Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

CIRI CIRI FISIOLOGIS BAKTERI

Rabu, 25 Maret 2015


Kelompok II
Rabu, Pukul 10.00 13.00 WIB

Nama

NPM

Larasati Amarnggana

260110130039

Alifa Nur Zaini

260110130040

Pria Gutama

260110130041

Amelia Suci

260110130042

Nur Alfi Kusumah Dewi

260110130043

Iman Firmansyah

260110130044

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015

Nilai

TTD

Ciri-Ciri Fisiologis Bakteri

I.

Tujuan
Mengamati secara langsung atau tidak langsung produk kegiatan enzimatik
bakteri.

II. Prinsip
1. Pertumbuhan Bakteri
Pertumbuhan bakteri terdiri dari 4 fase, yaitu : Fase lag (Fase
dimana bakteri mengalami masa penyesuaian), Fase log (Fase
pertumbuhan bakteri secara signifikan), Fase stasioner (Fase terjadinya
kompetisi antara bakteri untuk memperoleh nutrisi dari media untuk tetap
hidup), Fase kematian (Fase dimana terjadinya kematian pada bakteri ).
(Dwidjoseputro, 1994).
2. Sifat Fisiologis Bakteri
Bakteri merupakan organisme bersel tunggal dan mampu
bereproduksi sendiri. Bakteri tidak memiliki inti sel. Bakteri terdiri atas
sitoplasma yang dikelilingi oleh sebuah dinding sel yang kaku terbuat dari
peptidoglikan, didalam sitoplasma terdapat materi genetik (DNA maupun
RNA). Bakteri bereproduksi secara aseksual melalui replikasiDNA dan
pembelahan sel sederhana (Corwin, 2008). Pada umumnya bakteri
bersifat tembus cahaya dikarenakan tidak memiliki zat warna (Waluyo,
2007).
3. Inkubasi
Inkubasi yaitu perlakuan terhadap bakteri yang dilakukan pada
suhu optimum untukpertumbuhan bakteri (35C-37C) dan kelembapan
udara yang mengandung CO2sekitar 3-5% (Pelczar, 1986).
4. Tekhnik Aseptis
Pencegahan kontaminasi selama membuat dan mensterilkan
medium kultur (Curtis, 1999).

III. Teori Dasar


Secara morfologis, biakan maupun sel bakteri yang berbeda dapat
tampak serupa.Karena itu ciri fisiologis atau biokimia merupakan kriteria
yang amat penting didalam identifikasi yang spesimen yang tidak
dikenal.Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran
sangat kecil. Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk
melangsungkan

aktivitas

kehidupan

antara

lain

dapat

mengalami

pertumbuhan, menghasilkan enegti dan bereproduksi dengan sendirinya.


Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena
mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang
besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan
memyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi, karena
ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim
yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang ridak diperlukan tidak
akan disimpan dalam bentuk persediaan enzim-enzim tertentu yang
diperlukan untuk pengolahan bahan makanan akan diproduksi bila makanan
tersebut sudah ada (Volk & Wheeler. 1993).
Isolasi dan identifikasi merupakan metode konvensional dalam
pemeriksaan bakteri yang didasarkan pada reaksi biokimia. Oleh karena itu,
dalam isolasi dan identifikasi bakteri diperlukan media yang selektif. Setelah
dilakukan pewarnaan Gram dilanjutkan dengan uji biokimia pada berbagai
media seperti gula. Bakteri yang sudah diisolasi dan diidentifikasi selanjutnya diuji secara serologis untuk menentukan serotipenya. Isolasi dan
identifikasi untuk berbagai jenis bakteri dapat mengikuti metode Cowan
(1984)(Suwito, 2010).
Pemurnian isolat bakteri bertujuan untuk memisahkan hasil inokulas
iyang terdiri dari banyak koloni yang berlainan jenis sehingga didapat koloni
murni pada setiap cawan petri. Koloni bakteri yang diambil untuk
dimurnikan adalah koloni yang dominan. Metode pemurnian yang digunakan
adalah cawan gores dengan modifikasi (Huda,2012).

Penggunaan cawan petri biasanya rawan terkontaminasi bakteri dari


udara

sehingga

pada

penelitian

ini

pemurnian

dilakukan

dengan

menggoreskan bakteri yang akan dimurnikan pada permukaan media miring


dalam tabung reaksi dengan jarum ose. Tabung reaksi dapat ditutup dengan
kapas steril sehingga resiko terkontaminasi oleh bakteri dari udara dapat di
minimalisir.

Hal ini dilakukan terus

sampai diperoleh koloni murni.

Kolonimurni adalah koloni yang memiliki morfologi sama karena berasal


dari pembelahan satu sel. Koloni bakteri dapat dikatakan murni jika kolonikoloni pada ujung strek berbentuk sama. Jika masih terdapat koloni

yang

berbeda pada ujung strek maka dilakukan strek ulang pada setiap kolonikoloni yang berbeda tersebut sampai diperoleh koloni murni (Huda,2012).
Isolat bakteri yang memiliki aktivitas

antibakteri dikarakterisasi

melalui dua tahap yaitu :


1. Pengamatan gram dan motilitas.
2. Uji biokimia.
Pengamatangram dilakukan dengan menggunakan 3% KOH dan uji motilitas
dengan menggunakan water pepton. Uji biokimia yang dilakukan meliputi
uji katalase, oksidase, hidrolisis urea, hidrolisis gelatin, sitrat, fermentasi
karbohidrat dan MR/VP (Huda,2012).
Semua bakteri harus menggunakan sumber energy dari lingkungannya
untuk memproduksi ATP. ATP dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
reproduksinya. Bakteri memproduksi enzim agar dapat mengoksidasi sumber
energy dari ingkungan, namun bagaimanapun sumber energy untuk bakteri
berbeda tergantung dari enzim spesifik yang diproduksi tiap-tiap bakteri
(Irianto, 2006).
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bahwa mikroba seperti
makhluk hidup lainnya memerlukan nutrisi pertumbuhan. Pengetahuan akan
nutrisi pertumbuhan ini akan membantu di dalam mengkultivasi, mengisolasi
dan mengidentifikasi mikroba. Untuk identifikasi dapat dilakukan dengan :

Pemeriksaan biokmia, mendeteksi adanya enzim, protein, atau,


konstituen dinding sel spesifik. Beberapa enzim penting karena dapat
diidentifikasi dengan pemeriksaan cepat atau membantu membedakan
kelompok-kelompok utama bakteri.

Dengan menggunakan antibody yang telah diketahui, dapat dilakukan


identifikasi antigen dalam specimen atau biakan. Pemeriksaan ini
mencakup enzyme immunoassay (EIA atau ELISA), pemeriksaan
presipitin, counterimmunoelectrophoresis (CIE), Western blots, dan
aglutinasi partikel lateks.

Pewarnaan. Pewarnaan Gram merupakan pemeriksaan cepat yang


penting. Banyak tersedia pewarnaan khusus lain yang digunakan untuk
membantu mengidentifikasi (misal, tahan asam dari pewarna antibody
fluoresens).

Gene probe menentukan ada tidaknya suatu sekuens gen tertentu


(misal, gen untuk produksi verotoksin pada sebuah strain E. coli), tetapi
cara ini mungkin memerlukan amplifikasi DNA (Alcamo, 1996).
Mikroba memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di dalam

persyaratan pertumbuhannya. Ada mikroba yang bisa hidup hanya pada


media yang mengandung sulfur dan ada pula yang tidak mampu hidup dan
seterusnya. Karakteristik persyaratan pertumbuhan mikroba inilah yang
menyebabkan bermacam-macamnya media penunjang pertumbuhan mikroba
(Waluyo, 2007).
Bakteri heterotropik umumnya menggunakan karbohidrat sebagai
sumber energy.Banyak bakteri menggunakan glukosa, monosakarida atau
gula sederhana, karena memiliki enzim yang dibutuhkan untuk degradasi dan
oksidasi jenis gula ini. Lebih sedikit bakteri dapat menggunakan karbohidrat
kompleks seperti disakarida (laktosa atau sukrosa) atau polisakarida
(amilum). Disakarida dan polisakarida terdiri dari gula-gula sederhana yag
saling terikat oleh ikatan glikosida, karena itu bakteri harus menghasilkan
enzim yang dapat memutuskan ikatan ini jika ingin menggunakan gula ini
sebagai sumber energy. Jika bakteri tidak dapat menghasilkan enzim tersebut

maka bakteri itu tidak bisa menggunakan karbohidrat kompleks sebagai


sumber energinya. Sebagai contoh, laktosa adalah disakarida yang terdiri dari
monomer glukosa dan galaktosa yang berikatan dengan ikatan glikosida.
Bakteri yang menggunakan laktosa mula-mula harus menghasilkan enzim
lactase (beta-galaktosidase) untuk memutuskan ikatan glikosida antar laktosa.
Amilum adalah polisakarida yang besar yang terdiri dari rantai panjang
monomer glukosa yang saling berikatan dengan ikatan glikosida. Bakteri
yang menggunakan amilum harus dapat memproduksi eksoenzim, alpha
amylase, yang dapat memutuskan ikatan tersebut (Darkuni, 2008).
Masing-masing

bakteri

memiliki

enzimnya

sendiri

yang

menjadikannya dapat menggunakan karbohidrat secara terpisah, karena itu


sering digunakan dalam identifikasi spesies bakteri.Seseorang dapat
menentukan apakah bakteri yang diuji dapat menggunakan karbohidrat yang
diberikan dengan memeriksa keberadaan bioproduk yang diproduksi melalui
oksidasi karbohidrat terebut.Pada akhirnya pH indicator dapat ditambahkan
untuk mendeteksi asam metabolic yang telah dihasilkan setelah oksidasi dan
fermentasi gula. Reagen dapat ditambahkan setelah bakteri mengalami
pertumbuhan, karena reagen dapat bereaksi dengan bioproduk spesifik atau
produk intermediet dari proses metabolism (Pelczar, 1986).
Adapun media yang akan digunakan dalam percobaan kali ini adalah
media agar tegak untuk menguji motilitas bakteri, uji gula-gula yang terdiri
dari sukrosa, laktosa, manosa, maltose, sakarosa, uji indol, uji H2S, uji urea,
uji methyl red, uji VP (Voges Proskauer), dan uji simon sitrat (Hadiutomo,
1990).
Ujifisiologis merupakan tahapan lanjutan yang diperlukan untuk
mengidentifikasi suatu bakteri. Uji fisiologis yang dilakukan dalam penelitian
ini meliputi uji katalase, ujiindol, uji MR, uji Simmons Citrate dan uji TSIA:
a. Ujikatalase.
Diletakkan 2tetes H2O2 pada kacao bjek yang bersih. Isolat
bakteri diambil menggunakan jarum ose, kemudian dipindahkan

keatas kaca objek dan dicampurkan. Uji positif ditandai dengan


terbentuknya gelembung-gelembung oksigen yang menunjukkan
bahwa organisme yang bersangkutan menghasilkan enzim
katalase yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan
oksigen.
b. Ujimotilitas.
Isola tbakteri ditusukkan ke dalam media SIM semi padat
pada tabung reaksi menggunakan jarum ose tusuk steril.
Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37C. Uji positif
ditandai dengan pertumbuhan bakteri yang menyebar, mak
abakteri tersebut bergerak (motil) dan bila pertumbuhan bakteri
tidak menyebar hanya berupa satu garis, maka bakteri tersebut
tidak bergerak (nonmotil).
c. Uji Indol.
Diambil satu koloni terpisah dengan menggunakanj arum
ose, kemudian diinokulasi kedalam media SIM dan diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37C. Setelah inkubasi ditambahkan 1012 tetes reagen Kovac. Positif ditandai dengan terbentuknya
lapisan berwarna merah dibagian atas biakan.
d. Uji MR.
Diambil satu koloni terpisah dengan menggunakan jarum ose,
kemudian diinokulasi kedalam mediaMR-VP dan diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37C. Pada uji MR, ditambahkan 3-4
tetes indikator merah metil.Uji positif ditandai dengan perubahan
warna medium menjadi merah,artinya terbentuk asam. Uji merah
metil (methyl red test) bertujuan untuk mengetahui kemampuan
bakteri untuk mengoksidasi glukosa dengan memproduksi asam
dengan konsentrasi tinggi sebagai hasil akhirnya. Jika media MRVP akan menjadi merah setelah ditambahkan merah metil
menunjukkan bahwa hasil uji positif, sedangkan jika media tetap
berwarna kuning menunjukkan hasil uji negatif.

e. Uji Simmons Citrate.


Diambil satu koloni terpisah dengan menggunakan jarum
ose dan diinokulasikan pada media Simmons Citrate lalu
diinkubasi pada temperatur 37C selama 24 jam. Diamati adanya
perubahan warna pada medium biakan.Uji positif ditandai dengan
berubahnya warna medium menjadi biru.
f. Uji TSIA.
Diambil

sebagian

kecil

koloni

bakteri

dengan

menggunakan ose dan diinokulasikan pada media TSIA,


kemudian dilakukan dengan cara menusuk tegak lurus pada
bagian butt (tusuk) dan car azigzag pada bagian slant (miring).
Diinkubasi pada temperatur 37C selama 24jam. Diamati
perubahan warna medium yang terjadi.

Apabila bagian slant

berwarna merah dan butt berwarna kuning maka bakteri mampu


memfermentasi glukosa, sedangkan apabila bagian slant dan butt
keduanya berwarna kuning maka bakteri mampu memfermentasi
sukrosa dan laktosa. Uji TSIA ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan dari suatu bakteri dalam memfermentasi gula untuk
menghasilkan asam atau gas. Warna merah pada

agar

menunjukkan reaksi basa, sedangkan warna kuning menunjukkan


reaksi asam. Warna merah pada permukaan agar dan kuning di
bagian bawah agar menunjukkan bahwa terjadinya fermentasi
glukosa. Warna kuning pada bagian permukaan dan bawah tabung
menunjukkan

terjadinya

fermentasi

laktosa

dan

sukrosa

(Darmayasa, 2008).
Identifikasi genus dari suatu bakteri memerlukan karakter-karakter
utama dari bakteri yaitu morfologi sel (bentuk sel dan susunan sel), uji
biokimia dan tipe fermentasi. Isolat yang berpotensi sebagai probiotik pada
hasil penelitian ini diperoleh lima isolat bakteri dengan tiga jenis genera dan
satu spesies bakteri yang memilki kesamaan genus pada penelitian-penelitian
sebelumnya. Pada penelitian ikan laut diperoleh isolat-isolat yang berpotensi

sebagai probiotik yaitu gram positif (Bacillus, Lactococcus, Micrococcus,


Carnobacterium, Enterococcus, Lactobacillus, Streptococcus, Weisslla) dan
gram

negatif

(Aeromonas,

Alteromonas,

Photorhodobac-

terium,

Pseudomonas, Vibrio). Empat jenis genus yang didapat dari penelitian


Feliatra dan Suryadi (2004) yaitu genus Lactococcus, Carnoacterium,
Staphylococcus,

Bacillus,

Eubacterium,

Pseudomonas,

Lactobacillus,

Micrococcus, dan Bifidobacterium. Penelitian Ghosh et al. (2007)


mendapatkan

empat

jenis

genus

yaitu

Edwardsiella dan Bacillus (Yulvizar, 2013).

IV. Alat dan Bahan


1. Alat :
a. Kapas.
b. Korek api
c. Ose Bulat
d. Ose Lurus
e. Pembakar Spirtus
f. Rak Tabung Reaksi
g. Tabung Reaksi
2. Bahan :
a. Media Bakteri
b. Reagen Alfa Naftol
c. Reagen Kalium Hidroksida
d. Reagen Kovac
e. Suspensi Bakteri
3. Gambar Alat

Pseudomonas,

Aeromonas,

V. Prosedur
1. Uji Motil
Ose lurus difiksasi terlebih dahulu lalu didiamkan di samping nyala
api sampai hangat kuku, kemudian mulut tabung reaksi dan kapas pada
tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri difiksasi terlebih dahulu
kemudian suspensi bakteri diambil dengan ose. Setelah itu ose lurus
ditusukkan pada media dalam tabung reaksi yang sebeumnya jiga sudah
difiksasi. Didiamkan sekitar 24 jam lalu diamati apakah bakteri tersebut
melakukan pertumbuhan atau tidak yang ditandai dengan adanya tanda
zigzag pada media yang sudah ditusukkan.

2. Uji Karbohidrat

Glukosa, Laktosa, Mannosa, Maltosa, Sakarosa


Ose bulat difiksasi terlebih dahulu lalu didiamkan di samping nyala
api sampai hangat kuku, kemudian mulut tabung reaksi dan kapas
pada tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri difiksasi terlebih
dahulu kemudian suspensi bakteri diambil dengan ose. Setelah itu

mulut tabung reaksi dan kapas pada media bakteri difiksasi, kemudian
media bakteri diaduk dengan menggunakan ose. Didiamkan sekitar 24
jam lalu diamati apakah bakteri tersebut melakukan pertumbuhan atau
tidak yang ditandai adanya gelembung gas pada tabung kecil.

3. Uji Indol
Ose bulat difiksasi terlebih dahulu lalu didiamkan di samping nyala
api sampai hangat kuku, kemudian mulut tabung reaksi dan kapas pada
tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri difiksasi terlebih dahulu
kemudian suspensi bakteri diambil dengan ose. Setelah itu mulut tabung
reaksi dan kapas pada media bakteri difiksasi, kemudian media bakteri
diaduk dengan menggunakan ose. Didiamkan sekitar 24 jam lalu
ditambahkan dengan reagen Kovac sekitar 3 tetes kemudian diamati
apakah bakteri tersebut melakukan pertumbuhan atau tidak.
Yang ditandai dengan adanya gelembung gas di atas permukaan media.

4. Uji H2S
Ose bulat difiksasi terlebih dahulu lalu didiamkan di samping nyala
api sampai hangat kuku, kemudian mulut tabung reaksi dan kapas pada
tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri difiksasi terlebih dahulu
kemudian suspensi bakteri diambil dengan ose. Setelah itu mulut tabung
reaksi dan kapas pada media bakteri difiksasi, kemudian media agar
miring untuk bakteri diberi olesan dengan pola zigzag dengan ose yang
sudah terdapat suspensi bakteri. Didiamkan sekitar 24 jam lalu diamati
apakah bakteri tersebut melakukan pertumbuhan atau tidak.
Yang ditandai dengan adanya plumbum sulfide yang berwarna hitam.

5. Uji M. Red
Ose bulat difiksasi terlebih dahulu lalu didiamkan di samping nyala
api sampai hangat kuku, kemudian mulut tabung reaksi dan kapas pada

tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri difiksasi terlebih dahulu


kemudian suspensi bakteri diambil dengan ose. Setelah itu mulut tabung
reaksi dan kapas pada media bakteri difiksasi, kemudian media bakteri
diaduk secara perlahan dengan menggunakan ose yang sudah terdapat
suspensi bakteri. Didiamkan sekitar 24 jam lalu diteteskan dengan reagen
metil merah sekitar 3 tetes kemudian diamati apakah bakteri tersebut
melakukan pertumbuhan atau tidak ditandai dengan perubahan warna
menjadi merah.

6. Uji V.pros
Ose bulat difiksasi terlebih dahulu lalu didiamkan di samping nyala
api sampai hangat kuku, kemudian mulut tabung reaksi dan kapas pada
tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri difiksasi terlebih dahulu
kemudian suspensi bakteri diambil dengan ose. Setelah itu mulut tabung
reaksi dan kapas pada media bakteri difiksasi, kemudian media bakteri
diaduk secara perlahan dengan menggunakan ose yang sudah terdapat
suspensi bakteri. Didiamkan sekitar 24 jam lalu diteteskan dengan reagen
KOH dan Alfa Naftol sekitar 10 tetes kemudian diamati apakah bakteri
tersebut melakukan pertumbuhan atau tidak ditandai dengan perubahan
warna menjadi kehitaman di permukaan media.

7. Uji Sitrat
Ose bulat difiksasi terlebih dahulu lalu didiamkan di samping nyala
api sampai hangat kuku, kemudian mulut tabung reaksi dan kapas pada
tabung reaksi yang berisi suspensi bakteri difiksasi terlebih dahulu
kemudian suspensi bakteri diambil dengan ose. Setelah itu mulut tabung
reaksi dan kapas pada media bakteri difiksasi, kemudian media agar
miring untuk bakteri diberi olesan dengan pola zigzag dengan ose yang
sudah terdapat suspensi bakteri. Didiamkan sekitar 24 jam lalu diamati
apakah bakteri tersebut melakukan pertumbuhan atau tidak ditandai
dengan perubahan warna menjadi biru

VI. Data Pengamatan


Perlakuan

Sebelum

Sesudah

Ket

Suspensi
pada ose
lurus
ditusukkan
pada media
dalam
tabung reaksi
lalu
didiamkan
sekitar 24
jam

Motil

Suspensi
bakteri pada
ose bulat
dimasukkan
dalam
tabung reaksi
kemudian
media
diaduk
menggunaka
n ose secara
perlahan
lalu
didiamkan
sekitar 24
jam

Glukosa

(-)

(+g)

Suspensi
bakteri pada
ose bulat
dimasukkan
dalam
tabung reaksi
kemudian
media
diaduk
menggunaka
n ose secara
perlahan
lalu
didiamkan
sekitar 24
jam

Laktosa

Suspensi
bakteri pada
ose bulat
dimasukkan
dalam
tabung reaksi
kemudian
media
diaduk
menggunaka
n ose secara
perlahan
lalu
didiamkan
sekitar 24
jam

Mannos
a

(+g)

(+g)

Suspensi
bakteri pada
ose bulat
dimasukkan
dalam
tabung reaksi
kemudian
media
diaduk
menggunaka
n ose secara
perlahan
lalu
didiamkan
sekitar 24
jam

Maltosa

Suspensi
bakteri pada
ose bulat
dimasukkan
dalam
tabung reaksi
kemudian
media
diaduk
menggunaka
n ose secara
perlahan
lalu
didiamkan
sekitar 24
jam

Sakaros
a

(+g)

(+g)

Suspensi
bakteri pada
ose bulat
dimasukkan
dalam
tabung reaksi
kemudian
media
diaduk
menggunaka
n ose secara
perlahan.
Diamkan
sekitar 24
jam lalu
diteteskan
pereaksi
kovac.

Indol

Suspensi
bakteri pada
ose bulat
dimasukkan
dalam
tabung reaksi
lalu dibuat
pola zigzag
pada agar
miring
tersebut lalu
didiamkan
sekitar 24
jam

H2S

(+g)

(-)

Suspensi
bakteri pada
ose bulat
dimasukkan
dalam
tabung reaksi
lalu ose
diputar
secara
perlahan lalu
didiamkan
sekitar 24
jam
kemudian
ditambahkan
pereaksi
M.red

M.Red

Suspensi
bakteri pada
ose bulat
dimasukkan
dalam
tabung reaksi
lalu ose
diputar
secara
perlahan lalu
didiamkan
sekitar 24
jam
kemudian
ditambahkan
pereaksi
KOH dan
alfa naftol

V.pros

(-)

(+)

Suspensi
bakteri pada
ose bulat
dimasukkan
dalam
tabung reaksi
lalu dibuat
pola zigzag
pada agar
miring
tersebut lalu
didiamkan
sekitar 24
jam

Sitrat
(+)

VII. Pembahasan
Beberapa

macam

identifikasi

bakteri

dilakukan

dengan

kriteria

pengamatan meliputi : pengamatan morfologi bakteri, uji luminisensi bakteri,


pengecatan flagela, uji oxidase, uji sensitif terhadap 2-4 diamino, uji gelatin, uji
indole, uji sukrose, uji laktose, uji VP Vox dan uji 2-3 butanidiol (Pringgenies,
2004). Dalam praktikum ini dilakukan identifikasi dengan uji biokimia dengan
uji gula-gula (glukosa, laktosa, maltosa, mannose dan sukrosa), uji motil, uji
indol, uji TSIA, uji MR-VP, dan uji sitrat.
Uji-uji ini sangat penting dalam identifikasi bakteri-bakteri patogen begitu
pula uji yang lain sebenarnya digunakan untuk mengidentifikasi bakteri dengan
karakter tertentu, yang mana dengan karakter tersebut ia dapat dibedakan dengan
jelas dari bakteri-bakteri yang lain yang hidup disekitarnya (Dwidjoseputro,
1994).
Pertama dilakukan uji gula-gula, mengambil suspense bakteri dengan
menggunakan ose bulat yang sebelumnya telah difiksasi kemudian dimasukkan
dalam tabung reaksi yang didalamnya terdapat tabung Durham . Tabung ini
ditempatkan pada tabung reaksi yang telah berisi cairan pertumbuhan

mikroorganisme dan zat indikator yang dapat menandai terjadinya perubahan


warna karena adanya perubahan derajat keasaman dan gas yang dihasilkan
dicirikan

dengan

terdapatnya

gas

di

ujung

tabung

durham

setelah

mikroorganisme diinokulasi.Kemudian media diaduk menggunakan ose secara


perlahan.
Dari hasil pengamatan didapati untuk uji gula-gula memberikan hasil yang
positif, yaitu ditandai dengan perubahan warna merah menjadi kuning. Hail ini
sesuai dengan literature untuk bakteri Klebsiella sp yaitu terjadi perubahan warna
dari merah menjadi kuning karena jika bakteri tersebut memfermentasi glukosa
maka akan dihasilkan asam sehingga setelah diinkubasi warna media menjadi
kuning..Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koloni bakteri mampu
memfermentasikan karbohidrat dengan substrat glukosa, mannosa, laktosa,
maltosa, dan sukrosa (Patasik, 2009).
Kemudian di dalam larutan gula-gula disimpan tabung durham untuk
melihat apakah ketika memfermentasi glukosa bakteri tersebut menghasilkan gas
atau tidak, misalnya pada beberapa bakteri dalam proses fermentasinya
dihasilkan gas CO2. Jika bakteri tersebut menghasilkan gas ketika proses
fermentasi maka dalam tabung durham akan terlihat gelembung-gelembung gas.
Klebsiella aerogenes atau disebut juga Aerobacter aerogenes merupakan
bakteri bacillus gram negatif yang dapat menghasilkan gas ( Tranggono, 2007)
Secara teoritis, bakteri heterotrofik dapat menggunakan berbagai senyawa
organik sebagai sumber energi. Senyawa-senyawa ini mencakup karbohidrat ,
asam lemak, asam organik, dan asam-asam amino. Bagi banyak bakteri, senyawa
yang lebih disukai ialah karbohidrat, terutama glukosa. Perombakan glukosa
dapat terjadi melalui glikolisis yang akan menghasilkan asam piruvat. Untuk
organisme anaerobik, mereka menghasilkan energi melalui proses fermentasi.
Misalnya pada Streptococcus lactis, bakteri tersebut menguraikan glukosa
menjadi asam laktat. Bakteri bakteri yang melakukan fermentasi glukosa dapat
dikelompokkan berdasarkan produk akhir utama fermentasi karbohidrat, yaitu:

Bakteri asam laktat: Streptococcus, Lactobacillus, Leuconostoc

Bakteri asam propionate: Propionibacterium, Veillonella

Bakteri coli-aerogenes tifoid: Escherichia, Enterobacter, Salmonella

Bakteri aseton, butil alkohol: Clostridium, Eubacterium, Bacillus

Bakteri asam asetat: Acetobacter ( Tranggono, 2007).

Kemudian dilakukan uji motil, mengambil suspense bakteri dengan


ose lurus kemudian menginokulasi ke dalam media cair pertumbuhan
dalam tabung reaksi. Dari hasil pengamatan uji motil emnunjukkan hasil
negatif. Hal ini sesuai dengan literature dimana Klebsiella tidak mampu
bergerak karena tidak memiliki flagel tetapi mampu memfermentasikan
karbohidrat membentuk asam dan gas. Spesies Klebsiella sp menunjukan
pertumbuhan mucoid, kapsul polisakarida yang besar dan tidak motil
(Prasetyo, 2009).

Kemudian dilakukanuji indol. Media ini biasanya digunakan


dalam indetifikasi yang cepat. Suspensi bakteri pada ose bulat dimasukkan
dalam tabung reaksi kemudian media diaduk menggunakan ose secara
perlahan. Diamkan sekitar 24 jam lalu diteteskan pereaksi kovacs.Hasil uji
indol yang diperoleh negatif karena tidak terbentuk lapisan (cincin)
berwarna merah muda pada permukaan biakan. Artinya bakteri ini tidak
membentuk indol dari tryptopan sebagai sumber carbon, yang dapat
diketahui dengan menambahkan larutan kovacs. Asam amino triptofan
merupakan komponen asam amino yang lazim terdapat pada protein,
sehingga asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh

mikroorganisme akibat penguraian protein (Waluyo, 2007). Enzim yang


berperan dalam proses ini adalah triptonase. Produk metabolit 31 triptofan
adalah indol, asam piruvat dan amonia. Keberadaan indol dideteksi dengan
reagen kovac dan terbentuknya warna merah (Waluyo,2007).
Setelah itu dilakukan Uji H2S, suspensi bakteri pada ose bulat
dimasukkan dalam tabung reaksi lalu dibuat pola zigzag pada agar miring
tersebut lalu didiamkan sekitar 24 jam. Pada uji H2S menunjukkan hasil
negatif ditandai dengan tidak terbentuknya endapan hitam pada medium.
Hal ini menunjukkan bahwa sample tidak mengandung bakteri yang
menghasilkan hydrogen sulfide dari asam amino sistem melalui kerja
enzim sistein desulfurase. Seharusnya, bakteri tersebut menghasilkan H2S
maka H2S yang terbentuk akan bereaksi dengan plumbum asetat
menghasilkan plumbum sulfide yang berwarna hitam pada media
(Prasetyo, 2009).

(Prasetyo, 2009).
Uji metil red dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri tersebut
merupakan bakteri mixed acid fermenter (peragian asam campuran). Pada
uji ini akumulasi asam-asam dapat menurunkan pH sampai 5. Sehingga
bila indikator metil merah ditambahkan dalam kondisi pH serendah itu
maka indikator tersebut akan berwarna merah. Hal ini menunjukkan
bahwa organisme tersebut adalah peragian asam campuran. Pada
umumnya organisme ini adalah penghasil gas yang istimewa karena
menghasilkan enzim format hidrogenase yang memecahkan asam format
menjadi karbon dioksida dan air dalam jumlah sebanding.

Suspensi bakteri pada ose bulat dimasukkan dalam tabung reaksi


lalu ose diputar secara perlahan lalu didiamkan sekitar 24 jam kemudian
ditambahkan pereaksi Methyl red. Pada hasil pengamatan uji metil red
memberikan hasil yang negatif karena tidak terbentuk larutan berwarna
merah (Rostinawati, 2008).
Namun jika pada uji methyl red menunjukkan hasil positif yang
ditandai terbentuknya warna merah pada permukaan media artinya bakteri
tersebut dapat memfermentasi glukosa dan asam laktat,asetat,suksinat dan
format disamping CO2, H2 dan etanol sehingga pH turun yang
menyebabkan indikator berubah warna

Kemudian dilakukan Uji VP. Oleh karena itu dapat disimpulkan


bahwa bakteri tersebut tidak menghasilkan asam melainkan 2,3-butanadiol
dan etanol Untuk mendeteksi keberadaan senyawa 2,3-butanadiol
dilakukan uji Voges-Proskauer, dimana memerlukan pereaksi Barrit,
pereaksi ini yaitu campuran dari -naftol dan KOH, karena untuk
mendeteksi senyawa 2,3- butanadiol tidak dapat secara langsung
melainkan mendeteksi melalui prekursornya yaitu asetoin (asetil-metil dan
karbinol) dimana apabila terdapat asetoin maka akan mengakibatkan
adanya perubahan warna menjadi merah muda. Metode ini sering disebut
metode tidak langsung Voges-Proskauer (Rostinawati, 2008). Pengujian
yang dilakukan memberikan hasil positif. Hal ini ditunjukkan dengan

terjadinya perubahan warna dari larutan menjadi warna merah muda


setelah penambahan reagen Barrit (Patasik, 2009).

(Prasetyo, 2009).
Setelah itu dilakukan Uji Sitrat. Uji sitrat dilakukan untuk
mengetahui apakah bakteri tersebut menggunakan sitrat sebagai sumber
energi apabila tidak ada glukosa atau laktosa. Sitrat permease berperan
membawa sitrat dari luar sel ke dalam sel. Sitrat yang telah berada di
dalam sel akan masuk ke dalam siklus krebs. Sitrat merupakan intermediet
utama siklus krebs, sitrat akan diubah menjadi asam oksaloasetat dan asam
asetat dengan bantuan enzim sitrase. Selanjutnya asam oksaloasetat dan
asam

asetat

diubah menjadi

asam piruvat

dan karbondioksida.

Karbondoiksida bereaksi dengan air dan natrium yang terdapat dalam


media agar simmons citrate sehingga membentuk natrium bikarbonat
(Rostinawati,2008).
Medium agar sitrat adalah medium sintetik yang mengandung
sitrat sebagai sumber karbon satu-satunya ,sedangkan sebagai sumber
nitrogennya digunakan garam ammonium dan bukan asam amino. Agar
sitrat Simmons juga mengandung indicator biru bromtimol yang dapat
berubah warna dari hijau menjadi biru bila keadaan menjadi alkalin.
Indikator ini mendeteksi perubahan PH apabila keadaan telah berubah dari
asam menjadi basa.

Pengamatan menunjukkan terjadi perubahan pada agar miring,


terdapat perubahan warna pada media. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri
pada sampel menggunakan sitrat sebagai sumber karbon. Ini ditandai
dengan adanya bekas zig-zag yang digoreskan sebelum diinkubasi pada
permukaan medium agar miring sitrat. Indikator juga mendeteksi
pertumbuhan mikroorganisme dengan adanya perubahan warna yang
terjadi (Prasetyo, 2009).

Dari hasil pengamatan bakteri yang teridentifikasi tidak tepat, seharusnya


bakteri yang diidentifikasi adalah Eschericia coli. Hal ini dapat
diakibatkan oleh beberapa faktor kesalahan diantaranya ose yang
digunakan saat mengambil bakteri masih belum dingin sehingga
mematikan bakteri tersebut, selain itu proses pengerjaan identifikasi
kurang aseptis sehingga memungkinkan bakteri lain untuk tumbuh.
VIII. Simpulan
Dapat

mengamati

secara

langsung

atau

tidak

langsung

produkkegiatan enzimatik bakteri dari hasil pengamatan dapat di


identifikasi dengan menggunakan uji biokimia bahwa bakteri yang
terdapat dalam sampel adalah Klebsiella aerogenes. Namun terdapat
kesalahan dalam pengidentifikasian, dimana bakteri yang seharusnya ada
dalam suspensi adalah Eschericia coli

DAFTAR PUSTAKA

Alcamo, I.E.1996. Fundamental of Microbiology, 5th Edition. New York :


Addison Wesly Longman.
Curtis, Helena. 1999. Biology 5 th edition. New York : Worth Publisher Inc.
Darkuni, M. Noviar. 2008. Mikrobiologi(Bakteriologi, Virologi dan Mikologi).
Malang : UM Press.
Dwidjoseputro. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Hadiotomo, Ratna Siri. 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : PT.
Gramedia.
Huda, Chairul. 2012. Penapisan Aktivitas Antibakteri dari Bakteri yang
Berasosiasi dengan Karang Lunak Sarcophyton sp. Maspari Journal 4(1),
hal. 69-76.
Irianto, K.2006. Mikrobiologi Yrama Widya : Bandung
Tranggono. 2007. Buku Pengangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta :
Gramedia.
Patasik, I. F., & Lantang, D. (2009). Kualitas Sumber Air Minum Masyarakat
Kampung Yokiwa Distrik Sentani Timur Secara Bakteriologis. Jurnal
Biologi Papua, 1(2), 65-71.
Pelczar MJ, Chan E.C.S. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI-Press
Prasetyo, Dwi. 2009. Uji Most Probable Number (Mpn) Coliform pada
Pengelolaan Air Mpsdh Tirto Darmo Di Desa Genilangit Poncol
Magetan. Akademi Analisis Farmasi dan Makanan (Akafarma) Sunan Giri
Ponorogo.
Pringgenies, D., & Sejati, S. (2004). Isolasi dan Determinasi Bakteri Luminesensi
yang Bersimbiosis pada Cumi-cumi Loligo duvauceli. ILMU
KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences, 9(1), 26-30.

Rostinawati, Tina.2008. SKRINING DAN IDENTIFIKASI BAKTERI


PENGHASIL ENZIM KITINASE DARI AIR LAUT DI PERAIRAN
PANTAI PONDOK BALI. Tersedia di http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/02/skrining_dan_identifikasi_bakteri_dari_air_laut.p
df (Diakses pada 28 Maret 2015).
Suwito,Widodo. 2010. Bakteri yang sering Mencemari Susu: Deteksi,Patogenesis,
Epidiemiologi, dan Cara Pengendalian. Jurnal Litbang 29:3.
Volk & Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar Jilid 5. Erlangga: Jakarta.
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang : Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang.
Yulvizar, Cut. 2013. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Prebiotik pada Rastrelliger
sp. Jurnal Biospecies Vol.6 No.2, hal. 1-7.

Anda mungkin juga menyukai