PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Biokimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang senyawa-senyawa yang ada di
dalam sistem hidup, penyusunan senyawa-senyawa tersebut ke dalam sel-sel dan interaksi
kimia yang terjadi. Sel-sel pada makhluk hidup tersusun dari biomolekul. Untuk dapat
mempertahankan hidup, sel-sel mengalami metabolisme (reaksi pada sel). Dalam
metabolisme, sel menyerap energi dari makanan atau nutrisinya, energi ini digunakan untuk
membentuk biomolekul penyusun sel.
Karakterisasi dan klasifikasi sebagian besar mikroba seperti bakteri berdasarkan pada
reaksi enzimatik ataupun biokimia. Mikroba dapat tumbuh pada beberapa tipe media,
memproduksi tipe metabolit tertentu yang di deteksidengan interaksi mikroba dengan reagen
tes yang menghasilkan warna reagen. Reaksi-reaksi dalam sel akan teridentifikasi dengan
melakukan pengujian-pengujian tertentu. Sel akan memberikan respon sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya, misalnya menghasilkan enzim katalase, enzim gelatinase atau
kemamupuan untuuk menghidrolisis lemak.
Secara morfologis, biakan maupun sel bakteri yang berbeda dapat tampak serupa.
Karena itu ciri fisiologis atau biokimiawi merupakan kriteria yang amat penting di dalam
identifikasi spesimen yang tidak dikenal. Tanpa hasil pengamatan fisiologis yang memadai
mengenai organisme yang diperiksa maka penentuan spesiesnya tidaklah mungkin dilakukan.
Uji fisiologis biasanya identik dengan uji biokimia. Uji-uji biokimia yang biasanya dipakai
dalam kegiatan identifikasi bakteri atau mikroorganisme yaitu antara lan uji koagulase, uji
katalase, uji nitrit, hidrolisis gelatin, uji hidrogen sulfida (H2S) dan lain-lain. Pengujian
biokimia merupakan salah satu hal yang sangat penting di dalam dunia mikrobiologi (Lim,
1998).
Biokimia adalah ilmu mengenai dasar molekuler kehidupan. Tujuan utama dari
biokimia adalah untuk mencari jawaban tentang bagaimana benda mati yang menyusun
organisme hidup berinteraksi satu dengan yang lain untuk mempertahankan dan
melangsungkan keadaan hidupnya. Biokimia telah menghasilkan konsep-konsep mendalami
yang mengungkapkan sebagian dari misteri hidup serta berbagai aplikasi praktis dalam
bidang kedokteran, pertanian, ilmu biji, dan industri (Hadioetomo, 1993).
Melalui percobaan uji biokimia ini, praktikan dapat mengetahui beberapa teknik pengujian
secara biokimia yang akan sangat membantu dalam pengidentifikasian mikroorganisme.
Hasil yang diperoleh dalam percobaan selanjutnya akan dicocokan pada literatur (buku
determinan), sehingga akan diketahui jenis dan nama dari mikroorganisme yang diuji tersebut
berdasarkan rekasi-reaksi kimia yang ditimbulkannya dan apakah reaksi tersebut positif atau
negatif.
1.4 Manfaat
Dengan melakukan praktikum karakterisasi mikroorganisme dengan beberapa uji
biokimia ini kita mendapatkan manfaat sebagaimana kita mengetahui pengocokan hati-hati
dalam menginokulasi suspensi bakteri ke dalam perbenihan gula-gula, kemudian mengetahui
teknik-teknik cara gores dan cara tusuk yang benar, kemudian kita juga dapat mengetahui
pembentukan apa saja yang terjadi pada bakteri yang telah kita inkubasikan selama 24 jam
dengan media dan metode yang telah ditentukan.
\
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uji biokimia adalah pengujian larutan atau zat-zat kimia dari bahan-bahan dan proses-
proses yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup, sebagai upaya untuk memahami proses
kehidupan dari sisi kimia (Lehninger, 1995).
Uji fisiologi bisanya identik dengan uji biokimia. Uji biokimia yang biasanya dipakai
dalam kegiatan identifikasi bakteri atau mikroorganisme yang antara lain uji katalase,
koagulase, dan lain-lain. Pengujian biokimia merupakan salah satu hal yang sangat penting
dalam dunia mikrobiologi (Lim, 1998).
Uji-uji biokimia yang biasanya dipakai dalam kegiatan identifikasi bakteri atau
mikroorganisme yaitu antara lain adalah uji MR-VP, uji gula-gula, uji SIM, Uji TSIA, Uji
Indol, dan Uji Simmons Citrate (Dwidjoseputro, 1954).
Berikut beberapa uji Biokimia yang digunakan untuk identifikasi bakteri antara lain:
a. Indol
Media ini biasanya digunakan dalam indetifikasi yang cepat. Hasil uji indol yang
diperoleh negatif karena tidak terbentuk lapisan (cincin) berwarna merah muda pada
permukaan biakan, artinya bakteri ini tidak membentuk indol dari tryptopan sebagai
sumber karbon, yang dapat diketahui dengan menambahkan larutan kovaks. Asam amino
triptofan merupakan komponen asam amino yang lazim terdapat pada protein, sehingga
asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme akibat penguraian
protein.
b. MR-VP
1. Uji MR dengan hasil positif, terjadi perubahan warna menjadi merah setelah
ditambahkan methyl red. Artinya, bakteri ini mengahasilkan asam campuran (metilen
glikon) dari proses fermentasi glukosa yang terkandung dalam medium MR-VP.
Terbentuknya asam campuran pada media akan menurunkan pH sampai 5,0 atau kurang,
oleh karena itu bila indikator metil ditambahkan pada biakan tersebut dengan pH
serendah itu maka indikator tersebut menjadi merah. Hal ini menandakan bahwa bakteri
ini peragi asam campuran.
2. Uji VP dengan hasil negatif, karena tidak terbentuk warna merah pada medium
setelah ditambahkan α-napthol dan KOH, artinya hasil akhir fermentasi bakteri ini bukan
asetil metil karbinol (asetolin) (Anonim2, 2008).
Uji katalase merupakan suatu pengujian terhadap bakteri tertentu untuk mengetahui
apakah bakteri tersebut merupakan bakteri aerob, anaerob fakultatif, atau anaerob obligat.
Bakteri yang memerlukan oksigen manghasilkan hidrogen peroksida (H2O2) yang
sebenarnya beracun bagi bakteri sendiri. Namun mereka dapat tetap hidup dengan adanya
antimetabolit tersebut karena mereka menghasilkan enzim katalase yang dapat mengubah
hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen dengan reaksi sebagai berikut :
2H2O 2H2O + O2
(Volk dan Wheeler, 1993).
BAB III
METODOLOGI
Bahan
1) Kultur E.coli
2) S.aureus
3) S.typhii
4) B.subtilis
5) K.pneumoniae
6) Media karbohidrat (glukosa, laktosa, maltosa, manitol, sakarosa)
7) Media indol
8) Media MRVP
9) Media agar simmons citrate
10) Media TSIA
11) Media LIA
12) Kovac’s
13) Merah metil
14) Barrits A
15) Barrits B
16) Medium pati dalam cawan agar
17) Larutan iodium
3. 2 Prosedur Kerja
Cara kerja uji kemampuan memfermentasi karbohidrat
1) Diambil 1 ose kultur bakteri dari biakan agar miring.
2) Diinokulasikan ke dalam masing – masing media cair yang telah diisi tabung
durham yaitu laktosa, maltosa, glukosa, sukrosa, dan manitol phenol red.
3) Diinkubasi selama 18 – 24 jam pada suhu 35 – 37oC.
4) Diamati hasil inkubasi berupa ada atau tidaknya pembentukan asam yang
ditunjukkan dengan perubahan warna media dari merah menjadi kuning dan
ada atau tidaknya pembentukan gas berupa gelembung pada tabung durham.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
Uji gula – gula
Glukosa Maltosa Sakarosa Sukrosa Manitol
A B A B A B A B A B
Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
Uji TSIA
Lereng A B G H2S Tusukan A B G H2S
TSIA Coklat Coklat Tidak Tidak TSIA (-) (-) Tida Tidak
muda muda ada ada H2S k ada ada
gas (-) (-) gas H2S
(-) (-)
Uji LIA
A B
Coklat tua Coklat tua
(-) Negatif
4. 2 Pembahasan
Nama : Mira Arrum Puspa
NPM : 2015130045
Tanggal Praktikum : 13 Mei 2016
Pada praktikum uji gula – gula, indol, MR-VP, SC, TSIA dan LIA yang telaj saya
lakukan dapat ditemukan pada uji gula – gula yang saya lakukan, pada kelima karbohidrat
yaitu sukrosa, sakarosa, maltosa, glukosa dan manitol memiliki warna yang sama yaitu merah
maupun sebelum dan sesudah diinkubasi dalam inkubator artinya (-) negatif. Atau tidak
adanya pembentukan asam dan tidak adanya gas pada tabung durham.
Pada uji indol setelah diinkubasi, ditetesi pelarut kovac’s 6 – 8 tetes dan membentuk
cincin dan hasilnya (+) positif.
Pada uji MR setelah diinkubasi, kemudian ditetesi metil merah dan warna sebelum
dan sesudah ditetesi memiliki warna yang sama yaitu kuning maka hasilnya (-) negatif.
Pada uji VP setelah diinkubasi ditetesi barrits A dan barrits B yang memiliki warna
sebelumnya kuning setelah ditetesi menjadi warna merah maka hasilnya (+) positif.
Pada uji simmons citrate, memiliki warna yang sama pada saat sebelum diinkubasi
dan sesudah yaitu warna hijau maka hasilnya (-) negatif.
Pada uji TSIA, warna sebelum dan sesudah inkubasi sama yaitu coklat muda dan
setelah diinkubasi tidak adanya gas dan warna fero atau hitam H2S, maka hasilnya (-) negatif.
Pada uji LIA, memiliki warna sebelum dan sesudah inkubasi sama yaitu coklat tua,
maka hasilnya (-) negatif.
Pada uji Voges-Proskauer, , perbenihan ditambah pereaksi KOH 4 tetes dan alfa-
naftol 12 tetes. Pada bakteri Basillus subtilis terjadi reaksi negative ditandai dengan tidak
terbentuknya warna merah pada media. Begitupun pada bakteri Klabsiella pneumonia,
Escherichia coli, dan Staphyllococcus aureus. Pada bakteri Salmonella Typhii terjadi reaksi
positif ditandai dengan terbentuknya warna merah pada media.
Pada uji Simmon’s citrate, bakteri Basillus subtilis, Escherichia coli san
Staphyllococcus aureus terjadi reaksi negative karena warna perbenihan tetap hijau.
Sedangkan pada bakteri Salmonella Typhii dan Klabsiella pneumonia terjadi reaksi positif
yang ditandai perubahan warna pada media perbenihan menjadi warna biru.
Pada uji TSIA, bakteri Basillus subtilis, Klabsiella pneumonia, Escherichia coli,
Salmonella typhii dan Staphyllococcus aureus terjadi pembentukan asam yang ditandai
dengan perubahan media yang semula berwarna jingga menjadi kuning pada lereng.
Pembentukan basa terjadi pada bakteri Escherichia coli, Salmonella typhii dan
Staphyllococcus aureus karena perbenihan menjadi warna merah. Sedangkan pada bakteri
Basillus subtilis, dan Klabsiella pneumonia tidak terjadi pembentukan basa pada lereng.
Pada Uji TSIA pada tusukan, bakteri Basillus subtilis, Klabsiella pneumonia,
Escherichiacoli, dan Staphyllococcus aureus terjadi pembentukan asam . sedangkan bakteri
Salmonella typhii tidak terjadi pembentukan asam. Pada bakteri Escherichia coli, Salmonella
typhii dan Staphyllococcus aureus terjadi pembentukan basa , sedangkan pada bakteri
Basillus subtilis, dan Klabsiella pneumonia tidak terjadi pembentukan basa. Pada bakteri
Basillus subtilis, Klabsiella pneumonia, Escherichia coli, dan Staphyllococcus aureus terjadi
tidak terjadi pembentukan gas karena tidak adanya pecahan agar di daerah tusukan,
sedangkan pada bakteri Salmonella typhii terjadi pembentukan gas karena adanya pecahan
agar di daerah tusukan dan terbentuk endapan hitam fero sulfide (FeS) di daerah tusukan
yang menunjukkan bahwa gas yang di hasilkan adalah.
Pada uji LIA bakteri Basillus subtilis, Klabsiella pneumonia, Escherichia coli,
Salmonella typhii dan Staphyllococcus aureus terjadi reaksi positif yang ditandai dengan
terjadinya perubahan warna perbenihan dari coklat menjadi ungu pada lereng dan tusukan
juga tidak terjadi pembentukan gas.
BAB V
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
Nama : Mira Arrum Puspa
NPM : 2015130045
Tanggal Praktikum : 13 Mei 2016
1) Pada semua uji gula – gula tidak terjadi pembentukan asam.
2) Pada uji indol setelah ditetesi kovac’s terbentuk cincin.
3) Pada uji voges proskauer memiliki hasil positif dengan perubahan warna kuning
menjadi merah.
4) Pada uji MR, SC, TSIA dan LIA memiliki hasil yang negatif.
5.2 Saran
Kepada praktikan, agar memperhatikan dan memahami semua langkah – langkah serta
bekerja dengan teknik yang tepat saat praktikum agar tercapainya hasil yang diinginkan atau
sebagaimana harusnya.
DAFTAR PUSTAKA
Pelczar, Michael J. dan E.C.S Chan. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta