Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pangan (makanan) adalah bahan-bahan yang dimakan setiap hari
untuk memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan
penggantian sel tubuh yang rusak. Oleh karena itu pangan atau makanan sangat
dibutuhkan oleh manusia sebagai sumber zat gizi dan juga sumber energi.
Namun pangan juga dapat sebagai sarana penggangu kesehatan bagi manusia
karena pangan dapat terkontaminasi oleh cemaran fisik, kimia maupun
mikroba.
Hampir semua bahan pangan tercemar oleh berbagai mikroorganisme
dari lingkungan sekitarnya. Beberapa jenis mikroba yang terdapat pada bahan
pangan adalah Salmonella sp, Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
kapang, khamir serta mikroba patogen lainnya. Pencemaran mikroba pada
bahan pangan merupakan hasil kontaminasi langsung atau tidak langsung
dengan sumbersumber pencemaran mikroba, seperti tanah, udara, air, debu,
saluran pencernaan dan pernafasan manusia maupun hewan. Hanya sebagian
saja dari berbagai sumber pencemar yang berperan sebagai sumber mikroba
awal yang selanjutnya akan berkembang biak pada bahan pangan sampai
jumlah tertentu.
Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk
tumbuhnya mikroorganisme yang bersifat patogenik terhadap manusia.
Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti tipes, kolera, disentri, TBC,
poliomilitis dengan mudah disebarkan melalui bahan pangan yang disebabkan
oleh mikroorganisme patogenik seperti Salmonella yang akan dibahas pada
laporan ini.
Salmonella merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang
fakultatif. Genus Salmonella dinamai oleh seorang ahli patologi hewan
Amerika yang bernama Daniel Elmer Salmon, namun Theobald Smith adalah
penemu sebenarnya dari jenis bakteri ( Salmonella enterica var. choleraesuis)
pada 1885, yang menyebabkan penyakit enterik pada babi. Secara umum
Salmonella dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Salmonella tifoid yaitu Salmonella typhi, Salmonella paratyphi
A,B, dan C penyebab demam enterik (typhoid) pada manusia.
Kelompok ini telah beradaptasi pada manusia.
2. Salmonella non-tifoid yaitu Salmonella Dublin (sapi),Salmonella
cholera suis(babi),Salmonella gallinarum dan Salmonella pullarum
(unggas), Salmonella aborius equi (kuda) dan Salmonella aborius
ovis (domba). Salmonella sp yang beradaptasi pada jenis hewan
tertentu jarang menimbulkan penyakit pada manusia.
Salmonella merupakan penyebab utama dari penyakit yang disebarkan
melalui makanan (foodborne disease). Pada umumnya serotype dari
Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Tiga serotype
utama dari Salmonella enteric yaitu : Salmonella thypi, Salmonella
thypimurium, dan Salmonella enteritidis. Salmonella thypi menyebabkan
penyakit demam thypoid karena invasi kuman ke dalam pembuluh darah dan
gastroenteritis yang disebabkan oleh keracunan makanan. Gejala demam
typhoid yaitu : demam, mual-mual dan muntah. Inang dari Salmonella thypi
hanya manusia.infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu
hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena
kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat
dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang
dikonsumsi.
Salmonella adalah salah satu bakteri yang seringkali menyebabkan
penyakit yang cukup serius apabila mencemari makanan maupun minuman
yang dikonsumsi manusia. Salmonella juga dapat hidup pada tubuh makhluk
hidup yang berdarah dingin maupun berdarah panas. Untuk dapat mewaspadai
mikroorganisme ini diperlukan adanya identifikasi Salmonella pada makanan
yang sering dikonsumsi manusia yang pada praktikum ini menggunakan telur
dan jamu sebagai sampel yang diuji.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana pemeriksaan Salmonella dalam sampel kuning telur, putih
telur,dan jamu?
1.2.2 Bagaimana hasil identifikasi Salmonella pada kuning telur, putih telur,
dan jamu?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan identifikasi Salmonella pada bahan
makanan dan minuman secara mikrobiologi melalui identifikasi secara
makroskopis, biokimia, dan mikroskopis.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Untuk mengetahui pemeriksaan Salmonella pada sampel kuning
telur, putih telur, dan jamu.
1.3.2.2 Untuk mengetahui hasil identifikasi Salmonella pada kuning
telur, putih telur, dan jamu.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Praktis
Dari praktikum dan dengan pembuatan laporan ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi mahasiswa sebagai tambahan referensi sehingga
dapat menambah keterampilan di bidang mikrobiologi khususnya
mengenai teknik identifikasi Salmonella dalam bahan makanan dan
minuman.

1.4.2 Manfaat Teoritis


1.4.2.1 Memperluas pengetahuan mahasiswa dalam teknik identifikasi
Salmonella pada bahan makanan dan minuman.
1.4.2.2 Menjadi referensi di bidang ilmu mikrobiologi mengenai teknik
identifikasi Salmonella pada bahan makanan dan minuman.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Salmonella


Salmonella merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang
fakultatif. Genus Salmonella dinamai oleh seorang ahli patologi hewan
Amerika yang bernama Daniel Elmer Salmon, namun Theobald Smith adalah
penemu sebenarnya dari jenis bakteri ( Salmonella enterica var. choleraesuis)
pada 1885,yang menyebabkan penyakit enterik pada babi(Pratiwi, 2011).

Ciri-ciri dari bakteri Salmonella adalah sebagai berikut (Pratiwi,


2011):
1. Berbentuk batang dengan ukuran tergantung jenis bakteri (pada umumnya
memiliki panjang 2-3 m, dan bergaris tengah antara 0,3 0,6 m ).
2. Bersifat Gram negatif.
3. Berkembang biak dengan cara membelah diri.
4. Tidak berspora dan bersifat aerob.
5. Motil (pergerakan ) dengan mengunakan flagel. Mempunyai flagel
perithrik (diseluruh permukaan sel), kecuali pada jenis Salmonella
gallinarum dan Salmonella pullorum.
6. Salmonella mudah tumbuh pada medium sederhana, tetapi hampir tidak
pernah memfermentasikan laktosa atau sukrosa.
7. Salmonella membentuk asam dan kadang-kadang gas dari glukosa dan
manosa.
8. Salmonella resisten terhadap bahan kimia tertentu (misal, hijau brilian,
natrium tetrationat,natrium deoksikolat) yang menghambat bakteri enterik
lain, oleh karena itu senyawa senyawa tersebut berguna untuk inklusi
isolate salmonella dari feses pada medium.
9. Struktur sel bakteri Salmonella terdiri dari inti (nukleus), sitoplasma, dan
dinding sel. Karena dinding sel bakteri ini bersifat Gram negatif , maka
memiliki struktur kimia yang berbeda dengan bakteri Gram positif.
Menurut Jawetz et al (dalam Bonang,1982) mengemukakan bahwa
dinding sel bakteri gram negatif mengandung 3 polimer senyawa
mukokompleks yang terletak diluar lapisan peptidoglikan (murein). Ketiga
polimer ini terdiri dari :
1. Lipoprotein adalah senyawa protein yang mempunyai fungsi
menghubungkan antara selaput luar dengan lapisan peptidoglikan.
2. Selaput luar adalah selaput ganda yang mengandung senyawa fosfolipid
dan sebagian besar dari senyawa fosfolipid ini terikat oleh molekul-
molekul lipopolisakarida pada lapisan atasnya (Pratiwi, 2011).

2.2 Klasifikasi Salmonella

Berikut klasifikasi dari bakteri Salmonella (Pratiwi, 2011) :


Kerajaan : Bacteria
Filum : Proteobakteria
Kelas : Gamma proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Family : Enterobakteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella enterica
Salmonella arizona
Salmonella typhi
Salmonella choleraesuis
Salmonella enteritidis

Secara praktis salmonella dapat dibagi menjadi (Pratiwi, 2011) :


1. Salmonella tifoid yaitu Salmonella typhi, Salmonella paratyphi
A,B, dan C penyebab demam enterik (typhoid) pada manusia. Kelompok
ini telah beradaptasi pada manusia.
2. Salmonellanon-tifoid yaitu Salmonelladublin (sapi),Salmonella cholera suis
(babi),Salmonellagallinarum dan Salmonella pullarum (unggas),
Salmonella aborius equi (kuda) dan Salmonella aborius ovis (domba).
Salmonella sp yang beradaptasi pada jenis hewan tertentu jarang
menimbulkan penyakit pada manusia.

2.3 Metode Analisa


Metode analisa merupakan proses pembuktian atau konfirmasi
pengujian secara obyektif di laboratorium yang telah memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Dalam
pengujian mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang mencakup uji
fisik, uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik. Uji mikrobiologi
merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga daya
tahan simpan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi
makanan atau indikator keamanan makanan. Pengujian mikrobiologi
diantaranya meliputi uji kuantitatif untuk menentukan mutu dan daya tahan
suatu makanan, dan uji kualitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat
keamanannya, serta uji bakteri indikator untuk mengetahui tingkat sanitasi
makanan tersebut (Fardiaz, 1993).
Dalam hal ini, metode analisa yang digunakan untuk
mengidentifikasi adanya bakteri Salmonella adalah metode analisa secara
kualitatifyakni bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya suatu bakteri
Salmonella dalam suatu makanan (Sugianto, 2012).

a. Metode Analisa Kualitatif


Pada pengujian identifikasi bakteri Salmonella metode yang
digunakan adalah metode analisa secara kualitatif. Pada metode analisa
kualitatif ini memiliki tahapan tahapan tertentu dengan tujuan untuk
mengetahui ada tidaknya suatu mikroorganisme dalam makanan(Sugianto,
2012).
Tujuan dari pengidentifikasian dalam uji suatu bakteri (Salmonella)
pada metode ini adalah untuk mengetahui mutu ataupun kualitas dari suatu
produk berdasarkan kemasan atau sifat mikrobiologinya. Pengujian
mikrobiologi pada sampel makanan akan selalu mengacu kepada persyaratan
makanan yang sudah ditetapkan. Sebagai contoh sampel pada makanan yakni
Parameter uji mikrobiologi pada mayonnaise yang dipersyaratkan sesuai
Standar Nasional Indonesia dalam pengujian Salmonella(Sugianto, 2012).
Prinsip pengujian deteksi Salmonella menurut Metode Analisis
Mikrobiologi (MA PPOM 74/MIK/06) yaitu ada empat tahap untuk mendeteksi
adanya Salmonella (Sugianto, 2012) :
1. Pra. Pengkayaan dalam media cair non selektif yang diinkubasi pada
371C selama 18+2jam.
2. Pengkayaan dalam media cair selektif yang diinkubasi pada 41,5 + 1 C
selama 24 3 jam dalam RVS cair dan 371 C selama 243 jam MKTTn
cair.
3. Inokulasi & identifikasi dalam 2 media padat selektif, media selektif
pertama diinkubasi pada 371 C selama 243 jam dan dengan media
yang digunakan.
4. Konfirmasi terhadap identitas Salmonella dengan uji biokimia dan
serologi.
Pada pengujan deteksi Salmonella diguanakan Buffered Peptone
Water (BPW) sebagai media cair non selektif, Muller Kaufimann Tetrathionate
Novobiocin Broth (MKTTn) dan Rappaport Vassiliadis Medium + Soya (RVS)
sebagai media cair selektif, Bismuth Green Agar (BGA) dan Xylose Lysine
Deoxycholate (XLD) media padat selektif untuk mengisolasi Salmonella
(Sugianto, 2012).
b. Uji Salmonella
Uji Salmonella digunakan untuk menetapkan adanya Salmonella
dalam makanan.Salmonella merupakan bakteri gram-negatif berbentuk tongkat
yang menyebabkan tifus, paratifus, dan penyakit foodborne. Salmonella terdiri
dari sekitar 2500 serotipe yang kesemuanya diketahui bersifat pathogen baik
pada manusia atau hewan. Bakteri ini bukan indikator sanitasi, melainkan
bakteri indikator keamanan pangan. Artinya, karena semua serotipe Salmonella
yang diketahui di dunia ini bersifat patogen maka adanya bakteri ini dalam
makanan dianggap membahayakan kesehatan.Oleh karena itu berbagai standar
makanan siap santap mensyaratkan tidak ada Salmonella dalam 25 gram
sampel makanan (Sugianto, 2012).
Salah satu contoh uji Salmonella yang telah dilakukan
pengidentifikasian yakni pada sampel mayonnaise dengan pustaka syarat yang
telah ditetapkan pada SNI 01-4473-1998 dengan syarat negatif koloni/ 25
gram. Karena mungkin keberadaan Salmonella pada makanan sangat kecil
karena itu tidak dibuat dalam 1 gram tetapi 25 gram. Salmonella adalah bakteri
yang termasuk mikroorganisme yang amat kecil dan tidak terlihat mata.Selain
itu bakteri ini tidak meninggalkan bau maupun rasa apapun pada makanan.
Kecuali jika bahan makanan (daging ayam) mengandung Salmonella dalam
jumlah besar, barulah terjadi perubahan warna dan bau (merah muda pucat
sampai kehijauan, berbau busuk). Biasanya bakteri dapat dideteksi melalui
pemeriksaan laboratorium (Sugianto, 2012).
Salmonella bisa terdapat di udara, air, tanah, sisa kotoran manusia
maupun hewan atau makanan hewan. Yang sangat sering sekali terjadi adalah
keracunan Salmonella dari makanan yang mengandung telur mentah (tidak
diolah), seperti mayonaise, es krim dan pudding. Mayonaise biasanya sudah
bersifat asam (pH dibawah 4, Salmonella hidup pada pH 4-9). Pada Mayonaise
ditambahkan asam asetat sebagai cuka. Asam asetat pada mayonaise akan
membunuh Salmonella (Sugianto, 2012).
Makanan yang mudah rusak seperti daging mentah (terutama daging
cincang), daging unggas, ikan, telur, makanan yang mengadung telur mentah
(creme, salat, mayonaise, es krim, pudding, dll) harus segera mungkin
didinginkan atau dibekukan dalam lemari es. Untuk mendeteksi keberadaan
Salmonella dalam makanan dilakukan dalam 4 tahap yaitu pra-pengkayaan non
selektif, pengkayaan selektif, inokulasi dan identifikasi, dan konfirmasi
terhadap identitas Salmonella yang diuji. Berikut ini adalah hasil dari pengujian
Salmonella pada 25 gram sampel mayonnaise (Sugianto, 2012).
Pada pengujian Salmonella ini dibuat juga kontrol positif yaitu
sampel yang telah diberi biakan kultur salmonella sebagai pembanding. Dari
pengkayaan selektif, biakan dari MKTTn dan RVS diinokulasikanpada media
BGA dan XLD untuk tahap inokulasi dan identifikasi. Pada tahap ini hanya
biakan dari BGA yang berasal dari MKTTn yang menunjukkan pertumbuhan
koloni. Sedangkan pada media XLD tidak ada pertumbuhan koloni.
Selanjutnya koloni dari biakan BGA dilakukan uji identifikasi yaitu uji
biokimia dan uji serologi. Uji biokimia yang dilakukan antar lain sebagai
berikut:
1. Uji TSIA
Pada uji TSIA warna media slant berubah menjadi merah karena
bakteri bersifat basa ini menandakan bahwa bakteri ini tidak memfermentasi
laktosa dan sukrosa. Pada media daerah butt media berubah berwarna kuning
ini menandakan bakteri memfermentasi glukosa. Pembentukan gas positif ini
hasil dari fermentasi H2 dan CO2 dapat dilihat dari pecahnya dan terangkatnya
agar.Pembentukan H2S positif ditandai dengan adanya endapan berwarna
hitam. TSIA agar mengadung laktosa dan sukrosa dalam konsentrasi 1%,
glukosa 0,1% dan phenol red sebagai indikator yang menyebabkan perubahan
warna dari merah orange menjadi kuning dalam suasana asam. TSIA juga
mengandung natrium trisulfat, yaitu suatu substrat untuk penghasil H 2S, ferro
sulfat menghasilkan FeS (precipitat), bewarna hitam untuk membedakan bakteri
H2S dengan bakteri-bakteri lainnya (Sugianto, 2012).

2. Uji Urease
Uji urease digunakan untuk mengetahui kemampuan mikroba
menghidrolisis urea menjadi amonia. Enzim urease akan menguraikan urea
menjadi amonia. Uji urease menunjukkan hasil positif jika terjadi perubahan
warna dari kuning menjadi merah keunguan. Hasil uji urease negatif jika tidak
terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah keunguan (Sugianto,
2012).
3. Uji Dekarboksilasi Lysin
Uji Dekarboksilasi Lysin menggunakan media Xylose-Lysine-
Desoxycholate Agar medium digunakan untuk isolasi Salmonella danmemilah
organisme lain dengan cara memfermentasi xylose, dekarboksilasi lysine dan
produksi H2S. Fermentasi xylose sangat lazim bagi kebanyakan organisme
enterik kecuali, Shigella, Providencia, Edwardsiella. Pada media ini,
Salmonella akan membentuk koloni merah dengan inti hitam, sedang
Pseudomonas dapat tumbuh dengan warna merah dan Eschericia berwarna
kuning. Mikroba lain yang dapat tumbuh pada media ini antara lain Arizona,
Proteus, Aerobacter, Klebsiella,Citrobacter. Begitu banyak mikroba yang dapat
tumbuh, sehingga media ini kurang dapat memilah Salmonella pada tahap
awal.Lebih baik digunakan untuk tahap konfirmasi kontaminan Salmonella
(Sugianto, 2012).
4. Uji -galaktosidase
Uji -galaktosidase digunakan utuk identifikasi beberapa jenis
bakteri seperti Salmonella.Enzim -galaktosidase merupakan enzim yang dapat
mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Beberapa mikroorganisme
seperti E. coli, dapat menggunakan laktosa sebagai sumber karbon. Selain
laktosa, substrat alamiah dari enzim, adalah bahan yang sangat penting, ONPG
(o-nitro-phenyl--D-galactopyranoside), dapat digunakan pula.-galaktosidase
dapat mengkatalisis ONPG menjadi galaktosa dan o-nitrofenol. ONPG tidak
berwarna tetapi setelah hidrolisis menjadi o-nitrofenol, akan timbul warna
kuning pada larutan yang alkali. beberapa jenis bakteri yang mampu
melakukan fermentasi terhadap karbohidrat Streptococcus, Lactobacillus,
Zygomonas, Saccharomycetes, Escherichia, Enterobacter, Salmonella
(Sugianto, 2012).
5. Uji Indol
Uji Indol bertujuan untuk menentukan kemampuan bakteri dalam
memecah asam amino triptofan. Media ini biasanya digunakan dalam
indetifikasi yang cepat.Hasil uji indol yang diperoleh negatif karena tidak
terbentuk lapisan (cincin) berwarna merah muda pada permukaan biakan,
artinya bakteri ini tidak membentuk indol dari tryptopan sebagai sumber
karbon, yang dapat diketahui dengan menambahkan larutan kovacs. Asam
amino triptofan merupakan komponen asam amino yang lazim terdapat pada
protein, sehingga asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh
mikroorganisme akibat penguraian protein (Sugianto, 2012).
6. Uji Voges Proskauer
Uji Voges Proskauer bertujuan untuk mengidentifikasi jenis bakteri.
Untuk membedakan bakteri Escherichia coli dengan
Enterobacteraerogenes.Hasilnya uji ini negatif, karena tidak terbentuk warna
merah pada medium setelah ditambahkan -napthol dan KOH, artinya hasil
akhir fermentasi bakteri ini bukan asetil metil karbinol (asetolin).Salmonella
positif jika pada uji biokimia yang dilakukan hasilnya sebagai berikut
(Sugianto, 2012) :
1. TSIA : butt (+), slant (-), gas positif atau negatif dan H 2S positif atau
negatif.
2. Hidrolisis urea : negatif
3. Dekarbosilasi lysine : positif
4. Reaksi voges proskauer : negatif
5. Produksi indol : negatif
6. Uji serologi: terjadi aglutinasi pada penambahan antisera polivalen O, H,
dan Vi.
Pada biakan contoh setelah dilakukan uji biokimia dan serologi
didapatkan hasil sebagai berikut(Sugianto, 2012) :
a) TSIA : butt (-), slant (-), gas negatif dan H2S negatif
b) Hidrolisis urea : positif
c) Dekarbosilasi lysine : negatif
d) Reaksi voges proskauer : negatif
e) Produksi indol : negatif
7. Uji Serologi
Uji serologi tidak terjadi aglutinasi pada penambahan antisera
polivalen O, H, dan Vi. Karena hasil dari uji biokimia dan uji serologi contoh
atau sampel berbeda dengan hasil kontrol positif, maka koloni yang tumbuh
dari biakan BGA pada contoh bukanlah Salmonella, sehingga hasil dari
pengujian ini dapat dinyatakan sebagai negatif koloni/25 gr. Hasil ini telah
memenuhi syarat seperti pada SNI 01-4473-1998 yang mensyaratkan cemaran
Salmonella pada mayonnaise adalah negatif koloni/25 gr (Sugianto, 2012).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Pemeriksaan Salmonella dilaksanakan secara bertahap.
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum dilakukan sebagai berikut :

3.1.1 Pembuatan Media SCB, SSA dan MCA


Hari, tanggal : Rabu, 20 Maret 2013
Waktu : Pukul 09.00 12.20 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia dan Laboratorium
Bakteriologi Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
Denpasar
3.1.2 Inokulasi Sampel Putih Telur, Kuning Telur dan Jamu pada Media SCB
Hari, tanggal : Rabu, 3 April 2013
Waktu : Pukul 09.00 12.20 WITA
Tempat : Laboratorium Bakteriologi dan Kimia Jurusan
Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar
3.1.3 Pengamatan Hasil Inokulasi pada Media SCB serta Inokulasi pada
Media SSA dan MCA
Hari, tanggal :Kamis, 4 April 2013
Waktu : Pukul 14.00 WITA s/d selesai
Tempat : Laboratorium Bakteriologi Jurusan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Denpasar
3.1.4 Pengamatan Hasil Inokulasi pada Media SSA dan MCA
Hari, tanggal : Senin, 8 April 2013
Waktu : Pukul 11.00 WITA s/d selesai
Tempat : Laboratorium Bakteriologi Jurusan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Denpasar
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
3.2.1.1 Gelas beaker 50 ml
3.2.1.2 Spatel
3.2.1.3 Gelas ukur 250 ml
3.2.1.4 Neraca analitik
3.2.1.5 Batang pengaduk
3.2.1.6 Botol semprot
3.2.1.7 Erlenmeyer 500 ml
3.2.1.8 Autoclave
3.2.1.9 Api bunsen
3.2.1.10 Ose
3.2.1.11 Tabung reaksi
3.2.1.12 Rak tabung reaksi
3.2.1.13 Plate
3.2.1.14 Pipet ukur 10 ml
3.2.1.15 Pipet ukur 5 ml
3.2.1.16 Pipet tetes
3.2.1.17 Bola hisap
3.2.1.18 Aluminium foil
3.2.1.19 Kapas lemak
3.2.1.20 Kertas koran
3.2.1.21 Benang pulung
3.2.1.22 Inkubator
3.2.1.23 Label

3.2.2 Bahan
3.2.2.1 Salmonella Shigella Agar Powder
3.2.2.2 Mac Conkey Agar Powder
3.2.2.3 Simmons Citrat Agar Powder
3.2.2.4 Aquadest
3.2.2.5 Aquadest steril
3.2.2.6 Kuning Telur
3.2.2.7 Putih Telur
3.2.2.8 Jamu
3.3 Langkah Kerja
3.3.1 Bagan Langkah Kerja

SCB

MCA
Pembuatan
Media SSA

Kuning Telur
Putih Telur

Jamu
Sampel
Inokulasi Sampel positif pada
Media MCA dan SSA
Inokulasi Sampel pada Media SCB
Pengamatan koloni bakteri pada
media MCA dan SSA
Interpretasi Hasil
Pemeriksaan

3.3.2 Langkah Kerja


A. Pembuatan Media SCB
1. Ditimbang bubuk media SCB sebanyak 3,8 g dengan neraca
analitik.
2. Dilarutkan dengan aquadest steril sebanyak 200 ml di dalam
erlenmeyer sambil diaduk hingga homogen.
3. Ditutup dengan kapas berlemak lalu dipanaskan dengan kompor
listrik hingga media larut sempurna.
4. Dipipet media SCB sebayak 10 ml dengan pipet ukur, lalu
dimasukkan kedalam tabung reaksi steril, lalu ditutup dengan kapas
lemak.
5. Media siap digunakan.

B. Pembuatan media MCA


1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan, lalu diberi label pada
erlenmeyer dan plate yang akan digunakan.
2. Ditimbang bubuk MCA sebanyak 15,3 gram dengan neraca
analitik.
3. Dilarutkan dengan aquadest sebanyak 300 ml di dalam erlenmeyer
sambil diaduk.
4. Ditutup erlenmeyer dengan kapas berlemak lalu dipanaskan sampai
media larut sempurna.
5. Media disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121 0C selama 15
menit.
6. Didinginkan media hingga suhu 40 o C.
7. Dituangkan media ke dalam plate.
8. Media siap digunakan.

C. Pembuatan media SSA


1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan, lalu diberi label pada
erlenmeyer dan plate yang akan digunakan.
2. Ditimbang bubuk SSA sebanyak 18,9 gram dengan neraca
analitik.
3. Dilarutkan dengan aquadest steril sebanyak 300 ml di dalam
erlenmeyer sambil diaduk.
4. Ditutup erlenmeyer dengan kapas berlemak lalu dipanaskan sampai
media larut sempurna.
5. Didinginkan media hingga suhu 40 o C.
6. Dituangkan media ke dalam petridisk steril.
7. Biarkan media hingga memadat, lalu media siap digunakan

D. Persiapan Sampel
a. Sampel padat (telur)
Semua alat dan bahan yang diperlukan dipersiapkan dan
diberi label.
Sampel putih dan kuning telur dipisahkan dalam wadah
terpisah yang steril.
Ditimbang 10 gram putih dan kuning telur secara terpisah
menggunakan neraca analitik lalu dimasukkan ke dalam
labu erlenmeyer.
Dilarutkan putih dan kuning telur dengan 90 ml aquadest
steril. Diaduk hingga homogen.
Bahan dengan pengenceran tersebut siap dipergunakan
untuk pemeriksaan.
b. Sampel cair (jamu)
Sampel jamu dituangkan ke dalam beaker steril. Sampel
jamu dihomogenkan terlebih dahulu.
Dipipet 10 ml jamu ke dalam labu erlenmeyer atau botol
steril.
Dilarutkan sampel tersebut dengan 90 m aquadest steril.
Diaduk/dikocok hingga homogen.
Bahan dengan pengenceran tersebut siap digunakan untuk
pemeriksaan

E. Inokulasi Sampel Putih Telur, Kuning Telur dan Jamu pada Media
SCB (Pengayaan)
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Sampel yang akan diinokulasi dihomogenkan.
3. Dipipet 10 ml sampel putih telur, kuning telur dan jamu lalu
diinokulasikan ke dalam media SCB. Pengerjaan dilakukan di
dekat api bunsen.
4. Dihomogenkan sampel dengan media SCB.
5. Diberi label berupa identitas sampel yang jelas pada tabung reaksi.
6. Diinkubasi media menggunakan incubator pada suhu 37o C selama
24 jam.
7. Setelah waktu inkubasi, diamati apakah terbentuk kekeruhan pada
sampel. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya kekeruhan
dari sampel setelah diinkubasi. Hasil positif ini kemudian akan
dilanjutkan pada proses selanjutnya.

F. Inokulasi Sampel Putih Telur, Kuning Telur dan Jamu positif pada
Media MCA dan SSA (Penanaman pada media selektif)
1. Disiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan.
2. Sampel putih telur, kuning telur dan jamu positif diinokulasikan 1
ose ke dalam media MCA dan SSA. Pengerjaan dilakukan di dekat
api bunsen dengan metode cawan gores (streak plate).
3. Diberi label identitas sampel yang jelas pada media.
4. Diinkubasi media yang telah diinokulasikan menggunakan
incubator pada suhu 37o C selama 24 jam.
Setelah waktu inkubasi, diamati media apakah tumbuh koloni. Hasil positif
ditunjukkan dengan terbentuknya koloni bening pada media SSA dan koloni
merah bata pada media MCA. Hasil koloni positif ini diamati secara makroskopis.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan


No Gambar Tahap uji Keterangan

1 Penginokulasian Setelah diinkubasi pada suhu 37


sampel telur pada
selama 24 jam pada media tersebut
media SCB
menunjukkan warna kuning
kekeruhan karena adanya
pertumbuhan bakteri
2 Penginokulasian Setelah diinkubasi pada suhu 37
pada media SSA
selama 24 jam, terjadi pertumbuhan
koloni pada media dengan ciri-ciri :
Koloni 1
Bentuk : bulat
Ukuran : kecil
Warna : bening
Permukaan: cembung
Tepi : halus
Koloni 2
Bentuk : bulat
Ukuran : kecil
Warna : merah muda (pink)
Permukaan: cembung
Tepi : halus

3 Setelah diinkubasi pada suhu 37


Penginokulasian
pada media MCA selama 24 jam, tidak terjadi
pertumbuhan koloni bakteri pada
media

Uji biokimia pada


4 Setelah diinkubasi pada suhu 37
media Simmons
Citrate Agar, selama 24 jam
SIM,dan TSI pada media Simmons Citrate
Agar tidak terjadi pertumbuhan
koloni bakteri
pada media SIM terjadi
pertumbuhan bakteri yaitu
dengan cirri-ciri:
a. Motilitas + (aktif)
b. Indol tidak dilakukan
c. H2S ( -)
Pada media TSI menunjukkan
hasil yang positif dengan cirri-
ciri terjadi perubahan warna
menjadi merah pada bagian atas
(slant) dan bagiaan dasar tabung
berwarna kuning

5 Setelah diinkubasi pada suhu 37

selama 24 jam
Pada media glukosa
menunjukkan hasil yang positif
yaitu terbentuknya gelembung
gas pada tabung durham dan
warna media menjadi kuning
Uji gula-gula pada Pada media laktosa
media glukosa, menunjukkan hasil yang
laktosa, dan manitol negative yaitu tidak terbentuk
gas dalam tabung durham dan
tidak terjadi perubahan warna
Pada media manitol
menunjukkan hasil yang
negative yaitu tidak terbentuk
gas dalam tabung durham dan
tidak terjadi perubahan warna
6 Dari hasil penanaman bakteri yang
postif pada media TSI dan SSA di
lanjutkan pada pemeriksaan
mikroskopis dengan cat gram
Koloni yang berwarna bening
hasil pemeriksaan mikroskopis:
Bentuk : batang
Ukuran : pendek dan kurus
Sifat : gram negative
Penataan : sendiri-sendiri dan
Pemeriksaan
bergerombol
mikroskopis Pelaporan : basil (+) gram (-)

Koloni yang berwarna merah


muda (pink) hasil pemeriksaan
mikroskopis:
Bentuk : batang
Ukuran : panjang dan ramping
Sifat : gram negatif
Penataan : sendiri-sendiri dan
bergerombol
Pelaporan : basil (+) gram (-)

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pemeriksaan Salmonella pada Sampel Kuning Telur, Putih Telur,
dan Jamu
Pemeriksaan dan identifikasi bakteri Salmonella dapat dilakukan dengan
mengisolasi dari bahan makanan. Bahan makanan yang umum diisolasi adalah
daging dan telur yang tidak diolah dengan baik. Pada praktikum ini sampel
yang digunakan adalah telur mentah dan jamu .
Telur meskipun masih utuh dapat mengalami kerusakan, baik
kerusakan fisik maupun kerusakan yang disebabkan oleh pertumbuhan
mikroba. Mikroba dari air, udara maupun kotoran ayam dapat masuk ke
dalam telur melalui pori-pori yang terdapat pada kulit telur. Telur yang telah
dipecah akan mengalami kontak langsung dengan lingkungan, sehingga lebih
mudah rusak dibandingkan dengan telur yang masih utuh. Tanda-tanda
kerusakan yang sering terjadi pada telur adalah sebagai berikut :
1. Perubahan fisik, yaitu penurunan berat, pembesaran kantung
udara di dalam telur, pengenceran putih dan kuning telur.
2. Timbulnya bau busuk karena pertumbuhan bakteri pembusuk.
3. Timbulnya bintik-bintik berwarna karena pertumbuhan bakteri
pembentuk wama, yaitu bintik-bintik hijau, hitam, dan merah.
4. Bulukan, disebabkan oleh pertumbuhan kapang perusak telur.
Isolasi Salmonella pada praktikum ini, dilakukan dengan pemisahan
antara kuning dengan putih telur. Bakteri Salmonella dapat
mengkontaminasi telur jauh sebelum cangkang terbentuk. Sebenarnya,
bakteri ini tidak biasa masuk ke dalam telur. Bakteri ini mengkontaminasi
telur apabila cangkang dan membran telur yang melindungi kuning telur
rusak atau pecah, kuning telur ini merupakan satu-satunya tempat pada
telur dimana bakteri ini bisa hidup. Salmonella biasa hidup dalam sel telur
ayam betina.
Dalam isolasi ini, sampel kuning telur, putih telur, dan jamu
diinokulasi pada media Selenite Cystine Broth. Media Selenite Cystine
Broth ini merupakan salah satu media yang berdasarkan fungsinya
merupakan media encrichment yaitu media yang dapat menunjang
pertumbuhan bakteri yang tidak dapat tumbuh pada media biasa karena
memerlukan beberapa nutrisi pengaya yang dapat menyokong
pertumbuhannya. Media ini tergolong enrichment eksklusif media yaitu
media penyubur eksklusif untuk bakteri gram negatif seperti Salmonella
sp.
Hasil positif yang ditunjukkan oleh sampel kuning telur, putih telur,
dan jamu pada media Selenite Cystine Broth yang ditandai dengan adanya
kekeruhan pada media diinokulasi kembali pada media Salmonella
Shigella Agar (SSA) dan Mac Conkey Agar (MCA). Media Mac Conkey
Agar (MCA) merupakan media selektif deferensial bagi mikroba. Media
ini menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dengan adanya garam
empedu yang akan membentuk kristal violet. Bakteri gram negatif yang
tumbuh dapat dibedakan dalam kemampuannya memfermentasikan
laktosa. Pertumbuhan koloni bakteri Salmonella pada Mac Conkey Agar
(MCA) adalah serupa dengan media yaitu berwarna merah bata.
Sedangkan media Salmonella Shigella Agar (SSA) adalah media yang
digunakan untuk tumbuh kembang bakteri Salmonella dan Shigella.
Media ini tergolong media selektif untuk pengisolasian bakteri
Salmonella dan Shigella. Media ini mengandung bile salt, brilliant green,
sitrat, dan thiosulfate yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan
bakteri gram positif, beberapa gram negatif lainnya, dan bakteri coliform
sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella dan Shigella.
Pertumbuhan bakteri Salmonella pada media ini muncul sebagai koloni
tidak berwarna (bening) dan jika terjadi produksi H 2S oleh spesies
Salmonella mengubah pusat koloni menjadi berwarna hitam.

4.2.2 Hasil Identifikasi Salmonella pada Kuning Telur, Putih Telur, dan
Jamu
Pengujian terhadap bakteri Salmonella dengan sampel kuning telur, putih
telur, dan jamu pada praktikum ini dilakukan dengan metode konvensional.
Metode ini dilakukan melalui serangkaian tahapan. Tahapan pertama pada
prakikum ini yaitu penanaman sampel kuning telur, putih telur, dan jamu pada
media Selenite Cystine Broth. Pada media Selenite Broth didapatkan hasil
positif pada sampel kuning telur dan jamu yang ditandai dengan adanya
kekeruhan pada media setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.
Kekeruhan tersebut diakibatkan karena perkembangbiakan bakteri pada
inokulasi di media ini. Sedangkan sampel putih telur hanya muncul
gelembung pada dinding tabung. Namun, hasil ini tetap dilanjutkan ke tahap
berikutnya. Dari hasil positif tersebut, kemudian diinokulasikan pada media
Mac Conkey Agar dan media Salmonella Shigella Agar dengan metode cawan
gores. Setelah inokulasi dilakukan, media diinkubasi pada inkubator selama
3 24 jam dengan suhu inkubasi sebesar 37oC. Pada sampel kuning telur,
media Mac Conkey Agar ditumbuhi koloni bakteri tua tertutup jamur dan
berwarna kuning serta tampak warna kehitaman akibat pertumbuhan strain
kuman tertentu. Pada pengamatan media sangat sulit diidentifikasi karena
waktu inkubasi sangat melebihi batas yaitu 3 24 jam. Sedangkan koloni
yang tumbuh pada media Salmonella Shigella Agar adalah koloni bakteri tua
tertutup jamur dan berwarna kuning keemasan. Sehingga sampel kuning telur
dikatakan positif terdapat bakteri Salmonella. Sampel kuning telur yang
digunakan adalah kuning telur yang busuk sehingga sangat berpotensi untuk
ditemukannya bakteri Salmonella. Sedangkan sampel putih telur tidak tumbuh
koloni pada media Mac Conkey Agar dan Salmonella Shigella Agar. Warna
kedua media tidak mengalami perubahan yaitu berwarna merah transparan.
Dimana sampel putih telur ini memiliki peluang yang kecil untuk dapat
ditumbuhi bakteri Salmonella. Inokulasi positif sampel jamu pada media Mac
Conkey Agar membentuk koloni tua yang tertutupi oleh jamur dan berwarna
orange. Jamur terbentuk dari adanya waktu inkubasi yang melebihi batas yaitu
3 24 jam. Bentuk koloni dan permukaannya sangat sulit diamati karena
tertutupi jamur. Sedangkan pada media Salmonella Shigella Agar terbentuk
koloni kuning keemasan tertutupi jamur dan terdapat warna kehitaman di
dasar koloninya. Warna hitam tersebut muncul akibat pertumbuhan strain
kuman tertentu. Sehingga jamu tersebut positif terdapat bakteri Salmonella.
Beberapa hal yang menyebabkan ditemukannya bakteri Salmonella pada
jamu olahan industri rumah tangga yaitu sebagian besar jamu yang diproduksi
masyarakat masih dibuat secara tradisional menggunakan peralatan sederhana.
Beberapa faktor yang menyebabkan cemaran mikrooganisme pada jamu
adalah penggunaan bahan mentah yang mungkin tercemar atau tidak segar,
proses pengolahan yang tidak sempurna, pekerja yang tidak higienis atau
menderita infeksi, umur simpan yang sudah melebihi batas dan sebagainya.
Beberapa mikroba patogen yang perlu diwaspadai dapat
mengkontaminasi jamu adalah kapang penghasil mikotoksin (Claviceps,
Fusarium, Penicillium, Aspergillus flavus, dan A. parasiticus), kamir
(Shizosaccharomyces dan Kloeckera) yang merupakan kamir tanah sehingga
sering mengkontaminasi bahan rempah-rempah. Berikutnya adalah kelompok
bakteri pembentuk spora, Staphylococcus aureus, E. coli, Salmonella, dan
Shigella.
Kontaminasi jamu juga dapat disebabkan oleh E. Coli, bakteri ini banyak
terdapat dalam feses dan air yang terkontaminasi oleh feses. Oleh karena itu,
jamu yang berbentuk cair dan menggunakan rempah-rempah segar, yang
diolah secara tradisional seperti jamu gendong memiliki peluang yang lebih
besar terkontaminasi E. Coli, jika pengolahan tidak memperhatikan faktor
sanitasi.
Bakteri patogen yang dapat mengkontaminasi jamu adalah Salmonella,
bakteri ini banyak terdapat di air, tanah, serangga, feses hewan, daging
mentah, dan seafood. Kemungkinan rempah-rempah dapat terkontaminasi
Salmonella berasal dari air pencuci, tanah, dan serangga. Oleh karena itu,
secara umum kontaminasi yang terjadi pada olahan jamu tradisional
disebabkan karena buruknya sanitasi di lingkungan pengolahan sehingga dapat
berdampak buruk terhadap produk yang dihasilkan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
5.1.1 Identifikasi Salmonella pada sampel kuning telur, putih telur, dan
jamu dalam praktikum ini dilakukan melalui pemeriksaan
bakteriologis yang meliputi pemeriksaan makroskopis dengan
mengamati koloni bakteri yang terbentuk pada media selektif.
5.1.2 Dari kegiatan praktikum yang dilakukan didapatkan bakteri
Salmonella pada sampel kuning telur dan jamu yang ditunjukkan
dari hasil positif pada media Salmonella Shigella Agar dan Mac
Conkey Agar. Sedangkan sampel putih telur diperoleh hasil negatif
tidak terdapat bakteri Salmonella yang ditunjukkan dengan tidak
adanya pertumbuhan koloni pada media Salmonella Shigella Agar
dan Mac Conkey Agar.
DAFTAR PUSTAKA

Association of Official Analytical Chemistry (AOAC), 2000.Official Methods of


Analysis. Mc Graw Hill Press. Canada
Dad.2000.Bacterial Chemistry and Physiology. John Wiley & Sons,
Inc., New York, p. 426.
Association of Official Analytical Chemistry (AOAC), 2000.Official Methods of
Analysis. Mc Graw Hill Press. Canada.
Black, J.G. 1999. Microbiology Principles and Exploration 4th Edition. Prentice-
Hall Inc. New Jersey
Buckle, K. A., dkk. 1987. Ilmu Pangan.Diterjemahkan oleh Adiono dan Hari
Purnomo. UI Press, Jakarta.
Campbell, N. A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2002. Biologi Jilid 2 edisi Kelima.
Jakarta : Erlangga
Cappuccino, J. G. & Natalie S. 1983.Microbiology A Laboratory Manual.
Addison-Wesley Publishing Company, New York.
Dad.2000.Bacterial Chemistry and Physiology. John Wiley & Sons, Inc., New
York, p. 426.
Direktorat Jenderal PPM & PLP, Depkes.1996. Pedoman Teknis Sanitasi
(Penyehatan) Pengelolaan Makanan Di Rumah Sakit, Jakarta.
Direktorat Jenderal PPM & PLP, Depkes.1996. Pedoman Teknis Sanitasi
(Penyehatan) Pengelolaan Makanan Di Rumah Sakit, Jakarta.
Djide, M. Natsir. 2003. Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi UNHAS,
Makassar.
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi Cetakan ke-13.Jakarta :
Percetakan Imagraph
Dwijoseputro. 1987. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djembatan.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT. Raja Grafindo Persada.,
Jakarta.
Fardiaz, S. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Lim, D. 1998. Microbiology 2nd Edition.McGraw Hill. United States of America.
Fardiaz, S.,.1989. Analisis Mikrobiologi Pangan, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, IPB.
Fardiaz, S.,.1992. Analisis Mikrobiologi Pangan, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, IPB
Food and Drug Administration.1998.Bacteriological Analytical Manual. 8th
Edition,.FRIEDHEIM, E., AND MICHAELIS, L. 2001 J. Biol. Chem.,
91,55-368. Cit. PORTER, J. R.
GAUSE, G. F. 1946 Litmocidin, a new antibiotic substance produced by
roactinomyces cyaneus. J. Bacteriol., 51,
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek: Teknik dan
Prosedur Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Jurnalair. 2011.Kualitas Air. Diakses di :
(http://jurnalair.wordpress.com/2011/01/21/kualitas-air/. Diaksespada :
15April 2012)
Official Chemical Method. 1979. Fish Inspection Branch Fisheries And Ocean.
Science Press. Canada.
Pelczar, M. J & E. C. S Chan. 1986.Dasar-dasar Mikrobiologi.UI-Press, Jakarta.
Pelczar, M. J., Chan, E.C.S. 2007 dalam Soni, Ahmad. 2010 Elements of
Microbiology. Mc Graw Hill Book Company. New York.
Pelczar, M.J dan E.C.S. Chan. 2006.Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.
Pratiwi, Erni. 2011. Pemeriksaan Salmonella. Diakses di :.
http://id.scribd.com/doc/54252133/tugas-bakteri2. Diakses pada :
Minggu, 18 November 2012
Ramona, Y., R. Kawuri, I.B.G. Darmayasa. 2007. Penuntun Praktikum
Mikrobiologi Umum Untuk Program Studi Farmasi FMIPA
UNUD.Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA
Universitas Udayana. Bukit Jimbaran.
Sugianto, Tantri. 2012. Uji Salmonella. Diakses di :http://tantri-
sugianto.blogspot.com/2012/07/uji-salmonella.html. Diakses pada :
Minggu, 18 November 2012
Sutedjo, M. M. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta, Jakarta.
Tjay, T. H. 2003. Obat-Obat Penting. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Widiyanti, Ni Luh Putu Manik dan Ni Putu Ristianti.2004.Analisis Kualitatif
Bakteri Koliform pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja
Bali.
LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 15 April 2013

1. Luh Made Ari Mas Purnamasari (.........................)


2. Ni Wayan Febi Suantari (.........................)
3. Ni Luh Arnitasari (.........................)
4. Ni Luh Komang Ita Purnama Sari (.........................)
5. I Putu Mahendra (.........................)

Penanggungjawab Pembimbing
Mata Kuliah Bakteriologi

(Nyoman Mastra, SKM., S.Pd.,M.Si) ( )


LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI
Pemeriksaan SALMONELLA pada
bahan makanan dan minuman

KELOMPOK III :

1. Luh Made Ari Mas Purnamasari (P07134011005)


2. Ni Wayan Febi Suantari (P07134011009)
3. Ni Luh Arnitasari (P07134011011)
4. Ni Luh Komang Ita Purnama Sari(P07134011029)
5. I Putu Mahendra (P07134011033)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN
DENPASARJURUSAN ANALIS
KESEHATANDENPASAR
2013

Anda mungkin juga menyukai