Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

PRAKTIKUM SPIROMETER

Laporan Ini Dibuat Sebagai Syarat


Dalam Mata Kuliah Laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program Studi Kesehatan Masyarakat

OLEH
Nama : Eprilia Annisya Putri
NIM : 10011382025175
Kelompok : 3 (Tiga)
Dosen : Mona Lestari, S.KM., M.KKK.
Poppy Fujianti, S.KM., M.Sc.
Asisten : Risya Alma Innani, S.KL.

LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
2.1 Spirometer ................................................................................................... 3
2.2 Pengertian Pencemaran Udara..................................................................... 4
2.3 Uji Fungsi Paru............................................................................................ 5
2.4 Manfaat Uji Fungsi Paru ............................................................................. 5
2.5 Volume dan Kapasitas Paru-Paru ................................................................ 6
2.6 Nilai Ambang Batas Kualitas Paru.............................................................. 8
2.7 Dampak Penurunan Fungsi Paru ................................................................. 8
2.8 Pengendalian Penurunan Fungsi Paru ......................................................... 9
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ......................................................... 10
3.1 Alat dan Bahan .......................................................................................... 10
3.1.1 Alat ..................................................................................................... 10
3.1.2 Bahan .................................................................................................. 10
3.2 Prosedur Kerja ........................................................................................... 10
3.2.1 Cara Kalibrasi Alat ............................................................................. 10
3.2.2 Keterangan Instrumen Alat ................................................................ 11
3.2.3 Cara Kerja Alat................................................................................... 11
3.2.4 Cara Mengganti Baterai ..................................................................... 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 12
4.1 Hasil Praktikum ......................................................................................... 12
4.1.1 Waktu dan Lokasi Pengukuran .......................................................... 12
4.1.2 Data Pasien ......................................................................................... 12
4.1.3 Hasil Pengukuran ............................................................................... 12
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 13
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 16
5.1 Kesimpulan................................................................................................ 16

ii
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17
LAMPIRAN ......................................................................................................... 19

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai Klasifikasi Gangguan Fungsi Paru ................................................. 8
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Udara Ambien (O3)…………………….…………..12

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Volume dan Kapasitas Paru-Paru ........................................................ 7
Gambar 3.1 Mouthpice…………………………………………………………...10
Gambar 3.2 Alat Spirometer ................................................................................. 10
Gambar 3.3 Flowchart Cara Kerja Alat ................................................................ 11
Gambar 4.1 Hasil Pengukuran Spirometer……………………………………….12

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencemaran udara merupakan masuknya atau tercampurnya suatu unsur-
unsur berbahaya ke dalam atmosfer yang dapat mengakibatkan terjadinya
kerusakan lingkungan sehingga menurunkan kualitas lingkungan dan dapat
membahayakan kesehatan manusia. Terdapat dua jenis sumber pencemaran udara,
yang pertama adalah pencemaran akibat sumber alamiah (natural sources) dan
berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources). Pencemaran udara terjadi
karena adanya sumber yang bergerak dan sumber tidak bergerak, meliputi sektor
transportasi, emisi pabrik industri dan domestik. Faktor lainnya yang secara tidak
langsung berpengaruh terhadap terjadinya pencemaran udara adalah pertumbuhan
penduduk, laju urbanisasi yang tinggi, pengembangan tata ruang yang tidak
seimbang dan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat mengenai pencemaran
udara. Kualitas udara sangat dipengaruhi aktivitas yang dilakukan oleh manusia.
Menurut laporan dari world health organization (WHO) tahun 2018 menyebutkan
bahwa, terdapat 7 juta orang setiap harinya di seluruh dunia meninggal akibat polusi
udara, diantaranya 4,2 juta orang meninggal karena polusi udara yang bersumber
dari kegiatan aktivitas manusia (Astuti, 2018).
Sumber pencemaran udara di daerah perkotaan selain dari industri juga
berasal dari transportasi. Transportasi merupakan urat nadi perekonomian yang
terus berkembang dan meningkat seiring dengan berkembangnya zaman dan
teknologi serta peranannya sebagai penunjang pelaksanaan kegiatan pada sektor-
sektor yang lain, sehingga pencemaran kendaraan bermotor di kota besar semakin
meningkat. Pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari
separuh penyebab polusi udara. Pembakaran yang tidak sempurna dapat
menghasilkan bahan pencemaran seperti karbon monoksida dan senyawa-senyawa
fosfor serta timbal (Sudarmawan et al., 2019).
Paru-paru adalah organ tubuh manusia yang terdapat di dalam dada. Paru -
paru berfungsi untuk menukar oksigen dari udara dengan karbondioksida dari darah
dengan bantuan hemoglobin. Proses ini dikenali sebagai respirasi atau pernafasan.
Manusia menghirup udara untuk mendapatkan oksigen (O2), namun tidak semua

1
udara yang dihirup dapat digunakan oleh tubuh, karena udara tercampur dengan
berbagai jenis gas. Gangguan infeksi pernapasan yang terjadi secara serius dalam
waktu yang lama dapat mempengaruhi kesehatan paru-paru. Jika pemeriksaan
fungsi paru dilakukan secara cermat sejak dini, maka penyakit paru-paru dapat
disembuhkan. Oleh karena itu, pekerja pelu dilakukan uji fungsi paru untuk melihat
kesehatan paru-paru pekerja (Wulandari et al., 2015).
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) menurut Global Initiative for
Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) tahun 2015 adalah suatu keadaan yang
ditandai oleh terbatasnya aliran udara, biasanya progresif, disertai respon inflamasi
kronik pada saluran napas. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan
salah satu penyakit tidak menular yang jarang terekspose karena keterbatasan
informasi yang diberikan. Data tahun 2017 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
prevalensi PPOK pada laki-laki sebesar 11,8% dan perempuan 8,5%. Mortalitas
menduduki peringkat keempat terbanyak yaitu 18,6 per 100.000 penduduk pada
tahun 1991 dan meningkat 32,9% dari tahun 1979 sampai 1991. Prevalensi PPOK
di negara-negara Asia Tenggara diperkirakan 6,3% dengan prevalensi tertinggi
terdapat di Vietnam (6,7%) dan China (6,5%) (Nisa et al., 2015).
Pemeriksaan fungsi paru merupakan satu metode yang objektif dalam
menilai perubahan atau gangguan fungsi paru seorang penderita dengan penyakit
paru atau dicurigai mengalami gangguan paru. Uji fungsi paru dapat memberikan
gambaran fungsi pernapasan secara keseluruhan. Pemeriksaan fungsi paru
dilakukan dengan menggunakan alat spirometer. Spirometri merupakan suatu
pemeriksaan yang menilai fungsi mekanik paru, dinding dada dan otot-otot
pernapasan dengan mengukur jumlah volume udara yang dihembuskan dari
kapasitas paru total (TLC) ke volume residu. Uji fungsi paru yang paling sederhana
adalah ekspirasi paksa. Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1 / KVP) /
kapasitas vital paksa (KVP) adalah perbandingan antara volume gas yang
dikeluarkan dalam satu detik pertama melalui ekspirasi paksa sesudah inspirasi
penuh dan volume total gas yang dapat dikeluarkan setelah inspirasi penuh (Tanzila
& Febriani, 2019). Laporan ini berisikan materi mengenai hasil praktikum dan
paparan cahaya yang ada di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sriwijaya dengan menggunakan alat Spirometer.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Spirometer
Spirometer adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur aliran udara
kedalam dan keluar dari paru. Spirometer merupakan alat yang digunakan untuk
menentukan seberapa baik paru-paru bekerja dengan mengukur seberapa banyak
udara masuk dan keluar dari paru-paru saat bernapas. Spirometer berfungsi untuk
pelatihan pemulihan pernapsan, alat ini dapat digunakan untuk mendiagnosis asma,
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan kondisi lain yang memengaruhi fungsi
pernapasan. Spirometer paling sering digunakan untuk menguji fungsi paru serta
mendeteksi kelainan pada saluran pernapasan dan untuk mendeteksi penyakit
saluran pernafasan terutama oleh asap rokok (Xu et al., 2021).
Spirometer adalah perangkat medis yang terdiri dari mouthpiece (corong)
dan selang. Selang terhubung ke mesin atau perangkat dasar yang disebut
spirometri. Biasanya perangkat spirometer dilengkapi dengan marker atau penanda
untuk memberi tahu seberapa banyak napas akan diambil. Saat melakukan
pemeriksaan akan ada instruksi terperinci dari tenaga medis tentang proses
bernapas dan seperti apa yang tenaga medis ingin evaluasi dan cara melakukan
berbagai macam proses bernapas. Pengukuran yang paling umum diukur melalui
spirometer adalah (Ismiyati et al., 2014):
1. Vital Capacity (VC)
Vital Capacity adalah jumlah udara yang keluar dari paru-paru
sewaktu pernapasannormal. Responden diinstruksi untuk menginhalasi dan
mengekspirasi secara normaluntuk mendapat ekspirasi yang maksimal.
Nilai normal biasanya 80% dari jumlah total paru.
2. Forced Vital Capacity (FVC)
FVC adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara paksa
setelahinspirasi secara maksimal, diuku dalam liter.
3. Forced Expiratory Volume (FEV)
Forced Expiratory Volume in one second (FEV1) adalah
jumlah udara yangdapat dikeluarkan dalam waktu 1 detik. Bersama
dengan FVC merupakan indikator utama fungsi paru-paru.

3
4. Tidal Volume (TV)
Tidal Volume adalah volume udara yang diinspirasi atau
diekspirasi setiap kaliorang bernafas normal.
5. Inspiratory Reseve volume
IRV adalah volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah
dan di atasvolume tidal normal bila dilakukan inspirasi kuat/.
6. Expiratory Reserved Volume (ERV)
ERV adalah volume udara ekstra maksimal yang dpaat
diekspirasi melaluiekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidal normal.7.
7. Residual Volume
RV adalah volume udara yang masih tetap berada dalam paru
setelah ekspirasi paling kuat.
2.2 Pengertian Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah kehadiran substansi fisik, kimia atau biologi di
lapisan udara dalam jumlah padat yang bisa membahayakan seluruh makhluk hidup
termasuk manusia serta mengganggu estetika dan kenyamanan lingkungan.
Pencemaran udara timbul akibat adanya sumber-sumber pencemaran, baik yang
bersifat alami ataupun karena kegiatan manusia. Keadaan ini bisa menyebabkan
kualitas udara menurun dan dampak yang paling terasa adalah terganggunya
kesehatan manusia dan juga kehidupan makhluk lainnya. Karena itulah masalah ini
harus segera ditanggulangi agar efeknya tidak semakin meluas dan bumi bebas dari
ancaman polutan. Aktivitas manusia yang tidak terkontrol lah yang menjadi
penyumbang terbesar penyebab pencemaran udara (Amaliyah et al., 2018).
Pencemaran udara merupakan salah satu kerusakan lingkungan, berupa
penurunan kualitas udara karena masuknya unsur-unsur berbahaya ke dalam udara
atau atmosfer bumi, polusi/pencemaran yang terjadi di udara yang disebabkan
adanya polutan yang berupa gas maupun zat partikel, suatu keadaan buruk yang
terjadi di atmosfer yang mempengaruhi faktor kualitas lingkungan dan udara yang
mengandung zat berbahaya yang melibatkan ketidak nyamanan atau resiko bagi
kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya, di mana kualitas udara menjadi
rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang
membahayakan kesehatan tubuh manusia (Shalihah et al., 2017).

4
2.3 Uji Fungsi Paru
Fungsi paru-paru adalah untuk proses respirasi. Suatu pengambilan Oksigen
(O₂) dari udara bebas masuk menuju kedalam saluran nafas dan dilanjutkan menuju
ke dalam darah. Oksigen yang masuk ke dalam saluran nafas digunakan untuk
proses metabolisme dan CO₂ yang dibentuk dalam proses tersebut dikeluarkan dari
dalam darah ke udara luar. Proses respirasi itu sendiri terdiri dari tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi dan perfusi (Tanzila & Febriani, 2019).
Uji fungsi paru adalah istilah umum manuver yang menggunakan peralatan
sederhana untuk mengukur fungsi paru. Uji fungsi paru meliputi spirometri
sederhana, pengukuran volume paru formal, kapasitas difusi karbon monoksida
(CO) dan gas darah arteri. Uji fungsi paru digunakan untuk mengukur dan merekam
4 komponen paru yaitu saluran napas (besar dan kecil), parenkim paru (alveoli
interstitial), pembuluh darah paru dan mekanisme pemompaan. Berbagai penyakit
dapat berdampak pada komponen tersebut (Xu et al., 2021).
2.4 Manfaat Uji Fungsi Paru
Uji fungsi paru adalah alat untuk mengevaluasi sistem pernapasan, kelainan
yang terkait riwayat penyakit pasien, penelitian berbagai pencitraan paru dan uji
invasif seperti bronkoskopi dan biopsi terbuka paru. Pengujian fungsi paru untuk
mengukur fungsi kapasitas paru. Pengujian fungsi paru menggunakan alat yang
disebut spirometer. Pengujian dengan spirometer penting untuk mendeteksi
beberapa kelainan yang berhubungan dengan gangguan pernapasan. Spirometer
merupakan metode untuk screening penyakit paru. Selain itu, spirometri juga
digunakan untuk menentukan kekuatan dan fungsi dada, mendeteksi berbagai
penyakit saluran pernapasan terutama akibat pencemaran lingkungan dan asap
rokok. Manfaat lain dari melakuka uji fungsi paru ,yaitu (Nisa et al., 2015):
1. Diagnostik
Evaluasi individu yang mempunyai gejala, tanda, atau hasil
laboratorium yang abnormal, skrining individu yang mempunyai risiko
penyakit paru, mengukur efek fungsi paru pada individu yang
mempunyai penyakit paru; menilai risiko pre-operasi, dan menilai status
kesehatan sebelum memulai program latihan.

5
2. Monitoring
Menilai intervensi terapeutik, memantau perkembangan
penyakit yang memengaruhi fungsi paru, monitoring individu yang
terpajan agen berisiko terhadap fungsi paru dan efek samping obat yang
mempunyai toksisitas pada paru.
3. Evaluasi kecacatan/kelumpuhan
Menentukan pasien yang membutuhkan program rehabilitasi,
kepentingan asuransi dan hukum.
4. Kesehatan masyarakat
Survei epidemiologis (skrining penyakit obstruktif dan restriktif)
menetapkan standar nilai normal dan penelitian klinis.
2.5 Volume dan Kapasitas Paru-Paru
Volume paru-paru merupakan proses yang digunakan dalam mengukur
jumlah udara pada fungsi tertentu. Volume paru-paru terdiri dari 4 bagian,
diantaranya (Astuti, 2018):
1. Tidal Volume (TV) adalah jumlah volume udara yang dapat dimasukkan
dan dikeluarkan oleh paru-paru setiap pernapasan normal. Jumlah
volume udara untuk laki-laki ± 500 ml dan perempuan ±380 ml.
2. Inspiratory Reserve Volume (IRV) adalah jumlah volume udara yang
diperoleh saat menarik napas dengan maksimal sampai akhir volume
tidal. Pada laki-laki biasanya mencapai 3.100 ml dan perempuan 1.900
ml.
3. Expiratory Reserve Volume (ERV) adalah jumlah volume udara yang
diperoleh saat menghembuskan napas dengan maksimal sampai akhir
volume tidal. Pada laki-laki biasanya mencapai 1.200 ml dan perempuan
800 ml.
4. Residual Volume (RV) adalah volume udara yang masih tetap berada di
dalam paru-paru setelah menghembuskan napas secara maksimal.
Volume residu sangat penting untuk kelangsungan areasi dalam darah
saat jeda pernapasan. Jumlah volume residu pada laki-laki biasanya
1.200 ml dan perempuan 800 ml.

6
Kapasitas vital paru adalah jumlah volume udara yang dapat dikeluarkan
secara maksimum dari paru setelah pertama kali inhalasi secara maksimal yang
dilanjutkan dengan ekspirasi maksimum. Kapasitas paru-paru merupakan
penjumlahan dari satu atau lebih volume paru-paru yang terdiri dari 4 bagian,
diantaranya (Astuti, 2018):
1. Inspiratory Capacity (IC) adalah jumlah udara yang dapat dihirup
seseorang mulai dari inspirasi dan ekspirasi normal dan pengembangan
paru-paru sampai jumlah maksimal. Kapasitas inspirasi sama dengan
volume tidal ditambah volume cadangan inspirasi, untuk laki-laki
jumlahnya sebesar ±3.500 ml dan perempuan ±2.400 ml.
2. Functional Residual Capacity (FRC) adalah jumlah udara sisa dalam
paruparu setelah ekspirasi normal. Kapasitas residu fungsional sama
dengan volume cadangan ekspirasi ditambah volume residu, jumlahnya
sebesar ±2.300 ml.
3. Vital Capacity (VC) adalah jumlah udara maksimal yang dapat
dikeluarkan setelah menarik napas secara normal kemudian menarik
napas secara maksimal dan menghembuskan secara maksimal.
Kapasitas vital 11 sama dengan volume tidal ditambah volume cadangan
inspirasi dan volume cadangan ekspirasi, jumlahnya sebesar ±4.600 ml.
4. Total Lung Capacity (TLC) adalah jumlah udara maksimal yang dapat
mengembangkan paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat-
kuatnya. Kapasitas total paru-paru sama dengan kapasitas vital ditambah
volume residu, jumlahnya sebesar ±5.800 ml.

Gambar 2.1 Volume dan Kapasitas Paru-Paru

7
2.6 Nilai Ambang Batas Kualitas Paru
Berikut ini merupakan nilai klasifikasi gangguan fungsi paru berdasarkan
nilai spirometri (Johnson & Theurer, 2014):
Tabel 2.1 Nilai Klasifikasi Gangguan Fungsi Paru
OBSTRUKSI
RESTRIKSI
Derajat Kerusakan (VEP1/KVP) % VEP1%
( KVP % atau KVP/pred. %)
(VEP1 /VEP1pred)
Normal > 80 % > 75%
Ringan 60 –79 % 60 – 74 %
Sedang 30 – 59% 30 – 59 %
Berat < 30 % < 30 %
Sumber: (Johnson & Theurer, 2014).
2.7 Dampak Penurunan Fungsi Paru
Studi Cardiovascular Health menyebutkan bahwa penambahan usia
menyebabkan penurunan maximal inspiratory force dan maximal expiratory force
(lebih kecil dibandingkan penurunan maximal inspiratory force). Pada individu
sehat, perubahan pada sistem respiratorik yang disebabkan oleh usia tidak
menyebabkan masalah serius seperti obstruksi jalan napas atau penyakit paru
parenkimal karena masih ada kapasitas cadangan paru. Namun saat seorang
individu memiliki penyakit paru komorbid karena merokok atau infeksi paru
sebelumnya maka cadangan tersebut berkurang dan kelainan paru lebih mudah
muncul. Dengan menurunnya fungsi paru, mereka pun akan lebih rentan terkena
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), TB paru, hingga kanker paru. Feni
menuturkan, perokok berisiko terkena TB paru lebih besar 2-5 kali lipat dibanding
yang tidak merokok. Selain itu, dampak jangka pendek, yaitu mudah terinfeksi
saluran napas. Tandanya, mulai sering batuk dan pilek (Amaliyah et al., 2018).
1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Penyakit paru obstruktif kronis atau biasa disingkat dengan
PPOK adalah masalah kesehatan kronis yang terjadi karena paru-paru
mengalami peradangan dalam jangka waktu lama. Kondisi ini dapat
mengakibatkan penderitanya sulit untuk bernapas. Ini biasanya
disebabkan oleh paparan jangka panjang terhadap gas atau partikel yang
mengiritasi, paling sering dari asap rokok. PPOK umumnya ditandai
dengan kesulitan bernapas, batuk berdahak, dan mengi (bengek)
(Shalihah et al., 2017)

8
2. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut dapat
masuk ke dalam paru-paru dan mengakibatkan pengidapnya mengalami
sesak napas disertai batuk kronis. Ciri-ciri TB paru yang menginfeksi
seseorang pada awalnya memunculkan gejala utama yaitu sesak nafas,
batuk berlangsung lama hingga lebih dari 3 minggu., batuk berdarah,
dan dada terasa nyeri (Hutama et al., 2019).
3. Kanker paru
Kanker paru-paru adalah kondisi ketika sel kanker tumbuh
dalam organ paru-paru. Dua jenis utama kanker paru-paru adalah kanker
paru-paru sel kecil dan kanker paru-paru bukan sel kecil. Penyebab
kanker paru-paru termasuk merokok, perokok pasif, paparan racun
tertentu, dan riwayat keluarga (Fauziah et al., 2017).
2.8 Pengendalian Penurunan Fungsi Paru
Penyakit akibat kerja yang berasal dari industri bisa dicegah bila pimpinan
atau pemilik perusahaan dan karyawan mampu saling memberi pengertian satu
sama lain, kemauan antara pimpinan dan karyawan dan kerjasama yang baik antara
pimpinan dan karyawan. Cara untuk mengendalikan Penyakit Akibat Kerja antara
lain (Ismiyati et al., 2014):
1. Peraturan melalui peraturan atau perundang-undangan
2. Pengendalian melalui administrasi atau organisasi
3. Pengendalian secara teknis
4. Pengendalian melalui jalur kesehatan
Pengendalian atau pencegahan supaya karyawan tidak menderita penyakit
yang diakibatkan oleh pekerjaan antara lain adalah :
1. Upaya-upaya agar potensi bahaya yang ada di tempat kerja bisa
berkurang dan hilang
2. Menerapkan keselamatan pada karyawan pada saat bekerja
3. Melakukan pemeriksaan kesehatan pada karyawan secara teratur dan
berkala terutama pada paru.
4. Penyediaan Alat Pelindung Diri yang baik dan sesuai

9
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Moutpice

Gambar 3.1 Mouthpice

2. Spirometri BTL-08 Spiro

Gambar 3.2 Alat Spirometer


3.1.2 Bahan
-
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Cara Kalibrasi Alat
Kalibrasi dilakukan menggunakan bantuan tabung O₂ yang dapat dilakukan
sendiri, dan dapat menggunakan pihak eksternal untuk melakukan kalibrasi secara
menyeluruh.

10
3.2.2 Keterangan Instrumen Alat
1. Record Database, berfungsi untuk sebagai tempat penyimpanan hasil
pengukuran dari pasien
2. Profile setup, berfungsi untuk mengatur profile termasuk metode
pengukuran
3. Calibration, berfungsi untuk mengkalibrasi alat internal.
4. Unit setup, berfungsi sebagai tempat pengaturan unit seperti mengatur
display, mengatur tata letak kertar, dll
5. Select Patient, untuk memasukkan data pasien.
3.2.3 Cara Kerja Alat

Rakit Flow Meter, pasang


Sambungkan Tekan tombol di
corong, lalu sambungkan
Kabel Listrik ke belakang kanan unit ke
kabel flow meter ke
suplai PLN posisi “l”
konektor di belakang alat

Tekan tombol on/off yang


Klik Profile pada
berada di bagian depan bagian Tekan Menu pada
layar, kemudian
kanan bawah selama 3 detik layar kemudia
pilih Forced, dan
hingga muncul gambar pada “Select Patient”
tekan Enter
layar

Pilih “New” untuk memasukkan indentitas


Beri instruksi agar pasien
pasien baru sesuai instruksi pada layar kemudian
menghirup napas panjang
tekan enter. Kembali ke layar utama dan
melalui hidung
pastikan ada nama pasien di sebalah kiri bawah

Klik start, dan beri aba-aba untuk


Masukkan flow meter ke dalam
menghembuskan napas dengan cepat hingga
mulut dan pastikan tidak ada
napas habis tanpa mencuri nafas dan berhenti
lubang angin diantara kedua
saat manuver kurva turun dan menyentuh garis
bibir, dan pasang klip hidung
horizontal atau perintah

Gambar 3.3 Flowchart Cara Kerja Alat

3.2.4 Cara Mengganti Baterai


Spirometer BTL 08 Spiro tidak menggunakan baterai manual, tetapi
menggunakan daya dari listrik. Cara pengisian daya baterai sama seperti pengisian
daya pada umumnya yang bersumber dari listrik.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
4.1.1 Waktu dan Lokasi Pengukuran
1. Hari/Tanggal : Rabu, 11 Oktober 2023
2. Waktu : 13.30 WIB s.d selesai
3. Tempat : Ruang Kelas B1.02 FKM UNSRI
4.1.2 Data Pasien
1. Nama : Yusran Rafi
2. Umur : 21 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Berat Badan : 70 kg
5. Tinggi Badan : 174 kg
4.1.3 Hasil Pengukuran

Gambar 4.1 Hasil Pengukuran Spirometer

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Udara Ambien (O3)


No Parameter Nilai (% Pred) Volume Normal Keterangan
1. FVC 63,73 % ≥ 80 % Abnormal
2. FEV₁ 74,21 % ≥ 75 % Abnormal
3. FEV₁/ FVC 119,35 % ≥ 75 % Normal
Sumber: Praktikum Lab K3 2023

12
4.2 Pembahasan
Uji fungsi paru merupakan pemeriksaan penunjang yang berharga dalam
penatalaksanaan pasien yang diduga atau telah terdiagnosis penyakit pernapasan
sebelumnya. Uji fungsi paru juga dapat digunakan untuk diagnosis awal pada
beberapa pasien, terlebih bagi beberapa orang yang sering kali menghirup udara
yang tercemar. Uji ini membantu diagnosis, membantu memantau respon terhadap
pengobatan dan dapat memandu keputusan mengenai pengobatan dan intervensi
lebih lanjut. Uji fungsi paru meliputi spirometri sederhana, pengukuran volume
paru formal, kapasitas difusi karbon monoksida (CO) dan gas darah arteri (Xu et
al., 2021).
Dewasa ini, pencemaran udara semakin menjadi momok menakutkan bagi
para masyarakat, terlebih untuk mereka yang tinggal di wilayah industri maupun
perkotaan. Polusi yang disebabkan oleh asap kendaraan dan gas pembuangan dari
beberapa pabrik menyebabkan udara disekitarnya tercemar sehingga terjadi
penurunan kualitas udara. Menurut laporan dari world health organization (WHO)
tahun 2018 menyebutkan bahwa, terdapat 7 juta orang setiap harinya di seluruh
dunia meninggal akibat polusi udara, diantaranya 4,2 juta orang meninggal karena
polusi udara yang bersumber dari kegiatan aktivitas manusia (Astuti, 2018).
Pada Mata Kuliah Laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
kami telah melakukan praktikum mengenai materi uji fungsi paru. Praktikum kali
ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan uji fungsi paru pada beberapa pasien
untuk mengetahui apakan fungsi paru berada dalam kondisi normal ataupun
abnormal. Pengukuran uji fungsi paru dilakukan dengan menggunakan alat ukur
yaitu Spirometer. Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 11 Oktober 2023 pukul
13.30 sampai dengan selesai. Spirometer berfungsi untuk pelatihan pemulihan
pernapsan, alat ini dapat digunakan untuk mendiagnosis asma, penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK), dan kondisi lain yang memengaruhi fungsi pernapasan.
Pengukuran yang paling umum diukur melalui spirometer adalah Vital Capacity
(VC), Forced Vital Capacity (FVC), Forced Expiratory Volume (FEV), Tidal
Volume (TV), Inspiratory Reseve volume (IRV), Expiratory Reserved Volume
(ERV), dan Residual Volume (RV).

13
Praktikum kali ini dilakukan di ruang kelas B1.02 Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya. Praktikum menggunakan alat bernama
spirometer. Praktikum diawali dengan melakukan pre-test untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman kami mengenai materi yang akan dijelaskan hari ini. Selanjutnya,
para asisten laboratorium menjelaskan mengenai materi hari ini yaitu tentang
penemaran udara, uji fungsi paru, nilai volume paru normal pada manusia, cara
penggunaan alat spirometer, serta upaya pengendalian dari pencemaran udara.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan uji fungsi
paru. Yang pertama adalah pastikan pasien yang akan diuji berpuasa minimal 2 jam
sebelum uji dilakukan. Sebelum melakukan pengujian, pastikan baterai pada alat
dalam kondisi penuh atau alat langsung dapat dihubungkan dengan arus listrik.
Pastikan penguji sudah paham betul SOP yang akan diinstruksikan kepada pasien
saat pengukuran Setelah hal-hal tersebut dilakukan, maka pengukuran dapat
dilakukan.
Pengukuran diawali dengan merakit flow meter dengan memasukkan
moutpice ke dalam flow meter. Kemudian tekan tombol yang ada di belakang alat
untuk menghidupkan alat. Tekan tombol on/off yang berada di bagian depan bagian
kanan bawah selama 3 detik hingga muncul gambar pada layar. Klik Profile pada
layar, kemudian pilih Forced, dan tekan Enter. Kemudian tekan Tekan Menu pada
layar kemudia “Select Patient”. Pilih “New” untuk memasukkan indentitas pasien
baru sesuai instruksi pada layar kemudian tekan enter. Kembali ke layar utama dan
pastikan ada nama pasien di sebalah kiri bawah. Berikan instruksi kepada pasien
untuk menghirup nafas sedalam-dalamnya lalu memasukkan moutpice ke dalam
mulut. Pastikan tidak ada cela/rongga sehingga mengakibatkan udara keluar selain
ke dalam alat. Klik start, dan beri aba-aba untuk menghembuskan napas dengan
cepat hingga napas habis tanpa mencuri nafas dan menghembuskan nafas sekuat-
kuatnya dengan sambal mengeluarkan suara “HUH”. Berhenti meghembuskan
nafas saat manuver kurva turun dan menyentuh garis horizontal atau perintah.
Lakukan pengukuran sebanyak 3x percobaan hingga mendapatkan hasil yang
akurat dengan mempertimbangkan cara uji yang tepat sesuai instruksi. Setelah
mendaapatkan hasil yang sesuai, pilih hasil yang akan di print out. Print out hasil
dengan menekan tombol print pada layar maka hasil akan otomatis keluar.

14
Penggolongan nilai normal volume paru dimuat dalam modul pelatihan
Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang diselenggrakan oleh Departemen
Ketenagakerjaan dan Transmigrasi. Untuk angka normal volume paru obstruktif
(FEV₁/FVC) adalah lebih atau sama dengan 75%. Untuk angka volume paru
restruktif (FVC) adalah lebih atau sama dengan 80 %. Hasil pengukuran pada
praktikum kali ini adalah untuk nilai FVC adalah sebesar 63,73 %,. Jika
dibandingkan dengan nilai paru normal, maka pasien dapat diindikasi memiliki
gangguan pengembangan paru (restruktif), sehingga saat bernafas paru-paru tidak
dapat mengembang secara sempurna. Hasil pengukuran paru obstruktif
(FEV₁/FVC) menunjukkan angka 119,35%. Berdasarkan nilai volume paru
obstruktif normal yaitu ≥80% maka dapat diputuskan bahwa pasien tidak memiliki
gangguan fungsi paru obstruktif dimana tidak terjadi hambatan saluran udara
karena adanya penyumbatan saluran nafas atau penyempitan saluran pernafasan.
Kelainan restruktif pada paru dapat berupa penyakit salah satunya adalah
tuberkulosis paru. Infeksi tuberkulosis pada paru akan mengakibatkan kelainan
parenkim paru antara lain fibrosis dan bila mengenai pleura akan menyebabkan
pleuritis. Kelainan paru restruktif lainnya adalah asbestosis, sarkoidosis, dan
fibrosis paru. Kelainan obstruktif adalah setiap keadaan hambatan aliran udara
karena adanya sumbatan atau penyempitan saluran napas. Pada kelainan faal paru
obstruktif seperti bronkitis kronik atau emfisema, terjadi penurunan FEV₁ yang
lebih besar dibandingkan dengan FVC sehingga rasio FEV₁/FVC kurang dari 80%.
Kelainan pada paru dapat menyebabkan hal-hal yang berdampak serius bagi
kesehatan. Maka dari itu, pentingnya melakukan upaya pengendalian agar
meminimalisir terjdinya penurunan fungsi paru. Pengendalian atau pencegahan
supaya karyawan tidak menderita penyakit yang diakibatkan oleh pekerjaan antara
lain, seperti menerapkan keselamatan pada karyawan pada saat bekerja,
pengendalian melalui peraturan atau perundang-undangan, melakukan pemeriksaan
kesehatan pada karyawan secara teratur dan berkala terutama pada paru, penyediaan
Alat Pelindung Diri yang baik dan sesuai, APD dalam hal ini adalah masker yang
dirancang untuk memberikan perlindungan maksimal terhadap bahaya yang ada di
lokasi produksi dan sekitarnya dan merupakan upaya terakhir dalam usaha
perlindungan pekerja.

15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum uji fungsi paru menggunakan alat spirometer, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Uji fungsi paru adalah uji untuk mengevaluasi sistem pernapasan,
kelainan yang terkait riwayat penyakit pasien, penelitian berbagai
pencitraan paru dan uji invasif seperti bronkoskopi dan biopsi terbuka
paru.
2. Spirometer merupakan alat yang digunakan untuk menentukan
seberapa baik paru-paru bekerja dengan mengukur seberapa banyak
udara masuk dan keluar dari paru-paru saat bernapas
3. Nilai volume normal para paru-paru dimuat dalam modul pelatihan
Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang diselenggrakan oleh
Departemen Ketenagakerjaan dan Transmigrasi dengan angka normal
volume paru obstruktif (FEV₁/FVC) adalah ≥75% dan restruktif (FVC)
adalah ≥80 %.
4. Hasil pengukuran volume paru obstruktif (FEV₁/FVC) adalah sebesar
119,35% sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien tidak memiliki
gangguan fugsi paru obstruktif.
5. Hasil pengukuran volume paru adalah sebesar 63,73% sehingga pasien
dapat diindikasi memiliki gangguan fungsi paru restruktif.
6. Kelainan fungsi paru restruktif dapat terjadi ketika paru-paru tidak
mengembang secara sempurna. Kelainan fungsi paru obstruktif terjadi
karena adanya hambatan pernafasan yang disebabkan oleh
penyempitan saluran pernafasan.
7. Pengendalian penurunan fungsi paru dapat dilakukan dengan
pengendalian melalui peraturan atau perundang-undangan, melakukan
pemeriksaan kesehatan pada karyawan secara teratur dan berkala
terutama pada paru, penyediaan Alat Pelindung Diri yang baik dan
sesuai.

16
DAFTAR PUSTAKA
Amaliyah, R., Setiani, O., & Lanang Dangiran. (2018). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian gangguan fungsi paru pada polisi lalu lintas
di Satlantas Polrestabes Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6, 2356–
3346. http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Astuti, S. J. (2018). Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Pengaruh Polusi
Udara Terhadap Penyakit Ispa Di Puskesmas Perawatan Betungan Kota
Bengkulu. Journal of Nursing and Public Health, 6(1), 72–75.
https://doi.org/10.37676/jnph.v6i1.500
Fauziah, D. A., Rahardjo, M., Astorina, N., & Dewanti, Y. (2017). Analisis Tingkat
Pencemaran Udara Di Terminal Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 5(5), 561–570. http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Hutama, H. I., Riyanti, E., & Kusumawati, A. (2019). Gambaran Perilaku Penderita
Tuberculosis Paru Dalam Pencegahan Penularan Tuberculosis Paru
Dikabupaten Klaten. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(1), 491–500.
Ismiyati, I., Marlita, D., & Saidah, D. (2014). Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas
Buang Kendaraan Bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik
(JMTRANSLOG), 1(3), 241. https://doi.org/10.54324/j.mtl.v1i3.23
Johnson, J. D., & Theurer, W. M. (2014). A stepwise approach to the interpretation
of pulmonary function tests. American Family Physician, 89(5), 359–366.
Nisa, K., Sidharti, L., & Adityo, M. F. (2015). Pengaruh Kebiasaan Merokok
Terhadap Fungsi Paru pada Pegawai Pria Di Gedung Rektorat Universitas
Lampung. Jurnal Kedokteran UNILA, 5(9), 38–42.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/632/636
Shalihah, A. A., Nurjazuli, & Setiani, O. (2017). Analisis Perbedaan Fungsi Paru
pada Masyarakat Berisiko Berdasarkan Kepadatan Lalu Lintas dan Kadar
Debu Total Ambien di Jalan Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
5(3), 348–358.
Sudarmawan, D. A., Arkhaesy, N., & Anam, M. S. (2019). Perbedaan Hasil Fungsi
Paru Pada Remaja Dengan Osa (Obstructive Sleep Apneu) Dan Tanpa Osa.
Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro), 8(2), 681–
692.

17
Tanzila, R. A., & Febriani, R. (2019). Korelasi Kapasitas Vital Paru dengan Prestasi
Atlet Di Sekolah Olahraga Nasional Sriwijaya Palembang. Syifa’ MEDIKA:
Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 9(2), 79.
https://doi.org/10.32502/sm.v9i2.1661
Wulandari, R., Setiani, O., & Dewanti, N. (2015). Hubungan Masa Kerja Terhadap
Gangguan Fungsi Paru Pada Petugas Penyapu Jalan Di Protokol 3, 4 Dan 6
Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 3(3), 797–806.
Xu, Q., Fang, Y., Jing, Q., Hu, N., Lin, K., Pan, Y., Xu, L., Gao, H., Yuan, M., Chu,
L., Ma, Y., Xie, Y., Chen, J., & Wang, L. (2021). A portable triboelectric
spirometer for wireless pulmonary function monitoring. Biosensors and
Bioelectronics, 187(May), 113329.
https://doi.org/10.1016/j.bios.2021.113329

18
LAMPIRAN

Proses Pengukuran Uji Fungsi Paru

Hasil Pengukuran Uji Fungsi Paru

19

Anda mungkin juga menyukai