Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH TERAPI BUYTEKO TERHADAP PENGONTROLAN GEJALA PADA

PENDERITA ASMA.

Dosen Pembimbing :

Bapak Fais

Disusun Oleh :

Sulis Tri Wahyuni (201801047)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )


BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
S1 KEPERAWATAN
2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................9
2.1 Konsep Asma.........................................................................................................9
2.1.1 Definisi.............................................................................................................9
2.1.2 Etiologi.............................................................................................................9
2.1.3 Patofisiologi...................................................................................................10
2.1.4 Manifestasi klinis...........................................................................................10
2.1.5 Upaya Pencegahan Asma...............................................................................10
2.1.6 Pemeriksaan Asma.........................................................................................11
2.1.7 Penatalaksanaan.............................................................................................12
2.2 Pengontrolan Gejala Asma...................................................................................12
2.3 Konsep Buyteko...................................................................................................13
2.3.1 Definisi Buyteko............................................................................................13
2.3.2 Manfaat..........................................................................................................13
2.3.3 Tahapan Teknik Buteyko...............................................................................13
2.4 Penelitian Terkait.................................................................................................14
2.6 Kerangka Teori....................................................................................................16
2.7 Kerangka Konsep.................................................................................................17
BAB III METODELOGI PENELITIAN...........................................................................18
3.1 Desain Penelitian..................................................................................................18
3.2 Variable penelitian...............................................................................................18
3.3 Populasi dan Sample............................................................................................18
3.4 Definisi Operasional............................................................................................19
3.5 Analisa Data.........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Asma adalah suatu kelainan berupa peradangan kronik saluran napas yang menyebabkan
penyempitan saluran napas (hiperaktifitas bronkus) sehingga menyebabkan gejala episodik
berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk terutama pada malam atau dini
hari. (RI, 2018). Asma menyerang semua kelompok umur tetapi sering dimulai pada masa
kanak-kanak. Ini adalah penyakit yang ditandai dengan serangan sesak napas dan mengi
berulang, yang bervariasi dalam tingkat keparahan dan frekuensi dari orang ke orang. Pada
individu, mereka dapat terjadi dari jam ke jam. Kondisi ini disebabkan oleh radang saluran udara
di paru-paru dan mempengaruhi sensitivitas ujung saraf di saluran udara sehingga mereka mudah
teriritasi. Dalam serangan, lapisan saluran membengkak menyebabkan saluran udara menyempit
dan mengurangi aliran udara masuk dan keluar dari paru-paru. (WHO, 2019)

Proses inflamasi kronik ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi


hiperesponsif,sehingga memudahkan terjadinya bronkokontriksi, edema, dan hipersekresi
kelenjar, yang menghasilkan pembatasan aliran udara di saluran pernafasan dengan manifestasi
klinik yang bersifat periodic berupa mengi, sesssak napas, dada terasa berat, batuk – batuk
terutama malam hari/subuh. Gejala ini berhubungan dengan luasnya inflamasi, yang derajatnta
bervariasi dan bersifat reversible secara spontan maupun dengan atau tanpa pengobatan
(GINA(Global Initiative for Asthma)2011). (INFODATIN, 2013) Penatalaksanaan asma
dilakukan dengan tujuan untuk mengelola asma jangka panjang dan eksaserbasi asma melalui
empat komponen penting meliputi penilaian atau pemantauan, pendidikan kesehatan, mengontrol
faktor yang berkontribusi terhadap tingkat keparahan asma untuk mencegah timbulnya
kekambuhan gejala asma yang dilakukan secara mandiri oleh pasien, dan pengobatan
farmakologis (Marlin Sutrisna, 2018)

3
Asma adalah penyakit kronis yang paling umum di antara anak-anak di seluruh dunia.
Sekitar 235 juta orang hidup dengan asma. Lebih dari 80% kematian terkait asma terjadi di
negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Pengobatan dan manajemen asma yang
efektif menyelamatkan nyawa. (WHO, 2019) National Health Interview Survey di Amerika
Serikat memperkirakan bahwa setidaknya 6,5 juta orang menderita asma. (INFODATIN, 2019)

Saat ini prevalensi asma masih tinggi berdasarkan WHO (2002) dan GINA (2011),
diseluruh dunia diperkirakan terdapat 300 juta orang, pada tahun 2025 diperkirakan jumlah
pasien asma mencapai 400 jiwa. (INFODATIN, 2013) Laporan Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) dalam World Health Report 2000 menyebutkan, lima penyakit paru utama salah satunya
asma. Asma merupakan penyakit umum di kalangan anak-anak. Menurut perkiraan World
Health Organization(WHO) terbaru yang dirilis pada Desember 2016, terdapat 383.000 kematian
akibat asma pada 2015 (The Global Asthma Report, 2018). (INFODATIN, 2019).

Prevalensi asma di jawa timur pada tahun 2013 sebesar 5,1, di Indonesia prevalensi
mencapai 4,5. (RISKESDAS, RISET KESEHATAN DASAR , 2013). Jika tahun 2007
dibandingkan dengan 2018 diketahui bahwa terdapat kenaikan prevalensi asma secara nasional
sebesar 0,5%. Perbandingan angka prevalensi pada tulisan ini antara Riskesdas 2007 dan 2018
dikarenakan kesamaan dalam mendiagnosis asma pada tahun tersebut, yaitu melalui wawancara
berdasarkan diagnosa oleh tenaga kesehatan atau dengan gejala. (INFODATIN, 2019) prevalensi
asma pada tahun 2018 turun menjadi 2,4. Di provinsi jawa timur sendiri berada pada prevalensi
2,5, prevalensi tertinggi berada di DIY sebesar 4,5. Prevalensi kekambuhan asma pada tahun
2018 di Indonesia sebesar 57,5 %, untuk jawa timur tingkat kekambuhan sebesar 60 %.
(RISKESDAS, 2018).

Penyebab utama penyakit asma belum diketahui sampai saat ini. Faktor risiko paling
utama untuk memicu asma adalah kombinasi dari kecenderungan genetik dengan paparan
lingkungan terhadap zat dan partikel yang dihirup yang dapat memicu reaksi alergi atau
mengiritasi saluran udara, seperti: alergen dalam ruangan (misalnya tungau, debu rumah, polusi,
dan bulu hewan peliharaan) alergen luar ruangan (contohnya serbuk sari dan jamur) asap rokok
kimia di tempat kerja polusi udara. Pemicu lain dapat termasuk udara dingin, kondisi
emosional yang ekstrem seperti kemarahan atau ketakutan, dan latihan sik. Bahkan obat-

4
obatan tertentu dapat memicu asma, seperti aspirin dan obat anti inamasi non-steroid lainnya,
dan beta-blocker (yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, kondisi jantung, dan
migrain). (INFODATIN, 2019)

Gejala asma dapat menyebabkan sulit tidur, kelelahan di siang hari, dan komitmen yang
hilang seperti sekolah dan pekerjaan. Hyperventilation yang diikuti dengan kecemasan
merupakan gejala yang sering ditemukan pada penderita asma, sehingga mengakibatkan
bronkokonstriksi jalan nafas (Holloway, Elizabeth A. Wes, 2007). Hyperventilation merupakan
suatu kondisi dimana CO2 dalam darah dan alveoli berkurang sehingga kompensasi jalan nafas
mengalami konstriksi bertujuan untuk menghindari kehilangan CO secara berlebih (Bruton,
2005). Selain itu penebalan dinding jalan nafas karena remodelling jalan nafas meningkat dengan
tajam dan berkontribusi terhadap obstruksi aliran udara (Wiley, 2012). Pernafasan yang seperti
ini berkontribusi dalam kerentanan dan kelemahan tubuh terhadap berbagai macam penyakit dan
berhubungan erat dengan cara bernafas yang efektif dan benar. (Marlin Sutrisna, 2018)

Dampak negatif dari kontrol asma buruk dapat mengganggu pola tidur, aktivitas sehari-
sehari, kerusakan paru, dan berbagai komplikasi asma lainnya (Li et al, 2005). Asma
menyebabkan kecemasan dan depresi. Kecemasan tersebut muncul karena konsumsi
kortikosteroid dan meningkatnya jumlah hari rawat inap di rumah sakit. Dampak kecemasan dan
depresi salah satunya adalah penurunan kualitas hidup (Kullowatz, Kanniess, Dahme,
Magnussen, & Ritz, 2007). Selain memberikan dampak fisik, psikologis, ataupun fungsional,
asma juga berpengaruh terhadap kualitas hidup penderitanya bahkan meningkatkan angka
morbiditas (To et al, 2013). Penyakit asma berdampak pada finansial karena perawatan asma
membutuhkan biaya yang besar untuk biaya medis seperti rawat inap dan obat-obatan. Asma
juga dapa tmenyebabkan kematian dini (Masoli et al, 2004). Peningkatan pengeluaran biaya
pengobatan disebabkan oleh control penyakit yang ketat. Kehilangan hari kerja terjadi pada
pasien asma karena kekambuhan asma (Dal Negro et al, 2007). Dalam (Sutrisna, Pranggono, &
Kurniawan, 2018)

Penatalaksanaan asma adalah mencapai asma terkontrol sehingga penderita asma dapat
hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivita sehari-hari. Pengontrolan terhadap
gejala asma dapat dilakukan dengan cara menghindarin alergen pencetus asma, konsultasi asma

5
dengan tim medis secara teratur hidup sehat dengan asupan nutrisi dan menghindari stress.
Terapi komplementer dapat diterapkan oleh penderita asma untuk mengontrol gejala asma.

Salah satu terapi komplementer pengontrol asma adalah buyteko. Metode Buteyko
awalnya dikembangkan oleh Dr Konstantin Buteyko. Hasil peneitian (Udayani, Amin, &
Makhfudli, 2020) Kombinasi teknik pernapasan Buteyko dan latihan berjalan meningkatkan
kontrol asma melaui mekanisme peningkatan CO2 dan produksi nitric oxide yang berefek
bronkodilatasi dan melalui penurunan mediator inflamasi sehingga dapat menurunkan gejala
asma. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Agustiningsih, Denny. Kafl, Abdul. Djunaidi, 2007)
yang menyatakan bahwa tekhnik pernafasan buyteko dipercaykan dapat menurunkan angka
serangan, penggunaan obat bronkodilator dan penggunaan steroid menjadi minimal. (Melastuti,
2015). Hasil penelitian lainnya disimpulkan pernafasan Buteyko bermafaat dalam pengontrolan
asma. (Juwita & Sary, 2019)

Latihan teknik pernapasan buteyko yang diberikan tidak membutuhkan pengeluaran


biaya. Intervensi ini dapat dilakukan dengan mudah dan mandiri dirumah yang tentunya
menguntungkan penderita apabila intervensi tersebut aman dilakukan dan terbukti manfaatnya.
Selain itu teknik pernapasan buteyko menggunakan pernapasan hidung, sehingga menghasilkan
oksida nitrat. Karena latihan pernapasan buteyko sangat mudah dilakukan dan memberikan efek
yang baik, diharapkan para perawat dapat menerapkan atau mengajarkan kepada setiap pasien
yang melakukan kontrol asma di Poli Paru. (Sutrisna, Pranggono, & Kurniawan, 2018)

I.2 RUMUSAN MASALAH

Apakah ada pengaruh antara terapi buyteko dengan pengontrolan gejala pada penderita

asma?

6
I.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Umum :

Mengetahui pengaruh terapi buyteko terhadap pengontrolan gejala pada penderita asma.

Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi Pengontrolan gejala pada penderita asma sebelum diberikan terapi

komplementer buyteko

2. Menganalisis pengontrolam gejala asma setelah dilakukan terapi komplementer buyteko

3. Menganalisis pengaruh terapi buyteko terhadap Pengontrolam gejala pada penderita

asma.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 KONSEP ASMA

II.1.1 DEFINISI
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif interminten, reversible dimana trachea
dan bronchi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. Asma adalah suatu
kelainan berupa peradangan kronik saluran napas yang menyebabkan penyempitan saluran
napas (hiperaktifitas bronkus) sehingga menyebabkan gejala episodik berulang berupa
mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk terutama pada malam atau dini hari. (RI,
2018).

Asma adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh reaksi berlebihan jalan nafas
terhadap iritan atau stimuli lain. Episode asma biasanya terjadi berulang dan serangan dapat
disebabkan oleh terpapar iritan, kelatihan dan kondisi emosional.

II.1.2 ETIOLOGI
Faktor predisposisi (Abd Wahid, 2013)
a) Genetic
Diturunkannya bakat alergi dari kelurga dekat, meski belum diketahui bagaimana
penurunannya dengan jelas. Penderita sangat mudah terkena asma apabila terpapar
dengan faktor pencentus
Faktor pencentus
a. Alergen
Adalah suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini dibagi menjadi tiga yaitu :
Inhalan, Ingestan, Kontraktan,.
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa dingin mempengaruhi asma. Perubahan cuaca
menjadi pemicu serangan asma.
c. Lingkungan kerja

8
Berhubungan langsung dengan sebab terjadinya asma, dari tempatnya bekerja.
Seperti bekerja di pabrik kayu, polisis lalu lintas. Gejala asma membaik bila
saat cuti dari pekerjaan.
d. Olahraga
Sebagia besar penderita asma akan kambuh jika melakukan aktivitas yang
berat.
e. Strees
Gangguan emosi dapat menjadi penyetus terjadinya asma, selain itu juga
memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita asma yang mengalami
strees harus ditangani segera.

II.1.3 Patofisiologi
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain
alergen, virus, dan iritan yang dapat menginduksi respon inflamasi akut yang terdiri atas
reaksi asma dini (Early Asthma Respon= EAR) dan reaksi asma lambat proses dapat terus
berlanjut menjadi reaksi inflamasi sub-akut atau kronik. Pada keadaan ini terjadi
inflamasi di bronkus dan sekitarnya, beruopa infiltrasi sel-sel inflamasi terutama eosinofil
dan monosit dalam jumlah besar ke dinding dan lumen bronkus.

II.1.4 Manifestasi klinis

Tanda dan gejala asma meliputi dyspnea, wheezing, hiperventilasi, pusing – pusing,
perasaan yang merangsang, sssakit kepala, nausea, peningkatan nafas pendek, kecemasan,
diaphoresis dan kelelahan. Tingkat keparahan dari serangan asma tergantung obstruksi pada
slauran pernafasan, kadar saturasi oksigen, pembawaan pola pernafasan, perubahan status
mental, dan bagaimana tanggapan pasien terhadap status pernafasannya.

II.1.5 Upaya Pencegahan Asma


Upaya pencegahan asama dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

4. Pencegahan primer
Pencegahan primer ditunjukan untuk mencegah sensitisasi pada bayi dengan
resiko asma (orang tua Asma), dengan cara :

9
a. Penghindaran asap rokok dan polutan lain selama kehamilan dan masa
perkembagan anak.
b. Diet hipoalergenik ibu hamil,asalkan dengan syarat diet tersebut tidak
mengganggu asupan janin.
c. Pemberian asi eksklusif sampai usia 6 bulan.

5. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah inflamsipada anak yang
telah tersentisasi dengan cara menghindari pajanan asap rokok,serta alergen dalam
ruangan terutama tungau debu rumah.
6. Pencegahan tersier
Sudah asma tetapi mencegah terjadinya serangan yang dapat ditimbulkan
oleh berbagai jenis pencetus. Sehingga menghindari pajanan pencetus akan
memperbaiki kondisi asma dan menurunkan kebutuhan medikasi/ obat.

II.1.6 Pemeriksaan Asma


7. Pemeriksaan Jasmani
Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan jasmani dapat
normal. Hal itu meningkatkan kerja pernapasan dan menimbulkan tanda klinis berupa
sesak napas, mengi dan hiperinflasi. Pada serangan ringan, mengi hanya terdengar pada
waktu ekspirasi paksa. Walaupun demikian mengi dapat tidak terdengar (silent chest)
pada serangan yang sangat berat, tetapi biasanya disertai gejala lain misalnya sianosis,
gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan otot bantu napas.
8. FAAL Paru
. Pengukuran faal paru digunakan untuk menilai: • obstruksi jalan napas •
reversibiliti kelainan faal paru • variabiliti faal paru, sebagai penilaian tidak langsung
hiperes-ponsif jalan napas. Banyak parameter dan metode untuk menilai faal paru, tetapi
yang telah diterima secara luas (standar) dan mungkin dilakukan adalah pemeriksaan
spirometri dan arus puncak ekspirasi (APE).

10
II.1.7 Penatalaksanaan
A. Farmakologi
Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan napas,
terdiri atas pengontrol dan pelega.
1. Pengontrol (Controllers) Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk
mengontrol asma, diberikan setiap hari untuk mencapai dan mempertahankan
keadaan asma terkontrol pada asma persisten.
2. Pelega Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos,
memperbaiki dan atau menghambat bronkostriksi yang berkaitan dengan gejala
akut seperti mengi, rasa berat di dada dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan
napas atau menurunkan hiperesponsif jalan napas.
B. Non Farmakologi
Program penatalaksanaan dan pengendalian asma meliputi 7 komponen, yaitu
edukasi, menilai dan monitor berat asma secara berkala, identifikasi dan
mengendalikan faktor pencetus, merencanakan dan memberikan pengobatan jangka
panjang, menetapkan pengobatan pada serangan akut, pemeriksaan teratur dan pola
hidup sehat.

II.2 PENGONTROLAN GEJALA ASMA

Penilaian asma terkontrol ini menggunakan alat pengukur fungsi paru, namun evaluasi
ini sulit dilaksanakan karena kurangnya fasilitas spirometri sebagai alat pengukur fungsi paru di
pelayanan primer. Alat kontrol asma yang sederhana, efisien dan mudah didapat diperlukan
untuk pasien asma Asthma Control Test (ACT) adalah suatu uji skrining berupa kuesioner
tentang penilaian klinis seorang penderita asma.

Kuesioner ini terdiri dari 5 pertanyaan, dikeluarkan oleh American Lung Association
yang bertujuan memberi kemudahan kepada dokter dan pasien untuk mengevaluasi penderita
asma yang berusia diatas 12 tahun dan menetapkan terapi pemeliharaannya. ACT merupakan
alat kontrol asma yang sederhana dan tidak menggunakan kriteria faal paru untuk menilai
kontrol asma penderita. Sehingga ACT dapat digunakan dalam praktek klinik sehari- hari untuk
menilai kontrol asma pada tempat pelayanan yang tidak tersedia fasilitas spirometri.

11
II.3 KONSEP BUYTEKO

II.3.1 Definisi Buyteko

Metode Buteyko adalah serangkaian latihan pernapasan yang sederhana dengan


prinsip secara mekanisnya berbeda dengan metode pernapasan yang lain. Namun secara
umum memiliki tujuan yang sama yaitu memperbaiki pernapasan diafragma. Metode ini
memiliki ciri khusus yang lebih memfokuskan pada menurunkan frekuensi
pernapasan.Penderita asma akan mengalami hiperventilasi yang menyebabkan rendahnya
kadar CO2 yang akan diikuti dengan pergeseran efek Bohr dan akibatnya oksigenasi akan
semakin berkurang. Frekuensi napas yang optimal dengan penurunan frekuensi pernapasan
membawa kadar CO2 pada kadar normal, sehingga oksigenasi akan optimal. (Denny
Agustiningsih, 2007)

II.3.2 Manfaat

Kelebihan dari teknik pernapasan buteyko dapat menurunkan frekuensi serangan


asma (kekambuhan), mencegah tingkat keparahan, dan menurunkan dosis kortikorsteroid
inhalasi serta memperbaiki PEFR. Selain itu teknik pernapasan buteyko dapat menghentikan
batuk, hidung tersumbat, sesak napas, wheezing, dan memperbaiki kualitas hidup.Teknik
pernapasan buteyko tidak memiliki efek samping (Hassan, Riad, & Ahmed, 2012) dalam
(Marlin Sutrisna, 2018)

II.3.3 Tahapan Teknik Buteyko

Lamanya waktu untuk melakukan seluruh tahapan teknik pernapasan ini adalah 25
menit. Adapun langkah-langkah secara umum dalam melakukan latihan teknik pernapasan
ini adalah sebagai berikut :

Langkah 1 : Tes Bernapas Contol pause

Pada tahap awal, sebagai pemanasan sebaiknya ambil napas terlebih dahulu
sebanyak 2 kali, kemudian ditahan, lalu dihembuskan. Setelah itu, lihat berapa lama waktu
dapat menahan napas. Tujuannya adalah untuk dapat menahan napas selama 40-60 detik.

Langkah 2 : Pernapasan Dangkal

12
Ambil napas dangkal selama 5 menit. Bernapas hanya melalui hidung, sedangkan
mulut ditutup. Kemudian lakukan tes bernapas control pause. Hitung kembali waktu untuk
dapat menahan napas.

Langkah 3: Teknik Gabungan

Ulangi kembali "tes control pause- bernafas dangkal- tes control pause sebanyak 4 kali.

II.4 Penelitian Terkait

Tabel 1.1 penelitian yang terkait

No Peneliti Judul Variable penelitian Hasil penelitian


1 Marlin Pengaruh Variabel independen : Data yang terkumpul dianalisis secara
Sutrisna, Teknik Tekhnik pernafasan deskriptif dan inferensial dengan skala
Emmy H Pernapasan buyteko signifikansi p<0,05. Hasilnya ada pengaruh
Pranggono, Buteyko teknik pernapasan buteyko terhadap ACT
Variabel dependen : ACT
Titis Terhadap Act (asthma control test). hasil penelitian ini
Kurniawan. (Asthma menjadi penting sebagai bahan telaah bagi
Control Test) perawat di Rumah Sakit dalam upaya
2018
peningkatan kontrol asma.
2 Wiwik Pengaruh Variable independen : dianalisis menggunakan SPSS 22 dengan
Udayani, Kombinasi Teknik Pernapasan GLM-RM (General Linear Model-Repeated
Muhammad Teknik Buteyko Dan Latihan Measure) ANOVA. Hasilnya kombinasi
Amin, Pernapasan Berjalan. teknik pernapasan Buteyko dan latihan
Makhfudli. Buteyko Dan berjalan meningkatkan kontrol asma melaui
Variable dependen :
Latihan mekanisme peningkatan CO2 dan produksi
2020
Berjalan Kontrol Asma nitric oxide yang berefek bronkodilatasi dan
Terhadap melalui penurunan mediator inflamasi
Kontrol Asma sehingga dapat menurunkan gejala asma.
Pada Pasien
Asma Dewasa.
3 Lisavina Pernafasan Variabel independen : Instrumen pengontrolan asma menggunakan
Juwita & Ine Buteyko pernafasan buyteko. pengukuran Astma Control Test. Hasil uji
Permata Sary Bermanfaat statistik didapatkan p value 0,000 berarti ada
Variable dependen :
2019 Dalam perbedaan antara pengontrolan asma sebelum
pengontrolan asma
Pengontrolan dan sesudah pelaksanaan pernafasan
Asma Buteyko. Dapat disimpulkan pernafasan
Buteyko bermafaat dalam pengontrolan
asma.
4 Eman Buteyko Variable independent : This study support the effectiveness of

13
Mahmoud Breathing Buteyko breathing exercise over the standard
Hafez Technique: A treatment in asthmatic patients. There was a
Buteyko Breathing
Mohamed, Golden Cure statistically significant improvement of daily
Technique
Aml Ahmed for Asthma Asthma Control, Asthma severity, pulmonary
Mohammed Variabel dependen : function-forced expiratory volume in 1s
ELmetwaly (FEV1) and peak expiratory flow rate
,Ateya Golden Cure for Asthma (PEFR), in patients after applied Buteyko
Megahed breathing exercise for one months over pre
Ibrahim. 2018 applied it.
5 Yosreah The effect of Variable independent : The symptoms severity, which need for
Mohamed, Buteyko treatment were reduced, also control of
Buteyko breathing
Sabah breathing bronchial asthma were improved in the study
technique
Elderiny and technique group post implementation of the Buteyko
Dr. Lobna among patients Variabel dependen : Breathing Technique. There is a positive
Ibrahim, 2019 with bronchial effect for practicing Buteyko Breathing
asthma: among patients with exercise on reducing asthma symptoms’
Comparative bronchial asthma severity and improve the ability to control
study asthmatic patients.

14
II.5

II.6 KERANGKA TEORI

ASMA

Etiologi:

a. Genetik
Penatalaksanaan
b. Faktor Pencetus
1. Allergen
2. Cuaca
Farmakologi :
3. Lingkungan Kerja Non Farmakologi :
4. Olahraga a. Pengontrol
Terapi Buyteko
5. Strees b. pelega

Gejala Asma :
Kontrol asma :
dyspnea, wheezing, hiperventilasi,
pusing – pusing, perasaan yang a. Tidak terkontrol
merangsang, sssakit kepala, nausea, b. Terkontrol sebagian
peningkatan nafas pendek, c. Terkontrol penuh
kecemasan, diaphoresis dan
kelelahan.

15
II.7 KERANGKA KONSEP

PASIEN ASMA

Penatalaksanaan :
Gejala Asma :
c. Farmakologi :
1. Pengontrol dyspnea, wheezing, hiperventilasi,
2. pelega pusing – pusing, perasaan yang
d. Non Farmakologi : merangsang, sssakit kepala, nausea,
6. Terapi Buyteko peningkatan nafas pendek,
kecemasan, diaphoresis dan
kelelahan.

Kontrol asma :

d. Tidak terkontrol
e. Terkontrol sebagian
f. Terkontrol penuh

= Tidak diteliti

16
= diteliti
II.8

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

III.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode penelitian analitik

eksperimental dengan bentuk quasi eksperimental. Desaign penelitian yaitu one group pre test

post test disign. Pada penelitian ini hanya terdapat satu kelompok yang akan diberikan intervensi

yaitu latihan pernapasan buteyko. Sebelum diberikan intervensi, sampel terlebih dahulu

diberikan pre – test, kemudian diberikan intervensi, setelah pemberian intervensi dilakukan post

– test.

III.2 Variable penelitian

Variable dependent atau bisa disebut variable terikat adalah adalah variable yang

dipengaruhi atau disebabkan adanya variable independent. Sedangkan variable

independentadalah varibel yang mempengaruhi variable dependent. Variable-variable dalam

penelitian ini adalah :

a. Variable independent : terapi buyteko

b. Variable dependent : pengontrolan gejala asma.

III.3 Populasi dan Sample

Populasi adalah seluruh dari subyek penelitian, yang memiliki karakteristik tertentu.

Populasi pada penelitian ini adalah pasien asma yang menderita asma di Puskesmas jabon

usia 21- 50 tahun sebanyak 44 orang.. Pada penelitian ini menggunakan teknik purposive

17
sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan kriteria ditentukan oleh peneliti sendiri

untuk dijadikan sampel.

Adapun Kriteria inklusi dam Ekslusi dalam penelitian ini adalah :

a. Kriteria Inklusi

1) Bersedia menjadi responden dan menandatangani informed concent

2) Usia 21- 41 tahun

3) pasien yang terdiagnosa asma

4) Responden yang tidak sedang dirawat dirumah sakit.

b. Kriteria Eksklusi

1) Pasien merokok

2) Mempunyai penyakit paru lainnya seperti TB paru, PPOK, karsinoma paru

3) Mempunyai penyakit hipertensi, gagal jantung, epilepsi, kelainan muskuloskeletal

III.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variable secara operasional berdasarkan

karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau

pengukuran secara cermat terrhadap suatu objek atau fenomena.

Variabel Definisi operasiona; Parameter Alat ukur skala Kriteria


Variable Merupakan hasil ukur Questioner berisi 5 quesioner Ordinal a. Skor < 20 =
dependent : klien terhadap pertanyaan yang tidak
pengontrolan gejala jawaban dari masing- terkontrol.
Pengontrolan
asma dengan masing pertanyaan b. Skor 20-24 =
Gejala Asma
menggunakan memiliki nilai 1-5. Terkontrol
questioner asma Total score ACT Sebagian

18
control test yang menentukan kriteria c. Skornya 25 =
diukur sebelum kontrol asma, terkontrol
diberikan intervensi Penuh
Tidsk terkontrol
(pre-test) dan sesudah
intervensi (post test). Terkontrol sebagian

Terkontrol Penuh
Variabel Metode mengusulkan 1. Langkah 1 : Tes - - -

independent : untuk mengontrol Bernapas Contol


pause
terapi pernapasan untuk
2. Langkah 2 :
buyteko mengurangi Pernapasan

hiperventilasi yang Dangkal


3. Langkah 3:
juga dapat memicu
Teknik Gabungan
asma. (Giselle Mae C.

Villareal, 2014).

III.5 Analisa Data

Metode analissis data merupakan langkah yang digunakan untuk menjawab rumusan

masalah dalam penelitian. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kesimpulan dari hasil

penelitian. teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif komparasi,

dimana penelitian Komparasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya perbedaan antara dua

variabel atau lebih.

Sample dalam penelitian ini syaitu 2 berpasangan pre-test dan post test dengan skala

penilaian ordinal. Untuk membuktikan Ho : Tidak ada pengaruh terapi buyteko terhadap

pengontrolan gejala pada penderita asma, dengan nilai α 5%. Uji statistic menggunakan

19
Wilcoxon Signed Rank test Untuk melakukan perhitungan peneliti menggunakan bantuan

program SPSS (statistical product and servicesolution) 20.0 for windows.

20
DAFTAR PUSTAKA

Abd Wahid, I. S. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan Pada Gangguan
Sistem Respirasi. Jakarta: CV.Trans Info Media.
INFODATIN. (2013, Mei 01). Infodatin Asma. Retrieved April 05, 2020, From Pusat Data
Dan Informasi Kementrian Kesehatan Ri : https://www.google.com/search?
client=firefox-b-d&q=infodatin+asma
INFODATIN. (2019, November 24). Infodatin Asma. Retrieved April 05, 2020, From Pusat
Data Dan Informasi Kementrian Ri:
https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin%20asma
%202019.pdf
Juwita, L., & Sary, I. P. (2019). Pernafasan Buteyko Bermanfaat Dalam. REAL in Nursing
Journal (RNJ) , 11-20.
Marlin Sutrisna, E. H. (2018). Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko Terhadap ACT
(ASTHMA CONTROL TEST). Jurnal Keperawatan Silampari (JKS) , 47-61.
Melastuti. (2015). Efektivitas Teknik Pernafasan Buyteko Terhadap Pengontrolan Asma di
Balai Kesehatan Paru Masyarakat Semarang. Jurnal Keperawatan dan Pemikiran
Ilmiah , ISSN 2476-8987 .
Mohamed, E. M., ELmetwaly, A. A., & Ibrahim, A. M. (2018). Buteyko Breathing
Technique:. American Journal of Nursing Research, 2018, Vol. 6, No. 6, 616-624 , 617-
624.
Mohamed, Y., Elderiny, S., & Ibrahim, L. (2019). The effect of Buteyko breathing technique
among. International Journal of Midwifery and Nursing , 1-10.
RI, P. K. (2018, April 17). Definisi Asma. Retrieved April 5, 2020, from KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA: http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-
p2ptm/penyakit-paru-kronik/page/23/definisi-asma
RISKESDAS. (2013). Riset Kesehatan Dasar . RISKESDAS 2013 , 83-85.
RISKESDAS. (2018). Riset Kesehatan Dasar 2018. RISKESDAS , 47-50.
Sutrisna, M., Pranggono, E. H., & Kurniawan, T. (2018). Pengaruh Teknik Pernafasan
Buyteko Terhadap ACT (Asma Control Test). Jurnal Keperawatan Silampari , 47-57.

21
Udayani, W., Amin, M., & Makhfudli. (2020). Pengaruh Kombinasi Teknik Pernapasan
Buyteko dan Latihan Berjalan Terhadap Kontrol Asma pada Pasien Asma Dewasa.
Jurnal Ilmiah Keperawatan , 7-13.
WHO. (2019, November 24). Asthma: Definition. Retrieved April 05, 2020, from WORD
HEALTH ORGANIZATION: https://www.who.int/respiratory/asthma/definition/en/

22

Anda mungkin juga menyukai