Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Biokimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang senyawa-senyawa yang ada di
dalam sistem hidup, penyusunan senyawa-senyawa tersebut ke dalam sel-sel dan interaksi
kimia yang terjadi. Sel-sel pada makhluk hidup tersusun dari biomolekul. Untuk dapat
mempertahankan hidup, sel-sel mengalami metabolisme (reaksi pada sel). Dalam
metabolisme, sel menyerap energi dari makanan atau nutrisinya, energi ini digunakan untuk
membentuk biomolekul penyusun sel.

Karakterisasi dan klasifikasi sebagian besar mikroba seperti bakteri berdasarkan pada
reaksi enzimatik ataupun biokimia. Mikroba dapat tumbuh pada beberapa tipe media,
memproduksi tipe metabolit tertentu yang di deteksidengan interaksi mikroba dengan reagen
tes yang menghasilkan warna reagen. Reaksi-reaksi dalam sel akan teridentifikasi dengan
melakukan pengujian-pengujian tertentu. Sel akan memberikan respon sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya, misalnya menghasilkan enzim katalase, enzim gelatinase atau
kemamupuan untuuk menghidrolisis lemak.

Secara morfologis, biakan maupun sel bakteri yang berbeda dapat tampak serupa.
Karena itu ciri fisiologis atau biokimiawi merupakan kriteria yang amat penting di dalam
identifikasi spesimen yang tidak dikenal. Tanpa hasil pengamatan fisiologis yang memadai
mengenai organisme yang diperiksa maka penentuan spesiesnya tidaklah mungkin dilakukan.
Uji fisiologis biasanya identik dengan uji biokimia. Uji-uji biokimia yang biasanya dipakai
dalam kegiatan identifikasi bakteri atau mikroorganisme yaitu antara lan uji koagulase, uji
katalase, uji nitrit, hidrolisis gelatin, uji hidrogen sulfida (H2S) dan lain-lain. Pengujian
biokimia merupakan salah satu hal yang sangat penting di dalam dunia mikrobiologi (Lim,
1998).

Biokimia adalah ilmu mengenai dasar molekuler kehidupan. Tujuan utama dari
biokimia adalah untuk mencari jawaban tentang bagaimana benda mati yang menyusun
organisme hidup berinteraksi satu dengan yang lain untuk mempertahankan dan
melangsungkan keadaan hidupnya. Biokimia telah menghasilkan konsep-konsep mendalami
yang mengungkapkan sebagian dari misteri hidup serta berbagai aplikasi praktis dalam
bidang kedokteran, pertanian, ilmu biji, dan industri (Hadioetomo, 1993).
Melalui percobaan uji biokimia ini, praktikan dapat mengetahui beberapa teknik pengujian
secara biokimia yang akan sangat membantu dalam pengidentifikasian mikroorganisme.
Hasil yang diperoleh dalam percobaan selanjutnya akan dicocokan pada literatur (buku
determinan), sehingga akan diketahui jenis dan nama dari mikroorganisme yang diuji tersebut
berdasarkan rekasi-reaksi kimia yang ditimbulkannya dan apakah reaksi tersebut positif atau
negatif.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana cara menguji gula – gula?
2) Bagaimana cara uji indol, MR-VP, dan SC?
3) Bagaimana cara uji TSIA dan LIA?
4) Apa tujuan masing – masing uji tersebut?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui reaksi – reaksi biokimia bakteri, melakukan uji – uji biokimia dan
menganalisis hasil uji biokimia dari biakan kultur bakteri.

1.4 Manfaat
Dengan melakukan praktikum karakterisasi mikroorganisme dengan beberapa uji
biokimia ini kita mendapatkan manfaat sebagaimana kita mengetahui pengocokan hati-hati
dalam menginokulasi suspensi bakteri ke dalam perbenihan gula-gula, kemudian mengetahui
teknik-teknik cara gores dan cara tusuk yang benar, kemudian kita juga dapat mengetahui
pembentukan apa saja yang terjadi pada bakteri yang telah kita inkubasikan selama 24 jam
dengan media dan metode yang telah ditentukan.

Serta manfaatnya yaitu biokimia mempunyai peranan dalam memecahkan masalah


gizi, penyakit-penyakit akibat dari kurang gizi terutama pada anak-anak. Adapun salah satu
penyebab dari kekurangan gizi adalah Asupan Makanan, Infeksi Penyakit. Seperti halnya
yang telah di jelaskan di atas dengan mengetahui reaksi-reaksi apa saja yang terjadi dalam
tubuh kita, kita dapat mengatasi kekurangan gizi dan nantinya kita dapat mengatur makanan
yang akan kita konsumsi sehingga kita memperoleh manfaat dari makanan secara optimal.
Serta kita dapat terbebas dari dampak suatu lingkungan yang tercemar oleh limbah yang
membahayakan kesehatan.

\
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uji biokimia adalah pengujian larutan atau zat-zat kimia dari bahan-bahan dan proses-
proses yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup, sebagai upaya untuk memahami proses
kehidupan dari sisi kimia (Lehninger, 1995).

Biokimia bertujuan untuk memahami bagaimana interaksi biomolekul satu dengan


lainnya yang membawa sifat-sifat kehidupan ini. Belum pernah dalam pengamatan logika
molekul sel hidup, kita menemukan suatu pelanggaran terhadap hukum-hukum yang telah
dikenal, seiring dengan itu pula, kita belum pernah memerlukan pendefinisian hukum baru.
Mesin organik lunak sel hidup berfungsi di dalam kerangka hukum-hukum yang sama
mengatur mesin  buatan manusia. Akan tetapi, reaksi-reaksi kimia dan proses pengaturan sel
telah maju demikian pesat, melampaui kemampuan kerja mesin buatan manusia (Lehninger,
1995).
 
Ciri biokimia merupakan kriteria yang amat penting di dalam identifikasi spesimen
bakteri yang tak dikenal karena secara morfologis biakan ataupun sel bakteri yang berbeda
dapat tampak serupa, tanpa hasil pengamatan fisiologis yang memadai mengenai organik
yang diperiksa maka penentuan spesiesnya tidak mungkin dilakukan. Karakteristik dan
klasifikasi sebagai mikroba seperti bakteri berdasarkan pada reaksi enzimatik ataupun
biokimia. Mikroba dapat tumbuh pada beberapa tipe media memproduksi metabolit tentunya
yang dideteksi dengan interaksi mikroba dengan reagen test yang mana menghasilkan
perubahan warna reagen (Murray, 2005).

Uji fisiologi bisanya identik dengan uji biokimia. Uji biokimia yang biasanya dipakai
dalam kegiatan identifikasi bakteri atau mikroorganisme yang antara lain uji katalase,
koagulase, dan lain-lain. Pengujian biokimia merupakan salah satu hal yang sangat penting
dalam dunia mikrobiologi (Lim, 1998).

Uji-uji biokimia yang biasanya dipakai dalam kegiatan identifikasi bakteri atau
mikroorganisme yaitu antara lain adalah uji MR-VP, uji gula-gula, uji SIM, Uji TSIA, Uji
Indol, dan Uji Simmons Citrate (Dwidjoseputro, 1954).

Berikut beberapa uji Biokimia yang digunakan untuk identifikasi bakteri antara lain:
a. Indol
Media ini biasanya digunakan dalam indetifikasi yang cepat. Hasil uji indol yang
diperoleh negatif karena tidak terbentuk lapisan (cincin) berwarna merah muda pada
permukaan biakan, artinya bakteri ini tidak membentuk indol dari tryptopan sebagai
sumber karbon, yang dapat diketahui dengan menambahkan larutan kovaks. Asam amino
triptofan merupakan komponen asam amino yang lazim terdapat pada protein, sehingga
asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme akibat penguraian
protein.

b. MR-VP
1. Uji MR dengan hasil positif, terjadi perubahan warna menjadi merah setelah
ditambahkan methyl red. Artinya, bakteri ini mengahasilkan asam campuran (metilen
glikon) dari proses fermentasi glukosa yang terkandung dalam medium MR-VP.
Terbentuknya asam campuran pada media akan menurunkan pH sampai 5,0 atau kurang,
oleh karena itu bila indikator metil ditambahkan pada biakan tersebut dengan pH
serendah itu maka indikator tersebut menjadi merah. Hal ini menandakan bahwa bakteri
ini peragi asam campuran.

2. Uji VP dengan hasil negatif, karena tidak terbentuk warna merah pada medium
setelah ditambahkan α-napthol dan KOH, artinya hasil akhir fermentasi bakteri ini bukan
asetil metil karbinol (asetolin) (Anonim2, 2008).
Uji katalase merupakan suatu pengujian terhadap bakteri tertentu untuk mengetahui
apakah bakteri tersebut merupakan bakteri aerob, anaerob fakultatif, atau anaerob obligat.
Bakteri yang memerlukan oksigen manghasilkan hidrogen peroksida (H2O2) yang
sebenarnya beracun bagi bakteri sendiri. Namun mereka dapat tetap hidup dengan adanya
antimetabolit tersebut karena mereka menghasilkan enzim katalase yang dapat mengubah
hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen dengan reaksi sebagai berikut :
2H2O 2H2O + O2
(Volk dan Wheeler, 1993).

Bakteri memiliki berbagai aktivitas biokimia (pertumbuhan dan perbanyakan) dengan


menggunakan raw material (nutrisi) yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya.
Transformasi biokimia dapat timbul di dalam dan di luar dari bakteri yang diatur oleh
katalis biologis yang dikenal sebagai enzim. Setiap bakteri memiliki kemampuan dalam
menggunakan enzim yang dimilikinya untuk degradasi karbohidrat, lemak, protein, dan
asam amino. Metabolisme atau penggunaan dari molekul organik ini biasanya
menghasilkan produk yang dapat digunakan untuk identifikasi dan karakterisasi bakteri
(Maisyah, 2009).

BAB III
METODOLOGI

3. 1 Alat dan Bahan


 Alat
1) Tabung Reaksi
2) Tabung Durham
3) Rak Tabung
4) Jarum Ose
5) Ose Tusuk
6) Pembakar Bunsen
7) Pipet Tetes

 Bahan
1) Kultur E.coli
2) S.aureus
3) S.typhii
4) B.subtilis
5) K.pneumoniae
6) Media karbohidrat (glukosa, laktosa, maltosa, manitol, sakarosa)
7) Media indol
8) Media MRVP
9) Media agar simmons citrate
10) Media TSIA
11) Media LIA
12) Kovac’s
13) Merah metil
14) Barrits A
15) Barrits B
16) Medium pati dalam cawan agar
17) Larutan iodium

3. 2 Prosedur Kerja
 Cara kerja uji kemampuan memfermentasi karbohidrat
1) Diambil 1 ose kultur bakteri dari biakan agar miring.
2) Diinokulasikan ke dalam masing – masing media cair yang telah diisi tabung
durham yaitu laktosa, maltosa, glukosa, sukrosa, dan manitol phenol red.
3) Diinkubasi selama 18 – 24 jam pada suhu 35 – 37oC.
4) Diamati hasil inkubasi berupa ada atau tidaknya pembentukan asam yang
ditunjukkan dengan perubahan warna media dari merah menjadi kuning dan
ada atau tidaknya pembentukan gas berupa gelembung pada tabung durham.

 Cara kerja uji indol


1) Diinokulasikan 1 ose suspensi kultur bakteri yang diuji ke dalam media indol.
2) Diinkubasi selama 18 – 24 jam pada suhu 35 – 37oC.
3) Setelah diinkubasi, diteteskan pereaksi kovac’s sebanyak 6 – 8 tetes. Hasil
positif jika terbentuk lapisan cincin berwarna merah ceri pada permukaan
media.

 Cara kerja uji metil merah & voges-proskauer


1) Diinokulasikan 1 ose suspensi kultur bakteri ke dalam media MR-VP.
2) Diinkubasi selama 18 – 24 jam pada suhu 35 – 37oC.
3) Setelah diinkubasi, tuangkan 1/3 bagian kedalam tabung reaksi steril.
4) Diteteskan pereaksi merah metil 6 – 8 tetes ke dalam tabung yang berisi 2/3
perbenihan. Diamati hasilnya (merah = positif, kuning = negatif)
5) Untuk voges-proskauer, diteteskan pereaksi barrits A 12 tetes dan pereaksi
barrits B 4 tetes ke dalam tabung yang berisi 1/3 bagian perbenihan.
Homogenkan, biarkan selama 15 menit. (merah = positif).

 Cara kerja uji simmons citrate


1) Diinokulasikan 1 ose suspensi biakan bakteri yang diuji ke dalam media agar
simmons citrate. Dengan teknik gores.
2) Diinkubasi selama 18 – 24 jam pada suhu 35 – 37oC.
3) Diamati hasil yang terjadi (warna biru = positif).

 Cara kerja uji TSIA


1) Diinokulasikan bakteri dari suspensi bakteri yang telah disediakan sebanyak 1
ose dengan cara digores dan ditusuk pada media agar miring TSIA.
2) Diinkubasi selama 18 – 24 jam pada suhu 35 – 37oC.
3) Diamati hasil inkubasi berupa perubahan warna dan ada / tidaknya
pembentukan gas dan endapan hitam fero sulfida di daerah tusukan dan
lereng.

 Cara kerja uji LIA


1) Diinokulasikan bakteri dari suspensi bakteri yag telah disediakan sebanyak 1
ose dengan cara digores dan ditusuk pada media agar miring LIA.
2) Diinkubasi selama 18 – 24 jam pada suhu 35 – 37oC.
3) Diamati hasil inkubasi (ungu = positif, coklat = negatif)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
 Uji gula – gula
Glukosa Maltosa Sakarosa Sukrosa Manitol

A B A B A B A B A B
Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah

Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif

 Uji indol, MR, VP, SC


Indol Metil Red Voges-Proskauer Simmons Citrate
Kuning → Kuning → Kuning Kuning → Merah Hijau → Hijau
Membentuk cincin
+ - + -
Positif Negatif Positif Negatif

 Uji TSIA
Lereng A B G H2S Tusukan A B G H2S
TSIA Coklat Coklat Tidak Tidak TSIA (-) (-) Tida Tidak
muda muda ada ada H2S k ada ada
gas (-) (-) gas H2S
(-) (-)

 Uji LIA
A B
Coklat tua Coklat tua
(-) Negatif

4. 2 Pembahasan
Nama : Mira Arrum Puspa
NPM : 2015130045
Tanggal Praktikum : 13 Mei 2016
Pada praktikum uji gula – gula, indol, MR-VP, SC, TSIA dan LIA yang telaj saya
lakukan dapat ditemukan pada uji gula – gula yang saya lakukan, pada kelima karbohidrat
yaitu sukrosa, sakarosa, maltosa, glukosa dan manitol memiliki warna yang sama yaitu merah
maupun sebelum dan sesudah diinkubasi dalam inkubator artinya (-) negatif. Atau tidak
adanya pembentukan asam dan tidak adanya gas pada tabung durham.
Pada uji indol setelah diinkubasi, ditetesi pelarut kovac’s 6 – 8 tetes dan membentuk
cincin dan hasilnya (+) positif.
Pada uji MR setelah diinkubasi, kemudian ditetesi metil merah dan warna sebelum
dan sesudah ditetesi memiliki warna yang sama yaitu kuning maka hasilnya (-) negatif.
Pada uji VP setelah diinkubasi ditetesi barrits A dan barrits B yang memiliki warna
sebelumnya kuning setelah ditetesi menjadi warna merah maka hasilnya (+) positif.
Pada uji simmons citrate, memiliki warna yang sama pada saat sebelum diinkubasi
dan sesudah yaitu warna hijau maka hasilnya (-) negatif.
Pada uji TSIA, warna sebelum dan sesudah inkubasi sama yaitu coklat muda dan
setelah diinkubasi tidak adanya gas dan warna fero atau hitam H2S, maka hasilnya (-) negatif.
Pada uji LIA, memiliki warna sebelum dan sesudah inkubasi sama yaitu coklat tua,
maka hasilnya (-) negatif.

Nama : Mita Rifdayanti


NPM : 2015130046
Tanggal Praktikum : 13 Mei 2016
Pada uji IMVIC, setelah diinkubasi perbenihan diberi pereaksi tertentu. Pada uji indol,
perbenihan ditambah pereaksi Kovacks sebanyak 8 tetes. Bakteri yang kami uji adalah
bakteri Basillus subtilis didapat reaksi indol negative karena setelah ditambah pereaksi tidak
tebentuk lapisan cincin merah. Pada bakteri Escherichia coli didapat reaksi indol negative
karena setelah ditambah pereaksi tidak tebentuk lapisan cincin merah. Begitupun pada bakteri
lainnya seperti Salmonella typhii , Klabsiella pneumonia dan
Staphyllococcus aureus.
    
                Pada uji MR, perbenihan ditambah pereaksi Metil Merah sebanyak 4 tetes. Untuk
bakteri Basillus subtilis didapat reaksi negative karena tidak terjadi perubahan warna merah
pada media, tetapi tetap kuning. Begitupun dengan bakteri Salmonella typhii , Klabsiella
pneumonia, dan Escherichia coli. Pada bakteri Staphyllococcus aureus, terjadi reaksi positif
yang di tandai terjadi perubahan warna menjadi merah pada madia.

             Pada uji Voges-Proskauer, , perbenihan ditambah pereaksi KOH 4 tetes dan alfa-
naftol 12 tetes. Pada bakteri Basillus subtilis terjadi reaksi negative ditandai dengan tidak
terbentuknya warna merah pada media. Begitupun pada bakteri Klabsiella pneumonia,
Escherichia coli, dan Staphyllococcus aureus. Pada bakteri Salmonella Typhii terjadi reaksi
positif ditandai dengan terbentuknya warna merah pada media.

          Pada uji Simmon’s citrate, bakteri Basillus subtilis, Escherichia coli san
Staphyllococcus aureus terjadi reaksi negative karena warna perbenihan tetap hijau.
Sedangkan pada bakteri Salmonella Typhii dan Klabsiella pneumonia terjadi reaksi positif
yang ditandai perubahan warna pada media perbenihan menjadi warna biru. 

         Pada uji TSIA, bakteri Basillus subtilis, Klabsiella pneumonia, Escherichia coli,
Salmonella typhii dan Staphyllococcus aureus terjadi pembentukan asam yang ditandai
dengan perubahan media yang semula berwarna jingga menjadi kuning pada lereng.
Pembentukan basa terjadi pada bakteri Escherichia coli, Salmonella typhii dan
Staphyllococcus aureus karena perbenihan menjadi warna merah. Sedangkan pada bakteri
Basillus subtilis, dan Klabsiella pneumonia tidak terjadi pembentukan basa pada lereng. 
           Pada Uji TSIA pada tusukan, bakteri Basillus subtilis, Klabsiella pneumonia,
Escherichiacoli, dan Staphyllococcus aureus terjadi pembentukan asam . sedangkan bakteri
Salmonella typhii tidak terjadi pembentukan asam. Pada bakteri Escherichia coli, Salmonella
typhii dan Staphyllococcus aureus terjadi pembentukan basa , sedangkan pada bakteri
Basillus subtilis, dan Klabsiella pneumonia tidak terjadi pembentukan basa. Pada bakteri
Basillus subtilis, Klabsiella pneumonia, Escherichia coli, dan Staphyllococcus aureus terjadi
tidak terjadi pembentukan gas karena tidak adanya pecahan agar di daerah tusukan,
sedangkan pada bakteri Salmonella typhii terjadi pembentukan gas karena adanya pecahan
agar di daerah tusukan dan terbentuk endapan hitam fero sulfide (FeS) di daerah tusukan
yang menunjukkan bahwa gas yang di hasilkan adalah.

        Pada uji LIA bakteri Basillus subtilis, Klabsiella pneumonia, Escherichia coli,
Salmonella typhii dan Staphyllococcus aureus terjadi reaksi positif yang ditandai dengan
terjadinya perubahan warna perbenihan dari coklat menjadi ungu pada lereng dan tusukan
juga tidak terjadi pembentukan gas.

Nama : Putri Kartikasari


NPM : 2015130059
Tanggal Praktikum : 13 Mei 2016
Dari hasil percobaan dan pengamatan yang telah saya lakukan dapat diuraikan bahwa
pada Uji gula-gula yang digunakan untuk melihat adanya pembentukan asam menunjukkan
hasil yang negatif dikarenakan pada media yang mengandung laktosa, maltose, sukrosa,
glukosa dan manitol tidak menunjukkan perubahan warna, media tersebut tetap berwarna
merah, seharusnya setelah direaksikan dengan indicator merah fenol atau biru bromtimol
media tersebut akan berubah warna menjadi kuning. Indol yang digunakan untuk melihat
kemampuan bakteri mendegradasai asam amino triptofan secara enzimatik menunjukkan
hasil yang positif ditandai dengan adanya lapisan cicin berwarna merah ceri. Pada Uji
Methyl-Red yang digunakan untuk mendeteksi bakteri yang memiliki kemampuan untuk
mengoksidasi glukosa menunjukkan hasil yang negatif karena media tidak berubah warna,
media tersebut tetap berwarna kuning, seharusnya setelah media direaksikan dengan indicator
merah metil media tersebut akan berubah warna menjadi merah. Pada Uji Voges-Proskauer
yang digunakan untuk melihat kemampuan organisme untuk memproduksi hasil akhir yang
bersifat netral menunjukkan hasil yang positif ditandai dengan berubahnya warna media yang
sebelumnya berwarna kuning berubah menjadi warna merah. Pada Uji Simmon’s Citrate yang
digunakan untuk melihat kemampuan organisme enteric berdasarkan kemampuan
memfermentasi sitrat sebagai sumber carbon menunjukkan hasil yang negatif sebab media
tidak berubah warna, media tersebut tetap berwarna hijau, seharusnya setelah media
direaksikan dengan indicator biro bromtimol media tersebut akan berubah warna menjadi
biru. Pada Uji TSIA yang digunakan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
memfermentasi gula-gula dan disertai dengan timbulnya gas menunjukkan hasil yang negatif
sebab media tidak berubah warna dan tidak timbul gas serta tidak terbentuk endapan hitam
fero sulfida. Pada Uji LIA yang digunakan untuk mengetahui kemampuan mikroba dalam
mendekarboksilasi lisin kadaverin menunjukkan hasil yang negatif karena media tidak
berubah warna, media tersebut tetap berwarna coklat, seharusnya setelah media direaksikan
dengan indicator bromkresol ungu media tersebut akan berubah warna menjadi ungu dan
timbul adanya gas.
Nama : Muhammad Adnan Ammar
NPM : 2015130045
Tanggal Praktikum : 13 Mei 2016
Pada uji IMVIC, setelah diinkubasi perbenihan diberi pereaksi tertentu. Pada uji indol,
perbenihan ditambah pereaksi Kovacks sebanyak 8 tetes. Bakteri yang kami uji adalah
bakteri Basillus subtilis didapat reaksi indol negative karena setelah ditambah pereaksi tidak
tebentuk lapisan cincin merah. Pada bakteri Escherichia coli didapat reaksi indol negative
karena setelah ditambah pereaksi tidak tebentuk lapisan cincin merah. Begitupun pada bakteri
lainnya seperti Salmonella typhii , Klabsiella pneumonia dan Staphyllococcus aureus.
Pada uji MR, perbenihan ditambah pereaksi Metil Merah sebanyak 4 tetes. Untuk bakteri
Basillus subtilis didapat reaksi negative karena tidak terjadi perubahan warna merah pada
media, tetapi tetap kuning. Begitupun dengan bakteri Salmonella typhii , Klabsiella
pneumonia, dan Escherichia coli. Pada bakteri Staphyllococcus aureus, terjadi reaksi positif
yang ditandai terjadi perubahan warna menjadi merah pada media.
Pada uji VP, perbenihan ditambah pereaksi KOH 4 tetes dan α-naftol 12 tetes. Pada
bakteri Basillus subtilis terjadi reaksi negative ditandai dengan tidak terbentuknya warna
merah pada media. Begitupun pada bakteri Klabsiella pneumonia, Escherichia coli, dan
Staphyllococcus aureus. Pada bakteri Salmonella Typhii terjadi reaksi positif ditandai dengan
terbentuknya warna merah pada media.
Pada uji Simmon’s citrate, bakteri Basillus subtilis, Escherichia coli san Staphyllococcus
aureus terjadi reaksi negative karena warna perbenihan tetap hijau. Sedangkan pada bakteri
Salmonella Typhii dan Klabsiella pneumonia terjadi reaksi positif yang ditandai perubahan
warna pada media perbenihan menjadi warna biru.
Pada uji TSIA, bakteri Basillus subtilis, Klabsiella pneumonia, Escherichia coli,
Salmonella typhii dan Staphyllococcus aureus terjadi pembentukan asam yang ditandai
dengan perubahan media yang semula berwarna jingga menjadi kuning pada lereng.
Pembentukan basa terjadi pada bakteri Escherichia coli, Salmonella typhii dan
Staphyllococcus aureus karena perbenihan menjadi warna merah. Sedangkan pada bakteri
Basillus subtilis, dan Klabsiella pneumonia tidak terjadi pembentukan basa pada lereng.
Uji TSIA pada tusukan, bakteri Basillus subtilis, Klabsiella pneumonia, Escherichia coli,
dan Staphyllococcus aureus terjadi pembentukan asam . sedangkan bakteri Salmonella typhii
tidak terjadi pembentukan asam. Pada bakteri Escherichia coli, Salmonella typhii dan
Staphyllococcus aureus terjadi pembentukan basa , sedangkan pada bakteri Basillus subtilis,
dan Klabsiella pneumonia tidak terjadi pembentukan basa. Pada bakteri Basillus subtilis,
Klabsiella pneumonia, Escherichia coli, dan Staphyllococcus aureus terjadi tidak terjadi
pembentukan gas karena tidak adanya pecahan agar di daerah tusukan, sedangkan pada
bakteri Salmonella typhii terjadi pembentukan gas karena adanya pecahan agar di daerah
tusukan dan terbentuk endapan hitam fero sulfide (FeS) di daerah tusukan yang menunjukkan
bahwa gas yang dihasilkan adalah .
Pada uji LIA bakteri Basillus subtilis, Klabsiella pneumonia, Escherichia coli, Salmonella
typhii dan Staphyllococcus aureus terjadi reaksi positif yang ditandai dengan terjadinya
perubahan warna perbenihan dari coklat menjadi ungu pada lereng dan tusukan juga tidak
terjadi pembentukan gas.
Jika pada tabel tersebut terdapat kesalahan dan hal lainnya mungkin karena saat
melakukan percobaan tersebut tidak terlalu benar jadi menmberikan dampak ke hasil yang
didapatkan juga tidak benar, maka dari itu jika melakukan suatu percobaan haruslah
mengikuti langkah-langkah yang telah ditentukan dan juga semuanya harus serba steril
karena kita ini melakukan penelitian terhadap bakteri atau mikroba-mikroba.

BAB V
PENUTUP

5. 1 Kesimpulan
Nama : Mira Arrum Puspa
NPM : 2015130045
Tanggal Praktikum : 13 Mei 2016
1) Pada semua uji gula – gula tidak terjadi pembentukan asam.
2) Pada uji indol setelah ditetesi kovac’s terbentuk cincin.
3) Pada uji voges proskauer memiliki hasil positif dengan perubahan warna kuning
menjadi merah.
4) Pada uji MR, SC, TSIA dan LIA memiliki hasil yang negatif.

Nama : Mita Rifdayanti


NPM : 2015130046
Tanggal Praktikum : 13 Mei 2016
Kesimpulan yang kita dapatkan pada percobaan kali ini adalah, metode yang kita
gunakan yaitu uji fermentasi karbohidrat (gula-gula) , Uji IMVIC (Indol, Methyl Red, Voges-
Preskauer, Simmon’s Citrate) , uji TSIA (Triple Sugar Ion Agar) , dan uji LIA (Lysine Iron
Agar). Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa bakteri Basillus subtilis pada
perbenihan gula-gula terjadi pembentukan asam pada semua media (glukosa, laktosa,
maltose, mannitol, sakarosa) dan tidak terjadi pembentukan gas. Pada perbenihan IMVIC, uji
indol bakteri Basillus subtilis terjadi reaksi indol negative, begitupun pada uji MM, uji VP
dan uji Simmon’s Citrate. Pada uji TSIA, bakteri Basillus subtilis pada lereng dan tusukan
terjadi pembentukan asam tetapi tidak terjadi pembentukan basa, pembentukan gas, juga
pembentukan gas . Pada uji LIA, bakteri Basillus subtilis terjadi reaksi reaksi positif pada
lereng dan tusukan perbenihan tetapi tidak terjadi pembentukan gas juga pembentukan gas
pada tusukan perbenihan agar LIA.

Nama : Putri Kartikasari


NPM : 2015130059
Tanggal Praktikum : 13 Mei 2016
1) Hasil yang telah saya peroleh ketika praktikum masih banyak yang negative
2) Lebih teliti dan lebih aseptic ketika melakukan pekerjaan
3) Sebagian besar mikroorganisme memperoleh energy dari substrat berupa karbohidrat
yang selanjutnya difermentasi menghasilkan asam-asam organic.
4) Serangkaian reaksi-reaksi biokimia mikroba dapat mencerminkan aktivitas
metabolism enzimatik mikrobanya.
5) Uji biokimiawi mikroba meliputi reaksi oksidasi (fermentasi gula, asam, butandiol,
produksi katalase, reduksi nitrat dan uji oksidase), reaksi hidrolisis (hidrolisis
triptofan, urea dan pati), uji Sitrat Simmons, uji hemolisa dan uji koagulasi.
Nama : Muhammad Adnan Ammar
NPM : 2015130045
Tanggal Praktikum : 13 Mei 2016
Kesimpulan yang kita dapatkan pada percobaan kali ini adalah, metode yang kita
gunakan yaitu uji fermentasi karbohidrat (gula-gula) , Uji IMVIC (Indol, Methyl Red, Voges-
Preskauer, Simmon’s Citrate) , uji TSIA (Triple Sugar Ion Agar) , dan uji LIA (Lysine Iron
Agar). Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa bakteri Basillus subtilis pada
perbenihan gula-gula terjadi pembentukan asam pada semua media (glukosa, laktosa,
maltose, mannitol, sakarosa) dan tidak terjadi pembentukan gas. Pada perbenihan IMVIC, uji
indol bakteri Basillus subtilis terjadi reaksi indol negative, begitupun pada uji MM, uji VP
dan uji Simmon’s Citrate. Pada uji TSIA, bakteri Basillus subtilis pada lereng dan tusukan
terjadi pembentukan asam tetapi tidak terjadi pembentukan basa, pembentukan gas, juga
pembentukan gas . Pada uji LIA, bakteri Basillus subtilis terjadi reaksi reaksi positif pada
lereng dan tusukan perbenihan tetapi tidak terjadi pembentukan gas juga pembentukan gas
pada tusukan perbenihan agar LIA.

5.2 Saran
Kepada praktikan, agar memperhatikan dan memahami semua langkah – langkah serta
bekerja dengan teknik yang tepat saat praktikum agar tercapainya hasil yang diinginkan atau
sebagaimana harusnya.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 1980. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan. Surabaya


Hadioetomo, R.S. 1993. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi. Gramedia.
Jakarta

Lehninger, A.L. 1985. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Erlangga. Jakarta

Pelczar, Michael J. dan E.C.S Chan. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta

Stryer, L. 2000. Biokimia Vol 2 Edisi 4. EGC. Jakarta.

Volk & Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar Jilid 1. Erlangga. Jakarta

Dwidjoseputro. 1954. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Malang

Hadioetomo. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika, Jakarta.


  
Murray. 2005. Buku Ajar Mikrobiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
  
Volk and Wheleer. 1993. Analisis Praktikum Mikrobiologi Umum untuk Perguruan Tinggi.
UGM Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai