaitu bintik-bintik hijau, hitam, dan merah.
4. Bulukan, disebabkan oleh pertumbuhan kapang perusak telur.
Isolasi Salmonella pada praktikum ini, dilakukan dengan pemisahan
antara kuning dengan putih telur. Bakteri Salmonella dapat
mengkontaminasi telur jauh sebelum cangkang terbentuk. Sebenarnya,
bakteri ini tidak biasa masuk ke dalam telur. Bakteri ini mengkontaminasi
telur apabila cangkang dan membran telur yang melindungi kuning telur
rusak atau pecah, kuning telur ini merupakan satu-satunya tempat pada
telur dimana bakteri ini bisa hidup. Salmonella biasa hidup dalam sel telur
ayam betina.
Dalam isolasi ini, sampel kuning telur, putih telur, dan jamu
diinokulasi pada media Selenite Cystine Broth. Media Selenite Cystine
Broth ini merupakan salah satu media yang berdasarkan fungsinya
merupakan media encrichment yaitu media yang dapat menunjang
pertumbuhan bakteri yang tidak dapat tumbuh pada media biasa karena
memerlukan beberapa nutrisi pengaya yang dapat menyokong
pertumbuhannya. Media ini tergolong enrichment eksklusif media yaitu
media penyubur eksklusif untuk bakteri gram negatif seperti Salmonella
sp.
Hasil positif yang ditunjukkan oleh sampel kuning telur, putih telur,
dan jamu pada media Selenite Cystine Broth yang ditandai dengan adanya
kekeruhan pada media diinokulasi kembali pada media Salmonella
Shigella Agar (SSA) dan Mac Conkey Agar (MCA). Media Mac Conkey
Agar (MCA) merupakan media selektif deferensial bagi mikroba. Media
ini menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dengan adanya garam
empedu yang akan membentuk kristal violet. Bakteri gram negatif yang
tumbuh dapat dibedakan dalam kemampuannya memfermentasikan
laktosa. Pertumbuhan koloni bakteri Salmonella pada Mac Conkey Agar
(MCA) adalah serupa dengan media yaitu berwarna merah bata.
Sedangkan media Salmonella Shigella Agar (SSA) adalah media yang
digunakan untuk tumbuh kembang bakteri Salmonella dan Shigella.
Media ini tergolong media selektif untuk pengisolasian bakteri
Salmonella dan Shigella. Media ini mengandung bile salt, brilliant green,
sitrat, dan thiosulfate yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan
bakteri gram positif, beberapa gram negatif lainnya, dan bakteri coliform
sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella dan Shigella.
Pertumbuhan bakteri Salmonella pada media ini muncul sebagai koloni
tidak berwarna (bening) dan jika terjadi produksi H 2S oleh spesies
Salmonella mengubah pusat koloni menjadi berwarna hitam.
4.2.2 Hasil Identifikasi Salmonella pada Kuning Telur, Putih Telur, dan
Jamu
Pengujian terhadap bakteri Salmonella dengan sampel kuning telur, putih
telur, dan jamu pada praktikum ini dilakukan dengan metode konvensional.
Metode ini dilakukan melalui serangkaian tahapan. Tahapan pertama pada
prakikum ini yaitu penanaman sampel kuning telur, putih telur, dan jamu pada
media Selenite Cystine Broth. Pada media Selenite Broth didapatkan hasil
positif pada sampel kuning telur dan jamu yang ditandai dengan adanya
kekeruhan pada media setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.
Kekeruhan tersebut diakibatkan karena perkembangbiakan bakteri pada
inokulasi di media ini. Sedangkan sampel putih telur hanya muncul
gelembung pada dinding tabung. Namun, hasil ini tetap dilanjutkan ke tahap
berikutnya. Dari hasil positif tersebut, kemudian diinokulasikan pada media
Mac Conkey Agar dan media Salmonella Shigella Agar dengan metode cawan
gores. Setelah inokulasi dilakukan, media diinkubasi pada inkubator selama
3 24 jam dengan suhu inkubasi sebesar 37oC. Pada sampel kuning telur,
media Mac Conkey Agar ditumbuhi koloni bakteri tua tertutup jamur dan
berwarna kuning serta tampak warna kehitaman akibat pertumbuhan strain
kuman tertentu. Pada pengamatan media sangat sulit diidentifikasi karena
waktu inkubasi sangat melebihi batas yaitu 3 24 jam. Sedangkan koloni
yang tumbuh pada media Salmonella Shigella Agar adalah koloni bakteri tua
tertutup jamur dan berwarna kuning keemasan. Sehingga sampel kuning telur
dikatakan positif terdapat bakteri Salmonella. Sampel kuning telur yang
digunakan adalah kuning telur yang busuk sehingga sangat berpotensi untuk
ditemukannya bakteri Salmonella. Sedangkan sampel putih telur tidak tumbuh
koloni pada media Mac Conkey Agar dan Salmonella Shigella Agar. Warna
kedua media tidak mengalami perubahan yaitu berwarna merah transparan.
Dimana sampel putih telur ini memiliki peluang yang kecil untuk dapat
ditumbuhi bakteri Salmonella. Inokulasi positif sampel jamu pada media Mac
Conkey Agar membentuk koloni tua yang tertutupi oleh jamur dan berwarna
orange. Jamur terbentuk dari adanya waktu inkubasi yang melebihi batas yaitu
3 24 jam. Bentuk koloni dan permukaannya sangat sulit diamati karena
tertutupi jamur. Sedangkan pada media Salmonella Shigella Agar terbentuk
koloni kuning keemasan tertutupi jamur dan terdapat warna kehitaman di
dasar koloninya. Warna hitam tersebut muncul akibat pertumbuhan strain
kuman tertentu. Sehingga jamu tersebut positif terdapat bakteri Salmonella.
Beberapa hal yang menyebabkan ditemukannya bakteri Salmonella pada
jamu olahan industri rumah tangga yaitu sebagian besar jamu yang diproduksi
masyarakat masih dibuat secara tradisional menggunakan peralatan sederhana.
Beberapa faktor yang menyebabkan cemaran mikrooganisme pada jamu
adalah penggunaan bahan mentah yang mungkin tercemar atau tidak segar,
proses pengolahan yang tidak sempurna, pekerja yang tidak higienis atau
menderita infeksi, umur simpan yang sudah melebihi batas dan sebagainya.
Beberapa mikroba patogen yang perlu diwaspadai dapat
mengkontaminasi jamu adalah kapang penghasil mikotoksin (Claviceps,
Fusarium, Penicillium, Aspergillus flavus, dan A. parasiticus), kamir
(Shizosaccharomyces dan Kloeckera) yang merupakan kamir tanah sehingga
sering mengkontaminasi bahan rempah-rempah. Berikutnya adalah kelompok
bakteri pembentuk spora, Staphylococcus aureus, E. coli, Salmonella, dan
Shigella.
Kontaminasi jamu juga dapat disebabkan oleh E. Coli, bakteri ini banyak
terdapat dalam feses dan air yang terkontaminasi oleh feses. Oleh karena itu,
jamu yang berbentuk cair dan menggunakan rempah-rempah segar, yang
diolah secara tradisional seperti jamu gendong memiliki peluang yang lebih
besar terkontaminasi E. Coli, jika pengolahan tidak memperhatikan faktor
sanitasi.
Bakteri patogen yang dapat mengkontaminasi jamu adalah Salmonella,
bakteri ini banyak terdapat di air, tanah, serangga, feses hewan, daging
mentah, dan seafood. Kemungkinan rempah-rempah dapat terkontaminasi
Salmonella berasal dari air pencuci, tanah, dan serangga. Oleh karena itu,
secara umum kontaminasi yang terjadi pada olahan jamu tradisional
disebabkan karena buruknya sanitasi di lingkungan pengolahan sehingga dapat
berdampak buruk terhadap produk yang dihasilkan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.1.1 Identifikasi Salmonella pada sampel kuning telur, putih telur, dan
jamu dalam praktikum ini dilakukan melalui pemeriksaan
bakteriologis yang meliputi pemeriksaan makroskopis dengan
mengamati koloni bakteri yang terbentuk pada media selektif.
5.1.2 Dari kegiatan praktikum yang dilakukan didapatkan bakteri
Salmonella pada sampel kuning telur dan jamu yang ditunjukkan
dari hasil positif pada media Salmonella Shigella Agar dan Mac
Conkey Agar. Sedangkan sampel putih telur diperoleh hasil negatif
tidak terdapat bakteri Salmonella yang ditunjukkan dengan tidak
adanya pertumbuhan koloni pada media Salmonella Shigella Agar
dan Mac Conkey Agar.
DAFTAR PUSTAKA
Penanggungjawab Pembimbing
Mata Kuliah Bakteriologi
KELOMPOK III :