OLEH
Nama : Nur Zihan Ariqa
NIM : 10011381924142
Kelompok : Kelompok 4
Dosen : Poppy Fujianti, S.KM., M.Sc.
Asisten : Farah Arsi Solehah, S.KL.
DAFTAR ISI............................................................................................................i
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Tujuan ....................................................................................................... 3
1.2.1. Tujuan Umum ................................................................................... 3
1.2.2. Tujuan Khusus................................................................................... 3
1.3. Manfaat ..................................................................................................... 4
1.3.1. Bagi Mahasiswa ................................................................................ 4
1.3.2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat ............................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5
2.1. Definisi Udara .......................................................................................... 5
2.2. Definisi Debu ........................................................................................... 6
2.3. Ukuran Partikulat Debu ............................................................................ 6
2.4. Karakteristik Debu ................................................................................... 8
2.5. Sifat - Sifat Debu ...................................................................................... 8
2.6. Jenis – Jenis Debu .................................................................................. 10
2.7. Jenis Debu yang dapat Menimbulkan Gangguan Kesehatan pada Manusia
.................................................................................................................11
2.8. Nilai Ambang Batas (NAB) Paparan Debu dan Kualitas Udara ............ 12
2.9. Peraturan yang Berkaitan dengan Paparan Debu dan Kualitas Udara ... 15
2.10. Dampak pada Kesehatan Akibat Paparan Debu dan Kualitas Udara yang
Buruk................... .............................................................................................. 18
2.11. Penanggulangan dan Pencegahan dari Paparan Debu dan Kualitas
Udara yang Buruk ............................................................................................. 19
2.12. Alat EPAM 5000 HAZ-DUST ............................................................ 20
BAB III METODE PRAKTIKUM .................................................................... 22
3.1. Alat dan Bahan ....................................................................................... 22
3.1.1. Alat .................................................................................................. 22
i
3.2. Prosedur Kerja ........................................................................................ 22
3.2.1. Prosedur Kalibrasi Alat EPAM 5000 HAZ-DUST ........................... 22
3.2.2. Prosedur Cara Kerja Memilih Sampling Rate Menggunakan Alat
EPAM 5000 HAZ-DUST ................................................................................ 23
3.2.3. Prosedur Cara Kerja Pengukuran Sampel Menggunakan Alat EPAM
5000 HAZ-DUST............................................................................................ 23
3.2.4. Prosedur Cara Kerja Melihat Data Pengukuran yang Sudah Disimpan
Menggunakan Alat EPAM 5000 HAZ-DUST ................................................. 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 25
4.1. Hasil Praktikum ...................................................................................... 25
4.1.1. Tempat Dan Waktu Pengukuran ...................................................... 25
4.1.2. Tabel Hasil Pengukuran .................................................................. 25
4.2. Pembahasan ............................................................................................ 27
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 30
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 32
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
perkembangan zaman yang diikuti oleh beragamnya aktifitas manusia, kualitas
udara cenderung mengalami penurunan. Beragam aktifitas manusia seperti
kegiatan industri, transportasi, dan kegiatan lainnya memiliki peranan yang
signifikan dalam mendorongnya terjadi pencemaran udara.
Kualitas udara juga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang,
karena dimana orang tersebut berada setiap harinya juga merupakan
penggambaran dari kualitas lingkungannya (Nirmala et al., 2013). Suhu,
kelembapan, kebisingan, pencahayaan, dan debu merupakan komponen yang
ada di dalam suatu ruangan (Nirmala et al., 2013). (Ramadhiani, 2014).
Kualitas udara terdiri dari parameter fisik, kimia dan biologi. Pada laporan
praktikum ini akan membahas mengenai kualitas fisik udara yaitu partikulat
debu atau particulate matter.
Debu menjadi salah satu parameter yang harus diamati karena kadar
debu yang melebihi batas yang diperbolehkan akan mengganggu kesehatan
manusia itu sendiri. Gangguan kesehatan yang muncul biasanya berupa
gangguan pada system pernafasan. Gangguan kesehatan ini tentunya akan
mengganggu produktivitas manusia yang berada dalam ruangan tersebut
(Kurniawati and Kumalasari, 2015).Pengukuran yang tepat, penggambaran
keadaan yang detail, dan pengamatan yang hati-hati dapat memberikan hasil
yang maksimal dalam pengukuran kondisi udara di dalam ruangan.
Sehingga dapat terwujud diketahuinya kualitas udara bersih dan sehat di
dalam ruangan (Nirmala et al., 2013).
Dan dalam pembahasan mengenai kualitas udara dan debu dilakukan
juga praktikum kualitas udara dan debu menggunakan alat EPAM 5000
HAZ-DUST. Selain itu juga dalam laporan praktikum ini membahas
mengenai definisi dari udara, definisi debu, jenis-jenis ukuran pratikulat dari
debu, karakteristik debu, sifat-sifat debu, jenis-jenis debu, jenis debu yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia, nilai ambang batas
debu, baku tingkat debu, peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan kualitas udara dan debu, dampak kesehatan yang disebabkan oleh
buruknya kualitas udara dan debu serta penanggulangannya.
2
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran umum mengenai paparan serta kualitas
udara dan debu yang diterima oleh pekerja. Dan pelaksanaan kegiatan dari
praktikum pengukuran paparan serta kualitas udara dan debu yang
dilakukan di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sriwijaya.
3
1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa dapat mengetahui gambaran rangkaian kegiatan dari
praktikum paparan serta kualitas udara dan debu, yang dilaksanakan di
lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.
2. Mahasiwa mengetahui bagaimana cara penggunaan alat pengukuran
paparan serta kualitas udara dan debu yaitu EPAM 5000 HAZ-DUST
dengan baik dan benar serta mengetahui Nilai Ambang Batas (NAB)
dari paparan serta kualitas udara dan debu.
3. Melalui penggambaran yang nyata dan turut ikut serta dalam kegiatan
praktikum paparan serta kualitas udara dan debu, mahasiswa dapat
menjadikan kegiatan ini sebagai pembelajaran yang sangat bermanfaat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.2. Definisi Debu
Particulate matter atau debu merupakan salah satu persyaratan
kualitas fisik udara dalam ruang. Debu partikulat merupakan salah satu
polutan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di udara
(suspended particulate metter/ spm) dengan ukuran 1 mikron sampai
dengan 500 mikron. Debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran
yang digunakan untuk menunjukkan tingkat bahaya baik terhadap
lingkungan maupun terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (Sari, 2009).
Berdasarkan ukurannya, Environmental Protection Agency (EPA)
mengelompokkan partikel debu menjadi dua kategori, yaitu partikel debu ≤
10 mikrometer (PM10) dan partikel debu ≤ 2,5 mikrometer (PM2,5)
(Kurniawati and Kumalasari, 2015).
Menurut Suma’mur dalam Pradika (2011), debu adalah partikel-
partiket zat padat yang ditimbulkan oleh kekuatan- kekuatan alami atau
mekanis. Kekuatan tersebut yaitu pengolahan, penghancuran, pelembutan,
pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari baan-bahan baik
organik maupun anorganik. Secara fisik, debu dikategorikan sebagai
pencemar yaitu dust udara aerosol (Isramadhanti, 2021).
6
c. Partikulat Debu Respirable
Adalah partikulat airborne yang dapat terhirup dan dapat mencapai
daerah bronchiola sampai alveoli di dalam sistem pernafasan.
Partikulat debu jenis ini berbahaya bila tertimbun di alveoli yang
merupakan daerah pertukaran gas di dalam sistem pernafasan
(Widiastuti, 2018).
7
2.4. Karakteristik Debu
Karakteristik fisik partikulat yang paling utama adalah ukuran dan
distribusinya. Secara umum partikulat berdasarkan ukurannya dibedakan
atas dua kelompok, yaitu
a. Partikel halus (fine particles, ukuran kurang dari 2,5 μm)
b. Partikel kasar (coarse particles, ukuran lebih dari 2,5 μm)
Perbedaan antara partikel halus dan partikel kasar terletak pada
sumber, asal pembentukan, mekanisme penyisihan, sifat optiknya, dan
komposisi kimianya. Partikel halus dan partikel kasar ini dikelompokkan ke
dalam partikel tersuspensi yang dikenal dengan Total Suspended Particulate
(TSP) yaitu partikel dengan ukuran partikel kurang dari 100 μm. Jumlah
partikel tersuspensi (TSP) adalah partikel kecil di udara seperti debu, fume,
dan asap dengan diameter kurang dari 100 μm yang dihasilkan dari kegiatan
konstruksi, pembakaran, dan kendaraan. Partikulat ini dapat terdiri atas zat
organik dan anorganik. Partikulat organik dapat berupa mikroorganisme
seperti virus, spora dan jamur yang melayang di udara (Widiastuti, 2018).
8
c. Sifat Penggumpalan
Permukaan debu yang selalu basah dapat menjadikan debu
menempel satu sama lain dan dapat menggumpal. Kelembaban di
bawah saturasi kecil pengaruhnya terhadap penggumpalan debu.
Akan tetapi bila tingkat humiditas di atas titik saturasi
mempermudah penggumpalan. Oleh karena partikel debu bisa
merupakan inti dari air yang berkonsentrasi, partikel jadi besar.
e. Sifat Opsis
Debu atau partikel basah/lembab lainnya dapat memancarkan
sinar yang dapat terlihat dalam kamar gelap. Debu tambang
didefinisikan sebagai zat padat yang terbagi halus. Partikel-
partikel zat padat atau cairan yang berukuran sangat kecil di dalam
medium gas atau udara disebut aerosol misalnya asap, kabut dan
debu dalam udara. Agar dapat mengendalikan zat-zat berbutir
dalam udara tambang dengan baik, maka perlu dipahami sifat-sifat
dasar sebagai berikut :
1. Zat-zat berbutir, baik cairan maupun padat yang
menunjukkan kelakuan yang serupa apabila dikandung
dalam udara.
2. Butiran-butiran debu baik yang mengakibatkan penyakit
maupun ledakan/mudah terbakar berukuran 10 tidak tinggal
lama di dalam suspensi aliran udara.
3. Butiran-butiran >10 mikron tidak tinggal lama di dalam
suspensi aliran udara.
4. Debu-debu tambang dan industri mempunyai karakteristik
berukuran sangat kecil, antara 0,5-3 mikron. Aktivitas
9
kimianya meningkat dengan semakin berkurangnya ukuran
butir.
5. Debu di bawah ukuran 19 mikron yang menyebabkan akibat
serius terhadap kesehatan tidak mempunyai berat yang
berarti atau lamban (inertia), dengan demikian dapat tinggal
sebagai suspensi dalam udara dan mustahil dapat mengendap
dari aliran udara.
6. Untuk mengendalikan debu halus tersebut (<10 mikron)
yang telah mengapung di dalam udara, memerlukan
pengontrolan aliran udara dimana debu bersuspensi
(Widiastuti, 2018).
10
2.7. Jenis Debu yang dapat Menimbulkan Gangguan Kesehatan pada
Manusia
Jenis-jenis debu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada
manusia terdapat ebagai macam jenis-jenis debu. Dan berikut penjelasan
mengenai jenis debu yang dapat mengganggu kesehatan pada manusia.
Tabel 2.1 Jenis - Jenis Debu dan Contohnya
No. Jenis Debu Contoh (Jenis Debu)
1. Organik
a. Alamiah Batu bara, karbon hitam, arang,
1) Fosil granit TBC, antraks, enzim bacillus
2) Bakteri substilis
3) Jamur Koksidimikosis,histoplasmosis,kript
4) Virus okokus thermophilic actinomycosis
5) Sayuran Psikatosis, cacar air, Q fever
6) Binatang Kompos jamur, ampas tebu, tepung
padi, gabus, atap alang-alang,
b. Sintesis katun, rami, serta nanas Kotoran
1) Plastik burung merpati, kesturi, ayam
2) Reagen Politetra fluoretilen diesosianat
Minyak isopropyl, pelarut organic
2. Anorganik
a. Silica bebas Quarrz, trymite cristobalite
1) Crystaline Diatomaceous earth, silica gel
2) Amorphus Asbestosis, silinamite, talk
b. Silika
1) Fibrosis
2) Lain-lain
3. c. Metal
1) Inert Mika, kaolin, debu semen Besi,
2) Lain-lain barium, titanium, tin, alumunium,
3) Bersifat seng Berilium Arsen, kobal, nikel
keganasan hematite, uranium, asbes, khrom
Sumber : Kadar Debu Industri Pembuatan Briket X Sebagai Faktor Risiko Kejadian ISPA
pada Jarak 150 M dan 200 M ke Permukiman di Kulon Progo (Widiastuti, 2018).
11
2.8. Nilai Ambang Batas (NAB) Paparan Debu dan Kualitas Udara
Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB menurut
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor Per.13/Men/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Kimia di Tempat Kerja adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai
kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) yang
dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan
kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam
sehari atau 40 jam seminggu (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.13/MEN/X/2011, 2011). Dan
untuk nilai ambang batas dari paparan debu dan kualitas udara yang buruk
menurut peraturan perundang-undangan yang ada adalah sebagai berikut :
Menurut peraturan dari Keputusan Menteri Kesehatan No.
261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja, penyehatan udara ruangan terutama pertukaran udara dan kandungan
debu, sebagai berikut : untuk pertukaran udara di lingkungan kerja
maksimal adalah 0, 283 m3 / menit / orang dengan laju ventilasi : 0, 15 – 0,
25 m/ detik. Sedangkan untuk kandungan debu maksimal di dalam udara
ruangan dalam pengukuran rata-rata 8 jam adalah sebagai berikut :
12
Tabel 2.3 Tabel Konversi Nilai Konsentrasi Parameter ISPU ISPU
ISPU 24 Jam 24 Jam 24 Jam 24 Jam 24 Jam 24 jam 24 Jam
partikulat partikulat sulfur karbon ozon (O3) nitrogen hidrokarbon
(PM10) (PM2.5) dioksida monoksida µg/m3 dioksida (HC)
µg/m3 µg/m3 (SO2) (CO) (NO2) µg/m3
µg/m3 µg/m3 µg/m3
13
Tabel 2.4 Standar Kualitas Udara Berdasarkan Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 05 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
Parameter Satuan Standar KUDR*
Parameter Fisika
1. Kelembaban Relatif % < 70
2. Pergerakan Udara m/dt < 0,3
3. Suhu Ruangan °C < 25,5
Parameter Kimia
1. Formaldehid µg/m3 < 100
(HCHO) ppb < 81
2. Karbon Dioksida BDS < 1.000
(CO2)
3. Karbon Monoksida µg/m3 <10.000
(CO)
4. Nitrogen Dioksida µg/m3 < 150
(NO2) ppb < 80
5. Ozon (O3) µg/m3 < 120
ppb < 61
6. Radon (Rn) Bq/m3 < 200
14
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.
261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja. Kandungan Debu. Debu maksimal di dalam udara ruangan dalam
pengukuran rata-rata 8 jam adalah sebagai berikut :
Tabel 2.5 Kandungan Debu dalam Ruangan
No. Jenis Debu Konsentrasi Maksimal
1. Debu Total 10 mg/m3
2. Asbes Total 5 serat/ ml udara dengan
panjang serat > 5 u
3. Silica Total 50 mg/m3
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang :
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja. Kandungan Debu (Kemenkes RI, 1998).
2.9. Peraturan yang Berkaitan dengan Paparan Debu dan Kualitas Udara
Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan paparan debu
dan kualitas udara adalah sebagai berikut :
a. Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
Dalam peraturan ini menjelaskan mengenai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja salah satunya paparan debu.
Bahasan mengenai paparan debu terdapat pada bagian lampiran
bahaya kimia dan berbunyi “NAB untuk campuran debu-debu
mineral untuk campuran debu-debu mineral yang secara biologi
bersifat aktif, dipakai rumus seperti.....”. Selain itu juga dalam
peraturan ini membahas mengenai dampak kesehatan akibat
paparan debu (Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, 2018).
15
b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/Menkes/Sk/Xi/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri
Dalam peraturan ini menjelaskan mengenai Persyaratan kesehatan
lingkungan kerja perkantoran dan industri meliputi persyaratan air,
udara, Iimbah, pencahayaan, kebisingan, getaran, radiasi, vektor
penyakit, persyaratan kesehatan lokasi, ruang dan bangunan, toilet
dan instalasi. Dan dalam peraturan ini membahas terkait persyaratan
udara yang dijelaskan pada poin ke-3, nomor 2 dan 3. Dan berbunyi
(Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor1405/Menkes/SK/XI/2002, 2002):
2) Debu
Agar kandungan debu di dalam udara ruang kerja perkantoran
memenuhi persyaratan kesehatan maka perlu dilakukan upaya-
upaya sebagai berikut :
a) Kegiatan membersihkan ruang kerja perkantoran dilakukan
pada pagi dan sore hari dengan menggunakan kain pel basah
atau pompa hampa (vacuum pump).
b) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik 2 kali/tahun dan
dicat ulang 1 kali setahun.
c) Sistem ventilasi yang memenuhi syarat
3) Pertukaran udara
Agar pertukaran udara ruang perkantoran dapat berjalan dengan
baik maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
a) Untuk ruangan kerja yang tidak ber AC harus memiliki lubang
ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan menerapkan
b) Ruang yang menggunakan AC secara periodik harus
dimatikan dan diupayakan mendapat pergantian udara secara
alamiah dengan cara membuka seluruh pintu dan jendela atau
dengan kipas angin.
c) Membersihkan saringan/filter udara AC secara periodik sesuai
ketentuan pabrik.
16
c. Nilai Ambang Batas ( NAB ) zat kimia di udara tempat kerja
SNI 19-0232-2005
Dalam peraturan ini menjelaskan mengenai SNI Nilai Ambang
Batas (NAB) zat kimia di udara tempat kerja ini dirumuskan untuk
merevisi SNI 19-0232-1987, tentang NAB bahan kimia di udara
tempat kerja, agar diperolehnya keseragaman dan rujukan secara
nasional mengenai NAB zat kimia di udara tempat kerja. Standar ini
mengacu pada Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor: SE-
01/MEN/1997 tentang Nilai Ambang Batas faktor kimia di udara
lingkungan kerja, hasil-hasil penelitian yang dilakuan oleh Pusat
Pengembangan Keselamatan Kerja dan Hiperkes, Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta hasil kajian dari beberapa
literatur (Badan Standarisasi Nasional, 2005).
17
2.10. Dampak pada Kesehatan Akibat Paparan Debu dan Kualitas Udara
yang Buruk
Dampak pada kesehatan akibat paparan debu dan kualitas udara yang
buruk dapat mengganggu kesehatan pekerja. Dan partikel debu yang cukup
kecil untuk dihirup dapat menyebabkan berbagai gangguan, dan jika
partikel debu dihirup secara terus-menerus dan memasuki sistem
pernapasan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan
kesehatan yang parah bahkan kematian. Dan berikut adalah beberapa contoh
dampak dari paparan debu dan kualitas udara yang buruk :
a. Iritasi mata
b. Batuk
c. Bersin
d. Rhinitis alergi
e. Serangan asma
f. Brhonkitis kronis
Bagi penderita gangguan pernapasan, seperti asma, penyakit
pernapasan obstruktif kronis (PPOK) atau emfisema, sejumlah kecil debu
bisa memblokir pernapasan dan membuat gejala mereka memburuk.
Meskipun tidak ada studi yang membuktikan bahwa debu bisa
menyebabkan asma, banyak orang dengan kondisi ini melaporkan bahwa
menghirup sejumlah besar debu mengurangi fungsi paru mereka dari waktu
ke waktu dan berkontribusi pada gangguan seperti bronkitis kronis dan
gangguan jantung dan paru (Samiadi and Savitri, 2021). Selain itu juga
terdapat gangguan-gangguan kesehatan lainnya yang disebabkan oleh debu
seperti :
a. Gangguan asestik dan fisik seperti terganggunya pemandangan
dan penularan warna bangunan dan pengotoran.
b. Merusak kehidupan tumbuhan yang terjadi akibat adanya
penutupan pori-pori tumbuhan sehingga menganggu jalannya
photo sintesis.
c. Mengubah iklim global regional maupun internasional.
18
d. Menganggu perhubungan/penerbangan yang akhirnya menganggu
kegiatan sosial ekonomi di masyarakat.
e. Menganggu kesehatan manusia seperti timbulnya iritasi pada
mata, alergi, gangguan pernafasan dan kanker pada paru-paru.
Efek debu terhadap kesehatan sangat tergantung pada, solubity
(mudah larut), komposisi kimia, konsentrasi debu dan ukuran
partikel debu (Widiastuti, 2018).
19
2.12. Alat EPAM 5000 HAZ-DUST
Haz Dust Environmental EPAM-5000 yang biasa digunakan untuk
pengukuran kualitas udara parameter debu yaitu PM 1,0, PM 2,5, PM 10,
dan TSP (Total Suspended Particle). Alat Monitor Partikulat Udara EPAM-
5000 HAZ-DUST adalah sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur
konsentrasi partikel debu dari udara ambien secara direct atau langsung.
Alat ini dapat menampilkan secara langsung hasil pengukuran secara real
time ukuran partikel yang dapat diukur mulai dari <10 mm (PM10), <2,5
mm (PM 2,5), 1 mm (PM1) dan total debu (TSP) (Sari, 2022).
Partikel debu dengan ukuran <10 mm akan tertahan di saluran
pernapasan atas, partikel debu dengan ukuran <2,5 akan tertahan di saluran
pernapasan tengah, dan partikel debu <1 mm akan tertahan pada saluran
bawah atau alveoli. Dengan pemilihan ukuran selektif filter pengambilan
sampel memungkinkan PM10, PM2.5, PM1.0, atau pemantauan TSP.
Partikel aerodinamis unik ukuran dan opsional 47-mm-line penahan filter
sarat dengan filter yang tepat dapat memberikan sampel bersamaan
gravimetri.
EPAM-5000 menggunakan prinsip hamburan cahaya dekat-maju dari
radiasi inframerah untuk segera dan terus menerus mengukur konsentrasi
dalam mg/m3 partikel debu di udara. Total Suspended Particulate (TSP)
yaitu partikel dengan ukuran partikel kurang dari 100 μm. Jumlah partikel
tersuspensi (TSP) adalah partikel kecil di udara seperti debu, fume, dan asap
dengan diameter kurang dari 100 μm yang dihasilkan dari kegiatan
konstruksi, pembakaran, dan kendaraan (Sari, 2022).
Partikulat ini dapat terdiri atas zat organik dan anorganik. Partikulat
organik dapat berupa mikroorganisme seperti virus, spora dan jamur yang
melayang di udara. Udara dihisap oleh pompa vakum kemudian partikel
debu menempel pada membran filter berdiameter 47mm EPA FRM Style.
Serat dan partikel yang terkumpul pada filter membran harus dihitung atau
ditimbang di laboratorium untuk analisis lebih lanjut. Partikel debu dihisap
lewat pompa dilewatkan pada sensor dan terdeteksi setiap detik.
20
Konsentrasi debu secara instan dihitung dan ditampilkan pada LCD SKC
EPAM-5000.
Semua titik data disimpan dalam memori untuk analisis selanjutnya.
Sampling dilakukan di indoor dengan ketentuan sampling minimal selama
kurang lebih 6 – 8 jam untuk bisa dibandingkan dengan NAB sesuai
permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja. Sebelum dilakukan sampling, pastikan alat sudah
dicharger minimal 8 jam. Untuk sampling bisa disetting manual atau
otomatis setting waktu, dapat menyesuaiakan sesuai dengan kebutuhan.
Apabila pada saat sampling batterai low, bisa dilakukan sampling sambil
dilakukan pengisian daya (Sari, 2022).
21
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Setelah proses
selesai, layar
Pilih Manual- Pilih Manual- Tunggu kira
akan kembali ke
Zero zero sekali lagi kira 99 detik
menu
pengukuran
22
3.2.2. Prosedur Cara Kerja Memilih Sampling Rate Menggunakan Alat
EPAM 5000 HAZ-DUST
Gambar 3.3 Prosedur Cara Kerja Memilih Sampling Rate Menggunakan Alat
EPAM 5000 HAZ-DUST
3.2.3. Prosedur Cara Kerja Pengukuran Sampel Menggunakan Alat EPAM
5000 HAZ-DUST
Pengukuran
selesai
Gambar 3.4 Prosedur Cara Kerja Pengukuran Sampel Menggunakan Alat EPAM
5000 HAZ-DUST
23
3.2.4. Prosedur Cara Kerja Melihat Data Pengukuran yang Sudah Disimpan
Menggunakan Alat EPAM 5000 HAZ-DUST
Gambar 3.5 Prosedur Cara Kerja Melihat Data Pengukuran yang Sudah Disimpan
Menggunakan Alat EPAM 5000 HAZ-DUST
Keterangan :
1. Untuk kadar partikulat 1.0 µm disimbolkan dengan huruf E
2. Untuk kadar partikulat 2.5 µm disimbolkan dengan huruf S
3. Untuk kadar partikulat 10 µm disimbolkan dengan huruf M
4. Untuk TSP disimbolkan dengan huruf L
5. Pengujian ini dilakukan untuk menguji TSP. Dan sebelum dilakukannya
pengujian TSP letakkan impacter slip. Sedangkan jika ingin melakukan
pengujian lainnya letakkan impacter Jet. Sedangkan jika ingin
melakukan penhujian PM 1.0 µm, 2.5 µm, dan 10 µm gunakan
impacterjet yang sesuai dengan apa yang akan diujikan.
6. Dan jika ingin melakukan pengujian PM 10 µm, letakkan impacter jet
PM 10 kedalam Impacter slip hingga garis batas warna merah masuk
kedalam impacter slip.
Dalam pilihan kalibrasi terdapat pilihan seperti Manual Zero, Sensor
Calibrate, dan Auto Zero. Dan saat dilakukan pengujian dan memilih
manual zero maka pengukuran itu dilakukan di titik-titik yang berbeda atau
berpindah tempat dan diukur selama 99 detik. Dan jika dilakukannya
pengujian dan memilih Auto zero maka pengukuran itu dilakukan secara
berulang-ulang dan diukur selama 99 detik.
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
25
5. Di dalam kelas B1.01 Pengujian TSP (Nilai L : 0,030 mg/m3
Fakultas Kesehatan Debu Total) selama 1 Lama : 1 menit
Masyarakat menit pengukuran
Universitas Sriwijaya
6. Di dalam kelas B1.01 Pengujian TSP (Nilai L : 0,017 mg/m3
Fakultas Kesehatan Debu Total) selama 1 Lama : 1 menit
Masyarakat menit pengukuran
Universitas Sriwijaya
TOTAL PENGUKURAN L : 0.092 mg/m3
RATA-RATA PENGUKURAN L : 0.0184 mg/m3
Gambar 4.6 Hasil Pengukuran TSP Gambar 4.7 Hasil Pengukuran TSP
yang Pertama yang Kedua
Gambar 4.8 Hasil Pengukuran TSP Gambar 4.9 Hasil Pengukuran TSP
yang Ketiga yang Keempat
26
4.2. Pembahasan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan salah satu bidang
kesehatan masyarakat yang memfokuskan perhatian pada masyarakat
pekerja baik yang ada di sektor formal maupun informal. Keselamatan
secara umum adalah suatu keadaan aman atau terbebas dari kondisi
berbahaya yang dapat menyebabkan kerugian dalam secara fisik, sosial,
finansial, emosional, dan psikologis. Keselamatan kerja adalah upaya untuk
mencegah timbulnya kecelakaan agar setiap pekerja dapat bekerja dengan
aman dan nyaman serta terhindar dari kecelakaan kerja. Contoh resiko
pekerjaaan yang yang timbul dari unsafe condition adalah paparan debu dan
kualitas udara yang buruk. Selain itu juga, sumber dari paparan debu dan
kualitas udara yang buruk berasal dari aktivitas lingkungan sekitar.
Contohnya polusi kendaraan, cerobong asap dari kegiatan industri maupun
hal lainnya.
Udara merupakan campuran banyak komponen yang terdiri dari gas,
partikel padat, partikel cair, energi, ions, zat organik yang terdistribusi acak
dan bebas mengikuti volume bentuk ruang. Komposisi udara sangat
fluktuatif dinamis, daerah komposisi udara di dataran tinggi berbeda dengan
dataran rendah, daerah pada khatulistiwa berbeda dengan daerah kutub,
daerah banyak vegetasi berbeda dengan daerah industri, daerah rural
berbeda dengan daerah urban (Isramadhanti, 2021).
Particulate matter atau debu merupakan salah satu persyaratan
kualitas fisik udara dalam ruang. Debu partikulat merupakan salah satu
polutan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di udara
(suspended particulate metter/spm) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan
500 mikron. Debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang
digunakan untuk menunjukkan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan
maupun terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (Sari, 2009). Paparan
debu dan kualitas udara yang buruk bisa terjadi dimana saja dan hampir
setiap waktu debu-debu selalu berterbangan disekitar kita. Selain tiu juga,
akibat dari paparan debu dan kualitas udara yang buruk dapat menimbulkan
dampak negatif bagi manusia.
27
Pada Mata Kuliah Laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) telah melakukan praktikum mengenai materi paparan debu dan
kualitas udara di lingkungan sekitar. Praktikum kali ini dilakukan
pengukuran paparan debu dan kualitas udara yang diterima oleh pekerja.
Sumber-sumber paparan debu dan kualitas udara yang buruk biasanya
bersumber dari berbagai aktivitas yang ada di lingkungan contohnya seperti
mesin-mesin atau kendaraan yang berada di lingkungan kerja maupun di
lingkungan masyarakat. Praktikum pengukuran materi paparan debu dan
kualitas udara ini dilakukan dengan menggunakan alat EPAM 5000 HAZ-
DUST.
Selain itu dalam praktikum kali ini, para mahasiswa dan mahasiswi
mampu memahami mengenai paparan debu dan kualitas udara yang buruk.
Selain itu juga dalam laporan praktikum ini membahas mengenai definisi
dari udara, definisi debu, jenis-jenis ukuran pratikulat dari debu,
karakteristik debu, sifat-sifat debu, jenis-jenis debu, jenis debu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia, nilai ambang batas debu,
baku tingkat debu, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
kualitas udara dan debu, dampak kesehatan yang disebabkan oleh buruknya
kualitas udara dan debu serta penanggulangannya. Dan kegiatan
pengukuran ini dilakukan di dalam kelas B1.01 Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya pada tanggal 11 November 2022 pada
pukul 11.30 – 13.00 WIB.
Dari hasil yang didapatkan dari dilakukan pengukuran paparan debu
dan kualitas udara yang buruk sebanyak 5 kali pengukuran dan setiap
pengukuran dilakukan selama 1 menit. Untuk pengukuran TSP yang
pertama didapatkan hasil sebesar 0.006 mg/m3, pengukuran TSP yang kedua
didapatkan hasil sebesar 0,016 mg/m3, pengukuran TSP yang ketiga
didapatkan hasil sebesar 0,023 mg/m3, pengukuran TSP yang keempat
didapatkan hasil sebesar 0,030 mg/m3, dan untuk pengukuran TSP yang
kelima didapatkan hasil sebesar 0,017 mg/m3. Untuk total keseluruhan dari
pengukuran adalah L : 0.092 mg/m3. Sedangkan unuk rata-rata pengukuran
TSP didapatkan hasil sebesar L : 0.0184 mg/m3.
28
Dan untuk pembanding dari Nilai Ambang Batas (NAB) dari paparan
debu dan kualitas udara yang buruk sesuai dengan peraturan yang ada yaitu
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran Dan Industri dengan nilai ambang batas paparan debu
adalah 0.15 mg/m3. Dari Nilai Ambang Batas (NAB) pengukuran yang telah
dilakukan dan dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) dari
peraturan yang ada, maka NAB TSP dari pengukuran yang telah dilakukan
dinyatakan tidak melebihi NAB dari peraturan yang ada.
Untuk dampak negatif yang ditimbulkan dari paparan debu dan
kualitas udara yang buruk contohnya seperti, iritasi mata, batuk, bersin,
rhinitis alergi, serangan asma, brhonkitis kronis, gangguan asestik dan fisik
seperti terganggunya pemandangan dan penularan warna bangunan dan
pengotoran, merusak kehidupan tumbuhan yang terjadi akibat adanya
penutupan pori-pori tumbuhan sehingga menganggu jalannya photo
sintesis, mengubah iklim global regional maupun internasional, menganggu
perhubungan/penerbangan yang akhirnya menganggu kegiatan sosial
ekonomi di masyarakat, dan menganggu kesehatan manusia seperti
timbulnya iritasi pada mata, alergi, gangguan pernafasan dan kangker pada
paru-paru.
Sedangkan untuk pencegahan dan penanggulangan dari paparan debu
dan kualitas udara yang buruk dapat dilakukan dengan beberapa tindakan
contohnya seperti, melakukan pengkajian/identifikasi mengenal macam
sumber, model dan pola penyebaran serta pengaruhnya/dampaknya,
mengetahui dan mengkomonikasikan tentang pentingnya pengelolaan
pencemaran udara dengan mempertimbangkan keadaan sosial
lingkungannya, dan melakukan pengukuran lapangan dalam rangka
pemantauan pencemaran udara diperlukan pemilihan metoda secara tepat
sesuai dengan kemampuan jaringan pengamatan, penempatan peralatan
yang diperlukan
29
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil praktikum paparan debu dan kualitas udara di
kelas B1.01 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya adalah
sebagai berikut :
1. Particulate matter atau debu merupakan salah satu persyaratan
kualitas fisik udara dalam ruang. Debu partikulat merupakan salah
satu polutan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang
di udara (suspended particulate metter/ spm) dengan ukuran 1
mikron sampai dengan 500 mikron.
2. Dalam praktikum kali ini, mahasiswa FKM UNSRI memahami
cara penggunaan alat EPAM 5000, cara pengoperasian alat, dan
materi mengenai kualitas udara yang baik dan jenis-jenis dari
udara dan debu serta gangguan-gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh debu. Selain itu juga dalam praktikum ini
mahasiswa mengetahui dan mengukur debu atau kualitas udara
disekitar atau di dalam kelas B1.01 FKM UNSRI.
3. Untuk pengukuran TSP yang pertama didapatkan hasil sebesar
0.006 mg/m3, pengukuran TSP yang kedua didapatkan hasil
sebesar 0,016 mg/m3, pengukuran TSP yang ketiga didapatkan
hasil sebesar 0,023 mg/m3, pengukuran TSP yang keempat
didapatkan hasil sebesar 0,030 mg/m3, dan untuk pengukuran TSP
yang kelima didapatkan hasil sebesar 0,017 mg/m3. Untuk total
keseluruhan dari pengukuran adalah L : 0.092 mg/m3. Sedangkan
unuk rata-rata pengukuran TSP didapatkan hasil sebesar L : 0.0184
mg/m3.
4. Dan untuk pembanding dari Nilai Ambang Batas (NAB) dari
paparan debu dan kualitas udara yang buruk sesuai dengan
peraturan yang ada yaitu Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang
30
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan
Industri dengan nilai ambang batas paparan debu adalah 0.15
mg/m3. Dari Nilai Ambang Batas (NAB) pengukuran yang telah
dilakukan dan dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB)
dari peraturan yang ada, maka NAB TSP dari pengukuran yang
telah dilakukan dinyatakan tidak melebihi NAB dari peraturan
yang ada.
5. Dampak yang ditimbulkan akibat paparan debu dan kualitas udara
yang buruk seperti iritasi mata, batuk, bersin, rhinitis alergi,
serangan asma, brhonkitis kronis
6. Penanggulangan yang dapat dilakukan adalah dengan cara sebagai
berikut pengelolaan pencemaran udara, mengetahui dan
mengkomonikasikan tentang pentingnya pengelolaan pencemaran
udara dengan mempertimbangkan keadaan sosial lingkungannya,
selain itu juga dapat dilakukannya upaya membuka ventilasi
rumah agar adanya pertukaran udara di dalam ruangan, kerap
membersihkan Air Conditioner (AC) agar debu yang menempel
pada AC tidak menyebar.
31
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional (2005) Nilai Ambang Batas ( NAB ) zat kimia di udara
tempat kerja SNI 19-0232-2005, Nilai ambang batas (NAB) zat kimia di
udara tempat kerja. Available at:
https://ditppu.menlhk.go.id/portal/read/indeks-standar-pencemar-udara-
ispu-sebagai-informasi-mutu-udara-ambien-di-indonesia.
Henita, N. (2019) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Fungsi Kapasitas Paru Pada
Pekerja Yang Terdampak Paparan Debu Di Home Industry C-Maxi
Alloycasting D.I Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Available at:
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/14136/05.2 bab
2.pdf?sequence=6&isAllowed=y.
Isramadhanti, H. W. (2021) ‘Gambaran Kualitas Udara di Kota Yogyakarta
Berdasarkan Pemantauan Air Quality Monitoring System tahun 2019-
2020’, Skripsi. Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta, pp. 30–48.
Available at:
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&
ved=2ahUKEwj9yu_TxNj6AhVA5XMBHY3HAF4QFnoECAwQAQ&url
=http%3A%2F%2Feprints.poltekkesjogja.ac.id%2F6929%2F4%2Fchapter
%25202.pdf&usg=AOvVaw2djJ-i7jlUx7Cm_l-aXtgL.
Kemenkes RI (1998) ‘Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja’, Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja, (261), pp. 1–12.
Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2018 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
(2018) ‘Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2018’, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja, (567), pp. 1–69. Available at:
https://indolabourdatabase.files.wordpress.com/2018/03/permenaker-no-8-
tahun-2010-tentang-apd.pdf.
32
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor1405/Menkes/Sk/Xi/2002 (2002) ‘Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri Menteri Kesehatan Republik
Indonesia’, pp. 1–22. Available at:
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&
cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiW2sGXtab6AhUuTGwGHRCvBNsQF
noECAsQAQ&url=https%3A%2F%2Findok3ll.com%2Fkeputusan-
menteri-kesehatan-republik-indonesia-nomor-1405-menkes-sk-xi-
2002%2F&usg=AOvVaw3I4TKeX.
Khumaidah (2009) Analisis Faktor-Faktor YAng Berhubungan Dengan Gangguan
Fungsi Paru Pada Pekerja Mebel PT Kota Jati Furnindo Desa Suwawal
Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara, Lecture Notes in Computer
Science (including subseries Lecture Notes in Artificial Intelligence and
Lecture Notes in Bioinformatics). UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG.
Kurniawati, N. T. and Kumalasari, A. (2015) Laporan Praktikum Kesehatan
Lingkungan Pengukuran Parameter Kualitas Udara Dalam Ruangan (I
Ndoor Air ). Surabaya.
Lestari, A. (2010) Gangguan Fungsi Paru Tenaga Kerja Di Cv . Gion. Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Available at:
https://core.ac.uk/download/pdf/12351672.pdf.
Nirmala, D. S. et al. (2013) Praktikum Kesehatan Lingkungan Pengukuran Fisik
Udara ( Indoor ). Surabaya. Available at:
https://ikma10fkmua.files.wordpress.com/2013/05/kelompok-1.pdf.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja (2018)
‘Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 5/2018 K3 Lingkungan Kerja’,
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No 5 Tahun 2018,
5, p. 11. Available at: https://jdih.kemnaker.go.id/keselamatan-kerja.html.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
PER.13/MEN/X/2011 (2011) ‘Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.13/MEN/X/2011 Tentang
33
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimiaa di Tempat Kerja’. Available
at: https://jdih.kemnaker.go.id/katalog-146-Peraturan Menakertrans.html.
Peraturan Pemerintah RI (2020) ‘Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia No 14 Tahun 2020 tentang Indeks Standar
Pencemaran Udara’, pp. 1–16. Available at:
https://ditppu.menlhk.go.id/portal/read/indeks-standar-pencemar-udara-
ispu-sebagai-informasi-mutu-udara-ambien-di-indonesia.
Putri, R. (2015) ‘Aplikasi Deteksi Dini Dalam Sistem Sirkulasi Udara Terhadap
Polusi Asap Laporan’, Politeknik Negeri Sriwijaya, pp. 5–24. Available at:
http://eprints.polsri.ac.id/1800/3/BAB II.pdf.
Ramdan, I. M. (2013) Higiene Industri. I. Edited by B. Arianto. Yogyakarta:
Penerbit Bimotry. Available at:
https://id.scribd.com/document/394121726/89168-131036-Buku-Higene-
Industri-Iwan-M-Ramdan.
Ratnani, R. D. (2008) ‘Teknik Pengendalian Pencemaran Udara Yang Diakibatkan
oleh Partikel’, Momentum, 4(2), pp. 27–32. Available at:
https://media.neliti.com/media/publications/114195-ID-none.pdf.
Samiadi, L. A. and Savitri, T. (2021) Sering Menghirup Debu? Ini Bahayanya Bagi
Pernapasan Anda. Available at:
https://hellosehat.com/pernapasan/asma/bahaya-menghirup-debu/
(Accessed: 27 April 2021).
Sari, D. W. (2009) Hubungan parameter fisik kualitas udara dalam ruangan
dengan gejala sick building syndrome (SBS) pada tiga gedung bertingkat di
DKI Jakarta tahun 2009. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sari, H. T. M. (2022) Pelatihan Pengukuran Debu Total Menggunakan Alat Direct
Reading Kepada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro - Kompasiana.com. Available at:
https://www.kompasiana.com/hanif93/61f3a8b606310e710855fe72/pengu
kuran-debu-total-total-suspended-particle-dengan-menggunakan-haz-dust-
environmental-epam-5000 (Accessed: 11 October 2022).
Widiastuti, R. (2018) ‘Kadar Debu Industri Pembuatan Briket X Sebagai Faktor
Risiko Kejadian ISPA pada Jarak 150 M dan 200 M ke Permukiman di
34
Kulon Progo’, Poltekkes Yogyakarta, 4(80), pp. 1–120. Available at:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1157/3/4 BAB II.pdf.
35