Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biokimia adalah ilmu mengenai dasar molekuler kehidupan. Tujuan utama
dari biokimia adalah untuk mencari jawaban tentang bagaimana benda mati yang
menyusun organisme hidup berinteraksi satu dengan yang lain untuk
mempertahankan dan melangsungkan keadaan hidupnya. Biokimia telah
menghasilkan konsep-konsep mendalami yang mengungkapkan sebagian dari misteri
hidup serta berbagai aplikasi praktis dalam bidang kedokteran, pertanian, ilmu biji,
dan industri (Hadioetomo, 1993).
Secara morfologis, biakan maupun sel bakteri yang berbeda dapat tampak
serupa. Karena itu ciri fisiologis atau biokimiawi merupakan kriteria yang amat
penting di dalam identifikasi spesimen yang tidak dikenal. Tanpa hasil pengamatan
fisiologis yang memadai mengenai organisme yang diperiksa maka penentuan
spesiesnya tidaklah mungkin dilakukan. Bakteri Staphylococcus aureus ditemukan
pada kulit dan hidung manusia. Salah satu penyakit berbahaya yang disebabkan oleh
bakteri satu ini ialah MRSA (Methicilin-Resistant Staphylococcus Aureus) yang kebal
terhadap antibiotik (Harti, 2015).
Reaksi-reaksi biokimia bagi mikroorganisme dapat dikatakan sebagai sidik
jari biokimia (biochemical fingerprints), sebagaimana sidik jari pada manusia yang
menjadi pembeda antara satu orang dengan orang lainnya. Satu spesies mikroba akan
memiliki “sidik jari” biokimia atau karakter biokimia identitas yang berbeda dengan
spesies mikroba lainnya. Aktivitas metabolisme tidak terlepas dari adanya enzim.
Berdasarkan tempat bekerjanya, bakteri memiliki juga jenis enzim yaitu endoenzim
dan eksoenzim. Endoenzim yaitu enzim yang ada dalam sel. Sistem endoenzim selain
bersifat anabolik dapat juga bersifat katabolik. Sedangkan eksoenzim yaitu enzim
yang disekresikan ke luar sel dan berdifusi kedalam media. Sebagian besar eksoenzim
bersifat hidrolitik, yang berarti bahwa eksoenzim menguraikan molekul
kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana (Waluyo, 2004).
Berdasarkan pemaparan diatas dilakukannya praktikum uji biokimia agar
dapat mengetahui jenis-jenis uji biokimia dari identifikasi bakteri, sifat fisiologis dari
bakteri serta menginokulasi suspensi bakteri ke dalam perbenihan gula-gula dengan
media dan metode yang telah ditentukan.
1.2 Tujuan
Berdasarkan praktikum tentang “Uji Biokimia” maka didapatkan tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis uji biokimia untuk identifikasi bakteri.
2. Untuk mengetahui sifat fisiologis bakteri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uji Biokimia
Uji biokimia adalah pengujian larutan atau zat-zat kimia dari bahan-bahan dan
proses-proses yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup, sebagai upaya untuk
memahami proses kehidupan dari sisi kimia. Uji biokimia dapat digunakan untuk
identifikasi mikroorganisme secara fisiologis berdasarkan reaksi biokimia. Macam
atau jenis dapat dipengaruhi oleh faktor atau sifat mikroorganisme, jenis media, dan
faktor lingkungannya. Uji fisiologi biasanya identik dengan uji biokimia (Harti,
2015).
Selain itu pengujian biokimia merupakan salah satu hal yang sangat penting
dalam dunia mikrobiologi. Uji-uji biokimia yang biasanya dipakai dalam kegiatan
identifikasi bakteri atau mikroorganisme yaitu antara lain adalah uji koagulase, uji
katalase, uji MR-VP, uji nitrit, hidrolisis gelatin, uji H2S dan lain-lain. Salah satu uji
yaitu adalah uji hidrolisis urea (Stryer, 1995).
Ada beberapa uji biokimia yang dipakai untuk identifikasi spesies
Mycobacteria antara lain yaitu uji akumulasi niasin, uji reduksi nitrat, uji katalase
tahan panas, uji hidrolisis tween, uji urease, uji arilsulfatase, uji iron uptake, uji
penggunaan sitrat, uji penggunaan inositol, uji penggunaan manitol, uji
pirazinamidase, dan uji reduksi telurit. Ciri biokimia merupakan kriteria yang amat
penting di dalam identifikasi spesimen bakteri yang tak dikenal karena secara
morfologis biakan ataupun sel bakteri yang berbeda dapat tampak serupa, tanpa hasil
pengamatan fisiologis yang memadai mengenai organik yang diperiksa maka
penentuan spesiesnya tidak mungkin dilakukan. Karakteristik dan klasifikasi sebagai
mikroba seperti bakteri berdasarkan pada reaksi enzimatik ataupun biokimia.
Mikroba dapat tumbuh pada beberapa tipe media memproduksi metabolit tentunya
yang dideteksi dengan interaksi mikroba dengan reagen tes yang mana menghasilkan
perubahan warna reagen  (Mertianiasih et al. 2013).
Kemudian uji biokimia digunakan untuk identifikasi spesies dimana inokulasi
pada tabung yang berisi karbohidrat dan mengatur pH larutan biakan setelah bakteri
tersebut tumbuh, maupun dengan kromatografi gas-cairan (GLC) untuk memeriksa
hasil akhir berupa asam lemak. Juga tersedia reagen antibodi fluoresensi untuk
diagnosis cepat, meskipun pemakaiannya belum tersebar luas. Penentuan
bakteriofage juga telah dilakukan dengan uji biokimia ini (Muliawan, 2007).
2.2 Metode Uji Biokimia
Berikut beberapa uji Biokimia yang digunakan untuk identifikasi bakteri
antara lain:
2.2.1 Reaksi Fermentasi Karbohidrat (Gula-gula)
Fermentasi dapat menghasilkan berbagai senyawa akhir. Organisme-
organisme yang berbeda akan menggunakan karbohidrat atau gula-gula yang berbeda
tergantung dari komponen enzim yang dimilikinya. Perbenihan gula-gula digunakan
untuk melihat adanya pembentukan asam yaitu dengan adanya perubahan warna
indikator (merah fenol atau biru bromtimol) yang terdapat dalam perbenihan menjadi
kuning yang sebelum ditanami berwarna merah (indikator merah fenol) atau
berwarna biru (indikator biru bromtimol) serta untuk pembentukan gas, yaitu dengan
terlihatnya udara di dalam tabung peragian atau fermentasi (tabung durham) (Pelczar,
2008).
2.2.2 Uji Imvic (Indole, Methyl Red, Voges-Proskauer, Simmon’s Citrate)
1. Indol
Tryptophan merupakan asam amino esensial yang dapat mengalami oksidasi
dengan cara kegiatan enzimatik beberapa bakteri. Konversi triptofan menjadi produk
metabolik di mediasi oleh enzim Tryptophanase. Media ini biasanya digunakan
dalam indetifikasi yang cepat. Perbenihan indol digunakan untuk melihat kemampuan
bakteri mendegradasi asam amino triptofan secara enzimatik. Hasil uji indol yang
diperoleh negatif karena tidak terbentuk lapisan (cincin) berwarna merah muda pada
permukaan biakan, artinya bakteri ini tidak membentuk indol dari tryptopan sebagai
sumber karbon, yang dapat diketahui dengan menambahkan larutan kovacs. Asam
amino triptofan merupakan komponen asam amino yang lazim terdapat pada protein,
sehingga asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme akibat
penguraian protein (Yulvizar, 2013).
2. Uji MR
Uji MR Perbenihan ini digunakan untuk mendeteksi bakteri yang memiliki
kemampuan untuk mengoksidasi glukosa menghasilkan produk asam berkonsentrasi
tinggi yang stabil sehingga menyebabkan pH media turun hingga dibawah 4,4 yang
ditandai dengan hasil positif, terjadi perubahan warna menjadi merah setelah
ditambahkan Methyl Red. Artinya, bakteri ini mengahasilkan asam campuran (metilen
glikon) dari proses fermentasi glukosa yang terkandung dalam medium MR-VP.
Dimana bakteri tertentu dapat memfermentasi karbohidrat (glukosa) menghasilkan
asam. Pada familia Enterobacteriaceae melalu jalur asam campur (Pelczar, 2008).
3. Uji VP
Voges-Proskauer menentukan kemampuan beberapa organisme untuk
menghasilkan produk akhir non asam. Ini fermentasi glukosa, yang merupakan
karakteristik dari Enterobacter aerogenes. Uji VP dengan hasil negatif, karena tidak
terbentuk warna merah pada medium setelah ditambahkan α-napthol dan KOH,
artinya hasil akhir fermentasi bakteri ini bukan asetil metil karbinol (asetolin)
(Waluyo, 2004).
4. Perbenihan Agar Simmon’s Citrate
Perbenihan ini digunakan untuk melihat kemampuan organisme enterik
berdasarkan kemampuan memfermentasi sitrat sebagai sumber karbon. Perbenihan
Simmon’s Citrate Agar ini mengandung indikator biru bromtimol yang akan berubah
menjadi biru pada reaksi positif dan tetap hijau jika reaksi negatif (Yulvizar, 2013).
2.2.3 Uji Katalase
Uji katalase merupakan suatu pengujian terhadap bakteri tertentu
untuk mengetahui apakah bakteri tersebut merupakan bakteri aerob, anaerob
fakultatif, atau anaerob obligat dan digunakan untuk mengetahui kemampuan
mikroorganisme untuk menguraikan hidrogen peroksida dengan menghasilkan enzim
katalase. Bakteri yang memerlukan oksigen manghasilkan hidrogen peroksida
(H2O2) yang sebenarnya beracun bagi bakteri sendiri. Enzim merupakan katalisator
sejati, dimana molekul ini meningkatkan dengan nyata kecepatan reaksi kimia
spesifik yang tanpa enzim akan berlangsung sangat lambat. Enzim merupakan
biokatalis yang berfungsi untuk membantu proses metabolisme (Pelczar, 2008). 
2.2.4Uji Oksidase
Uji oksidase ditujukan untuk membedakan bakteri berdasarkan aktivitas
sitokrom oksidase. Uji oksidase merupakan alat untuk membedakan antara anggota-
anggota dalam genus Neisseria dan Pseudomonas, yang merupakan oksidasi positif,
dan Enterobacteriaceae yang merupakan oksidase negatif. Tidak terjadinya perubahan
warna, atau warna merah muda cerah pada koloni, menandakan tidak adanya aktivitas
oksidase, menunjukkan hasil uji yang negatif (Waluyo, 2004).
5. Uji Hidrolisis Pati
Pada uji hidrolisis pati, hasil positif ditandai dengan terbentuknya zona bening
berwarna kuning disekitar daerah pertumbuhan bakteri atau mikroorganisme dan
tidak terjadi perubahan warna medium setelah penambahan larutan lugol. Hal ini
menunjukkan amilum atau pati telah terhidrolisis menjadi sakarida yang lebih
sederhana (Lay, 2007).
6. Uji Urea
Urease broth merupakan media differensial yang dapat membedakan bakteri
penghasil eksoenzim yaitu enzim urease (untuk menghidrolisa urea menjadi amonia
karbondioksida). Kandungan Urease broth meliputi Buffer, urea, sedikit nutrien,
indicator phenol red. Phenol red berubah jadi kuning karena lingkungan asam,
berubah merah muda karena lingkungan basa. Prinsip uji urease yaitu media urea
terdegradasi menjadi amoniak menyebabkan lingkungan basa, maka media menjadi
merah muda. Sebagian besar bakteri golongan enterik dapat mendegrasi urea, tetapi
lambat. Fungsi uji urease adalah mendeteksi bakteri yang dapat mendegradasi dengan
cepat “urease-positif” (Yulvizar, 2013).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Mikrobiologi yang berjudul Uji Biokimia ini, dilaksanakan
pada hari Selasa, 10 Maret 2020 pukul 14.00 – 17.00 WIB dan dilanjutkan pada
hari Kamis, 12 Maret 2020 di Laboratorium Mikrobiologi, Gedung Basic science,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Bengkulu.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung reaksi,
cawan petri, gelas objek, jarum ose bulat dan lurus, lampu spiritus, penggaris,
pensil, pipet tetes, mancis, rak tabung reaksi, inkubator, dan tabung durham.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah media pati
steril, media miring simon sitrat, media sukrosa, media glukosa, media laktosa,
media maltosa, media NA 1%, media urea, biakan bakteri, alkohol 70%, kapas,
cling wrap, plastik, iodin, H2O2, dan akuades.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Uji Hidrolisis Pati
Media pati steril dicairkan kemudian dituangkan ke dalam cawan petri dan
dibiarkan memadat serta cawan petri di bagi menjadi dua kuadran. Selanjutnya,
biakan Staphylococcus aerus diambil dalam tabung reaksi dengan jarum ose,
biakan Staphylococcus aerus di goreskan pada kuadran satu di goreskan pada
kuadran dua. Cawan petri di inkubasi selama 48 jam dengan suhu 37ºC. Setelah
itu diteteskan iodin ke atas media pati dan biarkan selama beberapa menit. Lalu
diamati dengan uji positif pada uji ini adalah terdapat daerah atau zona bening
disekeliling koloni.
3.3.2 Uji Sitrat
Hal pertama, disiapkan dua tabung media miring simon sitrat. Kemudian,
bakteri Staphylococcus aerus diinokulasikan ke dalam tabung. Selanjutnya,
diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 37ºC. Perubahan warna di amati pada
media. Uji positifnya ditandai dengan perubahan warna media dari hijau menjadi
biru.
3.3.3 Uji Gula-Gula
Hal pertama yang disiapkan adalah media sukrosa (I), glukosa (II), laktosa
(III) dan maltosa (IV). Pada masing-masing tabung diberi tabung durham. Bakteri
Staphylococcus aerus diinokulasikan ke dalam masing-masing tabung.
Selanjutnya, tabung di inkubasi selama 48 jam dengan suhu 37ºC. Perubahan
warna diamati dan ada tidaknya gelembung pada tabung durham sebagai uji
positifnya.
3.3.4 Uji Motilitas
Hal pertama yang disiapkan adalah media NA 1% dalam tabung reaksi.
Bakteri di inokulasikan dengan jarum ose pada media dengan cara
dimasukkannya hingga setengah media pada tabung reaksi. Selanjutnya, di
inkubasikan selama 48 jam pada suhu 37ºC dan diamati jejak pergerakan bakteri
tersebut.
3.3.5 Uji Katalase
Hal pertama disiapkan adalah gelas objek yang bersih dan steril. Biakan
bakteri di inokulasikan dengan jarum ose pada permukaan gelas objek.
Selanjutnya, ditambahkan 2-3 tetes H2O2 3% pada permukaan olesan. Uji positif
apabila terlihat pembentukkan gelembung (gelembung terbentuk dari hasil
penguraian H2O2).
3.3.6 Uji Urea
Hal pertama yang disiapkan adalah media urea dengan indikator phenol
red dalam tabung reaksi. Biakan bakteri di inokulasikan dengan jarum ose ke
dalam tabung reaksi. Selanjutnya, di inkubasikan selama 48 jam pada suhu 37ºC
dan diamati perubahan warnanya dengan uji positif berwarna pink (merah muda).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil dari praktikum uji biokimia ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil uji biokimia dari isolat bakteri yang diinkubasi selama 48 jam
Kelompok Isolat Uji Biokimia Gula-gula
K S U M P L M G S
1 Escherichia - - - + + - + - +
coli Spiny
2 Staphylococcu + - - + + + + + +
s aureus Spiny
3 Pseudomonas + - - + + - + + +
aeruginosa Spiny
4 Sp 1 - - - + + - - - +
Lurus
5 Sp 2 + + + + - - - - -
Lurus
Keterangan :
K: Katalase M: Motilitas M: Maltosa P: Pati
S: Sitrat P: Pati G: Glukosa +: Positif
U: Urea L: Laktosa S: Sukrosa -: Negatif
Berdasarkan uji yang dilakukan hasil uji biokimia dapat dilihat pada gambar
berikut:

Gambar 1. Uji katalase pada bakteri


a b

Gambar 2.Uji pati sebelum (a) sesudah (b) inkubasi selama 48 jam.

a b

Gambar 3. Uji urea sebelum (a) sesudah (b) inkubasi selama 48 jam.

a b

Gambar 4. Uji sitrat sebelum (a) sesudah (b) inkubasi selama 48 jam.
a b

Gambar 5. Uji motilitas sebelum (a) sesudah (b) inkubasi selama 48 jam.

a b

Gambar 6. Uji laktosa sebelum (a) sesudah (b) inkubasi selama 48 jam.

a b

Gambar 7. Uji maltosa sebelum (a) sesudah (b) inkubasi selama 48 jam
a b

Gambar 8. Uji glukosa sebelum (a) sesudah (b) inkubasi selama 48 jam.

a b

Gambar 9. Uji sukrosa sebelum (a) sesudah (b) inkubasi selama 48 jam.
4.2Pembahasan
Pada praktikum uji biokimia dilakukan beberapa uji yaitu uji katalase, uji pati,
uji urea, uji sitrat, uji motilitas dan uji gula-gula. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan, pada uji katalase hampir semua kelompok (2, 3, 4 dan 5) dinyatakan
positif kecuali kelompok 1. Dimana hasil positif pada uji ini adalah ditandai dengan
adanya buih pada kaca benda yang ditambahkan dengan isolat dari bakteri. Hal ini
sesuai dengan Lay (1994) yang menyatakan bahwa pada bakteri yang bersifat
katalase positif akan terlihat pembentukan gelembung udara pada sekitar koloni. Uji
katalase merupakan suatu pengujian terhadap bakteri tertentu untuk mengetahui
apakah bakteri tersebut merupakan bakteri aerob, anaerob fakultatif, atau anaerob
obligat. Dan digunakan untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme untuk
menguraikan hidrogen peroksida dengan menghasilkan enzim katalase.
Pada uji pati digunakan media SCA (Simon Citrate Agar). Uji ini bertujuan
untuk melihat apakah bakteri menghasilkan enzim amilase. Uji ini semua kelompok
(1, 2, 3, 4 dan 5) menghasilkan hasil uji yang positif. Hal ini dapat dilihat adanya
zona bening yang terlihat disekitar koloni setelah ditetesi dengan lugol, zona bening
terbentuk dikarenakan adanya pemutusan ikatan glikosida pada pati. Menurut lay
(1994), bahwa zat pati yang ada bereaksi secara kimiawi dengan iodium yang terlihat
warna biru kehitaman, warna ini terjadi bila molekul iodium masuk kedalam bagian
yang kosong pada molekul zat pati (amilosa) berbentuk spiral.
Pada uji sitrat, digunakan media BTB (Brom Tymol Blue). Hasil yang didapat
menunjukkan hampir semua kelompok (1, 2, 3 dan 4) mendapat hasil yang negatif,
hanya pada kelompok 5 yang mendapat hasil positif. Dimana hasil positif ini ditandai
dengan media hijau yang menjadi biru, perubahan ini terjadi karena mengandung
BTB yang didalamnya terdapat kandungan enzim permease yang menyebabkan
berubahnya media dari hijau menjadi biru. Namun, pada praktikum kelompok yang
mendapat hasil negatif dapat terjadi karena adanya kontaminan pada saat melakukan
praktikum, serta kurangnya ketepatan pada saat menusukkan ose pada media (Adam,
2001).
Pada uji urea digunakan media urea dengan reagen PR (Phenol Red). Uji ini
bertujuan untuk melihat enzim urease, hasil positif pada uji ini ditandai dengan
perubahan warna dari merah menjadi pink, dimana hal ini terjadi karena reagen PR
yangg terdegradasi. Pada uji ini di dapatkan hasil untuk kelompok 1.2, 3, dan 4
dinyatakan negatif. Sedangkan pada kelompok 5 didapatkan hasil yang positif, ini
menunjukkan bahwa reagen PR terdegradasi dengan baik sehingga terjadi perubahan
warna dari merah menjadi pink. Menurut Lim (2006), hasil positif ditandai dengan
perubahan warna dari merah menjadi pink, yang berarti bakteri memecah urea
menjadi amoniak, sedangkan hasil negatif ditandai dengan tidak terjadinya perubahan
warna menjadi pink atau merah jambu hal ini dikarenakan bakteri tidak memecah
urea menjadi amoniak.
Pada uji motilitas digunakan media NA 1 %, digunakan media NA karena
media ini memiliki sifat yang sama dengan SIM (Sulfide indole motility). Dengan uji
ini bertujuan untuk melihat pergerakan bakteri. Pergerakan bakteri terdiri atas
Rhizoid, lurus, menyebar, aboresta. Dari praktikum yang dilakukan hasil postif pada
pada kelompok 1, 2 dan 3 yaitu menunjukkan pergerakan spiny sedangkan kelompok
4, 5 dan 6 menunjukkan pergerakan bakteri yang bergerak lurus, dimana terlihat
adanya penyebaran berwarna putih pada media yang ditusuk dengan jarum ose. Hal
ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Burrows et al. (2004), bahwa hasil uji positif
ditandai dengan terlihat adanya penyebaran yang berwarna putih pada bekas tusukan
inokulasi, sedangkan hasil uji negatifnya tidak terlihat penyebaran yang berwarna
putih pada daerah inokulasi.
Pada uji gula-gula digunakan media sukrosa, laktosa, glukosa dan maltosa. Uji
ini bertujuan untuk melihat adanya glukosa, maltosa, sukrosa dan laktosa. Hasil uji ini
ditandai dengan adanya gelembung pada tabung durham atau perubahan warna dari
merah ke kuning. Hal ini terjadi karena adanya fermentasi. Pada praktikum yang
dilakukan untuk media laktosa kelompok 2 dan 3 mendapatkan hasil yang positif,
sedangkan kelompok 1, 4, dan 5 mendapatkan hasil yang negatif. Pada media maltosa
kelompok 1, 2, 3 mendapatkan hasil positif sedangkan pada kelompok 4 dan 5
mendapatkan hasil negatif. Pada media glukosa kelompok 2 dan 3 mendapatkan hasil
positif. Kelompok 1, 4, dan 5 mendapat hasil negatif. Pada uji dengan media sukrosa
kelompok 1, 2, 3 dan 4 mendapatkan hasil yang positif, sedangkan kelompok 5
mendapatkan hasil negatif. Pada hasil yang positif terlihat adanya gelembung pada
tabung durham dan perubahan warna menjadi kuning. Hal ini sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Adam (2001) bahwa uji positif pada uji gula-gula terjadi perubahan
warna media dari merah menjadi kuning, yang artinya tidak terjadi fermentasi gula,
sedangkan hasil negatifnya tidak terjadi perubahan warna dari merah menjadi kuning,
yang artinya tidak terjadi fermentasi gula.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum “Uji Biokimia” yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Macam-macam uji biokimia dapat dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri secara
fisiologis adalah uji katalase, uji hidrolisis pati, uji motilitas, uji fermentasi
karbohidrat (gula-gula), uji sitrat, dan uji urea.
2. Sifat-sifat fisiologis pada bakteri yang diamati adalah pada uji katalase dengan
hasil positif akan membentuk gelembung gas. Uji hidrolisis pati dengan hasil
positif akan membentuk zona bening pada media. Uji motilitas dengan hasil positif
akan menunjukkan pergerakan bakteri, seperti lurus. Uji fermentasi karbohidrat
(gula-gula) dengan hasil positif terjadi perubahan warna dari hijau menjadi hijau-
biru dan uji urea dengan hasil positif terjadi perubahan warna dari merah menjadi
pink (merah muda).
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya yaitu kita dapat menambahkan
bakteri Salmonella typhii dan Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar) pada uji biokimia
yang berguna untuk melihat hasil uji positif didaerah tusukan dan terbentuknya
endapan hitam (FeS) di daerah tusukan yang menunjukkan bahwa gas yang
dihasilkan adalah H2S.
LAMPIRAN

Hasil uji pati sebelum ditetesi KI Penyiapan media uji biokimia pada rak
tabung reaksi

Proses inokulasi biakan bakteri Penetasan hidrogen peroksida pada


Staphylococcus aureus ke setiap media biakan bakteri untuk uji biokimia
uji biokimia dalam tabung reaksi katalase
menggunakan jarum ose bulat kecuali
pada uji motilitas dengan jarum ose
lurus

DAFTAR PUSTAKA
Adam, M.R. 2001. Microbiology of Fermented Food. New York: Elsivier Applied
Science Publisher.
Burrows, W., Moulder, J.M., and Lewert, M.R. 2004. Textbook of Microbiology.
Philadelphia: W.B Saunders Company.
Hadioetomo, S. 1993. Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Harti, A.S. 2015. Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta: CV. Andi OFFSET.
Lay, B.W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Lim, D. 2006. Microbiology. Missouri: WCB Mcgraw-Hill.
Mertianiasih, N.M., Koendahori E.B., dan Kusumaningrum, D. 2013. Buku Ajar
Tuberculosis Diagnostik Mikrobiologis. Surabaya: Airlangga University
Press.
Muliawan, S.Y. 2007. Bakteri Anaerob yang Erat Kaitannya dengan Problem di
Klinik. Jakarta: EGC.
Pelczar, C. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Stryer, L. 1995. Biokimia Edisi 4. Jakarta: EGC.
Waluyo, L. 2004. Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. Malang: UMM.
Yulvizar, C. 2013. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik Pada Rastrelliger Sp.
Jurnal Biospesies. 6 (2): 1-7.

Anda mungkin juga menyukai