Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

PRAKTIKUM PORTABEL MONITORING GAS

Laporan Ini Dibuat Sebagai Syarat


Dalam Mata Kuliah Laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program Studi Kesehatan Masyarakat

OLEH
Nama : Eprilia Annisya Putri
NIM : 10011382025175
Kelompok : 3 (Tiga)
Dosen : Mona Lestari, S.KM., M.KKK.
Poppy Fujianti, S.KM., M.Sc.
Asisten : Risya Alma Innani, S.KL.

LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
2.1 Aeroqual S500 ............................................................................................. 3
2.2 Pengertian Udara ......................................................................................... 3
2.3 Udara Ambien ............................................................................................. 4
2.4 Pencemaran Udara....................................................................................... 5
2.5 Faktor Pencemaran Udara ........................................................................... 5
2.6 Baku Mutu Udara Ambien .......................................................................... 6
2.7 Dampak Pencemaran Udara ........................................................................ 8
2.8 Pengendalian Pencemaran Udara ................................................................ 8
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ........................................................... 9
3.1 Alat dan Bahan ............................................................................................ 9
3.1.1 Alat ....................................................................................................... 9
3.1.2 Bahan .................................................................................................... 9
3.2 Prosedur Kerja ............................................................................................. 9
3.2.1 Cara Kalibrasi Alat ............................................................................... 9
3.2.2 Keterangan Instrumen Alat .................................................................. 9
3.2.3 Cara Kerja Alat................................................................................... 10
3.2.4 Cara Mengganti Baterai ..................................................................... 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 11
4.1 Hasil Praktikum ......................................................................................... 11
4.1.1 Waktu dan Lokasi Pengukuran .......................................................... 11
4.1.2 Layout Pengukuran ............................................................................. 11
4.1.3 Hasil Pengukuran ............................................................................... 11
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 12
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 15
5.1 Kesimpulan................................................................................................ 15

ii
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16
LAMPIRAN ......................................................................................................... 17

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Baku Mutu Kualitas Udara Ambien ....................................................... 6
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Udara Ambien (O3)………………………………..11

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Alat Spirometer ................................................................................... 9
Gambar 3.2 Flowchart Cara Kerja Alat ................................................................ 10
Gambar 3.3 Flowchart Cara Mengganti Baterai ................................................... 10
Gambar 4.1 Layout Pengukuran Udara Ambien (O3)……………………………11

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan pencemaran udara menjadi masalah serius di dunia sekarang
ini, polusi udara membunuh sekitar 7 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya.
Data WHO menunjukkan bahwa 9 dari 10 orang menghirup udara yang
mengandung polutan tingkat tinggi. Pencemaran udara sudah lama menjadi
masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang
banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor. Sekitar 70% penduduk kota di
dunia pernah menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan bermotor. Kontribusi
gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber pencemaran udara di kota-kota
besar mencapai 60-70%. Gas buangan dari cerobong asap industri berkisar antara
10- 15%, sedangkan sisanya berasal dari sumber pembakaran lain seperti
pembakaran sampah serta kebakaran hutan. Jarang disadari bahwa, penyebab utama
pencemaran udara terbesar adalah gas dan partikel yang diemisikan oleh kendaraan
bermotor (Ismiyati et al., 2014).
Secara umum penyebab pencemaran udara ada dua macam yaitu biogenik (
secara alamiah), contohnya debu yang berterbangan akibat tiupan angin, debu yang
dikeluarkan dari letusan gunung berapi, proses pembusukan sampah organik, dan
lain-lain. Penyebab pencemaran udara yang lainnya adalah antropogenik (karena
ulah manusia), contohnya hasil pembakaran bahan bakar fosil, debu atau serbuk
dari kegiatan industri. Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat
merupakan campuran dari salah satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa
padatan, cairan atau gas yang masuk terdispersi kedalam udara kemudian menyebar
ke lingkungan sekitar (Fauziah et al., 2017).
Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan, harta
benda, ekosistem maupun iklim. Secara umum gangguan kesehatan akibat
pencemaran udara terjadi pada saluran pernapasan dan penglihatan. Salah satu
dampak kronis dari pencemaran udara adalah bronchitis dan emphysema.
Pencemaran udaran diawali oleh adanya emisi. Emisi merupakan jumlah polutant
(pencemar) yang dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan
oleh proses alam atau kegiatan manusia (Alfiah et al., 2018).

1
Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfer
yang berada diwilayah yuridisi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan
mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup
lainnya. Kualitas udara ambien di bumi terus mengalami perubahan akibat dari
kegiatan manusia seperti pembangunan infrastruktur kota, industri, dan transportasi
yang terus meningkat intensitasnya demi memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Udara yang dulunya segar, kini terasa kering dan kotor. Dari sekian banyak bahan
pencemar udara, partikel/debu termasuk dalam kelompok yang harus mendapatkan
perhatian karena dapat mengakibatkan dampak besar baik terhadap mahluk hidup
maupun lingkungan fisik (Alfiah et al., 2018).
Udara ambien pada keadaan normal terdiri dari gas nitrogen (78%), gas
oksigen (20%), gas argon (0,93%), dan gas karbon dioksida (0,03%). Komposisi
udara ambien ini dapat mengalami perubahan yang diakibatkan oleh polusi udara.
Polusi udara dapat ditimbulkan dari hasil pembakaran yang tidak sempurna. Proses
pembakaran tersebut menghasilkan gas-gas yang berbahaya bagi lingkungan,
khususnya udara, seperti gas karbon monoksida (CO), gas karbon dioksida (CO₂),
gas hidrokarbon (HC), gas nitrogen monoksida (NO), gas nitrogen dioksida (NO₂),
gas sulfur monoksida (SO), dan gas sulfur dioksida (SO₂) (Wijiarti et al., 2016).
Dalam upaya menjaga mutu udara ambien agar dapat memberikan daya
dukung bagi makhluk hidup untuk hidup secara optimal, maka dilakukan
pencegahan dan penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara.
Pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan salah satunya dengan memantau
atau mengukur kualitas udara, baik udara ambien ataupun udara emisi. Pengukuran
kualitas udara ambien dilakukan di kawasan-kawasan dimana banyak terjadi
kegiatan manusia (Masito, 2018). Pada pratikum kali ini memuat beberapa
informasi mengenai udara ambien dan juga mengenai alat pengukur kadar udara
ambien yaitu alat Aeroqual S500 seperti definisi udara, defenisi dari udara ambien,
defenisi pencemaran udara dan parameter udara ambien serta dampak atau
pengaruh dari pencemaran udara, nilai ambang batas (NAB) dan juga hingga ke
penyakit yang timbul akibat pencemaran udara. Tentu juga memuat mengenai hasil
pratikum alat Aeroqual S500 yang di lakukan pada hari Rabu pukul 13.00-15.00
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aeroqual S500


Aeroqual S500 merupakan alat pengukuran udara ambien yang memenuhi
persyaratan. Alat ukur ini berfungsi untuk mengukur kualitas udara yang ada pada
daerah tertentu. Kualitas udara yang dimaksudkan adalah kualitas udara ambien
lokal di mana udara yang ada di satu tempat dapat memiliki kualitas yang menurun
diakibatkan oleh sejumlah faktor, misalnya adalah adanya kendaraan diesel atau
pun karena udara bercampur dengan emisi pembangkit listrik. Alat ini berhubungan
dengan usaha pemantauan lingkungan, misalnya adalah pemantauan kadar debu di
udara di daerah pertambangan. Pemantauan lingkungan yang dilakukan merupakan
salah satu syarat untuk mendapatkan lisensi dari IED untuk mendapatkan ijin
kondisi perencanaan lingkungan (Hogarh et al., 2018).
2.2 Pengertian Udara
Udara merupakan campuran banyak komponen yang terdiri dari gas,
partikel padat, partikel cair, energi, ion, zat organk yang terdistribusi secara acak
dan bebas mengikuti volume bentuk ruang. Komposisi udara adalah campuran dari
berbagai gas yang terdapat pada permukaan bumi. Udara bumi yang kering
mengandung 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air, karbondioksida, dan gas-
gas lain. Ciri-ciri udara segar adalah tidak berbau, terasa segar, sejuk, dan ringan
saat dihirup (Siburian, 2020). Udara secara umum dibagi menjadi 2 (dua) jenis,
yaitu sebagai berikut (Duppa et al., 2020):
1. Udara Ambien
Udara yang setiap saat kita hirup ketika bernapas merupakan
udara ambien. Udara ambien merupakan udara bebas di permukaan
bumi yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan
perubahan iklim global baik secara langsung maupun tidak langsung.
Udara yang masih bersih terdri dari campuran berbagai gas dengan
konsentrasi yang berbeda-beda. Parameter-paramater udara ambien
yaitu Sulfur dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen
dioksida (NO2), O3, Hidro karbon (HC), PM10, PM2.5, Debu (TSP),
Timah Hitam (Pb).

3
2. Udara Emisi
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 22 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, udara emisi adalah zat, energi dan atau komponen
lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk
dan/dimasukkannya ke dalam udara ambien dan mempunyai atau tidak
mempunyai potensi sebagai unsur pencemar.
2.3 Udara Ambien
Udara merupakan hal yang sangat vital bagi kelangsungan hidup makhluk
hidup. Tanpa adanya udara, makhluk hidup tidak akan bisa bertahan hidup lama,
bahkan hanya beberapa menit saja. Udara Ambien adalah udara bebas di permukaan
bumi pada lapisan troposfer yang berada di dalam wilayah yuridiksi Republik
Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhinya kesehatan manusia, makhluk
hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Adanya kegiatan makhluk hidup
menyebabkan komposisi udara alami berubah. Jika perubahan komposisi udara
alami melebihi konsentrasi tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat
memenuhi fungsinya, maka udara tersebut dikatakan telah tercemar. Dalam upaya
menjaga mutu udara ambien agar dapat memberikan daya dukung bagi makhluk
hidup untuk hidup secara optimal, maka dilakukan pencegahan dan/atau
penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara. Salah satu unsur
pemantauan udara ambien adalah pengambilan sampel udara, yang dapat dibedakan
menjadi (Masito, 2018):
1. Sampling terus‐menerus (continuous): pengukuran secara konstan
selama periode pengambilan sehingga didapat fluktuasi data selama
pengukuran.
2. Sampling intermitten: pengukuran dengan mengambil beberapa titik
pengukuran dengan interval waktu pengukuran yang konstan.
3. Sampling sesaat (grab): pengukuran yang hanya dilakukan satu atau dua
kali saja, tidak secara kontinu dan periodic.
Teknik sampling yang dikenal dalam aplikasi pengukuran dan analisis udara
secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu teknik tangkapan
(capture techniques) dan teknik pemekatan (concentration techniques).

4
2.4 Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia
ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu sehingga dapat
dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat
memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi, dan material. Pengertian lain
dari pencemaran udara adalah terdapat bahan kontaminan di atmosfer karena ulah
manusia (man mader). Selain, itu pencemaran udara dapat pula dikatakan sebagai
perubahan atmosfer karena masuknya bahan kontaminan alami atau buatan ke
dalam atmosfer tersebut (Ismiyati et al., 2014).
Pencemaran udara adalah suatu kondisi dimana kualitas udara menjadi
rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang
membahayakan kesehatan tubuh manusia. Pencemaran udara biasanya terjadi di
kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan gas-gas yang
mengandung zat di atas batas kewajaran. Pencemaran udara adalah masuknya zat
pencemar ke dalam udara dalam jumlah yang berlebihan sehingga menyebabkan
kualitas udara menurun. Penurunan kualitas udara disebabkan dapat terjadi secara
alami dan dari kegiatan manusia (Astuti, 2018).
2.5 Faktor Pencemaran Udara
Bahan pencemar udara merupakan suatu bahan yang berada di atmosfer
dengan konsetrasi lebih tinggi dari tingkat normal lingkungan dan mempunyai
resiko terhadap manusia, hewan, flora, dan material. Pencemaran udara di atmosfer
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut (Xu et al., 2021):
1. Suhu/Temperatur
Suhu yang menurun pada permukaan bumi, dapat menyebabkan
peningkatan kelembaban udara relatif sehingga meningkatkan efek
korosif bahan pencemar di daerah yang udaranya tercemar. Suhu untuk
lingkungan kerja disarankan mempunyai suhu kering 22°-26°C dan
suhu basah 21°- 24°C. Tingkat panas didominasi oleh temperatur
sekitarnya. Namun demikian, standar udara kering atau pengukuran
temperatur ambien udara kering sering tidak cukup sebagai indikator
untuk kriteria tingkat kenyamanan. Temperatur diukur dengan
menggunakan termometer untuk mewakili keadaan penghuni.

5
2. Kelembapan Udara
Air bukan merupakan polutan, namun uap air merupakan pelarut
untuk berbagai polutan dan dapat mempengaruhi konsentrasi polutan di
udara. Uap air dapat menumbuhkan dan mempertahankan
mikroorganisme di udara dan juga dapat melepaskan senyawa-senyawa
volatil yang berasal dari bahan bangunan seperti formaldehid, amonia,
dan senyawa lain yang mudah menguap, sehingga kelembaban yang
tinggi dapat melarutkan senyawa kimia lain lalu menjadi uap dan akan
terpapar pada pekerja (Fardiaz, 1992).
3. Angin
Angin adalah gerakan massa udara. Parameter yang dikaji di
dalam angin meliputi arah angin dan kecepatan angin. Kecepatan angin
penting karena dapat menentukan besarnya kehilangan air melalui
proses evapotranspirasi dan mempengaruhi kejadian hujan. Kecepatan
angin tinggi dan suhu udara stabil maka penyebaran polutan lebih cepat
terjadi dan konsentrasi polutan tidak menumpuk di sekitar sumber emisi.
2.6 Baku Mutu Udara Ambien
Baku mutu udara ambien merupakan ukuran batas atau kadar zat, energi,
dan/atau komponen yang ada atau seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Baku mutu udara ambien
berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999 adalah ukuran batas atau kadar zat, energi,
dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar
yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Berikut adalah parameter
beserta baku mutu udara ambien nasional (PP No. 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara, 1999):
Tabel 2.1 Baku Mutu Kualitas Udara Ambien
No Parameter Waktu Baku mutu Metode Peralatan
pengukuran analisis
1 SO2 (Sulfur 1 Jam 900 Pararosanilin Spektrofotometer
Dioksida) ug/Nm3
24 am
365
1 tahun ug/Nm3

60 ug/Nm3

6
2 CO (Karbon 1 Jam 30.000 NDIR NDIR Analyzer
Monoksida) ug/Nm3
24 am 10.000
ug/Nm3
1 tahun -

3 NO2 1 Jam 400


ug/Nm3
24 am 150
ug/Nm3
1 tahun 100
ug/Nm3

4 O3 1jam 235 Chemilumine Spektrofometer


(Oksidan) ug/Nm3 scent

1 tahun 50 ug/Nm3
5 HC 3 jam 160 Flame Gas
(Hidro ug/Nm3 lonization
Karrbon)

6 PM10 24 Jam 150 Gravimetric Hi-Vol


(Partikel<10 ug/Nm3 Gravimetric
um) 24 Jam 65 ug/Nm3 Gravimetric Hi-Vol
PM2,5(*)
(Partikel<2, 1 Tahun 15 ug/Nm3 Hi-Vol
5 um)

7 TSP 24 Jam 230 Gravimetric Hi-Vol


(Debu) ug/Nm3
1 Tahun 90 ug/Nm3

8 Pb 24 Jam 2 ug/Nm3 Gravimetric Hi-Vol


(Timah
Hitam) 1 tahun 3 ug/Nm3 Ekstratif
pengabuan AAS

9 Dustfall 30 Hari 10 Gravimetric Cannister


( Debu Ton/km2/b
Jatuh) ulan
20
Ton/km2/b
ulan

Sumber : PP No. 41 Tahun 1999

7
2.7 Dampak Pencemaran Udara
Udara yang tercemar partikel dan gas dapat menyebabkan gangguan
kesehatan yang terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru
dan pembuluh darah atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Pencemaran
karena partikel dan debu biasanya menyebabkan penyakit pernapasan kronis
seperti, bronchitis kronis, emfiesma paru, asma bronchial dan kanker paru. Bahan
pencemar gas yang terlarut dalam udara dapat langsung masuk ke dalam tubuh
sampai ke paru-paru yang akhirnya diserap oleh sistem pembuluh darah
(Nurmaningsih, 2018).
Pencemaran udara dapat menyebabkan kerusakan terhadap manusia dan
lingkungan. Pencemaran udara meningkat mempengaruhi produktivitas pertanian,
merusak bahan-bahan, berdampak negatif terhadap ekosistem, dan menyebabkan
gangguan estetika. Dari seluruh dampak tersebut, dampak terhadap kesehatan dan
kesejahteraan manusia adalah yang dominan dengan kontribusi kurang lebih 90%
dari total kerusakan akibat pencemaran udara (Ismiyati et al., 2014).
2.8 Pengendalian Pencemaran Udara
Pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan/atau
penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara. Pengendalian
pencemaran udara meliputi pengendalian dari usaha dan/atau kegiatan sumber
bergerak, sumber bergerak spesifik, sumber tidak bergerak, dan sumber tidak
bergerak spesifik yang dilakukan dengan upaya pengendalian sumber emisi
dan/atau sumber gangguan yang bertujuan untuk mencegah turunnya mutu udara
ambien. Dalam konteks teknologi manajemen pengendalian menghindari polusi
udara ruangan terdapat empat hal yang perlu diperhatikan. Pertama, ventilasi udara
yang sesuai. Ventilasi yang memenuhi persyaratan kesehatan, diantaranya yaitu
(Nisa et al., 2015):
1. Tempatkan alat pengeluaran udara (exhaust) dekat dengan sumber
pencemaran
2. Udara yang dikeluarkan dari ruangan jangan dimasukkan kembali ke
dalam ruangan.
3. Usahakan menggantikan udara yang ke luar dari ruangan sehingga udara
yang masuk ke ruangan sesuai dengan kebutuhan.

8
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Aeroqual S500

Gambar 3.1 Alat Spirometer


3.1.2 Bahan
-
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Cara Kalibrasi Alat
1. Untuk Portabel Gas Monitoring digunakan dengan kalibrasi ekternal.
2. Kalibrasi ekternal dilakukan oleh lembaga atau intansi yang memiliki
sertifikasi kalibrasi atau lembaga yang sudah terstandarisasi.
3. Kalibrasi ekternal dilakukan dengan pilihan pertahun atau perjumlah
penggunaan alat
3.2.2 Keterangan Instrumen Alat
1. Kepala sensor
2. Tombol power dan stand by
3. Layar
4. Alarm mute
5. Enter
6. Menggulir ke atas, atau menahan ke bawah untuk pembuatan log data
7. Gulir ke bawah, atau tahan ke bawah untuk rata-rata maks/menit
8. Tempat baterai.

9
3.2.3 Cara Kerja Alat
Pasang sensor Monitor akan menyala dan layar
Tekan & tahan
sesuai dengan akan menampilkan "AEROQUAL
tombol daya
parameter yang MONITOR S300 / S305 / S500 /
hingga Layar aktif
akan diukur S505 Vx.x

Monitor akan memanas seperti yang


Setelah 5 detik tampilan akan
dijelaskan dalam "Pemanasan" Setelah
berubah untuk menunjukkan
pemanasan selesai, tampilan utama akan
jenis kepala sensor.
muncul keterangan 03 Low : 0.009

Sebelum beroperasi, monitor harus Ketika monitor pertama kali


dipanaskan untuk membakar kontaminan dinyalakan, monitor akan
pada sensor. memanas selama 3 menit.

Kemudian pembacaan akan berkedip Setelah melakukan pengukuran


selama 7 menit berikutnya untuk tekan dan tahan tombol daya
menunjukkan bahwa sensor masih selama 2 detik hingga monitor
dalam keadaan hangat. berbunyi “BIP”.

Tampilan akan kosong dan


pengoperasian monitor akan
berhenti.

Gambar 3.2 Flowchart Cara Kerja Alat

3.2.4 Cara Mengganti Baterai

Lepaskan penutup baterai dari monitor

Masukkan konektor daya baterai ke soket daya monitor di bagian belakang


monitor

Letakkan kabel baterai ke dalam slot di bagian belakang monitor dan masukkan
ujung paket baterai ke titik engsel di bagian bawah penutup belakang monitor

Jepit ujung atas paket baterai ke klip atas, perhatikan untuk mengarahkan paket
baterai sesuai instruksi pada paket baterai.

Pasang kembali penutup baterai pada monitor

Gambar 3.3 Flowchart Cara Mengganti Baterai

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
4.1.1 Waktu dan Lokasi Pengukuran
1. Hari/Tanggal : Rabu, 11 Oktober 2023
2. Waktu : 13.30 WIB s.d selesai
3. Tempat : Ruang Kelas B1.01 FKM UNSRI
4.1.2 Layout Pengukuran

Gambar 4.1 Layout Pengukuran Udara Ambien (O3)

4.1.3 Hasil Pengukuran


Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Udara Ambien (O3)
Hasil Baku Mutu
No Parameter Keterangan
Pengukuran (PP N0.22 th 2021)
0,14 mg/ m³
Tidak Melebihi
1. Ozon (O₃) atau < 150 μg/ m³
Baku Mutu
140 μg/ m³
Sumber: Praktikum Lab K3 2023

11
4.2 Pembahasan
Permasalahan pencemaran udara menjadi masalah serius di dunia sekarang
ini, polusi udara membunuh sekitar 7 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya.
Data WHO menunjukkan bahwa 9 dari 10 orang menghirup udara yang
mengandung polutan tingkat tinggi. Pencemaran udara sudah lama menjadi
masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang
banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor. Maka dari itu kualitas udara
ambien harusla dipertahankan demi kesehatan manusia.
Pada Mata Kuliah Laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
kami telah melakukan praktikum mengenai materi udara ambien. Praktikum kali ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengukur kualitas udara ambien dalam ruangan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya. Pengukuran kualitas udara
ambien dilakukan dengan menggunakan alat ukur yaitu Aeroqual S500. Praktikum
dilaksanakan pada hari Rabu, 11 Oktober 2023 pukul 13.30 sampai dengan selesai.
Aeroqual S500 merupakan alat pengukuran udara ambien yang memenuhi
persyaratan. Alat ukur ini berfungsi untuk mengukur kualitas udara yang ada pada
daerah tertentu. Kualitas udara yang dimaksudkan adalah kualitas udara ambien
lokal di mana udara yang ada di satu tempat dapat memiliki kualitas yang menurun
diakibatkan oleh sejumlah faktor, misalnya adalah adanya kendaraan diesel atau
pun karena udara bercampur dengan emisi pembangkit listrik.
Terdapat 7 parameter pengukuran yang ada di Laboratorium Fakultas
Kesehatan Masyarakat, namun parameter yang digunakan dalam praktikum kali ini
hanya parameter CO, CO₂ dan O₃. Namun untuk menghemat waktu tiap kelompok
hanya diperkenankan menggunakan satu parameter. Parameter yang digunaka oleh
kelompok kami adalah parameter Ozon (O₃). Pengukuran kualitas udara ambien
untuk parameter Ozon (O₃) dilakukan untuk mengetahui apakah kualitas udara
ambien untuk parameter tersebut di Ruangan Kelas B1.01 telah sesuai nilai ambang
batas kualitas udara dalam ruang yang telah ditetapkan berdasarkan standar baku
mutu udara ambien sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
22 tahun 2021. Standar baku mutu udara ambien khusunya untuk parameter ozon
(O₃) berada pada nilai kurang dari atau dibawah 150 μg/ m³ untuk lama waktu
pengukuran 1 jam.

12
Sebelum praktikum dimulai, kita harus membuat dan menentukan titik
pengukuran. Penentuan titik pengukuran diatur dalam SNI 7230-2009 tentang
penentuan titik pengambilan sampel udara di tempat kerja. Untuk unit kerja
berbentu segi empat dengan panjang lebar lebih dari 6 meter. Ruang kelas dibagi
dengan panjang dan lebar masing-masing 3-6 meter (Gambar 4.1). Setelah titik
ditentukan, pasanglah parameter yang akan digunakan dengan hati-hati sesuai
arahan sebelum alat dinyalakan.
Langkah pertama yaitu tekan & tahan tombol daya hingga layar aktif. Lalu
monitor akan menyala dan layar akan menampilkan "AEROQUAL MONITOR
S300/S305/S500/S505 Vx.x”. Setelah 5 detik tampilan akan berubah untuk
menunjukkan jenis kepala sensor dimana kali ini parameter yang digunakan adalah
Ozon (O₃). Kemudian monitor akan memanas seperti yang dijelaskan dalam
"Pemanasan" setelah pemanasan selesai, tampilan utama akan muncul keterangan
03 Low : 0.009. Sebelum beroperasi, monitor harus dipanaskan untuk membakar
kontaminan pada sensor. Kemudian ketika monitor pertama kali dinyalakan,
monitor akan memanas selama 3 menit. Setelah pemanasan, maka sensor akan
langsung memulai pengukuran. Kemudian pembacaan akan berkedip selama 7
menit berikutnya untuk menunjukkan bahwa sensor masih dalam keadaan hangat.
Setelah melakukan pengukuran tekan dan tahan tombol daya selama 2 detik hingga
monitor berbunyi “BIP”. Tampilan akan kosong dan pengoperasian monitor akan
berhenti.
Hasil pengukuran kualitas udara ambien untuk parameter Ozon (O₃)
diperoleh hasil sebesar 0,14 μg/ m³. Nilai tersebut dibandingkan dengan standar
baku mutu udara ambien sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 22 tahun 2021 yaitu kurang dari dari 120 μg/ m³. Berdasarkan nilai ambang
batas yang terdapat pada Permenaker No. 5 Tahun 2018 Tentang K3 Lingkungan
Kerja, maka hasil pengukuran udara ambien parameter Ozon (O₃) tidak melebihi
nilai ambang batas dan aman untuk lingkungan. Berdasarkan nilai baku mutu yang
terdapat pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2021, maka
hasil pengukuran udara ambien parameter Ozon (O₃) juga aman untuk lingkungan
karena tidak melebihi nilai baku mutu.

13
Pemantauan udara ambien dilakukan agar dapat mengetahui tingkat
pencemaran udara yang berdasarkan atas pencemar indikatif umum. Sampling
adalah salah satu cara pemantauan untuk mengetahui tingkat pencemar udara pada
suatu daerah dan sampling dilakukan secara berkala agar tidak sampai terjadinya
pengaruh kesehatan terhadap manusia serta sebagai gambaran paparan pencemar
udara pada daerah tersebut. Dilakukannya pengukuran yang nantinya memberikan
hasil nilai untuk kualitas udara pada lokasi atau daerah tersebut mengalami paparan
pencemar tinggi atau rendah sehingga melalui hasil nilai tersebut dapat digunakan
sebagai gambaran terhadap perngaruh kesehatan masnusia pada lokasi atau daerah
tersebut. Beberapa faktor dari pencemaran udara itu sendiri adalah suhu,
kelembaban udara, dan kecepatan angin (Xu et al., 2021).
Udara yang tercemar partikel dan gas dapat menyebabkan gangguan
kesehatan yang terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru
dan pembuluh darah atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Pengaruh
pencemaran udara terhadap manusia, selain kematian dapat pula berupa penyakit
antara lain yaitu kanker kulit, kanker paru-paru, kebotakan, anemia, pernapasan
kronis, bronchitis kronis, emfiesma paru, asma bronchial dan kanker paru. Polusi
udara yang terjadi berdampak pada kesehatan yaitu berupa partikel debu
mengganggu masyarakat sekitar, pencemparan udara berdampak pada gangguan
pernafasan dan pencemaran udara berisiko non karsinogenik pada masyarakat
sekitar (Nurmaningsih, 2018).
Dalam menghadapi pencemaran udara yang tidak ada habisnya, maka perlu
dilakukan upaya pengendalian untuk meminimalisir dampak yang terjadi.
Pengendalian pencemaran udara meliputi pengendalian dari usaha dan/atau
kegiatan sumber bergerak, sumber bergerak spesifik, sumber tidak bergerak, dan
sumber tidak bergerak spesifik yang dilakukan dengan upaya pengendalian sumber
emisi dan/atau sumber gangguan yang bertujuan untuk mencegah turunnya mutu
udara ambien. Pengendalian pencemaran udara meliputi pencegahan dan
penanggulangan pencemaran, serta pemulihan mutu udara dengan melakukan
inventarisasi mutu udara ambien, pencegahan sumber pencemar, baik dari sumber
bergerak maupun sumber tidak bergerak termasuk sumber gangguan serta
penanggulangan keadaan darurat (Nisa et al., 2015).

14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum pengukuran udara ambien untuk parameter Ozon
(O₃) di Ruang B1.01 FKM UNSRI, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pencemaran udara adalah suatu kondisi dimana kualitas udara menjadi
rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya
maupun yang membahayakan kesehatan tubuh manusia.
2. Alat pengukur kualitas udara ambien adalah Aeroqual S500 dengan
lama durasi pengukuran 1 jam, 8 jam, dan 1 tahun.
3. Standar baku mutu udara ambien diatur dalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2021 yaitu kurang dari dari150 μg/
m³ untuk lama waktu pengukuran 1 jam.
4. Hasil pengukuran telah dilakukan menunjukkan bahwa nilai kualitas
udara ambien untuk parameter Ozon (O₃) di Ruangan B1.01 diperoleh
hasil sebesar 0,14 μg/ m³ diman tidak melebihi nilai ambang batas dan
nilai baku mutu.
5. Pengaruh pencemaran udara terhadap manusia, selain berupa kematian
dapat pula berupa penyakit antara lain yaitu kanker kulit, kanker paru-
paru, kebotakan, bronchitis kronis, emfiesma paru, asma bronchial dan
kanker paru.
6. Pengendalian pencemaran udara dapat dilakuakan dengan memasang
filter udara sehingga udara yang masung ke dalam ruangan dapat
tersaring dengan baik.

15
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, S. J. (2018). Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Pengaruh Polusi
Udara Terhadap Penyakit Ispa Di Puskesmas Perawatan Betungan Kota
Bengkulu. Journal of Nursing and Public Health, 6(1), 72–75.
https://doi.org/10.37676/jnph.v6i1.500
Duppa, A., Daud, A., & Bahar, B. (2020). Kualitas Udara Ambien Di Sekitar
Industri Semen Bosowa Kabupaten Maros. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Maritim, 3(1), 86–92. https://doi.org/10.30597/jkmm.v3i1.10296
Fauziah, D. A., Rahardjo, M., Astorina, N., & Dewanti, Y. (2017). Analisis Tingkat
Pencemaran Udara Di Terminal Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 5(5), 561–570. http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Hogarh, J. N., Agyekum, T. P., Bempah, C. K., Owusu-Ansah, E. D. J., Avicor, S.
W., Awandare, G. A., Fobil, J. N., & Obiri-Danso, K. (2018).
Environmental health risks and benefits of the use of mosquito coils as
malaria prevention and control strategy. Malaria Journal, 17(1), 1–12.
Masito, A. (2018). Risk Assessment Ambien Air Quality (NO2 And SO2) and The
Respiratory Disorders to Communities in the Kalianak Area of Surabaya.
Jurnal Kesehatan Lingkungan, 10(4), 394.
https://doi.org/10.20473/jkl.v10i4.2018.394-401
Nisa, K., Sidharti, L., & Adityo, M. F. (2015). Pengaruh Kebiasaan Merokok
Terhadap Fungsi Paru pada Pegawai Pria Di Gedung Rektorat Universitas
Lampung. Jurnal Kedokteran UNILA, 5(9), 38–42.
Nurmaningsih, D. R. (2018). Analisis Kualitas Udara Ambien Akibat Lalu Lintas
Kendaraan Bermotor Di Kawasan Coyudan, Surakarta. Al-Ard: Jurnal
Teknik Lingkungan, 3(2), 46–53. https://doi.org/10.29080/alard.v3i2.336
PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. (1999). Pp Ri No
41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Peraturan
Pemerintah No. 41 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, 18.
Wijiarti, K., Hanani, Y., & Yunita, N. A. (2016). Analisis Risiko Kesehatan
Lingkungan Paparan Sulfur Dioksida Udara Ambien pada Pedagang Kaki
Lima di Terminal Bus Pulogadung, Jakarta Timur. Correspondencias &
Análisis, 4(15018), 1–23.

16
LAMPIRAN

Proses Pengukuran O₃

Hasil Pengukuran O₃

17

Anda mungkin juga menyukai