Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum Mikrobiologi Acara 4 Kultivasi dan Isolasi Acara Kultivasi

dan Isolasi Mikroorganisme dari Tanah

Laporan Praktikum Mikrobiologi


Acara 4
Kultivasi dan Isolasi
Acara Kultivasi dan Isolasi Mikroorganisme dari Tanah

Disusun Oleh Kelompok 4


Nama

: 1. Bayu Hilmi Hanif

E1J014166

2. Damar Abiyatmo

E1J014120

3. Medo Anggi Saputra

E1J014146

4. Riski Meliya Ningsih

E1J014147

Hari/Tanggal

: Kamis, 16 April 2015

Shift

: Kamis (12:00-14:00)

Dosen Pembimbing

: Ir. Djamilah, MP.

Co-As

: 1. Irma Suriyani
2. Nelly Irawati Sinaga

LABORATORIUM ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alam sekitar kita baik udara, tanah, air juga dihuni mikroba. Keanekaragaman populasi
mikroba ini meliputi mikroba yang memiliki perbedaan karakteristik maupun kegunaan. Dalam
mengembangbiakan mikroba, diperlukan berbagai teknik dan persyaratan fisik. Mulai dari
mempersiapkan mediumnya hingga urutan tata cara yang benar dalam menumbuhkan mikroba
tersebut. Proses inilah yang biasanya dikenal dengan istilah kultivasi mikroba.
Istilah pertumbuhan umumnya dipergunakan bakteri dan mikroorganisme yang lainnya
dan biasanya lebih mengacu pada perubahan di dalam hasil panen sel dan bukanlah dilihat dari
pertambahan jumlah individu mikroorganisme tersebut. (Volk, 1993).
Untuk memelihara suatu mikroorganisme yaitu bakteri atau jamur, dari media yang ada
serta membedakan bahwa setiap mikroorganisme memiliki peranan yang berbeda dalam
kehidupan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan. Setiap sel tunggal
mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan dan tidak
memerlukan tempat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan yang dilakukan dalam
percobaan ini, dan tingkat pembiakannya relatif cepat saat inkubasi (Schlegel, 1994).
Saat ini media agar merupakan media yang sangat umum digunakan dalam penelitianpenelitian mikrobiologi. Media agar ini memungkinkan untuk dilakukannya isolasi bakteri dari
suatu sampel, karakterisasi morfologi, sampai penghitungaan bakteri yang dikenal dengan nama
total plate count. Bentuk koloni bakteri dan warna-warninya mudah sekali dikenali dengan
media ini dengan cara mengubah komposisi nutrien atau menambahkan indikator (Achmad,
2007).

1.2 Tujuan
1. Melihat macam-macam koloni mikroorganissme yang berasal dari tanah dengan variasi
kepekatan tanah
2. Memberikan ketrampilan kepada mahasiswa, agar mampu menumbuhkan dan memisahkan
bekteri atau jamur dari keberadaannya didalam tanah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme sebagai makhluk hidup sama dengan organisme hidup lainnya sangat
memerlukan energi dan bahan-bahan untuk membangun tubuhnya, seperti dalam sintesis
protoplasma dan bagian-bagian sel lainnya. Bahan-bahan tersebut disebut nutrien. Untuk
memanfaatkan bahan-bahan tersebut, maka sel melakukan suatu kegiatan-kegiatan, sehingga
menyebabkan perubahan kimia di dalam selnya. Semua reaksi yang teratah yang berlangsung di
dalam sel ini disebut metabolisme. Metabolisme yang melibatkan berbagai macam reaksi di
dalam sel tersebut, hanya dapat berlangsung atas bantuan dari suatu senyawa organik yang
disebut juga biokatalisator yang dinamakan enzim (Buckle, 1985)).
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrien) yang berguna
untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan bermacam-macam media dapat dilakukan
isolasi, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis dan perhitungan sejumlah mikroba. (Sutedjo,
1990).
Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji
sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses pembuatannya harus
disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media. Nutrien
agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk
pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme
heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan
agar. (Fathir, 2009).
Bakteri hidup sukar untuk dilihat dengan mikroskop cahaya biasa karena bakteri itu
tampak tidak berwarna jika diamati secara sendiri-sendiri, walaupun biakannya secara
keseluruhan mungkin berwarna. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan terwarnai daripada

dalam keadaan hidup. Yang dimaksud bakteri terwarnai adalah organisme yang telah diwarnai
dengan zat pewarna kimia agar mudah dilihat dan dipelajari. Pada umumnya, olesan bakteri
terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan adanya struktur internal seperti spora
dan butiran (Volk, 1993).
Besar kecilnya koloni, mengkilat tidaknya, halus kasarnya permukaan, dan warna koloni
merupakan sifat-sifat yang diperlukan dalam menentukan identifikasi spesies. Warna bakteri baru
tampak jelas, jika bakteri itu diamati dalam kelompok. Kebanyakan bakteri mempunyai warna
yang keputih-putihan, kelabu, kekuning-kuningan, atau hampir bening, akan tetapi ada juga
beberapa spesies yang mempunyai pigmen warna yang lebih tegas. Adanya warna itu
dipengaruhi juga oleh factor-faktor luar seperti temperatur, pH, oksigen bebas. Ada beberapa
spesies yang memerlukan fosfat, ada spesies memerlukan sulfat guna menimbulkan pigmentasi.
Pada umumnya pigmen itu menetap di dalam sel selama bakteri itu hidup; pigmen hijau pada
Pseudomonas dapat larut dalam air serta meresap ke dalam medium yang ditumbuhinya, setelah
sel mati (Dwidjoseputro, 1994).
Fungi atau cendawan adalah organisme hetrotrofik yang memerlukan senyawa organik
untuk nutrisinya. Morfologi jamur (fungi) dapat dilihat secara mikroskopis sel-selnya. Jamur
tersususn dari benang-benang sel panjang yang dihubungkan dari ujung ke ujung. Benangbenang itu disebut hifa. Pengamatan secara morfologi fungi baik secara makrokopis dapat
dipakai untuk determinasi. Secar mikroskopis, perlu diperhatikan ada tidaknya sekat pada hifa,
percabangan hifa, badan buah, dasar badan buah, sel kaki, dan bentuk spora (Volk, 1993).
Koloni yang tumbuh di dalam suatu medium itu tidaklah selalu berasal dari satu sel
mikroorganisme, karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung untuk berkelompok atau
berabtai. Bila ditumbuhkan pada suatu medium dengan lingkungan yang sesuai, maka kelompok
bakteri ini hanya akan menghasilkan satu koloni saja. Berdasarkan hal tersebut sering kali
digunakan istilah Colony Forming Units (CFU) yang digunakan untuk perhitungan jumlah
mikroorganisme hidup (Dwidjoseputro, 1994).
Metode kultivasi merupakan metode untuk melipatgandakan jumlah mikroba dengan
membiarkan mereka berkembang biak dalam media biakan yang telah disiapkan di bawah
kondisi laboratorium terkendali. Kultur mikroba digunakan untuk menentukan jenis organisme
dengan kelimpahan dalam sampel yang diuji, atau keduanya. Ini adalah salah satu metode
mikrobiologi yang digunakan sebagai metode diagnosis untuk menentukan penyebab penyakit

infeksi dengan membiarkan agen infeksi berkembang biak dalam media yang telah disiapkan,
seperti yang tertuang dalam Postulat Koch.
Untuk berhasilnya kultivasi mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrisi serta lingkungan
fisik yang sesuai. Ada beberapa lingkungan fisik yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan
mikroba yaitu temperatur, kadar oksigen, pH, dan tekanan osmosis.
Secara kebetulan seorang peneliti Jerman melihat bahwa koloni yang tumbuh pada
kentang yang telah direbus pada akhirnya dapat menemukan jalan untuk memisah menjadi
individu-individu. Caranya; mereka mengembangkan media spesifik untuk menumbuhkan
mikroorganisme. Media adalah substansi yang memenuhi kebutuhan nutrisi mikroorganisme.
Koch dan koleganyanya juga menunjukkan bahwa senyawa dari alga yang disebut agar dapat
membuat media menjadi padat. Richard J.Petri (1852 1921) membuat piringan kaca bertutup
untuk menempatkan media agar alat tersebut selanjutnya disebut Petri dish yang masih
digunakan sampai sekarang. Pada tahun 1892, dengan menggunakan teknik biakan murni Koch
dan anggotanya menemukan agen-agen penyebab typus, dipteri,tetanus, pneumonia dan lain
sebagainya. Koch mengenalkan penggunaan binatang model untuk penyakit manusia dengan
cara menginjeksikan bakteri ke dalam mencit,kelinci, babi atau domba. Ia bahkan menempelkan
kamera pada mikroskopnya untuk mengambil gambar dan menggunakannya sebagai bukti untuk
menghilangkan keraguan. Membiakkan bakteri dapat dilakukan dengan berbagi cara, salah
satunya pengembangbiakan dalam media cawan petri. Pengembangbiakan dalam cawan ini ada
beberapa metode, yaitu :
1. Metode cawan gores (streak plate)
Metode cawan gores cukup sulit bagi pemula, kesulitan dari metode ini, yaitu proses
penggoresan yang cukup lama dan sulit, sehingga memudahkan terjadinya kontaminasi dan
kegagalan. Prinsip metode ini, yaitu mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah dari koloni
yang lain, sehingga mempermudah proses isolasi.
2. Metode cawan tuang (pour plate)
Metode cawan tuang sangat mudah dilakukan. Metode ini dilakukan dengan
mengencerkan sumber isolat yang telah diketahui beratnya ke dalam 9 ml garam fisiologis (NaCl
0.85%) atau larutan buffer fosfat. Larutan ini berperan sebagi penyangga pH agar sel bakteri
tidak rusak akibat menurunnya pH lingkungan. Sekitar 1 ml suspensi dituang ke dalam cawan

petri steril, dilanjutkan dengan menuangkan media penyubur (nutrien agar) steril hangat (4050oC) kemudian ditutup rapat dan diletakkan dalam inkubator (37oC) selama 1-2 hari.
3.

Metode cawan sebar (spread plate)


Metode ini cukup sulit terutama saat meratakan suspensi dengan batang drygalski. Alihalih koloni tumbuh merata, biakan justru terkontaminasi. Oleh karena itu, batang drygalski harus
benar-benar steril, yaitu dengan mencelupkannya terlebih dahulu dalam alkohol kemudian
dipanaskan dengan api bunsen. Perlu diingat, batang drygalski, yang masih panas akibat
pemanasan dengan api bunsen, dapat merusak media agar, sehingga harus didinginkan terlebih
dahulu dengan meletakkannya di sekitar api bunsen (15 cm) dengan metode ini, satu sel bakteri
akan tumbuh dan berkembang menjadi satu koloni bakteri.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat
1. Waterbath
2. Cawan petri
3. Gelas ukur
4. Gelas erlenmeyer
5. Tabung reaksi
6. Batang pengaduk
7. Sampu spiritus
8. Entcase
9. Stopwatch
10. Timbangan
11. Ruang inkubasi

1.

Bahan
Medium kultur (PDA dan

2.
3.
4.
5.
6.
7.

NA)
NaCl 50%
Na2CO3 10%
Asam asetat 1%
Alkohol
Aquades
Tanah rhizosfir

3.2 Cara Kerja


1. Memanaskan medium kultur PDA dan NA didalam waterbath sampai mencair
2. Menimbang tanah seberat 1 gr lalu memasukannya kedalam tabung reaksi 9 mL kemudian
3.

dikocok hingga homogen


Mengambil 1 mL air dari tabung 1 dan masukan kedalam tabung 2 kemudian kocok hingga

4.

homogen
Mengambil 1 mL air lagi dari tabung 2 yang telah dikocok dan masukan kedalam tabung 3

kemudian kocok hingga homogen


5. Mengambil lagi 1 mL air dari tabung 3 yang telah dikocok dan masukan kedalam tabung 4

6. Mengulangi langkah 2-5 pada tabung yang lain yang telah berisi air
7. Menyiapkan 5 petridish steril, asam asetat 1%, lampu spiritus, korek api, dan medium PDA yang
telah mencair
8. Menyemprotkan alkohol ke tangan prektikan dan kedalam tabung inkubasi untuk sterilisasi lalu
lap hingga bersih tabung khusus PDA tersebut
9. Menghidupkan lampu spiritus menggunakan korek api
10. Membuka pretidish 1 malu sterilkan menggunakan api
11. Meneteskan asam asetat 1% sebanyak 2 tetes kedalam petridish tersebut
12. Memasukan medium PDA yang telah cair tadi secukupnya dedalam petridish yang telah ditetesi
asam asetat tadi lalu ratakan dan tunggu hingga PDA memadat
13. Memasukan mikroorganisme menggunakan mikropipet sebanyak 1 mL kedalam petridish
14. Melakukan langkah 10-13 pada petridish yang lain
15. Menyiapkan 5 petridish steril, NaCl 50%, Na2CO3 10%, lampu spiritus, korek api, dan medium
NA yang telah mencair
16. Menyemprotkan alkohol ke tangan prektikan dan kedalam tabung inkubasi untuk sterilisasi lalu
lap hingga bersih tabung khusus NA tersebut
17. Menghidupkan lampu spiritus menggunakan korek api
18. Membuka pretidish 1 malu sterilkan menggunakan api
19. Meneteskan NaCl 50% dan Na2CO3 10%, sebanyak masing-masing 1 tetes kedalam petridish
tersebut
20. Memasukan medium NA yang telah cair tadi secukupnya dedalam petridish yang telah ditetesi
NaCl 50% dan Na2CO3 10%, tadi lalu ratakan dan tunggu hingga NA memadat
21. Memasukan mikroorganisme menggunakan mikropipet sebanyak 1 mL kedalam petridish
22. Melakukan langkah 18-21 pada petridish yang lain

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
A. Hasil pada hari pembuatan medium
PDA :
1. Menyiapkan 5 petridish steril, asam asetat 1%, lampu spiritus, korek api, dan medium PDA yang
telah mencair.
2. Menyemprotkan alkohol ke tangan prektikan dan kedalam tabung inkubasi untuk sterilisasi lalu
3.
4.
5.
6.

lap hingga bersih tabung khusus PDA tersebut


Menghidupkan lampu spiritus menggunakan korek api
Membuka pretidish 1 malu sterilkan menggunakan api
Meneteskan asam asetat 1% sebanyak 2 tetes kedalam petridish tersebut
Memasukan medium PDA yang telah cair tadi secukupnya dedalam petridish yang telah ditetesi

asam asetat tadi lalu ratakan dan tunggu hingga PDA memadat
7. Memasukan mikroorganisme menggunakan mikropipet sebanyak 1 mL kedalam petridish
8. Melakukan langkah 4-7 pada petridish yang lain
NA
:
1. Menyiapkan 5 petridish steril, NaCl 50%, Na 2CO3 10%, lampu spiritus, korek api, dan medium
NA yang telah mencair
2. Menyemprotkan alkohol ke tangan prektikan dan kedalam tabung inkubasi untuk sterilisasi lalu
lap hingga bersih tabung khusus NA tersebut
3. Menghidupkan lampu spiritus menggunakan korek api
4. Membuka pretidish 1 malu sterilkan menggunakan api
5. Meneteskan NaCl 50% dan Na2CO3 10%, sebanyak masing-masing 1 tetes kedalam petridish
tersebut
6. Memasukan medium NA yang telah cair tadi secukupnya dedalam petridish yang telah ditetesi
NaCl 50% dan Na2CO3 10%, tadi lalu ratakan dan tunggu hingga NA memadat
7. Memasukan mikroorganisme menggunakan mikropipet sebanyak 1 mL kedalam petridish
8. Melakukan langkah 4-7 pada petridish yang lain
Tanah :
1.

Menimbang tanah seberat 1 gr lalu memasukannya kedalam tabung reaksi 9 mL kemudian

2.

dikocok hingga homogen


Mengambil 1 mL air dari tabung 1 dan masukan kedalam tabung 2 kemudian kocok hingga

homogen
3. Mengambil 1 mL air lagi dari tabung 2 yang telah dikocok dan masukan kedalam tabung 3
kemudian kocok hingga homogen
4. Mengambil lagi 1 mL air dari tabung 3 yang telah dikocok dan masukan kedalam tabung 4
5. Mengulangi langkah 1-4 pada tabung yang lain yang telah berisi air
B. Hasil pada 2 hari petelah pembuatan medium (pengamatan)
ISOLASI

REISOLASI

Medium PDA (jamur)

Medium PDA (jamur)

Medium NA (bakteri)

Medium NA (bakteri)

4.2 Pembahasan
Mikroorganisme yang dikultivasikan pada percobaan ini adalah bakteri dari media NA
(Nutrien Agar), Jamur dari media PDA (Potato Dekstroxe Agar), dan pengenceran tanah. Mulamula untuk mengembangkan jamur pada medium PDA dan bakteri pada medium NA. Pertama
melakukan penyiapkan 5 petridish steril, asam asetat 1%, lampu spiritus, korek api, dan medium
PDA yang telah mencair untuk PDA dan NA dengan bahan yang sama ditambah NaCl 50% dan
Na2CO3 10%. Kemudian menyemprotkan alkohol ke tangan praktikan dan kedalam tabung
inkubasi untuk sterilisasi lalu lap hingga bersih tabung khusus PDA dan khusus NA tersebut.
Lalu menghidupkan lampu spiritus menggunakan korek api lalu membuka pretidish 1 malu
sterilkan menggunakan api. Kemudian meneteskan asam asetat 1% sebanyak 2 tetes kedalam
petridish tersebut lalu masukan medium PDA untuk PDA dan NaCl 50% dan Na 2CO3 10%,
masing-masing 1 tetes untuk medium NA yang telah cair tadi secukupnya dedalam petridish
yang telah ditetesi asam asetat tadi lalu ratakan dan tunggu hingga PDA dan NA memadat,

kemudian masukan mikroorganisme menggunakan mikropipet sebanyak 1 mL kedalam petridish.


Melakukan ulang langkah diatas pada petridish yang lain
Pemanasan peridish yang digunakan ini sebelum dan sesudahnya harus dibakar sempurna
dengan api. Hal ini dilakukan petridish dalam keadaan steril dan jauh dari mikroorganisme
pengganggu yang dapat mengkontaminasi medium dan membuat hasil yang diinginkan menjadi
tidak baik. Diupayakan pula agar selelu memanaskan mulut tabung serta pinggiran cawan petri
sebelum dan setelah melakukan inokulasi agar tidak ada mikroba lain yang masuk melaluinya.
Setelah proses inokulasi selesai, tutup mulut tabung reaksi dengan kapas dan memplester cawan
petri dengan plastik agar keduanya dalam keadaan tertutup saat dimasukkan dalam inkubator
selama 48 jam (2 hari).
Mengisolasi suatu mikroba adalah adalah memisahkan mikroba tersebut dari
lingkungannnya di alam bebas dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium
buatan. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel
tunggal. Beberapa taknik mengisolasi mikroba adalah dengan sara goresan, cara teburan/tuang,
cara sebar, cara pengenceran, dan mikromanipulator.
Praktikum kali ini adalah mempelajari teknik isolasi mikroba dengan cara tuang. Teknik
tuang dilakukan dalam wadah inkubator. Dengan menggunakan mikropipet. Secara garis besar
adalah berbentuk filiform dan sedikit tadak beraturan, dengan tepian berbentuk wol dengan
sarabut-serabut hifa. Warna yang nampak adalah hitam dan elevasinya adalah tombol dan kawah.
Saat dihitung menggunakan colony counter, jumlah koloninya rata-rata tiap media ini 2-4, dan
teknik isolasi mikroba dengan cara tuang untuk bakteri lebih dari 650 koloni.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kultivasi Mikroba bertujuan untuk mengetahui atau mempelajari sifat pertumbuhan ,
morfologi, dan sifat fisiologis mikroba. Kultur mikroba digunakan untuk menentukan jenis
organisme, dengan kelimpahan dalam sampel yang diuji, atau keduanya.
Lingkungan fisik yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan mikroba yaitu temperatur
atau suhu , kadar oksigen, pH dan tekanan osmosis.
Berdasarkan bentuk di kenal tiga jenis media yaitu media padat, semi padat, dan cair.
Berdasarkan susunan media dibagi atas 3 jenis media yaitu media alami, sintetik, semi sintetik.
Berdasarkan sifat media dibedakan menjadi media umum, media pengaya , media selektif, media
diferensial, dan penguji.
Bahan atau alat yang digunakan untuk kultivasi mikroba harus dalam keadaan steril atau
peralatan tersebut bebas dari mikroba. Sterilisasi yang umum digunakan dalam kultivasi mikroba
adalah sterilisasi secara fisik , sterilisasi secara kimia, dan sterilisasi secara mekanik.
Teknik kultivasi ada 3 yaitu teknik penyebaran (spreat plate teknik), teknik goresan
( streak plate teknik), dan teknik lempeng tuang ( pour plate teknik). Masing masing metode
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Di dalam tiap pertumbuhan biakan mikroba memiliki karakteristik tersendiri.
Karakteristik biakan dapat dilihat dari bentuk koloni, tepi koloni dan warna koloni.
5.2 Saran

Mikroba memiliki ukuran yang sangat kecil, tetapi memiliki pengaruh yang besar
terhadap kehidupan, baik yang menguntungkan maupun merugikan. Maka dalam melakukan
kultivasi mikroba kita harus melihat apakah mikroba itu berbahaya atau tidak, karena bila kita
salah dalam melakukan kultivasi mikroba yang berbahaya tersebut, mikroba tersebut bisa
menyebar dan menginfeksi kita. Jadi dalam melakukan kultivasi kita harus dapat memilih serta
memilah mikroba mana yang boleh kita biakan. Untuk melakukan kultivasi mikroba berbahaya,
memerlukan alat dan keahlian khusus, karena kultivasi mikroba tidak boleh sembarangan
dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad. Dinoto. 2007. Media Agar: Ide Besar Istri Peneliti. http://www.nvtech.com. Diakses tanggal
22 April 2015
Buckle, K.A, dkk. 1985. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta.
Dwidjoseputro. 1980. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan. Surabaya.
Fathir, Fuad. 2009. Media Pertumbuhan Mikroba. http://fuadfathir.multiply.com/journal/item/2. Diakses
pada tanggal 22 April 2015
Sutedjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta: Jakarta.
Volk, Wesley A. Dan Margaret F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai