Anda di halaman 1dari 9

VI.

RUMUS DAN PERHITUNGAN


6.1 Rumus
6.1.1 Total Suspended Particulate (TSP)
6.1.1.1 Rumus Berat Partikulat

Berat Partikulat = W2 – W1

Keterangan:
W1 = berat filter (gram)
W2 = berat filter + partikulat (gram)

6.1.1.2 Rumus Laju Alir Volume Uji

𝑄𝑜1 + 𝑄𝑜2
Qo =
2
Keterangan:
Qo = Laju alir volume uji (m3/menit)
Qo1 = Laju alir awal volume uji (m3/menit)
Qo2 = Laju alir akhir volume uji (m3/menit)

6.1.1.3 Koreksi Laju Alir Pada Kondisi Standar

𝑇𝑠 𝑥 𝑃𝑜 1/2
Qs = 𝑄𝑜 𝑥 ( )
𝑇𝑜 𝑥 𝑃𝑠

Keterangan:
Qs = Laju alir volume dikoreksi pada kondisi standar (m3/menit)
Qo = Laju alir volume uji (m3/menit)
Ts = Temperatur standar (298K)
To = Temperatur yang diukur (K)
Ps = Tekanan barometer standar (760 mmHg)
Po = Tekanan barometer yang diukur (mmHg)

6.1.1.4 Volume Udara yang Diambil

V = Qs x T

Keterangan:
V = Volume udara yang diambil (m3)
Qs = Laju alir awal terkoreksi (m3/menit)
T = Waktu pengambilan sampel uji (menit)

6.1.1.5 Konsentrasi Partikel Tersuspensi Total Dalam Udara Ambien

(𝑊2−𝑊1)𝑥 106
C1/2 =
𝑉

Keterangan:
C1/2 = Konsentrasi partikel tersuspensi total (g/Nm3)
V = Volume udara yang diambil
W1 = Berat filter (gram)
W2 = Berat filter + partikulat (gram)

6.1.1.6 Konsentrasi TSP di Udara Ambien Selama 24 Jam


𝑡1
C24 = 𝐶1/2 𝑥 ( )𝑛
𝑡2

Keterangan:
C24 = Konsentrasi udara rata – rata dengan t pengambilan selama 24 jam
C1/2 = Konsentrasi udara rata – rata dengan t pengambilan selama 30 menit
t1 = Lama pengambilan selama 30 menit (menit)
t2 = Lama pengambilan selama 24 jam (menit)
n = Faktor koreksi dengan nilai 0,185

6.1.2 Getaran
6.2.2.1 Peak Value ACC

ACC = 1,414 x rata – rata ACC

6.2.2.2 Peak Value VEL

VEL = 1,414 x rata – rata VEL

6.2 Perhitungan
6.2.1 Total Suspended Particulate (TSP)
6.2.1.1 Berat Partikulat

Berat Partikulat = W2 – W1

Diketahui:
W1 = 4,5714 gram
W2 = 4,5755 gram
Ditanya: Berat Partikulat?
Jawab:
Berat Partikulat = 4,5755 gram – 4,5714 gram
Berat Partikulat = 4,1 x 10-3 gram

6.2.1.2 Laju Alir Volume Uji

𝑄𝑜1 + 𝑄𝑜2
Qo =
2

Diketahui:
Qo1 = 14 m3/menit
Qo2 = 16 m3/menit
Ditanya: Laju alir volume uji?
Jawab:
14 + 16
Qo = 2
Qo = 15 m3/menit

6.2.1.3 Koreksi Laju Alir Pada Kondisi Standar

𝑇𝑠 𝑥 𝑃𝑜 1/2
Qs = 𝑄𝑜 𝑥 ( )
𝑇𝑜 𝑥 𝑃𝑠

Diketahui:
Qo = 15 m3/menit
Ts = 298K
To = 307,9K
Ps = 760 mmHg
Po = 771 mmHg
Ditanya: Koreksi laju alir pada kondisi standar?
Jawab:
298° 𝐾 𝑥 771 𝑚𝑚𝐻𝑔
Qs = 15 𝑚3 𝑥 (307,9° 𝐾 𝑥 760 𝑚𝑚𝐻𝑔)1/2
Qs = 15 m3 x 0,9909
Qs = 14,863 m3/menit

6.2.1.4 Volume Udara yang Diambil


V = Qs x T

Diketahui:
Qs = 14,863 m3/menit
T = 30 menit
Ditanya: Volume udara yang diambil?
Jawab:
V = 14,863 m3/menit x 30 menit
V = 445,89 m3

6.2.1.5 Konsentrasi Partikel Tersuspensi Total Dalam Udara Ambien

(𝑊2−𝑊1)𝑥 106
C1/2 =
𝑉

Diketahui:
W2 = 4,5755 gram
W1 = 4,5714 gram
V = 445,89 m3
Ditanya: C1/2?
Jawab:
(4,5755 𝑔𝑟𝑎𝑚−4,5714 𝑔𝑟𝑎𝑚)𝑥 106
C1/2 = 445,89 𝑚3
4100
C1/2 =
445,89
C1/2 = 9,195 g/Nm3

6.2.1.6 Konsentrasi TSP di Udara Ambien Selama 24 Jam

𝑡1
C24 = 𝐶1/2 𝑥 ( )𝑛
𝑡2

Diketahui:
C1/2 = 9,195 g/Nm3
t1 = 30 menit
t2 = 1440 menit
n = 0,185
Ditanya: C24?
Jawab:
30
C24 = 9,195g/Nm3 𝑥 (1440)0,185
C24 = 4,493 g/Nm3

6.2.2 Getaran
6.2.2.1 Peak Volume ACC

ACC = 1,414 x rata – rata ACC

Diketahui:
Rata – rata ACC = 1,18
Ditanya: Peak volume ACC?
Jawab:
ACC = 1,414 x 1,18
ACC = 1,66852

6.2.2.2 Peak Volume VEL

VEL = 1,414 x rata – rata VEL

Diketahui:
Rata – rata VEL = 2,08
Ditanya: Peak volume VEL?
Jawab:
VEL = 1,414 x 2,08
VEL = 2,94112

VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan perhitungan Total Suspended Particulate (TSP) atau
total partikel tersuspensi. Pengambilan sampel untuk TSP dilakukan di Plaza Kampus A
Universitas Trisakti pada hari Selasa, 15 Oktober 2019 pukul 14.00 – 14.30 WIB dengan
koordinat 610’5” S 10647’25” E dengan menggunakan alat High Volume Air Sampler
(HVAS), kondisi saat pengambilan sampel cerah dengan banyak aktivitas yang ada di sekitar
tempat pengambilan sampel. Pada saat pengambilan sampel dilakukan, pengambilan data
meteorologi juga dilakukan dengan hasil yang didapatkan adalah arah angina dari Timur ke
Barat, suhu 34,9C, kelembaban udar 50% RH, tekanan udara 771 mmHg, kecepatan angin
0,96 m/s, dan rata – rata laju alir volume uji 15 m3/menit.
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode gravimetri dengan alat
High Volume Air Sampler (HVAS) dan kertas filter yang digunakan adalah Glass Microfiber
Filters EPM 2000 dengan ukuran 203 mm x 254 mm (8x10 in). Udara ambien dihisap
menggunakan pompa vakum dan dilewatkan pada kertas filter dan efisiensi penyaringan
minimum 98,5% pada kecepatan aliran 1,1 m3/menit sampai 1,7 m3/menit selama 24 jam  1
jam. Namun, dalam praktikum kali ini waktu pengambilan sampel hanya 30 menit saja.
Setelah 30 menit pengambilan sampel, kertas filter yang awalnya berwarna putih
berubah menjadi warna agak lebih gelap. Berat kertas filter sebelum dilakukan pengambilan
sampel adalah 4,5714 gram dan setelah pengambilan sampel beratnya menjadi 4,5755 gram.
Sehingga ada penambahan berat sebesar 4,1 x 10-3 gram.
Dengan menggunakan perhitungan koreksi laju alir pada kondisi normal dan waktu
pengambilan didapatkan volume udara yang diambil sebesar 445,89 m3. Hasil konsentrasi
partikel tersuspensi total untuk waktu pengukuran 30 menit adalah 9,195 g/Nm3 dan hasil
konsentrasi partikel tersuspensi total untuk waktu pengukuran 24 jam adalah 4,493 g/Nm3.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 551 Tahun 2001
tentang Penetapan Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan di Provinsi DKI
Jakarta, baku mutu Total Suspended Particulate (TSP) pada waktu pengukuran 24 jam adalah
230 g/Nm3 . Jika berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional baku mutu Total Suspended Particulate
(TSP) untuk waktu pengukuran 24 jam adalah 230 g/Nm3.
Pada praktikum kali ini didapatkan hasil bahwa pengukuran Total Suspended
Particulate (TSP) di udara ambien Plaza Kampus A Universitas Trisakti kelompok 7 masih
jauh di bawah baku mutu Total Suspended Particulate (TSP) baik menurut Keputusan
Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 551 Tahun 2001 dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 1999.
Hasil pengukuran termasuk rendah dibandingkan dengan baku mutu disebabkan karena
pada area Plaza Kampus A Universitas Trisakti tidak banyak kegiatan yang dapat
menyebabkan banyaknya debu seperti asap kendaraan bermotor. Selain itu, pada area tersebut
masih banyak pohon – pohon dan tanaman yang menghalangi debu.
Jika nilai Total Suspended Particulate sudah mendekati atau melebihi nilai baku mutu
maka akan ada dampak yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Pencemaran
udara oleh TSP akan menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan atau khususnya
pneumotoniosis. Pneumotoniosis adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya partikel atau
debu yang masuk atau mengendap di paru – paru. Partikulat yang berukuran lebih dari 5 mikron
akan mengiritasi saluran pernapasan dan merangsang respon imun sehingga dapat memicu
timbulnya penyakit pernapasan seperti bronkitis. Selain itu dampaknya untuk lingkungan
adalah keberadaan partikulat di udara dapat mereduksi radiasi matahari dan meningkatkan
presipitasi, mengurangi visibilitas atau daya jarak pandang manusia, partikulat dapat
mengendap pada badan air hujan yang terserap ke dalam tanah, dan mengurangi nutrisi pada
tanah akibat air hujan yang terserap ke dalam tanah. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk
mengurangi paparan dari TSP tersebut, yaitu dengan menggunakan masker.
Selain praktikum Total Suspended Particulate dilakukan juga praktikum getaran. Pada
praktikum getaran dilakukan bersamaan dengan pengambilan contoh uji TSP untuk
mengetahui getaran dari alat HVAS. Alat yang digunakan adalah Vibration Meter model VB
– 8200 dengan rentang frekuensi 10 Hz – 1 kHz, rentang kecepatan atau velocity sevesar 200
mm/s dan kisaran percepatan atau acceleration 200 m/s2. Didapatkan hasil pengukuran rata –
rata kecepatan atau velocity sebesar 2,08 sehingga peak volume velocity sebesar 2,94112 mm/s
dan rata – rata percepatan atau acceleration sebesar 1,18 sehingga peak volume acceleration
1,66852 mm/s2.
Jika dibandingkan dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 46 Tahun
1996 untuk Baku Tingkat Getaran Untuk Kenyamanan dan Kesehatan dengan frekuensi 63 Hz
nilai peak volume dari kecepatan ataupun percepatan masih di bawah 6 sehingga getaran yang
dihasilkan dari alat HVAS masih dalam kategori menganggu – menganggu.
Untuk Baku Tingkat Getaran Mekanik Berdasarkan Dampak Kerusakannya dengan
frekuensi 50 Hz terdapat 4 kategori, yaitu kategori A yaitu getaran tidak menimbulkan
kerusakan, kategori B yaitu getaran memungkinkan menyebabkan keretakan plesteran,
kategori C yaitu getaran memungkinkan menyebabkan rusak komponen struktur dinding
pemikul beban, dan kategori D yaitu getaran menyebabkan rusak dinding pemikul beban. Bila
dilihat dari nilai peak volume kecepatan ataupun percepatan, getaran yang dihasilkan dari alat
HVAS sudah melewati kategori A yaitu di bawah 1 dan ada pada di kategori B yaitu dalam
rentang di bawah 1 – 7 sehingga getaran memungkinkan menyebabkan keretakan plesteran
namun belum sampai menyebabkan rusaknya komponen struktur dinding pemikul beban dan
rusak dinding pemikul beban.

VII. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Total Suspended Particulate dan
Getaran adalah sebagai berikut:
1. Jika dibandingkan dengan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 551 Tahun
2001 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 baku mutu
untuk TSP adalah 230 g/Nm3 untuk waktu pengukuran selama 24 jam, konsentrasi TSP
di Plaza Kampus A Universitas Trisakti masih di bawah baku mutu tersebut dengan
konsentrasi 4,493 g/Nm3.
2. Jika dibandingkan dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 46 Tahun
1996 getaran yang dihasilkan oleh alat HVAS masih dalam kategori menganggu –
menganggu untuk baku tingkat getaran untuk kenyamanan dan kesehatan dan masih di
dalam kategori B yaitu getaran memungkinkan menyebabkan keretakan plester untuk baku
tingkat getaran mekanik berdasarkan dampak kerusakan.

DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 551 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Udara
Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan di Propinsi DKI Jakarta: Jakarta.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat
Getaran. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No, 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara
Ambien Nasional. Jakarta.
LAMPIRAN

Lokasi Sampling

Anda mungkin juga menyukai