PENDAHULUAN
1
3. Mengetahui perhitungan jumlah koloni dengan menggunakan rumus.
4. Mengetahui perkembangan suatu bakteri.
5. Mengetahui kuantitas dari suatu bakteri.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Untuk menentukan jumlah bakteri yang hidup dapat dilakukan setelah suspensi
bahan atau biakan bakteri diencerkan dengan beberapa kali dan ditumbuhkan dalam
medium dengan suatu cara tertentu tergantung dari macam bahan dan sifat
bakterinya. (Bibiana, 1994)
Koloni yang tumbuh di dalam suatu medium itu tidaklah selalu berasal dari
satu sael mikroorganisme karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung
untuk berkelompok atau berantai. Bila ditumbuhkan pada suatu medium dengan
lingkungan yang sesuai, maka kelompok bakteri ini hanya akan menghasilkan suatu
koloni saja. Berdasarkan hal tersebut sering kali digunakan istilah Colony Forming
Units (CFU) yang digunakan untuk perhitungan jumlah mikroorganisme hidup.
(Dwidjoseputro, 1996)
Pada metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat
yang mana ditunjukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspense bakteri.
Sampel yang telah diencerkan ini dihitung ke dalam cawan baru kemudian di tuang
ke mediumnya (metode tuang). Kemudian setelah diinkubasi selama 24 – 48 jam,
amati koloni yang tumbuh dan koloni yang diamati hanyalah koloni yang berjumlah
30 – 300 koloni. (Gobel, 2008)
Bakteri yang berada di dalam suatu bahan cair (media) dapat dihitung dan
diketahui kepadatannya berdasarkan kekeruhannya. Pertumbuhan sel – sel bakteri
di dalam suatu media, maka akan meningkatkan kekeruhan suatu media, hal itu
akan mempengaruhi jumlah sinar – sinar yang juga dapat ditransmisikan untuk juga
menembus medium, untuk menghitung koloni bakteri tersebut digunakan alat yang
bernama spektofotometer. Fungsi dari alat spektofotometer ini adalah untuk
mengukur transmitans atau absorbans dari suatu contoh yang dinyatakan dalam
fungsi panjang gelombang. (Brady, 1999).
4
Tabel 2.1 Alat dan Bahan Berat Kering
No Nama Alat Ukuran Jumlah Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Tabung - 1 buah Sampel - -
Reaksi
2. Sentrifuga - 1 buah Aquades - -
3. Neraca - 1 buah - - -
Analitik
4. Alumunium - 1 buah - - -
Foil
2.2.2 Filtrasi
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum enumerasi mikroba filtrasi adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.2 Alat dan Bahan Filtrasi
No Nama Alat Ukuran Jumlah Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Pompa
- 1 buah Sampel - -
Vakum
2. Erlenmeyer - 1 buah - - -
3. Kertas
- 1 buah - - -
Saring
4. Filter
- 1 buah - - -
Hoder
5
2.2.4 Plate Count
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum enumerasi mikroba filtrasi adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.4 Alat dan Bahan Plate Count
No Nama Alat Ukuran Jumlah Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Tabung
- 9 buah Sampel - -
Reaksi
2. Cawan Petri - 9 buah Kaldu Laktosa - -
3. Koloni
- 1 buah Medium NA - -
Counter
2.2.5 Hemasitometer
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum enumerasi mikroba
hemasitometer adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5 Alat dan Bahan Hemasitometer
No Nama Alat Ukuran Jumlah Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Hemasito- - 1 buah Alkohol - -
meter
2. Mikroskop - 1 buah Aquades - -
3. Vortex - 1 buah Larutan - -
Trypan Blue
2.2.6 Spektofotometer
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum enumerasi mikroba
spektofotometer adalah sebagai berikut:
Tabel 2.6 Alat dan Bahan Spektofotometer
No Nama Alat Ukuran Jumlah Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Kuvet - 2 Sampel - -
2. Spektrofoto
- 1 - - -
meter
6
Tabel 2.7 Cara Kerja Berat Kering
No. Cara Kerja Gambar
1. Siapkan mikroalga yang akan ditimbang
dan masukkan sampel ke tabung dan taruh
dalam sentrifuga.
7
No. Cara Kerja Gambar
7. Masukkan sampel tersebut ke neraca
analitik dan baca berapa beratnya.
2.3.3 Filtrasi
Cara kerja praktikum enumerasi filtrasi adalah sebagai berikut:
Tabel 2.9 Cara Kerja Filtrasi
No. Cara Kerja Gambar
1. Siapkan alat dan bahan yang akan
digunakan.
8
No. Cara Kerja Gambar
2. Siapakan kertas saring.
9
Tabel 2.10 Cara Kerja Most Probable Number
No. Cara Kerja Gambar
1. Siapkan alat dan bahan yang akan
digunakanan untuk praktikum.
10
No. Cara Kerja Gambar
7. Inkubasikan selama 48 jam dalam suhu 37
C
(sumber: google)
2.3.6 Hemasitometer
Cara kerja praktikum enumerasi hemasitometer adalah sebagai berikut:
11
Tabel 2.12 Cara Kerja Hemasitometer
No. Cara Kerja Gambar
1. Siapkan alat dan bahan yang akan
digunakan.
2.3.7 Spektofometer
Cara kerja praktikum enumerasi hemasitometer adalah sebagai berikut:
12
Tabel 2.13 Cara Kerja Spektofotometer
No. Cara Kerja Gambar
1. Spektofotometer
1. Siapkan alat dan bahan yang
digunakan.
2. Hubungkan alat dengan arus listik.
3. Nyalakan alat, tunggu selama 30
menit (sampai semua tampilan di
layar menunjukan OK)
4. Setelah 30 menit, tekan angka 1
(pilih menu photometric)
5. Tekan tombol Go To WL
(Wavelength) untuk mengukur
panjang gelombang.
6. Tekan tombol angka – angka sesuai
panjang gelombang yang
digunakan.
7. Tekan tombil autozero untuk
mengnolkan angka yang tertera
pada layar.
8. Cuci kuvet dengan aquades
9. Isi kuvet dengan pelarut yang
digunakan pada sampel yang akan
diukur
10. Taruh kivet di tempat pembacaan
absorbansi.
11. Setelah muncul angkanya di layar,
tekan tombil autozero untuk
mengenolkan (kalibrasi)
12. Cuci kembali kuvet dan di lap
13. Isi kuvet dengan blanko
14. Lakukan pembacaan absorbansi
15. Cuci kuvet dan di lap
16. Isi kuvet dengan sampel 1
17. Lakukan pembacaan absorbansi
18. Cuci kuvet dan di lap
19. Isi kuvet dengan sampel
selanjutnya
20. Tiap ganti sampel, ulangi poin 16.
13
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
log Nt – log No
n= log 2
t x log 2
g= log Nt- log No
Contoh Soal
1. Jika 100 sel setelah ditumbuhkan selama 5 jam menghasilkan 106 sel, hitunglah
waktu generasi sel berikut!
Diketahui:
No = 100
Nt = 106
t = 5 jam
Jawab:
t x log 2
g= log Nt- log No
5 log 2
g=
log 10-6 - log 100
14
Jumlah Hasil Positif Nilai Limit Kecepatan 95%
3 dari 10 ml 3 dari 1 ml 3 dari 0.1 ml MPN Terendah Tertinggi
2 0 1 14 3 37
2 1 0 18 3 44
2 1 1 20 7 89
2 2 0 21 4 47
2 2 1 28 10 149
3 0 0 23 4 120
3 0 1 39 7 130
3 0 2 64 15 379
3 1 0 43 7 210
3 1 1 75 14 230
3 1 2 120 30 380
3 2 0 93 15 380
3 2 1 150 30 440
3 2 2 210 36 470
3 3 0 240 36 1300
3 3 1 460 71 2400
3 3 2 1100 150 4800
10
Jumlah sel = Nilai MPN (dari tabel) x Volume tes
1. Pada percobaan pemeriksaan air dengan 3 seri pengenceran yaitu 10-1 : 10-
2
dan 10-3 diperoleh hasil tabung positif yaitu sebesar 2 : 2 : 1. Hitunglah
banyaknya jumlah sel dengan menggunakan tabel MPN dan tanpa
menggunakan tabel!
Diketahui:
Tabung pengenceran 10-1 : 2 positif
Tabung pengenceran 10-2 : 2 positif
Tabung pengenceran 10-3 : 1 positif
MPN: 28
Menggunakan tabel MPN:
15
10
Jumlah sel = Nilai MPN (dari tabel) x
Volume tes
10
= 28 x
(3x10)+(3x1)+(3x0,1)
10
= 28 x
33.3
= 8,404 = 8 sel/100 ml
[(2x10)+(2x1)+(1x0.1)]x 100
=
[(1x10)+(1x1)+(2x0.1) x [(3x10) + (3x1) + (3x0,1)]
22.1 x 100
=
11,2 x 33,3
= 5,92 = 6 sel/100 ml
2. Pada percobaan pemeriksaan air dengan 3 seri pengenceran yaitu 10-1 : 10-
2
: 10-3 diperoleh hasil tabung positif sebesar 3 : 1 : 0. Hitunglah
banyaknya jumlah sel dengan menggunakan tabel MPN dan tanpa
menggunakan tabel MPN dan tanpa menggunakan tabel!
Diketahui:
Tabung pengenceran 10-1 : 3 positif
Tabung pengenceran 10-2 : 1 positif
Tabung pengenceran 10-3 : 0 positif
MPN: 43
Menggunakan tabel MPN:
10
Jumlah sel = Nilai MPN (dari tabel) x
Volume tes
10
= 43 x
(3x10)+(3x1)+(3x0,1)
10
= 43 x
33.3
16
Tanpa menggunakan tabel MPN:
Σ ml Tabung Hasil Positif x 100
Jumlah sel =
(Σml Tabung Hasil Negatif) x (Σ ml Seluruh Tabung digunakan)
[(3x10)+(1x1)x 100
=
[(2x1)+(3x0.1) x [(3x10) + (3x1) + (3x0,1)]
3100
=
76,59
Diketahui:
Banyak Koloni : 107 CFU/ml
Pengenceran yang dikehandaki: 10-3
1
Jumlah sel = Banyak Koloni x
Pengenceran Yang Dikehandaki
1
Jumlah sel = 107 CFU/ml x
10−3
3.1.4 Hemasitometer
Diketahui:
Total bakteri hidup : 54
Total bakteri mati :7
Total Bakteri Hidup
Persentase sel hidup = x 100
Total Bakteri Mati
17
2. Rata – rata bakteri hidup dalam 1 kotak
Total Bakteri Hidup
Rata – rata =
Banyak Kotak
3. Faktor Pengenceran
Volume Total
Faktor Pengenceran =
Volume Sel
Volume Total
Faktor Pengenceran =
Volume Sel
100 + 100
Faktor Pengenceran = =2
100
4. Konsentrasi
3.1.5 Spektofotometer
Y = a + bx
Diketahui:
Y = nilai absorbansi
A, B = nilai konstanta dari larutan standar
X = jumlah sel
3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan berbagai cara untuk perhitungan dalam suatu
mikroba. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu berat kering, waktu
regenerasi, filtrasi, plate count, hemasitometer, dan spektofotometer.
18
Kurva pertumbuhan bakteri memiliki 4 fase. Fase yang pertama adalah fase
adaptasi atau fase lag, pada fase ini sel akan melakukan proses adaptasi. Proses
adaptasi tersebut meliputi sintesis enzim baru yang sesuai dengan medianya dan
pemulihan terhadap metabolit yang bersifat toksik pada saat di medium yang lama.
Pada fase ini tidak adanya pertambahan jumlah sel. Fase yang kedua adalah fase
eksponensial, fase ini adalah fase dimana sel melakukan pembelahan. Pada fase ini
perbanyakan jumlah sel meningkat sampai pada batas tertentu. Pada fase ini produk
senyawa yang diinginkan terbentuk. Fase yang ketiga adalah fase statis. Pada fase
statis ini bakteri tidak melakukan kegiatan pembelahan lagi, salah satu alasannya
adalah nutrientnya habis, akumulasi metabolit toksik, penurunan kadar oksigen, dan
faktor – faktor lainnya. Dan yang terakhir adalah fase kematian, pada fase ini
terjadinya autolysis sel dan penurunan energy seluler. Pada fase ini, medium akan
kehabisan nutrient maka populasi bakteri akan menurun jumlahnya dan pada fase
ini jumlah sel yang mati akan lebih banyak dibanding sel yang hidup.
Metode perhitungan yang pertama adalah menggunakan metode berat
kering. Metode berat kering digunakan untuk menghitung berat mikroalga yang
sudah dikeringkan dengan bantuan alat sentrifuga dan oven. Pertumbuhan
mikroalga akan mencapai pertumbuhan yang maksimum setelah 3 minggu
dilakukan pengamatan, dan setelah itu mikroalga akan mengalami kematian sedikit
demi sedikit walaupun tidak terlihat perubahannya.
Metode perhitungan yang kedua adalah metode waktu regenerasi. Tujuan
dari metode waktu regenerasi adalah untuk mengetahui berapa lama sel untuk
membelah diri. Mikroba yang dapat dihitung menggunakan metode waktu
regenerasi adalah bakteri dan amoeba, karena dua mikroba tersebut dapat
membelah diri. Waktu regenerasi sangat bergantung pada menit yang sudah
ditentukan. Tetapi tidak semua jenis bakteri memiliki waktu regenerasi yang sama.
Sebagai contoh, Escherichia coli memiliki waktu regenerasi yang relatif singkat
yaitu 15 – 20 menit, Micobacterium tuberculosis memiliki waktu generasi sekitar
20 jam, dan mayoritas bakteri memiliki waktu regenerasi berkisar 1 - 3 jam. Dari
perhitungan yang dilakukan, didapatkan waktu untuk regenerasi sel bakteri yang
19
awalnya terdapat 100 sel dan ingin menghasilkan 106 sel bakteri selama 5 jam
adalah 0,376 jam atau 22,575 menit terjadi pembelahan sel bakteri.
Metode perhitungan yang ketiga adalah metode filtrasi. Cara filtrasi ini
bakteri akan terdistorsi atau terpisah dari bahan – bahan yang dapat menganggu
bakteri. Bahan – bahan yang dapat menganggu bakteri dipisahkan dengan alat
pompa vakum. Pada metode ini filtrasi harus steril karena sampel yang digunakan
adalah sampel yang memiliki kerapatan yang sangat rendah. Biasanya metode ini
digunakan untuk sampling udara. Setelah dilakukan filtrasi, kertas saring yang
digunakan dipindahkan ke cawan petri yang berisi medium agar EMB. Medium
agar EMB berfungsi untuk mempermudah perhitungan dan menjaga agar bakteri
tetap steril. Perhitungan metode filtrasi menggunakan alat colony counter sehingga
bakteri yang mampu dihitung hanya 30 – 300 bakteri.
Metode perhitungan mikroba yang keempat adalah menggunakan tabel
MPN. Metode ini adalah metode yang digunakan untuk menghitung mikroba yang
masih hidup di dalam sampel uji yaitu air dan tanah, atau yang disebut sampel
heterogen. Tujuan dari menggunakan metode MPN adalah untuk menghitung
jumlah mikroba sehingga didapati kurva pertumbuhan mikroba. Namun, metode
MPN memiliki kekurangan yaitu dalam satuan waktu percobaan hanya dapat
menggunakan sampel air, untuk mendapat kultur yang baik memerlukan waktu
yang lama, dalam menghitung bakteri hanya mendapat jumlah perkiraan, dan
membutuhkan banyak media dan perlengkapan sehingga tidak dapat dilakukan
dilapangan pengambilan sampel. Dari hasil perhitungan, pada tabung positif 2, 2, 1
didapatkan hasil terdapat 6 – 8 sel / ml sampel. Dan pada tabung positif 3, 1, 0
didapatkan hasil terdapat 13 – 40 sel / ml.
Metode perhitungan mikroba yang kelima adalah metode plate count.
Metode ini mengguanakan medium yang berada di cawan petri. Terdapat dua cara
yaitu Spread Plate dan Pour Plate. Di dalam metode ini, satuan yang dipakai adalah
sel / ml. Dalam perhitungan, didapati bahwa terdapat 107.000 sel / ml yang terdapat
di dalam sampel pengenceran 10-3. Namun, metode ini hanya dapat untuk
menghitung 30 – 300 koloni bakteri. Jika koloni bakteri kurang dari 30, artinya
pengenceran yang dipakai terlalu encer dan jika koloni bakteri lebih dari 300,
20
artinya pengenceran yang dipakai terlalu pekat. Sehingga, dibutuhkan pengenceran
yang tidak terlalu encer atau terlalu pekat. Satuan koloni bakteri yang dipakai dalam
metode ini adalah CFU (Colony Forming Unit) / ml.
Metode perhitungan yang keenam adalah metode hemasitometer.
Hemasitometer adalah alat untuk perhitungan sel secara cepat dan konsentrasi
selnya rendah. Kelebihan dari metode menggunakan hemasitometer adalah dapat
menghitung jumlah sel yang hidup maupun yang mati, karena menggunakan trypan
blue sehingga dapat membedakan sel yang hidup dan sel yang mati. Sel yang hidup
tidak akan berwarna, sedangkan sel yang mati akan berwarna biru. Kelebihan
lainnya adalah morfologi sel dapat diamati, dapat mengevaluasi homogenitas dan
data mendeteksi kontaminasi. Dari perhitungan dapat dilihat persentase sel yang
hidup adalah 94,7%, rata – rata sel bakteri dalam 1 kota adalah 10,8, faktor
pengencerannya adalah 2, dan konsentrasi totalnya adalah 2,16x105 sel / ml.
Metode perhitungan yang terakhir adalah metode spektofotometer. Tujuan
dari metode spektofotometer adalah mengukur banyaknya sel dari suatu mikroba
yang memiliki pigmen warna. Spektofotometer menggunakan cahaya yang akan
melewati objek. Cahaya tersebut ada yang diserap atau dipantulkan sehingga akan
menghasilkan nilai absorbansi. Nilai absorbansi berbanding lurus dengan
kepekatan dari sampel.
21
BAB IV
SIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara
Gobel, Risco, B., dkk. 2008. Mikrobiologi Umum dalam Praktek. Makassar :
Universitas Hasanuddin.
Stainer, R. Y. 1986. The Microbial World. New Jersey: Prentice Hall Englewood
Cliffs.
23